You are on page 1of 12

LAKA LANTAS

DEFINISI

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian, yang tidak diduga
sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian
(Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan).
Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan
(Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan).
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Biomekanik KLL

(Buku Acuan Kedoteran Lalu Lintas Bagi Perwira Kesehatan Polri 1995 & Knight
1996).
Dengan menilai biomekanik kecelakaan lalu lintas dapat diprediksi jenis cedera yang
diderita korban, atau apa yang terjadi pada pengemudi penumpang disamping
pengemudi, penumpang dibelakang, pejalan kaki, pengendara sepeda motor pada saat
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dengan memperhatikan keterangan diatas,
diharapkan dapat merencanakan tindakan medik apa yang terbaik pada saat korban
ditolong pada kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat melibatkan :



1. Korban di dalam kendaraan

Tabrak depan
Paling umum dari ke 4 arah, kira-kira mencapai 80% dari semua tabrakan
kendaraan bermotor. Kecelakaan lalu lintas dengan tabrak depan atau berhenti
mendadak dapat menimbulkan korban pada pengemudi, penumpang disamping
pengemudi, atau penumpang belakang.

A. Pengemudi
Secara umum pada kecelakaan lalu lintas, pengemudi akan mengalami fase, yaitu :
a. Bila pengemudi tidak memakai sabuk pengaman, maka ia akan bergeser ke
depan sehingga lutut mengenai dashboard, dan kemungkinan memperoleh
cedera berupa patah tulang tempurung dan paha, atau dislokasi sendi panggul
b. Pada fase ini pengemudi akan terlempar ke atas dan kepala mengenai bingkai
kaca depan yang keras sehingga kemungkinan memperoleh patah tulang
tengkorak. Selain itu karena benturan kepala, akan terjadi hiperekstensi daerah
leher yang dapat menyebabkan patah tulang leher. Cedera ini juga dapat
menyebabkan kerusakan otak.
c. Selanjutnya pengemudi akan terlempar mengenai kemudian pada daerah dada
dan terjadi patah tulang iga, pecahnya alveola paru-paru sehingga terjadi
gangguan atau gagal pernafasan karena perdarahan di rongga pleura atau di
dalam paru-paru.
d. Gerakan selanjutnya adalah keluarnya kepala pengemudi dari kaca depan
kendaraan. Ini menyebabkan cedera pada daerah muka. Kemudian kepala
kembali di dalam, dan ini disertai robeknya kulit muka oleh kaca atau bingkai
kaca.
e. Gerakan terakhir adalah jatuhnya kembali pengamudi ke kursi. Bila kursi
tidak dilengkapi senderan kepala, maka akan terjadi hiperekstensi leher lagi
dan memperparah patah tulang leher.









Gambar 1 :
Lima fase gerakan pengamudi pada tabrakan dari atau ke depan yang mengakibatkan
trauma deselerasi.
1. Korban akan tersungkur kedepan dan lututnya membentur dasbor sehingga terjadi
fraktur patella dan/atau luksasi sendi panggul
2. Kepala membentur bingkai kaca depan dan dapat terjadi trauma kepala, cedera
otak, dan fraktur servikal
3. Dadanya membentur kemudi sehingga dapat terjadi fraktur sternum, fraktur iga,
dan cedera jantung dan paru
4. Kepala membentur kaca depan sehingga terjadi trauma muka (mungkin terjadi
pada nomor 2)
5. Korban terbanting kembali ke tampat duduknya dan jika tidak ada sandaran kepala
maka terjadi cedera gerak cambuk pada tulang leher (Sjamsuhidajat R, Jong WD.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2004 ;p.93)

Pada kecelakaan yang kendaraan mempunyai mesin disamping pengemudi,
atau tidak ada bagian depan kendaraan,seperti mini bus, atau truk, nasib pengemudi
atau penumpang disampingnya akan lebih parah lagi karena korban akan langsung
terjepit antara bagian depan kendaraan yang rusak atau kemudi, dashboard, dan kursi.
Disini posisi kemudi yang biasanya hampir mendatar akan menjepit perut dengan
tulang punggung sehingga terjadi cedera pada usus dan pembuluh darah aorta.

B. Penumpang di samping pengemudi
Penumpang disamping pengemudi akan mengalami kejadian seperti
pengemudi, kecuali pada penumpang yang tidak bersabuk pengaman akan
menghantam dashboard dan bukan kemudi, sehingga tidak akan ada bentuk cedera
dari kemudi.

C. Penumpang dibelakang
Penumpang berasal dari kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Pada
kecelakaan lalu lintas, penumpang ini akan terlempar kedepan dan mengenai
sandaran kursi di depannya, penumpang depan, kaca depan dan dapat menyebabkan
cedera pada muka dan leher karena hipereketensi.

Tabrak samping
Biasanya terjadi di persimpangan. Perlukaan pada arah ini akan mengalami tingkat
keparahan pada sisi datangnnya arah benturan. Selain itu sering menyebakan cedera
karena pecahan kaca kendaraan tersebut.

Tabrak belakang
Pada tabrakan dari belakang, benturan terjadi dari belakang, sehingga kepala akan
terlempar ke belakang dan kemungkinan terjadi cedera pada tulang leher (Whiplash
Injury) yang menyebabkan patah tulang leher dan kelumpuhan, bahkan henti nafas
atau kerusakan jantung karena kerusakan batang otak.

Terbalik
Keadaan ini lebih mematikan dibandingkan tabrakan dari samping, terutama bila
tidak memakai sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar. Biasanya benturan
diakibatkan benturan tubuh dengan bagian kendaraan yang keras atau menonjol di
dalam mobil dan jika terlempar, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau
terperangkap dibawah kendaraan.

2. Korban di luar kendaraan

1. Pejalan kaki
Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan akan mendapatkan cedera pertama
adalah patah tulang lutut atau kaki karena bumper, kamudian ia akan terlempar ke
atas dan kepala mengenai bagian luar bingkai kaca dan dapat terjadi cedera kepala
dan patah tulang leher. Bila yang menabrak adalah sebuah truk atau bus atau mini
bus, maka cedera yang diderita dapat mengenai seluruh badan dari kepala sampai ke
kaki termasuk organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, toraks, hati, limpa,
pankreas, usus, dan ginjal. Setelah tertabrak kendaraan, korban akan terlempar dan
cedera kerena tubuh membentur jalan, trotoar, pohon, tiang listrik, atau bahkan
karena terlindas mobil atau kendaraan lain.





Gambar 3 : Pejalan kaki yang melanggar lalu lintas pada penyebrangan kemudian
tertabrak oleh depan mobil dan kemungkinan bila dalam keadaan ini korban mungkin
ke arah depan atau akan terangkat ke atas atau atap mobil. (Knight B. Forensic
Pathology. Second edition Oxford University. New York, Amerika : Arnold, 1997;
p.286)

2. Pengendara sepeda motor
Seperti juga pejalan kaki, pengendara sepeda motor akan mengalami fase-fase
kecelakaan yang sama, dan dengan cedera yang sama. Yang khas bagi pengendara
adalah adanya handle bar injury, yaitu cidera pada usus karena terjepit antara setang
dan tulang punggung. Bila ditabrak dari belakang maka akan terjadi cedera pada
tulang leher (whisplash Injury) pada pengendara atau penumpangnnya. Pada
kecelakaan motor antara pengendara dan pembonceng akan memberikan gambaran
yang berbeda, dimana banyak kasus pembonceng akan lebih parah perlukaannya. Itu
semua dikarenakan saat terjadi kecelakaan pembonceng kurang siap pada saat akan
terjadinya tabrakan, dimana dikarenakan keadaan ini pembonceng akan terlempar
lebih jauh sehingga akan memberikan gambaran lebih parah dibandingkan
pengendaranya.
Yang kedua disebabkan pada pembonceng biasanya saat akan melakukan
perjalanan mereka kurang memperhatikan perlengkapan untuk keselamatannya
(seperti penggunaan helm), sementara pada pengendara mereka sudah lebih siap
untuk memakai perlengkapan keselamatan, sehingga pada pembonceng akan semakin
memberikan gambaran yang lebih parah dibandingkan pengendara.




Gambar 5 : Pengendara sepeda motor A dan B pengendara sepeda motor sering
mengalami patah tulang tungkai jika ditabrak. Dan jika karena kecepatannya ia
sampai terlempar, dapat terjadi : (1). Patah tulang anggota atas, (2). Cedera otak, atau
(3). Cedera plexus brachialis jika bahu terbentur sesuatu yang keras. (Sjamsuhidajat
R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2004 ; p.95)

Jenis dan Pola Kelainan pada Pejalan kaki
Hasil pemeriksaan pada pejalan kaki (pedestrian), khususnya jika korban ditabrak
oleh mobil, tergantung dari berbagai faktor, diantaranya (Idries & Tjiptomartono
2008) :
1. Faktor dari korban sendiri : posisi, keadaan fisik, pakaian yang dikenakan
2. Faktor dari kendaraan : jenis, kecepatan, jarak
3. Faktor keadaan jalan (permukaan jalan) Pada pejalan kaki terdapat kelainan yang
menurut mekanisme terjadinya dibagi dalam (Idries 1997; & Idries & Tjiptomartono
2008) :

1. Luka karena impak primer (Primary Impak Injuries), yaitu benturan yang
pertama kali terjadi antara korban dengan kendaraan.
2. Luka karena impak sekunder (Secondary Impak Injuries), yaitu benturan
korban yang kedua kalinya dengan kendaraan (misalnya : impak primer
adalah tungkai, korban terdorong sehingga terjatuh ke belakang terkena pada
bagian kaca mobil.
3. Luka yang sekunder (Secondary Injuries), yaitu luka yang terjadi setelah
korban jatuh keatas jalan.



Jenis dan Pola Kelainan pada Pengendara dan Penumpang Mobil

Hasil pemeriksaan korban atau mayat pada pengemudi mobil dimana terjadi
penghentian kendaraan yang mendadak maka akan dapat ditemukan kelainan luka-
luka pada diri pengemudi yang agak khas, sebagai berikut (Idries 1997; & Idries &
Tjiptomartono 2008) :

1. Luka-luka pada daerah kepala disebabkan oleh karena benturan dengan bagian
depan kendaraan, misalnya kaca depan dan ini akan tampak sebagai luka
terbuka kecil-kecil (jika kaca depannya pecah), ataupun dapat luka lecet
tekan, luka memar, bahkan kompresi fraktur jika korban mengenai bagian
yang keras.
2. Luka-luka pada daerah dada merupakan akibat dari benturan antara dada
korban dengan setir yang mana sering tampak jelas jejaknya, dan pada bagian
dalam dari dada, tulang dada, dapat patah, jantung dan paru-paru dapat hancur
(langsung akibat dari benturan itu sendiri, maupun tidak langsung oleh karena
patahan tulang dada atau tulang-tulang iga).
3. Seatbelt Injuries, selain sebagai alat pelindung maka sabuk pengaman dapat
juga merupakan sumber dari luka terdapat pada pengemudi itu sendiri
khususnya pada peristiwa kecelakaan dimana kendaraannya dijalankan
dengan kecepatan tinggi. Ini semua tergantung dari letak sabuk pengaman,
maka pemeriksaan mayat akan memberikan hasil sesuai dengan letak dari
sabuk pengaman tersebut, dapat pada daerah dada dapat pula pada daerah
perut, dimana organ-organ dalam pada daerah-daerah tersebut dapat
mengalami kerusakan berat.
4. Pada bagian mata kaki/pergelangan kaki dapat patah disebabkan benturan
dengan pada pedal, hal yang sama dapat pula terjadi pada daerah kepala oleh
karena benturan dengan kaca depan dari kendaraannya.

Hasil pemeriksaan mayat pada penumpang mobil, adalah sebagai berikut (Idries
1997; & Idries & Tjiptomartono 2008) :

1. Pada penumpang kendaraan yang duduk di depan, akan ditemukan kelainan
yang lebih sering di daerah kepala. Adanya sabuk pengamanan turut pula
memberikan warna (variasi) dari kelainan yang ditemukan pada pembedahan
mayat.
2. Pada penumpang kendaraan yang duduk dibelakang, maka kelainan terutama
akan ditemukan pada daerah panggul dan perut. Sabuk pengaman secara
dramatis telah mengurangi jumlah perlukaan yang terjadi pada KLL terutama
pada tabrakan yang terjadi pada kecepatan rendah (Knight 1996). Sabuk
pengaman bila dipakai saat benturan dapat atau tidak dapat meninggalkan
cetakan luka yang khas pada tubuh (Knight 1996). Sabuk pengaman dapat
menyebabkan perlukaan yaitu pada sabuk bawah dapat menyebabkan robekan
mesenterium, laserasi omentum, ataupun pada usus dapat terjadi kontusio
(Knight 1996). The Transport Road Research Laboratory membandingkan
cedera yang dialami oleh kedua pengendara mobil yang memakai sabuk
pengaman dan tidak memakai sabuk pengaman. Mereka menemukan bahwa
terdapat penurunan yang umum terjadi dari berbagai cedera akibat
penggunaan sabuk pengaman tersebut (Knight 1996). Sebuah penelitian di
Central Southern England yang terakhir memperkirakan cedera pada mata
menurun sekitar 73%, itu semua diakibatkan karena tidak adanya pecahan
kaca pada kaca depan mobil (Knight 1996).




Gambar 6 : Tipe Seat sabuk pengaman untuk pengaman diri. a) Simple lap-strap yang
berbahaya bagi aorta, b) Diagonal (dapat terpeleset ke bawah), c) Sederhana dan
diagonal (tipe kebanyakan mobil), d) Bahu (digaunakan pada pesawat terbang dan
mobil balap). (Knight B. Forensic Pathology. Second edition Oxford University. New
York, Amerika : Arnold, 1997; p.282)

Jenis dan Pola Kelainan pada pengendara motor
Luka pada kecelakaan Sepeda motor berhubungan dengan kecelakaan sepeda
motor baik secara tunggal, tabrakan, dengan sepeda motor lain, atau kendaraan
beroda 4, dan bisa juga menyebabkan sepeda motor tersebut menabrak pejalan kaki
sehingga akan menyebabkan perlukaan pada pejalan kaki tersebut (Tedeschi CG,
Eckert, & Tedeschi LD 1977). Pola kelainan pada pengemudi sepeda motor (Idries
1997).

1. Luka karena impak primer pada tungkai, luka Karena impak sekunder pada
bagian tubuh lain, sebagai akibat benturan tubuh dengan bagian lain dari
kendaraan lawan.
2. Luka yang terjadi sekunder, sebagai akibat benturan korban dengan jalan.
3. Luka yang terjadi sekunder, seringkali merupakan penyebab kematian pada
korban, karena yang mengalami kerusakan adalah kepalanya.
4. Fraktur pada tengkorak sebagai akibat luka sekunder tersebut dapat mudah
diketahui, yaitu dari sifat garis patahnya, dimana terdapat garis patah yang
linier (Fraktur Linier), sedangkan pada keadaan lain, misalnya kepala dipukul
dengan palu yang berat, frakturnya adalah fraktur kompresi.
5. Dengan demikian terdapat perbedaan kelainan fraktur tengkorak, yaitu bila
korban (kepala), bergerak mendekati benda tumpul (jalan), dengan bila kepala
diam akan tetapi benda tumpulnya (palu), yang datang mendekati kepala.
6. Perlu diketahui bahwa bagi pembonceng kendaraan sepeda motor tidak
ditemukan kelainan yang khusus. Harus juga diingat kemungkinan terjadinya
cedera perut pada pengemudi motor, dalam hal ini usus terjepit diantara
setang setir dan tulang belakang, namun pada pemeriksaan fisik hanya ada
jejas pada bahu atau kulit perut (Sjamsuhidajat & Jong 2004).

You might also like