You are on page 1of 8

BUDAYA DEMOKRASI PADA MASA ORDE LAMA, ORDE

BARU, DAN ORDE REFORMASI




BUDAYA DEMOKRASI
Budaya Demokrasi, adalah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak warga masyarakat yang
sejalan dengan nilai-nilai kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan antar manusia yang
berintikan kerjasama, saling percaya, menghargai keanekaragaman, toleransi,
kesamaderajatan, dan kompromi.
1. I nternational Commision of J urist (I CJ ), demokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
diselenggarakan oleh wn melalui wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung
jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas.
2. Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
3. Giovanni Sartori, memandang demokrasi sebagai suatu sistem di mana tak
seorangpun dapat memilih dirinya sendiri, tak seorangpun dapat menginvestasikan dia
dgn kekuasaannya, kemudian tidak dapat juga untuk merebut dari kekuasaan lain
dengan cara-cara tak terbatas dan tanpa syarat.
4. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Panca-sila, demokrasi adalah suatu pola
pemerintahan dalam mana kekuasaan untuk memerintah berasal dari mereka yang
diperintah.
Unsur-unsur budaya demokrasi adalah :
Kebebasan, adalah keleluasaan untuk membuat pilihan terhadap beragam pilihan atau
melakukan sesuatu yang bermamfaat untuk kepentingan bersama atas kehendak sendiri tanpa
tekanan dari pihak manapun. Bukan kebebasan untuk melakukan hal tanpa batas. Kebebasan
harus digunakan untukhal yang bermamfaat bagi masyarakat, dengan cara tidak melanggar
aturan yang berlaku.
1. Persamaan, adalah Tuhan menciptakan manusia dengan harkat dan martabat yang
sama. Di dalam masyarakat manusia memiliki kedudukan yang sama di depan
hukum,politik, mengembangkan kepribadiannya masing-masing, sama haknya untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
2. Solidaritas, adalah kesediaan untuk memperhatikan kepentingan dan bekerjasama
dengan orang lain. Solidaritas sebagai perekat bagi pendukung demokrasi agar tidak
jatuh kedalam perpecahan.
3. Toleransi, adalah sikap atau sifat toleran. Toleran artinya bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dll) yang bertentangan atau berbeda dengan
pendirian sendiri.
4. Menghormati Kejujuran, adalah keterbukaan untuk menyatakan kebenaran, agar
hubungan antar pihak berjalan baik dan tidak menimbulkan benih-benih konplik di
masa depan.
5. Menghormati penalaran, adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan
tertentu, membela tindakan tertentu,dan menuntut hal serupa dari orang lain.
Kebiasaan memberipenalaran akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada
banyakalternatif sumber informasi dan ada banyak cara untuk mencapai tujuan.
6. Keadaban, adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir-batin atau kebaikan budi
pekerti. Perilaku yang beradab adalah perilaku yang mencerminkan penghormatan
terhadap dan mempertimbangkan kehadiran pihak lain yang tercermin dalam sopan
santun, dan beradab

PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI
Banyak negara mengaku sebagai negara demokrasi, tapi belum tentu menerapkan
prinsip demokrasi dengan baik dan benar. Prinsip-prinsip demokrasi antar lain :
1. Adanya jaminan hak asasi manusianya, merupakan hak dasar yang melekat sejak lahir
merupakan anugerah Tuhan YME yang tidak boleh dirampas oleh siapapu termasuk
oleh negara.
2. Persamaan kedudukan di depan hukum, agar tidak tewrjadi diskriminasi dan
ketidakadilan, siapapun melanggar hukum harus mendapat sanksi menurut hukum
yang berlaku, dan sebaliknya.
3. Pengakuan terhadap hak-hak politik, seperti berkumpul, beroposisi, berserikat dan
mengeluarkanpendapat.
4. Pengawasan atau kontrol rakyat terhadap pemerintah, melalui demokrasi itu sendiri.
5. Pemerintahan berdasar konstitusi, agar pemerintgah tidak menyalahgunakan
kekuasaan seweang-wenang terhadap rakyat.
6. Adanya saran atau kritik rakyat terhadap kinerja pemerintah melalui media massa
sebagai alat penyalur aspirasi rakyat.
7. Pemilihan umum yang bebas dan jujur serta adil.
8. Adanya kedaulatan rakyat.

A. Penerapan Demokrasi di Indonesia
Bahwa demokrasi bukan hal baru bagi bangsa Indonesia telah jelas dalam Pancasila
yang oleh Bung Karno sebagai Penggalinya ditegaskan sebagai Isi Jiwa Bangsa. Akan tetapi
perwujudan demokrasi bagi bangsa Indonesia tidak sama dan tidak harus sama dengan yang
dilakukan bangsa lain, termasuk bangsa Barat yang berbeda pandangan hidupnya dari
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia .
Hal itulah salah satu sebab mengapa bangsa Indonesia sekarang dirundung berbagai
kekacauan lahir dan batin, karena menganggap bahwa demokrasi hanya dan baru demokrasi
yang benar kalau dilaksanakan sesuai dengan demokrasi Barat. Tidak dihiraukan bahwa
demokrasi dan sistem pemerintahan itu tepat kalau dapat menggerakkan dinamika bangsa
serta mengembangkan energi bangsa itu secara maksimal untuk mencapai tujun hidupnya.
Dan menghasilkan kehidupan yang maju dan sejahtera. Bukan untuk membuang-buang dan
memboroskan energi bangsa seperti yang sekarang terjadi di Indonesia.
Maka untuk membawa bangsa Indonesia pada jalan dan kondisi yang sesuai untuk
mencapai Tujuannya, yaitu Masyarakat yang Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila, perlu
kita kaji kembali bagaimana sebaiknya demokrasi di Indonesia dilaksanakan.
Tulisan ini berusaha menguraikan bagaimana sebaiknya demokrasi dijalankan di
Indonesia dan bagaimana mewujudkannya.

B. Pancasila sebagai Landasan Demokrasi Indonesia
Pancasila sebagai landasan demokrasi di Indonesia,karena Pancasila telah kita akui dan
terima sebagai Filsafah dan Pandangan Hidup Bangsa serta Dasar Negara RI, maka Pancasila
harus menjadi landasan pelaksanaan demokrasi Indonesia. Kalau kita membandingkan
dengan demokrasi Barat yang sekarang menjadi acuan bagi kebanyakan orang, khususnya
kaum pakar politik Indonesia, ada perbedaan yang mencolok sebagai akibat perbedaan
pandangan hidup.
Dalam demokrasi Indonesia tidak hanya faktor Politik yang perlu ditegakkan, tetapi
juga faktor kesejahteraan bagi orang banyak sebagaimana dikehendaki sila kelima Pancasila.
Jadi demokrasi Indonesia bukan hanya demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi dan
demokrasi sosial. Bahkan sesuai dengan Tujuan Bangsa dapat dikatakan bahwa demokrasi
Indonesia adalah demokrasi kesejahteraan dan kebahagiaan dan bukan demokrasi kekuasaan
seperti di Barat. Hal itu kemudian berakibat bahwa pembentukan partai-partai politik
mengarah pada perwujudan kehidupan sejahtera bangsa.

C. UUD 1945 Sebagai Dasar Pengatur Sistem Pemerintahan Demokrasi Indonesia
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan dasar untuk mengatur system
pemerintahan yang diperlukan demokrasi Indonesia. Yang dimaksud adalah UUD 1945 yang
belum dirobah dengan 4 Amandemen tahun 2002. Sebab setelah ada 4 Amandemen itu
hakikatnya UUD 1945 telah berubah jiwanya dari Pancasila ke individualis-liberalis.
UUD 1945 di samping mengatur Demokrasi Politik juga mengatur Demokrasi
Ekonomi. Manusia Indonesia tidak hanya mempunyai aspirasi politik yang ingin diwujudkan
dalam sistem pemerintahan. Ia juga ingin aspirasi ekonominya atau aspirasi kesejahteraannya
terjamin dalam sistem pemerintahan yang dijalankan. Ia ingin agar seluruh bangsa dan
masyarakat mencapai hidup yang sejahtera dan berkeadilan.
Aspirasi Manusia Indonesia juga mengandung aspek Demokrasi Sosial di samping
Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab jelas
sekali menunjukkan pentingnya Demokrasi Sosial.
Wujud dari Demokrasi Sosial adalah terlaksananya Gotong Royong di setiap aspek
kehidupan bangsa.
Pada waktu ini Demokrasi Sosial masih jauh dari kenyataan. Gotong Royong makin
sukar ditemukan, sedangkan pertentangan antara golongan belum selesai, khususnya antara
umat agama yang beda dan antara etnik yang berlainan.Demokrasi dalam Pancasila baru
terwujud memadai kalau baik Demokrasi Politik maupun Demokrasi Ekonomi dan
Demokrasi Sosial menjadi kenyataan.
Sistem pemerintahan Negara yang ditegaskan dalam UUD 1945 beserta Penjelasannya
yaitu :
a. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas Hukum (rechtsstaat);
Mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga
negara yang lain dalam melaksanakan tindakan-tindakan apapun, harus dilandasi oleh hukum
atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
b. Sistem Konstitusional, yang berarti bahwa pemerintahan berdasar atas sistem Konstitusi
(Hukum Dasar); jadi tidak bersifat kekuasaan yang tidak terbatas (absolutismus);
Sistem ini memberikan ketegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan konstitusi, yang dengan sendirinya juga oleh ketentuan-ketentuan dan
hukum lain yang merupakan produk konstitusional, seperti garis besar haluan negara,
undang-undang dan sebagainya.
c. Kekuasaan Negara yang tertinggi berada di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
Kedaulatan Rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat,
sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, MPR mempunyai tugas dan we-wenang yang sangat
menentukan jalnnya negara dan bangsa, yaitu berupa :
- Menetapkan Undang-Undang Dasar;
- Menetapkan Garis-Garis Besar dari Haluan Negara;
- Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR;
Penjelasan UUD 1945 menyatakan :
Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara
yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab
adalah di tangan presiden .Oleh karena itu presiden adalah mandataris MPR, presidenlah
yang memegang tanggung jawab atas jalannya pemerintahan yang dipercayakan kepadanya
dan tanggung jawab itu adalah kepada MPR bukan kepada badan lain.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
Menurut sistem pemerintahan, presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR tetapi presiden
bekerja sama dengan dewan. Dalam hal pembuatan undang-undang dan menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara presiden harus mendapatkan persetujuan DPR.
f. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas, karena Kepala Negara harus bertanggung jawab
kepada MPR dan kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR;
Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia
bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Kunci sistem ini bahwa kekuasaan
presiden tidak tak terbatas ditekankan lagi dalam kunci sistem yang ke 2 sistem Pemerintahan
Konstitusional, bukan bersifat absolut dengan menunjukkan fungsi/peranan DPR dan
fungsi/peranan para menteri, yang dapat mencegah kemungkinan kemerosotan pemerintahan
di tangan presiden ke arah kekuasaan mutlak (absolutisme).

D. Perkembangan Demokrasi Di Indonesia
Demokrasi selalu menyertai perjalanan sejarah Bangsa Indonesia.Ada demokrasi
Parlementar atau Demokrasi Liberal(1950-1959),ada Demokrasi Terpimpin (1967-1966) di
bawah Soekarno dan ada Demokrasi Pancasila di bawah kontrol Soeharto (1967_1998)
Dalam era 1998,setelah lensernya Seoharto Indonesia kemmbali memasuki era
Demokrasi Paskatransisi,entah Liberal atau Demokrasi modern lainnya.Karena sejak tahun
1998 mengantarkan Indonesia ke era Demokrasi dengan sistem multi partai yang
ekstrem.perubahan UUD 1945 menjadi kunci pembukanya. Komisi negara menjadi
tumbuh,pers menikmati kebebasan,orang bebas berpendapat dan berorganisasi,bahkan sampai
kebobrokan,orang -orang tidak takut lagi merendahkan presiden bahkan sampai membakar
gambar dan memkarikaturkan foto presiden dengan mengupamakannya seperti drakula.
Membicarakan tentang pelaksanaan demokrasi tak lepas dari periodisasi semokrasi yang
pernah dan berlaku dalam sejarah Indonesia. Mirriam Budiarjo membagi periodisasi
pelaksanaan demokrasi dipandang dari sudut perkembang sejarah demokrasi di Indonesia
yaitu:
1) Masa republik I yang dinamakan masa demokrasi parlementer
2) Masa republik II, yaitu masa demokrasi terpimpin
3) Masa republik III, yaitu masa demokrasi pancasila yang menonjolkan sistem
presidensial.
Sedangkan Ahmad Gaffar membagi alur periodisasi demokrasi Indonesia dalam empat
periode sebagai berikut :
1) Periode masa revolusi kemerdekaan
2) Periode masa demokrasi parlementer
3) Periode masa demokrasi terpimpin
4) Periode pemerintahan Orde baru
DEMOKRASI PADA MASA REVOLUSI (1945-1959)
Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Masa
demokrasi parlementer bisa dikatakan sebagai masa kejayaan demokrasi karena hampir
semua unsur-unsur demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudannya. Salah satu upaya
pemerintah pada waktu itu dengan mengadakan pemilu 1955. Namun, pemilu 1955 pada
masa itu jauh dari harapan masyarakat dan tujuannya tidak dapat tercapai. Bahkan,
ketidakstabilan bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam semakin meningkat.
Akhirnya proses demokrasi masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik,
kelangsungan pemerintahan, penciptaan kesejahteraan rakyat. Kegagalan tersebut
disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1) Dominannya politik aliran
2) Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah
3) Tidak mampunya para anggota konstituante bersidang dalam menetapkan dasar negara
sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.

DEMOKRASI PADA MASA ORDE LAMA (5 JULI 1 MARET 1966)
Merupakan periode Demokrasi terpimpin yang memiliki pengertian menurut Tap MPRS
VIII/MPRS/1965 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong
royong di anatara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
Nasakom.
Adapun ciri-ciri dari demokrasi terpimpin :
1) Dominasi presiden
2) Terbatasnya peran partai politik
3) Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia.

Pada masa demokrasi terpimpin, kondisi pada saat itu hanya merupakan kehendak dari
presiden dalam rangka menempatkan diri sebagai satu-satunya lembaga yang paling
berkuasa, demokrasi ini dinilai telah menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi.
DEMOKRASI PADA MASA ORDE BARU
Pelaksanaan demokrasi adalah demokrasi Pancasila. Yakni demokrasi yang menjadikan
pancasila sebagai landasan ideal, dan UUD 1945 dan Tap MPR sebagai landasan formal.
Pada masa ini juga telah menjadi Indoktrinisasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) oleh pemerintah Orde Baru.
Dalam perkembangan selanjutnya Orde Baru telah melakukan banyak penyimpangan
sebagai beriku :
1) Pemusatan kekuasaan di tangan presiden,
2) Pembatasan hak-hak politik rakyat, 3.
3) Pemilu yang tidak demokratis
4) Pembentukan lembaga ektrakonstitusional
5) Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN),
PELAKSANAAN DEMOKRASI MASA REFORMASI
Pada masa ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke arah kehidupan negara
demokratis. Diantaranya:
1. Keluarganya beberapa peraturan perundang-undangan sebagai wal perubahan sistem
demokrasi secara konstitusional, seperti ketetapan MPR dan Undang-Undag
2. Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya yang terlibat
korupsi, kolusi dan nepotisme serta penyalahgunaan kekuasaan.
3. Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi
kemasyarakatan secara luas
4. Pembebasan sejumlah narapidana politik semasa orde baru
5. Melaksanakan pemilu 1999 yang babas dan demokratis dengan diikuti banyak partai
politik
6. Kebesan Pers yang luas termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat Ijin Usaha
Penerbitan Pers).
7. Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam
melaksanakan domkrasi di berbagai bidang.
Beberapa tuntutan Reformasi diupayakan penyelesainnya seperti:
1. Pengadilan bagi para pejabat negara yang korupsi
2. Pemberian prinsip otonomi yang luasa kepada daerah otonom
3. Pengadilan bagi para pelaku pelanggarn Hak Asasi Manusia
Keseluruhan pembaruan politik di era reformasi dapat dilihat dari berbagai kebijakan sebagai
berikut:
1. Kemerdekaan Pers.
2. Kemerdekaan membentuk partai politik
3. Terselenggarakannya pemilu demokratis
4. Pembebasan narapidana politik dan tahanan politik
5. Pelaksanaan otonomi daerah
6. Kebebasan berpolitik









KESIMPULAN
Demokrasi dalam Pancasila yang diterapkan di Indonesia merupakan jalan dan sarana
penting untuk mencapai Tujuan Bangsa, yaitu Masyarakat yang maju, adil dan sejahtera. Itu
hanya terwujud kalau kehidupan bangsa diliputi Dinamika dan Kreativitasi yang tinggi.
Untuk itu kehidupan warga mendapat jaminan penuh oleh Negara untuk melakukan
berbagai kebebasan, termasuk kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan menjalankan
agama dan kepercayaannya, kebebasan menyatakan pendapat secara lisan dan tertulis.
Kebebasan ini perlu agar berkembang dinamika dalam berpikir dan bertindak dilandasi
kreativitas tinggi.
Namun perlu disadari bahwa kebebasan yang berlebihan, apalagi yang mutlak, justru
mengundang perpecahan dan konflik antara warga. Hal itu akan malahan menjauhkan
masyarakat dan bangsa dari kemajuan yang diinginkan. Hal itu kita rasakan sendiri sekarang
sejak Reformasi 1998 tidak menyadari hal itu.
Sebab itu prinsip Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam Perbedaan harus selalu
dipegang teguh. Karena hal demikian tidak dapat sepenuhnya diserahkan kepada warga orang
per orang, maka diperlukan berfungsinya Hukum secara efektif. Sebab itu amat penting
bahwa Hukum harus ditegakkan secepat mungkin dengan dilakukan oleh aparat hukum yang
dapat diandalkan kecakapan dan kejujurannya.
Namun di atas itu semua amat penting bahwa Semangat para Penyelenggara Negara
adalah tepat dan sesuai dengan usaha mencapai Tujuan Bangsa. Hal itu pun ditegaskan dalam
Penjelasan UUD 1945. Semangat yang tepat itu harus terwujud dalam cara berpikir dan
bertindak yang tepat dalam Memimpin dan Mengelola Negara sesuai dengan posisi dan
kedudukannya.

You might also like