You are on page 1of 11

Nama : Mahatma Aji Pangestu

Kelas: XII IPA 1


No: 14
PANTUN
Pantun Nasehat
Kandang sapi kandang babi
Ditengah-tengah ada pemiliknya
Pasti kita bisa pandai
Jikalau kita mau berusaha

Pantun Muda-Mudi
Jalan-jalan ke Sumatra Utara
Jangan lupa beli tahu
Walau banyak wanita di dunia
Yang ku sayang hanya kamu

Pantun Teka-Teki
Pagi-pagi pergi ke pasar
Jangan lupa membeli terasi
Kalaupun kamu cukup pintar
Hewan apa yang tak pernah rugi ?

Pantun Anak-Anak
Minum susu dicampur madu
Enaknya memang luar biasa
Senangnya kalau hari minggu
Kuturut ayah pergi ke kota

Pantun Jenaka
Buah durian kulitnya berduri
Dimakan enak sama es cendol
Doni tersenyum malu sekali
Melihat Agni sedang mengompol
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
PUISI

IMPIAN

Hidup tak selalu manis,
seperti sepotong coklat

hidup itu, kadang juga pahit,
kadang sakit,
kadang keras,

dibalik semua itu,
aku selipkan asa,
sebuah impian akan kebahagiaan

hidup tak selalu terasa enak
bagaikan gigitan buah apel
yang habis sepotong demi sepotong

kadang air mata bercucuran,
kadang ada isak tangis,
dan keluh kesah

namun di antaranya
kutitipkan harapan
tuk menggapai sebuah impian


Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
CERPEN

GANG PENGKOL

Malam itu begitu cerah, tak setitik awan pun tampak di langit malam. Krik, krik, krik,
suara jangkrik di mana-mana. Suasana malam yang hening pecah saat suara sirine polisi
memasuki sebuah gang yang hanya muat satu mobil.
Jangan bergerak !, lima orang berpakaian preman menyergap beberapa pemuda
yang sedang memainkan musik dangdut. Tanpa banyak basi-basi tiga orang pemuda dibawa
ke mobil dengan bangku menghadap samping. Tangan mereka ditaruh di belakang dengan
keadaan terborgol.
Do, ada apa ini?, kata salah seorang pemuda kepada temannya. Aku juga gak tau
Ron, jawab pemuda yang bernama Edo. Begitulah percakapan singkat tiga pemuda di atas
mobil sebelum sampai di kantor polisi.
***
Seperti biasa, pagi itu terasa dingin dengan sedikit kabut menutupi jarak pandang
yang hanya sekitar 20 meter. Mobil-mobil colt sebutan angkutan desa yang biasanya
mengantar orang-orang ke pasar maupun anak-anak sekolah berlalu lalang mengeluarkan
asap karbondioksida.
Edo pagi itu bangun pagi sekali, tidak biasanya dia bangun pagi-pagi.
Tumben Do, kamu bangun pagi-pagi, mama sampai belum bikin sarapan buat
kamu, kata Asni. Asni merupakan ibu tiri Edo karena ibu kandungnya telah meninggal
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
semenjak dua tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan mobil bersama ayahnya. Namun
sang ayah beruntung masih diberi umur yang panjang oleh Tuhan. Dan 5 bulan setelah itu
Agus, yang merupakan ayah Edo menikah kembali dengan Asni yang dikenalnya sebagai
seorang pegawai tata usaha di sebuah sekolah swasta di kota Pacitan.
Sekali-kali lah ma, lagian ini juga mau bimbel pagi buat persiapan ujian nasional ,
jawab Edo dengan nada agak masih mengantuk.
Mama buatin telur ceplok aja, buat sarapan kamu, sahut Asni.
Gak usah lah, nanti biar Edo beli sarapan di kantin, jawab Edo.
Dan Edo pun berangkat sekolah dengan motor kesayangannya, walaupun jam masih
menunjukkan pukul 05.45.
***
Samapai di sekolah, suasana masih terlihat seperti kota mati, tidak ada seseorang
pun kecuali tukang bersih-bersih dan penjaga sekolah yang masih sibuk membuka pintu
kelas-kelas. Guru-guru yang mau mengajar bimbel pun belum ada yang datang, mungkin
karena masih awal-awalan, sepertinya belum terbiasa baik murid maupun gurunya. Dan Edo
pun masuk kelas, yang seperti kelas milik sendiri, tidak ada yang lain di kelas itu.
Kamu Do, pahlawan kesiangan yang sekarang jadi petugas apel yang berangkat
pagi-pagi, mau jadi anak pintar kayaknya, kata cewek yang tiba-tiba di sebelah Edo.
Iyalah Rin, target ujian semua mata pelajaran dapat sembilan keatas, jawab Edo.
Ngarepnya tinggi baget, gak takut jatuh ?, lanjut Rina dengan nada menyindir.
Yang penting berusaha dulu, ya gak?.
Selang beberapa menit, murid-murid lain bergantian masuk kelas XII IPS 5 yang
terletak di dekat mushola dengan ruangan yang sempit dan agak pengap. Tak beberapa
lama, guru pembimbing bimbel pun datang dengan wajah yang masih terlihat ngantuk.
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
Banyak murid yang belum datang termasuk Roni yang biasanya datang ke sekolah
jam 7.15 .
Kelihatannya semua masih mengantuk ini?, ucap Bu Tari yang ternyata
membimbing bimbel pada pagi itu dengan nada semangat.
Iya bu, jawab murid serempak.
Ya wajarlah, sekolah pagi ya seperti ini, saya aja juga masih ngantuk, jadi santai saja
ya, sahut Bu Tari.
Tawa pun pecah di pagi itu saat bimbel belum dimulai.
***
Teeet, teeet, teeet
Riuh siswa menggema saat terdengar bunyi tersebut yang merupakan tanda bel
istirahat. Tidak berselang lama, Edo, Roni dan Indra bersama-sama pergi ke kantin. Memang
tiga orang tersebut merupakan sahabat dekat sejak mereka SMP, dan smapai SMA
persahabatan mereka tetap berlanjut walaupun terkadang diselingi dengan pertengkaran-
pertengkaran kecil.
Ayo ke kantin, kalian aku traktir semua, mumpung aku dapat rejeki, ajak Indra.
Indra dari dulu terkenal akan ke baikannya kalau bersama teman-temannya, dia
sering mentraktir temannya kalu sedang dapat rejeki.
Ayolah, siapa yang gak mau kalo di traktir gratis kayak gini, cetus Roni, yang tadi
tidak ikut bimbel karena datang ke sekolah jam 7 lebih.
Mereka pun ke kantin dan sarapan di sana sampai bel istirahat selesai.
Do, Ron, nanti malam kita nongkrong di tempat biasa ya, suntuk di rumah terus.
Jangan lupa bawa tu gitar sama ketipungnya, kata Indra.
Ok Ndra, ntar malem kita nongkrong, jawab Edo
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
***
Di malam yang dingin itu ketiga anak sekolah tadi berkumpul di tempat
nongkrongnnya mereka yang merupakan bengkel kalau siang hari. Bengkel tersebut
tergolong besar karena merupakan bengkel mobil dan cukup terkenal di kota Pacitan.
Suara ketipung tampak nyaring dimalam itu diselingi petikan gitar dari Edo dan suara
jangkrik-jangkrik di persawahan depan bengkel. Selang satu jam kemudian datang
rombongan orang berjumlah 5 orang menghampiri Edo, Indra dan Roni.
Eh kamu sat, dari mana kamu, kok tumben mampir ke sini, ucap Indra membuka
pembicaraan.
Ini tadi habis ngumpul di rumahnya Tomi, terus lewat sini dan liat kalian, ya mampir
dulu lah sama ini yang lain, Jawab Satriya.
Iya Sat udah lama kita gak ketemu, sejak kita lulus dari SMP Bima Sakti dulu,
padahal aku kira kita bisa satu sekolah lagi d SMA, ternyata kita beda sekolah, sahut Edo.
Mereka pun ngobrol-ngbrol bersama dengan teman-teman Satriya yang berjumlah 4
orang, yang Edo, Indra dan Roni tahu sebagai murid sekolah di SMA tetangga. Mereka
menikmati alunan dangdut koplo sampai waktu menunjukkan pukul 11.04 malam.
Ketiga sahabat tadi pamit kepada satriya dan teman-temannya untuk pulang lebih
awal karena mereka rasa sudah sangat mengantuk, sampai tidak kuat menahan matanya
untuk tetap membuka.
Sat, kami pulang dulu, gak betah ni mata, kayak gak bisa di buka, udah lengket
banget ucap Roni.
Itulah kata-kata terakhir dari ketiga sahabat itu sbelum meninggalakan Satriya dan
teman-temannya di depan bengkel. Mereka pun pulang menuju rumahnya masih-masing
dengan tubuh lemas dan mata sudah tinggal 5 watt bak lampu bohlam di rumah tua dekat
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
sekolah Edo. Edo kembali ke rumahnya yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari bengkel.
Sedang Roni dan Indra rumahnya tidak begitu jauh dari rumah Edo hanya berjarak 200
meter.
Tok tok tok, Assalamu alaikum Ini Edo ma tolong bukain pintunya, Edo mengetuk
pintu dengan keadaan lemas karena sudah sangat mengantuk.
Waalaikum salam, iya Do sebentar, jawab Mama Edo yang juga terlihat
mengantuk karena jam sudah menunjukkan pukul 11.10 malam.
Edo pun langsung masuk ke kamarnya dan mamanya mengunci pintu rumahnya. Edo
berjalan gontai sudah seperti tubuh tak bertenaga.
***
Do, bangun Do, sudah jam 6, kamu gak bimbel hari ini?, Asni menggoncang tubuh
Edo dan menarik selimutnya.
Iya ma, sebentar lagi, masih ngantuk ni, jawab Edo dengan nada malas.
Makannya kalau main malam itu pulangnya jangan malam-malam, begini kan
jadinya kamu bangun kesiangan, Mama Asni tampak kesal dengan Edo.
Iya ma iya, ini udah bangun, mau mandi dulu, ntar sarapannya di kantin sekolah lagi
aja, gak sempat waktunya, Edo beranjak dari tempat tidurnya dan langsung menuju kamar
mandi sambil mengambil handuknya yang tergantung di dekat kamar mandi.
***
Hari ini Edo terlambat bimbel, tidak seperti hari pertama bimbel. Di hari kedua
bimbel ini murid-murid banyak yang datang lebih pagi karena mungkin sudah mulai terbiasa.
Namun Roni tetap saja seperti biasanya , datang selalu kesiangan. Sudah menjadi kebiasaan
Roni pergi ke sekolah terlambat dan susah untuk dirubah kebiasaan buruknya.
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
Dan jam sekolah pun bergulir seperti bekicot yang membawa barbel, itulah yang
dirasakan Edo dan murid lainnya, smapai bel pulang sekolah berbunyi sebanyak enak kali
dan dilanjutkan dengan sorakan murid-murid SMA Karang Bakti mulai dari kelas X samapi
kelas XII, tampaknya semua murid sudah sangat menunggu bel tersebut berbunyi.
Ron nanti malam kita pindah tempat nongkrong, anak kampung sebelah ngajakin
kita nongkrong di poskampling mereka sambil dangdutan, katanya biar rame gitu, kata
Indra yang besama Edo dan Roni menuju parkiran sepeda motor.
Ok lah ndra, nanti malam kita ke sana, jarang-jarang kita nongkrong di tempat
mereka, jawab Roni, dan Edo pun mengiyakan jawaban Roni.
***
Assalamu alaikum, Do..Edo, kata-kata itu diulang sampai dua kali dan seseorang
keluar dari rumah Edo.
Eh, kamu Ron, nyari Edo ya? Tungguin aja sebentar, duduk dulu sini, Edo masih
Shalat Isya tu, tutur seseorang yang keluar dari rumah Edo yang ternyata adalah Ayah Edo
yang sebelumnya duduk di ruang tamu sambil membanya koran Bola.
Iya Om, jawab Roni.
Yang tak berselang lama Indra pun juga sampai di rumah Edo dan duduk di samping
Roni yang masih menenteng ketipung kesayangannya.
Ayo jalan Ron, In, udah pukul 8 ni, kata seseorang yang keluar dari rumah yang
ternyata adalah Edo dengan baju bola kesayangannya.
Edo dan Indra akhirya pergi ke kampung sebelah naik motornya masing-masing,
sedang Roni dibonceng Edo dengan membawa ketipung dan gitar milik Edo. Tidak begitu
jauh mereka naik motor, hanya sekitar 1 kilometer.
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
Mereka berkumpul dengan pemuda kampung tetangga berbaur dengan diiringi
musik dangdut dari ketipung Roni dan gitar Edo. Pemuda-pemuda tadi berjoget dan
menyanyi seperti lepas tanpa beban di sebuah gang sang sempit yang orang kampung
tersebut menyebutnya gang pengkol.
Jangan Bergerak, suara itu terdengar bersamaan dengan suara sirine yang
memecah suasana dangdutan yang sebelumnya ramai.
Semua pemuda-pemuda itu tampak bingung dengan penyergapan orang-orang
sangar dengan perawakan seperti preman yang tinggi besar dan hitam. Tangan-tangan
semua di atas kepala dan wajah pemuda-pemuda termasuk Edo tampak pasrah dan
ketakutan.
Tak berselang lama Edo, Roni dan Indra tangannya terborgol oleh besi borgol
preman-preman tadi yang ternyata adalah kesatuan dari polisi. Mereka bingung kenapa ini,
apa yang salah dengan mereka. Dan ketiga sahabat itu di gelandang ke kantor polisi dengan
menggunakan mobil polisi dengan wajah masih bingung dengan kejadian ini.
***
Kalian menjadi terdakwa dalam kasus pencurian uang di bengkel Sabar pada hari
selasa tanggal 6 November 2011 kata salah seorang polisi menghadap sebuah monitor
yang tertutup kaca di bawah meja.
Kami tidak melakukan apa-apa pak, kami hanya nongkrong di bengkel itu sambil
dangdutan sampai sekitar pukul 11 malam, di ditu kami tidak melakukan seperti yang bapak
tuduhkan, kata Edo dengan wajah pasrah dan seperti tidak percaya dengan kejadian yang
sedang dialaminya saat ini.
Kami punya banyak saksi yang bisa memberatkan hukuman kalian, sekarang kami
telepon orang tua kalian masing-masing,kata seorang polisi.
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
Mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan yang dialaminya. Mereka berfikir betapa
kecewanya orang tuanya melihat mereka dengan tangan terborgol di kantor polisi.
Tak berselang lama orang tua Edo, Indra dan Roni datan. Ibu mereka masing-masing
menangis melihat anak mereka, tak terkecuali ayah yang tampak kecewa dengan ulah anak
mereka.
Pak kami akan membawa kasus ini ke pengadilan, kami tahu kalau anak kami tidak
melakukan hal yang seperti bapak tuduhkan kepada mereka, kata Agus dengan penuh
keyakinan.
Iya pak itu memang prosedurnya, tapi kami tetap menahan anak-anak ini smapai
waktu sidang tiba.
Orang tua mereka sangat kecewa dengan hal itu dan pulang kerumah dengan
keadaan lemas lunglai. Mama Asni tampak tidak bergairah dalam menjalani hidup, padahal
baru 1 hari anaknya di sel.
Selamat siang pak Agus, kami dari kepolisian meminta bapak untuk datang ke
kantor polisi sekarang juga, terima kasih, ucap seseorang di telepon.
Orang tua Roni dan Indra juga mendapat telepon yang sama, dan ketiga keluarga itu
datang bersama-sama ke kantor polisi.
Maaf pak, dengan ini kami menyatakan permintaan maaf atas kejadian salah
tangkap yang kami lakukan kepada anak-anak bapak dan ibu. Dan mereka mulai saat ini bisa
kembali ke rumah masing-masing, kata seseorang Kasatreskrim.
Kami juga sudah yakin pak bahwa anak kami tidak melakukan hal tersebut, tapi ya
sudahlah pak yang terjadi biarlah berlalu, ucap Pak Agus dengan wajah sumringah.
Nama : Mahatma Aji Pangestu
Kelas: XII IPA 1
No: 14
Dan akhirnya mereka dibawa pulang oleh orang tuanya masing-masing. Wajah
mereka tidak kalah senangnya dengan orang tuanya. Tidak ada yang lebih senang selain hari
itu, karena sudah tiga hari mereka mendekan di penjara.
Kasus yang semula menuduh Roni, Indra dan Edo ternyata berubah kepada
penangkapan Satriya dan teman-temannya, yang ternyata melakukan aksinya sesaat setelah
Edo dan kawan-kawannya pulang.
Edo, Indra dan Roni akhirnya bisa kembali ke sekolah. Semua teman-temannya
menyalami mereka satu per satu mengucapkan selamat atas bebasnya mereka dari jeruji
besi.

-TAMAT-

You might also like