You are on page 1of 8

41

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


DENGAN KEPUASAN PASIEN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH SEPANJANG


1
Anis Rosiatul Husna,
2
Eni Sumarliyah,
3
Andreas Tipo
1
Bagian Keperawatan Komunitas,
2
Bagian keperawatan medikal bedah
FakultasIlmu Kesehatan UMSurabaya
3
Mahasiswa S1 Keperawatan


Abstrak
Komunikasi merupakan alat kontak sosial yang penting dalam membina
hubungan antar individu. Namun ketidaktepatan penerapan komunikasi dapat
menimbulkan kesalahan presepsi dan mengganggu hubungan saling percaya antar
individu. Demikianpun dengan penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan oleh perawat. Penerapan yang tepat dapat meningkatkan hubungan saling
percaya, namun penerapan yang tidak efektif dapat mengganggu hubungan yang
terapeutik antara pasien dan perawat dan akan berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Tujuan penelitian adalah mempelajari hubungan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit Siti
Khodijah Sepanjang dengan metode korelasi. Populasinya adalah perawat yang bekerja
diruang rawat Inap dan pasien diruangan yang sama kecuali ruangan anak dan ICU.
Sampelnya adalah perawat 40 orang dan pasien 39 orang dan yang telah memenuhi
kriteria inklusi dengan teknik simple random sampling dan pengumpulan data dengan
kuesioner, disajikan dalam tabel distribusi frekwensi dan dianalisa dengan Rho
spearmant.
Hasil penelitian menunjukan perawat di Rumah sakit Siti Khodijah telah
menerapkan komunikasi terapeutik secara efekif (100 %) dan pasien yang menyatakan
puas 84,6%. Uji statistik Rho Spearment menunjukan Koefisien korelasi (p) = 0,550,
signification (rs) = 0,007 < 0,05.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa komunikasi teraputik yang diterapkan
oleh perawat di rumah sakit siti khodijah mampu memberikan kepuasan kepada pasien
selama dalam perawatan sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, perawat, kepuasan, Pasien.

PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan
merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pelayanan kesehatan baik dirumah
sakit ataupun fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Karena keperawatan
merupakan bagian intergral dari
pelayanan kesehatan maka pelayanan
keperawatan yang berkualitas
merupakan salah satu indicator untuk
menilai mutu suatu pelayanan kesehatan.
Rumah sakit adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang sering
dimafaatkan oleh masyarakat dalam
mencari bantuan terhadap permasalahan
kesehatan yang dihadapi pasien. Dengan
bergesernya orientasi pelayanan rumah
sakit dari misi social pada misi social
bisnis, maka kepercayaan masyarakat
terhadap mutu pelayanan rumah sakit
adalah aspek penting agar masyarakat
dapat menggunakan fasilitas rumah sakit
tersebut. Salah satu indicator penting
mutu pelayanan rumah sakit adalah
kemampuan komunikasi baik verbal
atau non verbal petugas dalam
memberikan pelayanan keperawatan
yang langsung ditujukan kepada pasien.
Namun kenyataanya, tidak jarang kita
mendengar, keluhan masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diterima
pasien, baik yang menyangkut sikap dan
42

prilaku perawat, ataupun kurangnya
informasi yang diberikan oleh perawat
terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi pasien, ataupun sikap tidak
komunikatif perawat pada saat
memberikan pelayanan keperawatan,
dan sikap kurang memperhatikan
keluhan yang disampaikan oleh pasien.
Walaupun sudah banyak hal
positif yang telah dicapai dibidang
pendidikan keperawatan, tetapi
gambaran pengelolaan layanan
keperawatan belum memuaskan.
Layanan keperawatan masih sering
mendapatkan keluhan masyarakat,
terutama sikap perawat dan kemampuan
perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Lioweyln
(1972) dan Abraham (1992)
menunjukan bahwa tidak jarang terjadi
konflik antara petugas kesehatan dengan
pasien sebagai akibat komunikasi yang
jelek atau tidak komunikatif antara
petugas kesehatan dengan pasien, yang
akhirnya dapat menimbulkan
kekecewaan dan ketidakpuasan serta
kepercayaan yang rendah dari pasien.
Berdasarkan penelitian oleh Rosenstein
(2002), Rosenstein dan ODaniel (2005)
menemukan bahwa terjadi persepsi
negatif terhadap ketidak puasan dan
hasil perawatan disebabkan oleh
komunikasi yang tidak baik yang
dilakukan oleh para dokter dan
perawatan kesehatan serta staf devisi
penunjang. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sitorus (2000) tentang
kepuasan klien dan keluarga
menunjukan bahwa tingkat kepuasan
dengan ketegori baik (16,9 %), kategori
sedang (81,5 %) dan kategori kurang
(1,55 %). Sedangkan Hasil penelitian
yang dilakukan Utami (2006) di Rumah
sakit Sukoharjo- Surakarta tentang sikap
komunikasi perawat terhadap pasien
menunjukan bahwa sikap baik
(23,47%), cukup (76,53%), dan kurang
(0%). Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Siti
Khodijah pada tanggal 23 Desember
2008 dan 19 Januari 2009 diketahui
bahwa belum pernah dilakukan evaluasi
ataupun penelitian tentang kepuasan
pasien yang berhubungan dengan cara
berkomunikasi yang digunakan perawat
dan berdasarkan hasil kotak suara
periode Januari September 2008 dari
186 respondent yang memberikan
pendapat, ditemukan terdapat 44,9%
yang menilai penjelasan atau informasi
tentang penyakit klien oleh perawat
kurang jelas. Sedangkan 55,1 %
menyatakan cukup puas. Penjelasan
atau informasi yang kurang dari perawat
tentang kondisi pasien, dapat
menimbulkan ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan, karena sesungguhnya pasien
mempunyai hak untuk mengetahui
segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan penyakit yang
dideritanya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit siti khodijah Sepanjang.


METODE
Penelitian ini menggunakan
desain korelasonal, populasi diambil
dari perawat dan pasien di RS Siti
Khodijah Sepanjang Jawa Timur.
Dengan teknik pengambilan sampel
simple random sampling
didapatkan sampel 95 orang .
Variabel independen penelitian ini
adalah komunikasi terapeutik
sedangkan variabel terikat kepuasan
pasien. Guna mengetahui hubungan
antar variabel semua data yang
terkumpul dianalisis dengan uji
statistik sperman rank test.










43


HASIL
Tabel. 1. Hubungan Komunikasi terapeutik dengan kepusan pasien dalam
pelayanan keperawatan di Rumah sakit siti Khodijah sepanjang,
Pebruari 2009.
No
Komunikasi
terapeutik
Kepuasan

Puas Kurang puas Tidak puas Total
Jmh % Jmh % Jmh % jmh %
Efektif 33 84,6 6 15,38 0 0 39 100
Kurang efektif 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak efektif 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 33 84,6 6 15,38 0 0 39 100
Uji Spearment Rho = 0, 550 rs = 0,007


Dari tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa terdapat hubungan
antara komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien dalam
pelayanan keperawatan. Dari 40
respondent perawat yang terlibat
dalam penelitian ini, semua
respondent ( 100 %) menyatakan
bahwa telah menerapkan komunikasi
terapeutik secara efektif dalam
pelayanan keperawatan dan dari 39
respondent pasien yang terlibat,
sebagian besar atau 33 orang (84,6
%) menyatakan telah puas dengan
pelayanan yang diberikan serta hanya
sebagian kecil atau 6 orang (15,38 %
) yang menyatakan kurang puas.
Berdasarakan uji statistic dengan
rank spearment (rho) didapatkan
hasil hitung = 0,007 lebih kecil dari
= 0,05, maka kesimpulan yang
diambil adalah menolak H0 dan
menerima H1 yang berarti terdapat
hubungan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan keperawatan
dan hubungan ini berada pada derajat
yang kuat (hubungan kuat).

PEMBAHASAN
Komunikasi Terapeutik perawat
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa perawat telah
konsisten menerapkan komunikasi
terapeutik. Dari total responden
perawat (40 orang) yang dievaluasi
menggunakan alat ukur kuesioner
tentang penerapan komunikasi
terapeutik dalam berinteraksi dengan
pasien didapatkan data bahwa semua
atau 100 % menyatakan telah
menerapkan komunikasi yang
terapeutik. Penerapan komunikasi
terapeutik oleh perawat yang efektif
ini disebabkan karena kesadaran
perawat yang makin meningkat
tentang pentingnya membina
komunikasi yang efektif dan terbuka
sehingga tercapai hubungan yang
saling percaya dengan pasien untuk
dapat memahami permasalahan
pasien dan tepat dalam
menanganinya. Selain itu status
sebagai rumah sakit swasta yang
lebih mengedepankan pelayanan dan
menggantungkan kelangsungan
hidup rumah sakit dari kepercayaan
pasien dalam memanfaatkan
pelayanan rumah sakit ini, yang
menyebabkan perawat sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan kepada
pasien, merasa perlu menerapkan
kemampuan komunikasi terapeutik
yang efektif untuk dapat meyakinkan
pasien bahwa pelayanan yang akan
diterima benar benar berkualitas.
Komunikasi merupakan alat kontak
social antara individu yang satu
44

dengan yang lain. Komunikasi yang
tidak efektif akan menimbulkan
kesalahan presepsi dan mengganggu
keharmonisan hubungan antar
individu. Namun sebaliknya
komunikasi yang efektif, tepat waktu
dengan sikap, intonasi, ekspresi
wajah yang sesuai akan
meningkatkan kepercayaan antara
individu dalam membina hubungan
saling percaya dan saling
membutuhkan. Hibdon (2000)
menyatakan bahwa dengan
komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat
akan meningkatkan kemampuan
klien dalam membina hubungan
saling percaya. Hal senada
diungkapkan oleh Roger (1974)
dalam Abraham dan Shanley (1997)
yang mengemukakan bahwa
hubungan mendalam yang digunakan
antara perawat dan klien merupakan
area untuk mengekspresikan
kebutuhan, memecahkan masalah
dan meningkatkan koping.
Walaupun dari hasil
penelitian ini yang menyatakan
bahwa perawat telah menerapkan
komunikasi terapuetik secara efekif,
tapi terdapat hal yang harus
mendapat perhatian serius dari
perawat adalah penerapan
komunikasi saat kontak pertama
antara pasien dan perawat, sebab
pada sesi ini masih terdapat perawat
yang mengakui masih kadang
kadang bahkan tidak
memperkenalkan diri kepada pasien
serta menyatakan masih kadang
kadang bahkan tidak mengucapkan
selamat datang kepada pasien saat
kontak pertama. Selain itu, masih
terdapatnya peryataaan pasien
tentang ketidaksabaran perawat
dalam mendengar keluhan pasien dan
keterlambatan perawat dalam
memberikan bantuan saat dibutuhkan
oleh pasien. Hal ini bukan semata
mata karena ketidakmampuan
perawat dalam merespon kebutuhan
pasien, namun karena beban kerja
perawat yang tinggi dan
ketidakseimbangan antara jumlah
perawat yang bertugas dan jumlah
pasien yang dirawat pada shif
tersebut. Selain itu, lokasi ruangan
perawat yang terpisah dengan
ruangan perawatan pasien serta tidak
tersedianya alat komunikasi seperti
tombol panggilan yang menyebabkan
keterlambatan perawat dalam
merespon ataupun memberikan
bantuan saat dibutuhkan oleh pasien.
Dengan penerapan komunikasi
terapeutik yang efektif diharapkan
dapat mengurangi keluhan
masyarakat tentang buruknya
pelayanan keperawatan yang diera
sebelumnya sering mengemuka.

Kepuasan Pasien
Dari hasil penelitian tentang
kepuasan pasien dalam pelayanan
keperawatan didapatkan data bahwa
dari 39 respondent yang terlibat
dalam penelitian ini sebagian besar
(84,6 %) menyatakan telah puas
dengan pelayanan yang telah
diberikan oleh perawat dan sebagain
kecil saja atau 15,38 % yang
menyatakan kurang puas dan 0 %
yang menyatakan tidak puas.
Kepuasan yang dirasakan pasien ini
menunjukan bahwa perawat di rumah
sakit Siti Khodijah Sepanjang,
telah dapat memenuhi harapan
harapan pasien akan pelayanan yang
prima dan berkualitas baik dari sisi
kejelasan informasi, pelayanan yang
tepat waktu, kesediaan perawat
dalam mendengarkan
keluhan/permasalahan klien dan
kesediaan membantu mengatasi
permasalahan tersebut. Kepuasan
pasien akan pelayanan keperawatan
45

merupakan hal mutlak yang harus
dipenuhi oleh perawat sebab salah
satu indicator jaminan mutu suatu
rumah sakit adalah pernyataan puas
dari penerima pelayanan ( pasien).
Meskipun sebagian besar pasien
menyatakan telah puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh
perawat, tetapi masih terdapat 6
orang pasien (15,38 %) yang
menyatakan kurang puas.
Ketidakpuasan ini dikarenakan
kesan pertama pertemuan antara
perawat dan pasien yang kurang
menunjukan sikap saling terbuka
terutama sikap penerimaan perawat
terhadap kedatangan pasien
diruangan perawatan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya
pernyataan pasien yang menyatakan
masih terdapatnya perawat yang
tidak memperkenalkan diri pada saat
kontak pertama dengan pasien baik
pada saat pertama pasien masuk
ruangan perawatan ataupun setelah
pasien berada dalam ruangan
perawatan. Selain itu,
Ketidakpuasan ini mungkin juga
disebabkan oleh ketidakmampuan
pasien ataupun menafsiran yang
salah, terhadap pesan verbal ataupun
non verbal, yang disampaikan oleh
perawat, ataupun juga ketidaktepatan
waktu yang digunakan oleh perawat,
dalam memberikan tindakan
keperawatan ataupun informasi
kepada pasien, Sehingga proses
pertukaran informasi menjadi kurang
efektif dan resiko terjadinya salah
penafsiran semakin tinggi. Ini akan
berdampak pada ketidakpuasan
pasien terhadap pelayanan yang
diberikan oleh perawat. Hal yang
harus dilakukan adalah perawat harus
menggunakan pendekatan yang lebih
persuatif dengan tetap
memperhatikan situasi dan kondisi
yang dialami oleh pasien serta latar
belakang sosial budaya. Dari hasil
penelitian ini telah menunjukan
bahwa mutu pelayanan keperawatan
di rumah sakit Siti Khodijah
Sepanjang telah cukup mampu
memberikan kepuasan pada pasien.
Ini berarti bahwa kinerja yang
ditampilkan oleh perawat di rumah
sakit Siti Khodijah telah lebih tinggi
dari harapan pasien. Hal ini sesuai
dengan pendapat Oliver dalam
Supranto, 2001 menyatakan
kepuasan sebagai tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang dirasakannya
dengan harapannya. Kepuasan pasien
akan pelayanan yang diberikan oleh
pihak penyedia jasa (rumah sakit)
akan meningkatkan kepercayaan
pasien (masyarakat) terhadap kinerja
dan kualitas rumah sakit tersebut. Ini
akan mendorong penggunaan yang
berulang fasilitas tersebut atau akan
menjadi pilihan utama pasien untuk
meminta bantuan medis. Ini sesuai
dengan pendapat Junaedi (2002)
yang menyatakan bahwa kepuasan
konsumen atas suatu produk
tergantung kinerja yang dirasakan
konsumen atas produk tersebut. Jika
kinerja produk lebih tinggi dari
harapan konsumen, maka konsumen
akan mengalami kepuasan. Jadi
kepuasan atau ketidakpuasan adalah
kesimpulan dari interaksi antara
harapan dan pengalaman sesudah
memakai jasa atau pelayanan yang
diberikan.

Hubungan Antara Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan
Kepuasan Pasien.
Kepuasan pasien sangat
berkaitan erat dengan kemampuan
komunikasi atau komunikasi
terapeutik yang diterapkan perawat
dalam berhubungan dengan pasien.
Dilihat dari hasil cros tabulasi antara
46

komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien menunjukan
bahwa, dari 100 % perawat yang
menyatakan telah menerapkan
komunikasi terapeutik didalam
memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien ternyata telah mampu
memberikan kepuasan kepada 84,6
% pasien, walaupun masih terdapat
15,38 % pasien yang menyatakan
kurang puas.
Berdasarkan uji statistik
tentang hubungan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien menunjukan korelasi yang
bermakna dimana uji statistik dengan
rho Spearman,s test asymp sign =
0,007 < 0,05. sedangkan hasil rs
hitung 0,550. dan rs tabel dengan N
= 23 adalah :0,418.
Kesimpulan statistik menyatakan
bahwa jika rs hitung > rs tabel maka
H1 diterima dan H0 ditolak yang
berarti terdapat korelasi antara
variabel bebas dan varibael terikat
dan jika rs hitung < rs tabel maka H1
ditolak dan H0 diterima yang berarti
tidak ada korelasi antara variabel
bebas dan variabel terikat, maka dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat korelasi yang positif
dan kuat antara Komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien. Ini berarti Hipotesa H1
diterima dan H0 ditolak. Korelasi
yang positif dan kuat ini
menerangkan bahwa bila komunikasi
terapeutik diterapkan secara
konsisten oleh perawat didalam
memberikan pelayanan keperawatan
maka akan berdampak pada
pencapaian kepuasan pasien akan
pelayanan tersebut atau terdapat
hubungan yang kuat antara
komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien. Kepuasan
ini pula akan berdampak pada
kualitas pelayanan keperawatan
khususnya dan Kualitas pelayanan
rumah sakit umumnya maupun
pengakuan terhadap kemampuan
profesional perawat didalam
mengatasi permasalahan pasien.
Selain itu kepuasan ini pula akan
berdampak pada penggunaan yang
berulang fasilitas rumah sakit
tersebut atau akan menjadi pilihan
utama pasien untuk meminta bantuan
medis. Peningkatan kepercayaan
pasien terhadap pelayanan rumah
sakit memiliki dampak yang sangat
besar terhadap perkembangan rumah
sakit tersebut baik secara kualitatif
maupun kuantitataif.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Moison, Walter dan White
dalam Haryanti,2000, yang
menyatakan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kepuasan pasien
adalah faktor komunikasi yaitu tata
cara komunikasi yang diberikan
pihak penyedia jasa dan bagaimana
keluhan keluhan pasien dengan
cepat diterima dan ditangani oleh
penyedia jasa terutama perawat
dalam memberikan bantuan terhadap
keluhan pasien, memberikan
penjelasan yang tepat dan akurat
sesuai kebutuhan klien/pasien. Ini
juga sesuai dengan pendapat Griffith
( 1987 ) yang menyatakan salah satu
aspek yang mempengaruhi perasaan
puas seseorang adalah sikap dan
pendekatan staf kepada pasien yaitu
sikap dan kemampuan staf dalam
memberikan informasi kepada pasien
ketika pertama kali datang ke rumah
sakit. Sedangkan Purwanto (1998)
menyatakan bahwa pengobatan
melalui komunikasi yang disebutnya
komunikasi terapeutik sangatlah
penting dan berguna bagi pasien
sebab dengan komunikasi yang baik
dapat memberikan pengertian bahwa
persoalan yang dihadapi pasien pada
tahap perawatan dapat diatasi oleh
47

perawat. Kemampuan mengatasi
persoalan yang dihadapi oleh pasien
ini akan berdampak pada kepuasan
pasien.
Komunikasi yang efektif dan
bersahabat tanpa mengkesampingkan
kekurangan yang ada pada pasien
akan meningkatkan hubungan yang
lebih harmonis dan saling percaya
antar pemberi jasa (perawat) dan
penerima jasa (pasien) yang akan
berdampak pada perasaan puas baik
bagi perawat ataupun bagi pasien.

SIMPULAN DAN SARAN
Perawat telah menerapkan
komunikasi terapeutik dengan baik
dan konsisten, didalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada
pasien atau berada dalam kategori
telah secara efektif . Pasien telah
merasa puas dengan penerapan
komunikasi terapeutik oleh perawat
baik verbal ataupun non verbal
dalam pelayanan keperawatan.
Terdapat hubungan yang kuat atau
berkorelasi positif antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien dalam pelayanan keperawatan
di rumah sakit Siti Khodijah
Sepanjang.
Perlu menyelenggarakan
pelatihan penerapan komunikasi
terapeutik baik bagi perawat ataupun
bagi tenaga kesehatan lainnya yang
berada dalam lingkup rumah sakit
siti Khodijah, untuk mengasah
kemampuan berkomunikasi yang
lebih edukatif dan informative.


DAFTAR PUSTAKA
Abraham & Shanley (1997)
Psikologi Sosial untuk
Perawat EGC Jakarta
Broto Wasisto, dkk (2006)
Komunikasi Efektif Dokter
Pasien Konsil Kedokteran
Indonesia, Jakarta
Djoko Wijono (2000) Manajemen
Mutu Pelayanan Kesehatan
Airlangga Univercity Pres
Surabaya
Hernawati (2008) Komunikasi
Terapeutik www.harna,s
word.com, 5 Januari 2009.
Jonathan Sarwono (2006) Metode
penelitian Kuantitatif &
kualitatif Graha Ilmu
Yogyakarta
Jalaluddin Rakhmat (2007)
Psikologi Komunikasi edisi
revisi, PT. Remaja
Rosdakarya Bandung.
Keliat, B.A. (2002) Hubungan
Terapeutik Perawat-Klien
EGC, Jakarta.
Mulyono (2006) Hubungan antara
Sikap dengan Prilaku
Perawat dalam
berkomunikasi terhadap
kepuasan pasien di ruang
rawat inap RSUD Sukoharjo
Sukabumi
www.esti_@yahoo.com, 6
Januari 2009.
Nurasalam & Siti Pariani (2001)
Metodologi Riset
keperawatan CV. Sagung
Seto, Jakarta.
Purwanto, H. (1998) Komunikasi
untuk Perawat EGC,
Jakarta.
Purwanto (2007) Kepuasan Pasien
terhadap Pelayanan
Kesehatan
www.wordpress.com , 23
Desember 2008.
Purnomo (2008) Komunikasi Dalam
Keperawatan www.I m
nurse.com, 5 Januari 2009.
Ratna Sitorus & Yulia (2006)
Model Praktek Keperawatan
profesional di Rumah Sakit
EGC Jakarta.
48

Resnani (2002) Pengaruh
Komunikasi terhadap
Kepuasan Pasien rawat jalan
di RSUD Dr. Yunus
Bengkulu Jurnal Penelitian
UNIB, Vol.VIII, no. 2, 105
110.
Soekidjo Notoatmodjo (2005)
Metodologi penelitian
Kesehatan PT. Rineka Cipta
Jakarta.
Riduwan (2003) Dasar dasar
Statistika Alfabeta -
Bandung
Soekidjo Notoatmodjo (2005)
Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi PT. Rineka
Cipta Jakarta
Suharsimi Arikunto (2006)
Prosedur penelitian, suatu
pendekatan praktek Rineka
Cipta, Jakarta.
Sukidin & Mundir (2005) Metode
penelitian, Membimbing dan
Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian
Insan Cendekia Surabaya.
Uha Suliha dkk ( 2002 ) Pendidikan
dalam keperawaan EGC
Jakarta.
Wiscarz Stuart & Candra J. Sundeen
(1998) Keperawatan Jiwa
EGC Jakarta.

You might also like