You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Batubara adalah bahan bakar fosil, dimana di Indonesia tersedia
cadangannya dalam jumlah yang cukup melimpah dan diperkirakan mencapai
12 miliar ton (www.djlpe.esdm.go.id). Batubara memiliki sifat heterogen.
pabila dibakar, senyawa anorganik yang ada diubah menjadi bentuk senyawa
oksida yang berukuran butir halus berbentuk abu. !roduksi batu bara di
Indonesia pada tahun 2"1" diperkirakan mencapai 1#$ juta ton sedangkan
pemakaian dalam negeri pada tahun tersebut adalah 1"% juta ton.
&alam pembakaran batu bara dihasilkan #' polutan padat berupa abu
dimana 1"(2"' adalah bottom ash dan %"()"' adalah fly ash dari abu yang
dihasilkan (*ardani, 2""% dalam + ,aksmi dkk, 2"11 ). -ly sh merupakan
limbah yang dihasilkan oleh !,./ yang mana mengkontribusi untuk
pencemaran lingkungan. kibat buruk dari abu layang terutama ditimbulkan
oleh unsur(unsur !b, 0r dan 0d yang biasanya terkonsentrasi pada fraksi
butiran yang sangat halus (",# 1 1" 2m). Butiran tersebut mudah melayang
dan terhisap oleh manusia dan hewan, sehingga terakumulasi dalam tubuh
manusia dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan akibat buruk bagi
kesehatan (&wi, 2"11). Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu
terbang batu bara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya
serta mengurangi dampak buruknya bagi lingkungan. 3alah satu alternatif
1
penanganan limbah tersebut yaitu dengan memanfaatkan abu layang sebagai
katalis.
bu layang dapat dijadikan katalis karena menunjukkan adanya
kemiripan komponen kimia antara abu layang dan 4eoilt sehingga memiliki
sisi aktif yang berpotensi sebagai katalis. &iketahui kandungan abu layang
terdiri dari silika (3i5
2
) 6"(7"', alumina (l
2
5$) 2"($"', besi oksida
(-e
2
5$) 6(1"', kalsium (0a5) #($"' kalium (8
2
5) "(6' dan sisanya adalah
magnesium, potasium, sodium, titanium dan belerang dalam jumlah yang
sedikit. ,ebih lanjut dilaporkan oleh (+usein dkk, 2"11) bahwa abu yang
memiliki unsur 8 (kalium) dapat digunakan sebagai katalis untuk
transesterifikasi trigliserida.
!ada umumnya biodiesel komersial yang diproduksi menggunakan katalis
basa homogen seperti 85+ dan 9a5+ dan reaksi dalam fasa cair. kan
tetapi, persoalan yang terpantau pada penggunaan katalis alkali, baik 9a5+
maupun 85+ sangat sensitif terhadap kandungan air dan asam lemak bebas.
8andungan air dapat menyebabkan saponifikasi ester membentuk sabun.
3elain itu asam lemak bebas dapat bereaksi dengan katalis alkali membentuk
air dan sabun. 8eadaan ini merugikan karena konsumsi katalis meningkat dan
berbagai kesulitan dalam proses pemurnian biodiesel (+usein dkk, 2"11).
3elain itu, katalis homogen tersebut dalam kemampuan katalitiknya hanya
dapat dipakai satu kali (:ka dkk, 2"12).
3alah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah
penggunaan katalis heterogen. 8atalis heterogen pada pembuatan biodiesel
mempunyai beberapa keunggulan dikarenakan katalis ini dapat dengan
mudah dipisahkan dari produknya dengan filtrasi atau dekantasi, mudah
2
diregenerasi serta tidak menghasilkan produk samping berupa sabun jika
bereaksi dengan -- (;eorgogianni dkk, 2"") dalam :diati dkk, 2"12).
8atalis heterogen dalam produksi biodiesel dapat dibedakan menjadi katalis
asam dan basa. 8atalis basa heterogen lebih efektif daripada katalis asam
heterogen. +al ini disebabkan laju reaksi pembuatan biodiesel dengan katalis
basa heterogen lebih cepat daripada katalis asam heterogen (<abeti dkk, 2"")
dalam :diati dkk, 2"12).
&ari penelitian yang dilakukan (8otwal dkk, 2"")) dengan
pemanfaatan katalis heterogen berupa abu layang dan 895$ dengan metode
impregnasi yang kemudian diaplikasikan untuk transesterifikasi pembuatan
biodiesel menghasilkan rendemen sebesar %=,# '. >adi dalam penelitian ini
untuk meningkatkan kinerja dari katalis heterogen, maka dilakukan preparasi
katalis dengan menggunakan impregnasi 8I yang diharapkan dapat mengisi
situs aktif pada katalis abu layang sehingga memberikan kon?ersi maksimum
pada biodiesel.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan (*ulan,2"11) katalis
yang diteliti menggunakan katalis 8
$
!5
6
berpendukung abu layang untuk
pembuatan biodiesel dari Refined Palm Oil. &ata yang diperoleh dengan
analisa B:. didapat luas permukaan aktif katalis 8
$
!5
6
berpendukung abu
layang pada konsentrasi impregnasi 8
$
!5
6
6' sebesar 2,1)2 m
2
@g dengan
waktu reaksi transesterifikasi selama 7" menit menghasilkan kon?ersi
biodiesel 11,26'. &alam penelitian ini menggunakan metode kon?ensional.
3
3edangkan penelitian yang dilakukan (-irdaus dkk ,2"1$) menggunakan
katalis +(<eolit dengan impregnasi 8I@8I5
$
untuk produksi biodiesel dari
minyak kelapa sawit dengan luas permukaan katalis 2=,2$7 m
2
@g dengan
kon?ersi maksimm %=,)1'. &ari kedua penelitian tersebut, penelitian
sekarang memiliki keterbaruan yaitu pembuatan biodiesel dari minyak curah
berbantukan gelombang ultrasonik dengan menggunakan katalis heterogen
basa dari abu layang dengan menggunakan ?ariasi konsentrasi 8I serta
meneliti pengaruh waktu reaksi untuk mengetahui pengaruh produktifitas ester
sehingga menghasilkan biodiesel yang sesuai standar.
1.3 Tujuan Penelitian
.ujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut A
1. Bembuat biodiesel dari minyak curah dengan menggunakan katalis basa
dari abu layang berbantukan gelombang ultrasonik untuk mendapatkan
biodiesel yang sesuai standar.
2. Bengetahui pengaruh konsentrasi akti?asi katalis yang digunakan
terhadap luas permukaan katalis.
$. Bengetahui pengaruh optimasi waktu reaksi pada proses transesterifikasi
dalam pembuatan biodiesel
1. Man!aat Penelitian
&ari penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang
pemanfaatan abu layang sebagai katalis heterogen dalam pembuatan biodiesel
4
sehingga meningktkan daya guna dan nilai ekonomi dari penggunaan abu
layang.
3erta mengoptimalkan pemanfaatan minyak curah sebagai bahan baku
pembuatan biodiesel sehingga dapat menanggulangi kebutuhan solar terutama
di daerah 8alimantan .imur.
.
BAB II
LANDA"AN TE#$I
2.1 Bi%&iesel
5
Biodiesel merupakan sejenis bahan bakar diesel yang diproses dari bahan
hayati terutama minyak nabati dan lemak hewan dan secara kimiawi dinyatakan
sebagai monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang yang bersumber dari
golongan lipida (&arnoko, 2""" dalam ,aksono, ., 2"1$). Benurut 3ubdit
!engelolaan ,ingkungan &irektorat !engolahan +asil !ertanian &itjen
!engolahan dan !emasaran +asil !ertanian, Biodiesel adalah senyawa alkil ester
yang diproduksi melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara
trigliserida dengan metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi
alkil ester dan gliserol atau esterifikasi asam(asam lemak (bebas) dengan
metanol atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi senyawa alkil
ester dan air. !roduk dari biodiesel sendiri tergantung pada minyak nabati yang
digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku
tersebut. &isamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu
operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan
pencampuran alkohol.
.erminologi biodiesel berasal dari persetujuan Department of Energy (&5:),
The Environmental Protection Agency (:!) dan The American Society of
Testing Materials (3.B) sebagai salah satu energi alternatif untuk mesin diesel
(3.B, 2""2C &5:, 2"")C :! 2"") ). Biodiesel telah banyak digunakan
sebagai bahan bakar pengganti solar. gar dapat digunakan sebagai bahan bakar
pengganti solar, biodiesel harus mempunyai kemiripan sifat fisik dan kimia
dengan minyak solar. 3alah satu sifat fisik yang penting adalah ?iskositas.
3ebenarnya, minyak lemak nabati sendiri dapat dijadikan bahan bakar, namun,
6
?iskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan
bahan bakar mesin diesel.
Biodiesel memiliki kelebihan dibandingkan dengan solar. Biodiesel
memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dari pada solar dan dapat digunakan
pada motor diesel tanpa modifikasi sedikitpun (Briggs, 2""6 dalam &yah, !,
2"11). Biodiesel dianggap tidak menyumbang pemanasan global sebanyak bahan
bakar fosil. Besin diesel yang beroperasi dengan menggunakan biodiesel
menghasilkan emisi karbon monoksida, hidrokarbon yang tidak terbakar,
partikulat, dan udara beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin
diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum (;erpen,2""6 dalam &yah, !,
2"11).
2.1.1 "tan&ar Mutu 'i%&iesel
&ari peraturan pengujian biodiesel berdasarkan peraturan dirjen migas 9o.
""2@!@&B@BI;3@1)=) tanggal 2# mei 1)=) tentang spesifikasi bahan bakar
minyak dan gas dan standar pengujian 39I (3tandart 9asional Indonesia) dapat
dianalisa A
Ta'el 2.1 "(arat Mutu Bi%&iesel )"NI*+*,1-2*2++./
9o !arameter 3atuan 9ilai
1 Bassa jenis pada 6" 0 8g@m
$
%#"(%)"
2 Diskositas kinematik pd 6" 0 mm
2
@s (c3t) 2,$(7,"
7
$ ngka setana Bin. #1
6 .itik nyala (mangkok tertutup) 0 Bin. 1""
# .itik kabut 0 Baks. 1%
7
8orosi lempeng tembaga ($ jam pada #"
0)
Baks. 9o $
=
Eesidu karbon
( &alam contoh asli, atau
( &alam 1"' ampas distilasi
'(massa Baks. ","#
Baks. ",$"
% ir dan sedimen '(?ol Baks. ","#F
) .emperature distilasi )"' 0 Baks. $7"
1" bu tersulfatkan '(massa Baks. ","2
11 Belerang ppm(m (mg@kg) Baks. 1""
12 -osfor !pm(m (mg@kg) Baks. 1"
1$ ngka asam Bg(85+@g Baks. ",%
16 ;liserol bebas '(massa Baks. ","2
1# ;liserol total '(massa Baks. ",26
17 8adar ester alkil '(massa Bin. )7,#
1= ngka iodium
'(massa (g(
12@1""g)
Baks. 11#
1% /ji halphen 9egatif
0atatan dapat diuji terpisah dengan ketentuan kandungan sedimen maksimum ","1
' (?ol
3umber A Badan 3tandarisasi 9asional, 2""7
2.2 Min(ak 0urah
3alah satu kebutuhan penting yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia
adalah minyak goreng. Binyak goreng adalah minyak nabati yang telah
8
dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Binyak nabati adalah
minyak yang berasal dari tumbuhan dapat berasal dari kelapa, sawit,kedelai,
kacang tanah, jagung dll. Binyak yang berasal dari tumbuhan kaya akan asam
lemak tidak jenuh seperti linoleat, linolenat dan arakidonat. dapun persyaratan
mutu minyak goreng sesuai dengan standar 39I "1($=61(2""2 sebagai berikut A
Ta'el 2.2 "(arat Mutu Min(ak 1%reng )"NI +1*3,1*2++2/
Ta'el 2.2 "(arat Mutu Min(ak 1%reng Menurut "NI +1*3,1*2++2.

.erdapat dua jenis minyak goreng yang beredar dipasaran berdasarkan
jenis kemasannya yaitu minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah.
Binyak goreng curah adalah minyak goreng bermutu rendah karena mengalami
penyaringan sederhana atau satu kali penyaringan sehingga warnanya tidak jernih
9
disebabkan banyaknya fraksi padatan. 3elain itu, minyak goreng curah umumnya
mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi. Binyak goreng curah akan
mengalami penurunan kualitas jauh lebih cepat daripada minyak goreng
berkualitas bagus karena adanya proses oksidasi (&ewi,dkk.,2"12). 3elama proses
menggoreng, ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemak tidak jenuh akan
teroksidasi karena pengaruh panas yang akan dipercepat oleh adanya oksigen,
logam tembaga ataupun besi. !roses oksidasi ini menyebabkan ikatan rangkapnya
jadi jenuh, bahkan dapat menyebabkan timbulnya perubahan posisi geometri dari
ikatan rangkap, yang tadinya sis menjadi trans. Binyak trans dapat menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit seperti kanker. 3alah satu pemicu timbulnya minyak
trans yaitu menggoreng dengan minyak yang banyak (deep frying) dan suhu
tinggi.
3elain itu kandungan air pada minyak goreng dapat menyebabkan
ketengikan (ranciditas) disebakan proses hidrolisis yang merubah minyak menjadi
asam lemak bebas. 8andungan air banyak terdapat terutama pada minyak goreng
curah. +al ini disebabkan proses pembuatan minyak curah biasanya dilakukan
dengan cara yang sederhana atau satu kali penyaringan.
3edangkan dari segi perlindungan konsumen, minyak goreng curah tidak
memenuhi hak konsumen (!erlindungan 8onsumen) karena tidak mencantumkan
informasi produk seperti merk, nama produsen, berat bersih, tanggal kadaluarsa
dan informasi penting lainnya. 3aat ini juga telah diterbitkan !eraturan Benteri
!erindustrian 9omor %= .ahun 2"1$ tentang !emberlakuan 39I *ajib Binyak
;oreng 3awit.
10
2.3 Lim'ah 2a&at a'u la(ang 'atu'ara ) Fly Ash /
bu batubara sebagai limbah tidak seperti gas hasil pembakaran, karena
merupakan bahan padat yang tidak mudah larut dan tidak mudah menguap
sehingga akan lebih merepotkan dalam penanganannya. pabila jumlahnya
banyak dan tidak ditangani dengan baik, maka abu batubara tersebut dapat
mengotori lingkungan terutama yang disebabkan oleh abu yang beterbangan di
udara dan dapat terhisap oleh manusia dan hewan juga dapat mempengaruhi
kondisi air dan tanah di sekitarnya sehingga dapat mematikan tanaman. kibat
buruk terutama ditimbulkan oleh unsur(unsur !b, 0r dan 0d yang biasanya
terkonsentrasi pada fraksi butiran yang sangat halus ( ",# 1 1" 2m). Butiran
tersebut mudah melayang dan terhisap oleh manusia dan hewan, sehingga
terakumulasi dalam tubuh manusia dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan
akibat buruk bagi kesehatan.
bu terbang batubara umumnya dibuang di ash lagoon atau ditumpuk
begitu saja di dalam area industri. !enumpukan abu terbang batubara ini
menimbulkan masalah bagi lingkungan. Berbagai penelitian mengenai
pemanfaatan abu terbang batubara sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai
ekonomisnya serta mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. 3aat ini
abu terbang batubara digunakan dalam pabrik semen sebagai salah satu bahan
campuran pembuat beton. 3elain itu, sebenarnya abu terbang batubara memiliki
berbagai kegunaan yang amat beragamA
1. !enyusun beton untuk jalan dan bendungan
11
2. Bahan penggosok (polisher)
$. -iller aspal, plastik, dan kertas
6. !engganti dan bahan baku semen
#. ditif dalam pengolahan limbah (waste stabiliation)
7. 8on?ersi menjadi 4eolit dan adsorben
8omponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit
listrik adalah silika (3i5
2
), alumina, (l
2
5
$
), besi oksida (-e
2
5
$
), kalsium (0a5)
dan sisanya adalah magnesium, potasium, sodium, titanium, dan belerang dalam
jumlah yang sedikit.
Ta'el 2.. 3%m2%sisi 3imia "alah "atu 4enis A'u Ter'ang Batu'ara
2.3.1 Peman!aatan A'u La(ang
bu layang yang merupakan limbah padat pembakaran batubara, dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintetis 4eolit karena mengandung komponen
utama silika (3i5
2
) dan alumina (l
2
5
$
) yang secara kimia sesuai dengan
12
komponen kerangka 4eolit. <eolit merupakan alumino silikat mikropori dengan
ukuran pori yang seragam, dan memiliki luas permukaan dan stabilitas termal
yang tinggi sehingga 4eolit banyak dimanfaatkan untuk padatan pendukung
katalis, tipe 4eolit yang banyak digunakan sebagai padatan pendukung katalis
adalah 4eolit G (tipe faujasit). bu layang yang mempunyai luas permukaan
sekitar 2 1 $ m
2
@gram dapat mengalami peningkatan luas permukaan hingga 2#" 1
7#" m
2
@gram dalam bentuknya sebagai faujasit (0hang dan 3hih, 1))%
dalam 8rislina, dkk, 2"12).
.erjadinya perubahan luas permukaan dan kapasitas pertukaran ion pada 4eolit
dari abu layang tersebut, dapat dikembangkan dalam aplikasinya sebagai adsorben
logam1logam berbahaya pada limbah cair dan sebagai katalis maupun pengemban
katalis.
2. 1el%m'ang Ultras%nik
;elombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan
frekuensi di atas 2" k+4. ;elombang ini dapat merambat dalam medium padat,
cair dan gas (,ailiyah, dkk 2"12). 8ecepatan gelombang ultrasonik berbeda(beda
untuk medium yang berlainan. &i dalam 4at cair, gelombang ultrasonik merambat
secara longitudinal dengan kecepatan rata(rata 1.#6" m@s (0ameron dan
3kofronick, 1)=%).
!enggunaan gelombang ultrasonik memberikan pengaruh positif untuk
menaikkan produk metil ester. 8ecepatan reaksi meningkat karena efek ka?itasi,
termal, dan mekanik yang dihasilkan gelombang ultrasonik yang memberikan
13
energi yang sangat besar. &ari beberapa penelitian yang telah dilakukan,
penggunaan gelombang ultrasonik terbukti dapat mempercepat reaksi,
mengurangi jumlah katalis yang dipakai dan mengurangi rasio minyak terhadap
alkohol yang dipakai dibandingkan reaksi tanpa menggunakan bantuan
gelombang ultrasonik. +al ini disebabkan gelombang ultasonik dapat
meningkatkan perubahan kimia dan fisis suatu media melalui pembentukan dan
pemecahan gelembung(gelembung ka?itasi yang terjadi secara simultan dan terus
menerus. 8a?itasi adalah salah satu efek akibat adanya gelombang ultrasonik
di dalam cairan. >ika pada cairan diradiasikan gelombang ultrasonik, maka
tekanan cairan tersebut akan bertambah pada saat gelombang ultrasonik
mempunyai amplitudo positif dan akan berkurang pada saat amplitudo
negatif, akibat perubahan tekanan ini maka gelembung(gelembung gas atau
uap yang biasanya ada di dalam cairan akan terkompresi pada saat tekanan
cairan naik dan akan terekspansi pada saat tekanan turun (.risnobudi, 2""1).
kti?itas ka?itasi ditentukan oleh banyaknya gelembung yang pecah
selama mendapat radiasi gelombang ultrasonik. /ltrasonik dapat menciptakan
gelembung(gelembung kecil atau ka?itasi mikro yang dapat digunakan untuk
sintesis biodiesel ketika ka?itasi pecah. !ecahnya ka?itasi akibat frekuensi tinggi
terjadi pada temperatur lebih dari 1."""
"
0 dan tekanan 1"" bar. .emperatur dan
tekanan yang sangat tinggi tersebut dapat menjadi sebagai sarana inti untuk
mengubah suatu material jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses
ko?ensional menggunakan panas dan tekanan tinggi (3uslick dan !rice, 1)))).
14
Betode ultrasonik merupakan teknologi proses untuk menghasilkan
material berukuran nano yang disebabkan terbentuknya ka?itasi akibat frekuensi
gelombang ultrasonik yang dipancarkan pada larutan. !roses ultrasonik dapat pula
digunakan untuk homogenisasi larutan dari campuran berbagai bahan dan
komponen (3uslick dkk, 1)))).
:fek yang lain adalah efek termal merupakan absorpsi energi gelombang
ultrasonik yang menyebabkan suhu medium meningkat. Besar absorpsi energi
gelombang ultrasonik ini tergantung pada ?iskositas, massa jenis, dan impedansi
medium, serta frekuensi gelombang yang diberikan. ;elombang ultrasonik yang
melalui medium juga mengalami pengurangan energi, karena sebagian energinya
diabsorpsi oleh medium akibatnya suhu medium meningkat (3abbagha, 1)%").
3alah satu efek yang lain adalah efek mekanik merupakan gelombang
ultrasonik yang merambat di dalam medium yang mengakibatkan adanya getaran
partikel di dalam medium itu. ;etaran ini terjadi pada semua intensitas, sehingga
dapat menyebabkan efek mekanik terhadap partikel di dalam medium. :fek
mekanik ini dapat menimbulkan percepatan partikel, getaran tekanan, tekanan
pancaran dan gaya gesek (3abbagha, 1)%").
2.5 Transesteri!ikasi
.ransesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap kon?ersi
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol
dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. &i antara alkohol(alkohol
monohidrik yang menjadi kandidat sumber atau pemasok gugus alkil, adalah
15
metanol yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan
reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). >adi, di
sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam(asam
lemak (!atty Acids Metil Ester, -B:). Eeaksi transesterifikasi trigliserida
menjadi metil ester dapat dilihat sebagai berikutA
0+
2
505EHHH
I
0+
$
5+
8atalis
0+
2
5+
I
EHHH0550+
$
0+505EHH
I
J 0+
$
5+ 0+5+
I
J EHH0550+
$
0+
2
505EH 0+
$
5+ 0+
2
5+ EH0550+
$
Trigliseri&a Metan%l 1liser%l Metil Ester
1am'ar 2.1 $eaksi Pem'entukan Metil Ester
.ransesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. .anpa
adanya katalis, kon?ersi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan
dengan lambat (Bittlebatch, 2""6). 8atalis yang biasa digunakan pada reaksi
transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
Eeaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam $ tahap sebagai berikutA
16
1am'ar 2.2 Taha2an $eaksi Transesteri!ikasi
!roduk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam(asam
lemak.
.erdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaituA
a. Benambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Bemisahkan gliserol
c. Benurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm )
2.5.1 6akt%r*6akt%r (ang Mem2engaruhi $eaksi Transesteri!ikasi
!ada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu
menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang
maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi kon?ersi serta
perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut (-reedman,
1)%6)A
a/ Pengaruh air &an asam lemak 'e'as
Binyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar
kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari ".#' (K".#'). 3elain itu,
semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. 8arena air akan
bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang.
17
8atalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami
reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
'/ Pengaruh 2er'an&ingan m%lar alk%h%l &engan 'ahan mentah
3ecara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah
$ mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh $ mol alkil ester
dan 1 mol gliserol. !erbandingan alkohol dengan minyak nabati 6,%A1
dapat menghasilkan kon?ersi )%' (Bradshaw L Beuly, 1)66). 3ecara
umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang
digunakan, maka kon?ersi yang diperoleh juga akan sema kin bertambah.
!ada rasio molar 7A1, setelah 1 jam kon?ersi yang dihasilkan adalah )%(
))', sedangkan pada $A1 adalah =6(%)'. 9ilai perbandingan yang
terbaik adalah 7A1 karena dapat memberikan kon?ersi yang maksimum.
7/ Pengaruh jenis alk%h%l
!ada rasio 7A1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
&/ Pengaruh jenis katalis
lkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. 8atalis basa yang paling populer
untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (9a5+), kalium
hidroksida (85+), natrium metoksida (9a50+
$
), dan kalium metoksida
(850+
$
). 8atalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat
(metoksida). Eeaksi ransesterifikasi akan menghasilkan kon?ersi yang
maksimum dengan jumlah katalis ",#(1,#'(b minyak nabati. >umlah
katalis yang efektif untuk reaksi adalah ",#'(b minyak nabati untuk
natrium metoksida dan 1'(b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
e/ Metan%lisis Crude &an Refined Min(ak Na'ati
18
!erolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati
refined. 9amun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang
telah dihilangkan getahnya dan disaring.
!/ Pengaruh tem2eratur
Eeaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur $"(7#M0 (titik
didih metanol sekitar 7#M0). 3emakin tinggi temperatur, kon?ersi yang
diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
2.. 3atalis
8atalis merupakan substansi senyawa kimia yang dapat menaikkan laju
reaksi dan terlibat di dalam reaksi kimia walaupun 4at itu tidak ikut bereaksi
secara permanen. <at tersebut dapat diambil kembali pada akhir reaksi.
!eningkatan laju reaksi ini diakibatkan oleh adanya reaksi baru yang diciptakan
dengan energi akti?asi yang lebih rendah, sehingga katalis dapat berfungsi
mengarahkan suatu reaksi kearah yang diinginkan. 8atalis tersebut dapat
mengarahkan produk yang diinginkan dengan selekti?itas yang lebih tinggi,
sehingga hasil reaksi yang diperoleh memiliki selekti?itas yang relatif tinggi
(Istadi, 2"11 dalam 9ugroho, 2"1$).
2...1 Parameter 3atalis
/ntuk menilai baik tidaknya suatu katalis, ada beberapa parameter yang
harus diperhatikan antara lainA
a. kti?itas, yaitu kemampuan katalis mengkon?ersi reaktan menjadi produk
yang diinginkan.
19
b. 3elekti?itas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara
beberapa reaksi yang terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat
diperoleh dengan produk sampingan seminimal mungkin.
c. 8estabilan, yaitu lamanya katalis memiliki akti?itas dan selekti?itas
seperti keadaan semula.
d. Eendeman katalis @ Gield, yaitu jumlah produk tertentu yang terbentuk
untuk satuan setiap reaktan yang terkonsumsi.
e. 8emudahan diregenerasi, yaitu proses mengembalikan akti?itas dan
selekti?itas katalis seperti semula.
2.. .2 4enis*4enis 3atalis
Berikut penjelasan dari $ jenis katalis A
a. 8atalis +omogen
&ikatakan katalis homogen, karena memiliki fasa yang sama antara reaktan
dan produk dalam suatu reaksi. &alam pengoperasian katalis, katalis harus
dipisahkan pada akhir reaksi bersama produk (Istadi, 2"11 dalam 9ugroho,
2"1$). !ada katalis homogen karena produk reaksi juga memiliki fasa yang
sama dengan katalisnya maka sulit untuk memisahkan katalis tersebut, maka
perlu adanya kondisi operasi seperti suhu dan tekanan yang disesuaikan oleh
kinerja katalis, sehingga katalis dapat dipisahkan.
b. 8atalis +eterogen
&ikatakan katalis heterogen, karena memiliki fasa yang berbeda antara reaktan
dan produk. &alam pengoperasian katalis, katalis heterogen cenderung lebih
mudah uutnuk dipisahkan karena fasa yang digunakan berbeda dengan produk
20
reaksinya. 8atalis heterogen juga mudah dibuat dan mudah diletakkan pada
reaktor karena fasa yang berbeda dengan pereaktannya (Istadi, 2"11 dalam
9ugroho, 2"1$). danya beda fasa pada katalis dan pereaktan, maka
mekanisme reaksi menjadi sangat kompleks. -enomena antar muka menjadi
sesuatu yang sangat penting dan berperan. ,aju reaksi dikendalikan oleh
fenomena(fenomena adsorbsi,absorbsi dan desorbsi.
c. 8atalis :n4im
8atalis en4im juga biasa disebut biokatalisis. 8atalis en4im merupakan katalis
yang memiliki keunggulan sifat (akti?itas tinggi, selekti?itas dan spesifitas)
sehingga dapat dapat membantu proses 1 proses kimia kompleks pada kondisi
lunak dan ramah lingkungan. :n4im hanya dapat bereaksi pada range suhu
tertentu dikarenakan apabila terlalu tinggi maka protein dalam en4im akan
terdenaturasi dan en4im tidak dapat bekerja secara optimal. dapun
kelemahannya antara lain sangat mahal, sering tidak stabil,mudah terhambat,
tidak dapat diperoleh kembali setelah dipakai.
21

You might also like