You are on page 1of 10

A.

ELEMEN PEMROSES
1. Relay
Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang
kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan elektromagnet yang
dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada peralatan telekomunikasi
yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang sudah umum didapatkan pada
perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun yang lainnya. Pemilihan relay yang sesuai
kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
Perawatan yang minim
Kemampuan menyambungkan beberapa saluran secara independen
Mudah adaptasi dengan tegangan operasi dan tegangan tinggi
Kecepatan operasi tinggi, misalnya waktu yang diperlukan untuk menyambungkan
saluran
Cara kerja relay: Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan
mengalir melalui lilitan kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat
yang ada di dekat kumparan akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat
tersambung ataupun terputus. Hal ini tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila
tidak ada arus listrik maka pelat tadi akan kembali ke posisi semula karena ditarik dengan
pegas.

Gambar. Simbol Relay
Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut: Angka yang pertama
menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua selalu bernomor
untuk relay NO dan untuk relay yang NC.

2. Kontaktor
Kontaktor adalah sakelar yang diatuasikan dengan elektromagnet. Daya untuk
mengontrolnya bisa rendah tapi daya beban bisa tinggi, dengan kata lain untuk
mengaktuasikan elektromagnet cukup misalnya dengan tegangan rendah tapi bisa
menyalurkan arus yang bertegangan lebih tinggi.
Kontaktor banyak digunakan untuk keperluan yang bermacam- macam. Misalnya digunakan
untuk menyalakan motor, system pemanas, alat pengatur temperatur ruangan, keran, dll.
Tipe-tipe kontaktor yaitu:
Kontaktor yang elektromagnetnya dilindungi
Kontaktor dengan electromagnet inti
Kontaktor dengan armature sistem engsel

Simbol kontraktor dalam rangkaian yaitu:

Keuntungan mempergunakan kontaktor adalah:

Beban tinggi bisa diaktifkan dengan beban rendah
Terdapat isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama
Sedikit perawatannya
Tidak terpengaruh oleh temperature
Kelemahan mempergunakan kontaktor adalah:
Mudah aus
Ukurannya besar
Menimbulkan suara
Kecepatan menyambung terbatas

3. Kontroler logis yang dapat diprogram (PLC)
Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah
digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat
kesulitan yang beraneka ragam .

Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah : sistem
elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri,
dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara
internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika,
urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses
melalui modul-modul I/O dijital maupun analog .
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut :
1. Programmable: menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan
program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2. Logic: menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan
logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan,
membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3. Controller: menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses
sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu
sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan
oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara
khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat
dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai
dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.
Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada
suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1
menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang
diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang
memiliki output banyak.
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat dibagi secara
umum dan secara khusus.

Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut:
1. Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang
digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC
menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan
yang tepat.
2. Monitoring Plant. PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem
(misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan
sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau
menampilkan pesan tersebut pada operator.

Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC
(Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk
kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses
finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan
lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan
program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk
mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.
Simbol Perangkat Masukan pada PLC

Keterangan :
1. NO Push Button
2. NC Push Button
3. NO Flow Switch
4. NO Pressure Switch
Simbol Perangkat Keluaran pada PLC

Keterangan :
1. Simbol Motor Listrik
2. Simbol Lampu
3. Simbol Sirine

B. AKTUATOR DAN ELEMEN KONTROL AKHIR
1. Aktuator
Silinder Pneumatik
Silinder pneumatik merupakan aktuator yang memiliki pergerakan maju dan mundur
dengan bantuan angin. Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi suplai
menjadi energi kerja. Sinyal keluran dikontrol oleh sistem kontrol dan aktuator bertanggung
jawab pada sinyal kontrol melaui elemen kontrol terakhir.
Jenis-jenis silinder yang digunakan yaitu:
Silinder kerja tunggal (Single Acting Cylinder)
Silinder kerja tunggal merupakan jenis silinder yang paling sederhana. Silinder ini
hanya memiliki satu lubang input udara. Jika udara bertekanan diasukan melaui lubang input
tersebut, maka batang torak akan bergerak maju. Silinder ini dilengkapi dengan pegas yang
berfungsi untuk mengembalikan torak ke posisi awal apabila suplai udara bertekanan
dihentikan.

Gambar. Silinder kerja tunggal (a) kondisi saat belum diberi input (b) kondisi saat diberi
input
Silinder kerja ganda (Double Acting Cylinder)

Gambar. Silinder kerja ganda (a) kondisi saat belum diberi input (b) kondisi saat diberi input

Silinder kerja ganda ini prinsipnya sama seperti silender kerja tunggal. Hanya saja
pada silinder kerja ganda tidak memiliki pegas, sehingga batang torak dapat digerakan maju-
mundur dengan enggunakan input tekanan udara. Jika tekanan udara masuk dari lubang 1,
maka udara dalam tabung akan terdorong melalui lubang 2 yang menyebabkan batang torak
bergerak maju. Jika tekanan udara masuk dari lubang 2, maka udara dalam tabung akan
keluar melalui lubang 1 dan batang torak bergerak mundur.

2. Elemen Kontrol Akhir
Katup kontrol arah yang dioperasikan secara elektropneumatik
Katup 2/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas
Pada prinsipnya katup ini mempunyai dua posisi dan dua saluran, konfigurasi katup
adalah NC. Bila katup ini akan diaktifkan maka arus listrik harus dialirkan ke solenoid yang
terpasang pada katup tersebut. Dengan diaktifkannya solenoid maka saluran 1(P) bila
dihubungkan dengan sumber energi akan menyalurkan sinyal pneumatik ke saluran 2(A).
Sedangkan kembalinya bila arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke
posisi semula karena katup terdorong pegas yang dipasang berlawanan dengan solenoid.
Dengan demikian saluran 1 (P) ataupun saluran 2 (A) kedua-duanya tertutup dan udara yang
ada di saluran 2(A) tidak dapat keluar.

Gambar. Konstruksi katup 2/2 dengan pegas
Katup 3/2 Diaktuasikan Dengan Sinyal Listrik, Kembali Dengan Pegas
a. Normally Closed 3/2

Gambar. Konstruksi katup 3/2 NC aktuisasi sinyal listrik dengan pegas
Katup 3/2 NC bekerja bila arus listrik dialirkan ke solenoid sehingga terbentuk
elektromagnet yang mengakibatkan bergesernya armature dan selanjutnya udara dialirkan
dari saluran masuk 1(P) ke saluran keluar 2(A). Sedangkan sakuran 3(R) tertutup. Sebaliknya
bila arus listrik diputuskan maka elektromagnet yang terbentuk pada solenoid menghilang
dan berakibat saluran 1(P) tertutup sedangkan udara yang berada di saluran 2(A) akan
dibuang melalui saluran buang.
b. Normally Open 3/2
Katup ini kebalikan dari katup 3/2 NC. Jadi bila arus listrik tidak ada maka saluran
1(P) mengalirkan udara ke saluran 2(A) dan saluran 3(R0) tertutup. Tapi bila solenoid dialiri
arus listrik, saluran 1(P) tertutup dan udara dari 2(A) dialirkan langsung ke 3(R).

Gambar Konstruksi katup 3/2 NO aktuisasi sinyal listrik dengan pegas

c. Katup 3/2 Diaktuasikan Sinyal Listrik dan Kontrol Pneumatik, Kembali Dengan
Pegas
Katup ini bila diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan
fungsi kumparan ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan
demikian gaya elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu
besar. Dengan kata lain arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja
saluran yang terdapat pada katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah dibahas
di bawah.

Gambar. Konstruksi katup 3/2 aktuisasi sinyal listrik kontrol pneumatik dengan pegas

d. Katup 4/2 Diaktuasikan Sinyal Listrik dan Kontrol Pneumatik, Kembali Dengan
Pegas

Gambar. Konstruksi katup 4/2 aktuisasi sinyal listrik dan kontrol pneumatik dengan pegas
Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan untuk
mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup 3/2,
berfungsi sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston adalah sinyal
control pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran 4(A) tersambungkan
sedangkan saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal listrik diputuskan maka katup
piston didorong kembali ke posisi semula sehingga saluran 1(P) tersambungkan dengan 2(B)
dan saluran 4(A) dengan 3(R).

You might also like