KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI PERIODE 2 JUNI 5 JULI 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 1
STATUS PSIKIATRI
Nomor Rekam Medis : 05.28.37 Nama Pasien : Tn. D Nama dokter yang merawat : dr. Siti Khalimah, Sp.KJ Masuk RS pada tanggal : 9 Juni 2014 Rujukan/datang sendiri/keluarga : Ny. Rosalini (Istri)
I. IDENTITAS Nama : Tn. D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 42 tahun Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 14 Oktober 1971 Agama : Islam Suku bangsa /warga Negara : Sunda/ Indonesia Status Pernikahan : Menikah Pendidikan Terakhir : SMA Pekerjaan : Tidak bekerja Alamat : Gg. Pahlawan No. 18 RT 03 RW 018 Cilendek Barat Kota Bogor Tanggal Masuk RS.MM : IGD 9 Juni 2014 Ruang Kresna 9 Juni 2014 Ruang Gatot Kaca 16 Juni 2014 Ruang Yudhistira 24 Juni 2014
II. RIWAYAT PSIKIATRI Autoanamnesis dilakukan di Ruang Yudhistira RSMM Bogor pada: 24 Juni 2014 pukul 14.00 WIB 25 Juni 2014 pukul 10.00 WIB Alloanamnesis dilakukan di rumah pasien dengan Rosalini (Istri Pasien) pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 09.00 WIB.
2
A. Keluhan Utama Pasien memukul istrinya sejak 2 hari SMRS
Keluhan Tambahan Pasien sering marah marah, mengamuk, membanting alat alat rumah tangga berupa kulkas, bicara dan tertawa sendiri, dan merasa curiga kepada setiap tamu yang datang kerumahnya.
B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dibawa oleh keluarga karena memukul istrinya sejak 2 hari SMRS. Selain itu, pasien juga dikatakan sering marah marah dan mengamuk, membanting alat alat rumah tangga berupa kulkas sekitar 3 bulan yang lalu, bicara dan tertawa sendiri dan merasa curiga kepada setiap tamu yang datang ke rumahnya. Pasien dirawat di RSMM untuk yang kedua kalinya. Menurut istri, pasien sudah mengalami gejala seperti ini sejak sebelum menikah (1998). Sekitar 3 tahun yang lalu (Maret 2011), ibu pasien meninggal dunia. Istri pasien mengatakan bahwa ibu mertuanya meninggal karena memiliki kencing manis yang sudah berkomplikasi ke ginjal dan juga letih mengurus pasien. Beliau meninggal ketika sedang di rawat inap di RSMM Bogor. Menurut istri pasien, setelah ibu pasien meninggal kondisi pasien semakin memburuk lagi, mengingat pasien ini sejak kecil mendapat perhatian lebih dari ibunya dibanding dengan saudara kandungnya yang lain. Mendengar ibu mertuanya meninggal, istri pasien memutuskan untuk mutasi kerja dari Aceh pindah Bogor. Setelah sampai di Bogor, istri pasien membeli rumah untuk di tinggali bersama anak dan suaminya. Istri pasien memutuskan pindah ke Bogor dengan maksud tujuan agar pasien mudah untuk kontrol karena tempat tinggal yang dekat dari RSMM Bogor. Istri pasien mengatakan sejak mereka pindah kembali ke Bogor, ia sering melihat pasien seperti ingatan ingatan lama yang dialami pasien dulu terulang kembali. Seperti halnya, dulu pacar pasien sempat diambil oleh adik pasien kemudian jika adik pasien tersebut datang ke rumah pasien, pasien mencurigai juga bahwa adik laki laki pasien juga selingkuh dengan istrinya. Pada tahun 2012, pasien berhenti sendiri dari pekerjaannya di sebuah pabrik las di Bogor. Istri pasien tidak mengetahui pasien telah keluar dari pekerjaannya. 2 bulan kemudian istri pasien akhirnya mengetahui hal tersebut dan mencoba 3
membicarakan hal ini kepada pimpinan pabrik tempat pasien bekerja agar mau menerima kembali pasien bekerja di tempat las tersebut. Tetapi, pimpinan pabrik las tersebut menolaknya dan sejak saat itu pasien tidak ada bekerja lagi. Kegiatan sehari hari hanya dirumah saja. Pada tahun 2014, gejala pasien semakin memburuk karena pasien tidak mau minum obat. Ketika pasien di rumah, istri pasien mengatakan ia sering marah marah tanpa sebab dan mudah tersinggung. Sehingga istri pasien pun tidak betah dirumah dan sering mengajak kedua anaknya keluar rumah. Melihat hal itu, pasien semakin marah marah ketika istri sudah tiba di rumah. Pasien mengatakan istrinya sering keluyuran dan jalan jalan. Pasien merasa sering di ancam oleh istrinya yang menyebutkan nama saudara saudara pasien agar datang ke rumah pasien. Sedangkan menurut istri pasien, ia menyebutkan nama tersebut karena pasien hanya takut dengan kakak laki lakinya, sehingga ketika pasien marah marah, istri pasien sering menyebutkan nama tersebut agar pasien tidak memukulinya. Selain itu, pasien kerap sekali mengamuk, merusak atau membanting alat alat rumah tangga. Belum lama ini, pasien berusaha membanting kulkas kecil di rumahnya. Istri pasien mengatakan ia seringkali bicara kepada pasien untuk tinggalkan saja rumahnya jika pasien hanya bisa marah marah, mengamuk ataupun membanting alat alat rumah tangga. Pasien juga kurang dalam merawat diri sendiri seperti mandi dan berpakaian. Menurut istri pasien, ia sering melihat pasien bicara dan tertawa sendiri ketika di rumah. Istri pasien tidak tahu apa yang sedang dibicarakan pasien karena pembicaraan pasien tidak jelas. Selain itu, pasien dikatakan sulit tidur sering kali baru tertidur jam 5 subuh. Sering kali mengurung diri di dalam rumah dan tidak mampu merawat diri sendiri. Pasien dikatakan sering kali merasa curiga setiap tamu yang datang keluarganya, bahkan keluarga seperti kakak dan adik pasien juga ikut dicurigai. Istri pasien tidak mengetahui kenapa pasien curiga tersebut. Selama wawancara, pasien terus mengatakan kekhawatirannya terhadap biaya keuangan selama di rawat di RSMM baik mengenai obat obatan maupun biaya perawatan. Pasien menyangkal adanya mendengar suara suara yang membisikinya maupun yang menyuruhnya. Riwayat keluyuran keluar rumah juga disangkal. Pasien mengatakan ia pernah melihat sebuah kebakaran bank ketika di Aceh, dimana di bank tersebut pasien meletakan sejumlah surat surat penting. Kemudian pasien menyaksikan surat surat penting itu juga ikut terbakar. Hal ini terus dipikirkan pasien sampai sekarang. Menurut istri pasien, memang pernah terjadi kebakaran bank pada 4
waktu di Aceh tetapi surat surat tersebut bisa terselamatkan atau tidak ikut terbakar. Pasien mengaku ia pernah tidak sengaja memukul istrinya tetapi setelah itu ia mengatakan kembali berbuat baik kepada istrinya. Selain itu, pasien mengatakan bingung menentukan jam dan tanggal saat ini. Menurutnya, tahun sekarang malah berkurang dari tahun lalu yang sudah dialaminya sebagai contoh dulu ia menganggap tahun 9000an sekarang menjadi 2000an. Saat diwawancara, pembicaraan pasien seringkali bergeser dari satu topik ke topik lain yang tidak berhubungan. Pasien mengatakan pintu rumah dan jendela rumahnya suka ditutup rapat rapat karena ditakutkan debu dan plankton masuk kerumahnya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat Psikiatri Sebelumnya Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riwayat sering putus obat. Menurut istri, pasien sudah mengalami gejala seperti ini sejak sebelum menikah (1998). Istri awalnya tidak tahu pasien sering minum obat apa yang diberikan oleh orang tuanya. Gejala yang dialami pasien saat itu pun masih ringan, tidak separah yang sekarang. Setelah menikah, pasien ikut dengan istri pergi ke Aceh untuk bekerja. Obat obatan rutin yang sering diminum dikirim melalui paket dari Bogor oleh orang tuamya. Pasien saat itu dalam keadaan terkontrol. Kegiatan sehari hari ketika berada di Aceh dilakukan dengan baik. Pasien mengatakan ia bekerja sebagai peternak ayam ketika berada disana dan sering membantu pekerjaan rumah tangga seperti merawat anaknya yang masih bayi disaat istrinya sedang sibuk bekerja. Selain itu, ia mengaku sering ke Medan untuk membeli dompet untuk di jual kembali kepada tetangganya di Aceh. Pada tahun 2000 ketika terdapat peristiwa GAM di Aceh, pasien saat itu sering melihat dan mendengar dari televisi mengenai pembunuhan massal bagi penduduk yang bukan asli Aceh. Melihat hal itu, sang istri menyuruh pasien agar sementara pulang kembali ke Bogor. Selama terjadi peristiwa GAM di Aceh, pasien tinggal di Bogor bersama orang tuanya. Pasien di awasi dan obat obatannya dikontrol oleh ibunya sendiri. Setelah peristiwa GAM di Aceh mereda tahun 2005 pasien mulai kembali tinggal dengan istrinya. Tetapi, pasien terkadang masih sering pulang ke Bogor setiap beberapa bulan. 5
Pada tahun 2010 pasien masuk RS untuk pertama kalinya. Ia dibawa oleh ibu dan kakak pasien karena putus obat sehingga muncul gejala berupa tidak bisa tidur, marah marah dan mudah tersinggung, merusak alat alat rumah tangga, bicara dan tertawa sendiri. Kemudian pasien di rawat selama beberapa minggu, setelah gejala membaik pasien di bawa pulang kembali. Pasien dibawa ke RS juga dikarenakan terjatuh dari motor, istri pasien mengatakan ia terjatuh karena sudah tidak mau meminum obat lagi selama beberapa bulan. Pasien dibawa oleh kakak dan ibu pasien ke IGD RSMM Bogor karena istri pasien sedang berada di Aceh. Menurut istri, setelah terjatuh di Aceh pasien merasakan sakit pada tangan kanannya dan tulang bahu kanan lebih menonjol. Setelah kejadian tersebut, ia ingin pulang ke Bogor. Kemudian istrinya memberikannya uang untuk transportasi pasien ke Bogor. Pada saat di IGD dikatakan pemeriksaan klinis tampak asimetri pada tulang klavikula sehingga pada saat itu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen, dengan hasil pemeriksaan yaitu fraktur klavikula. Kemudian pasien dirawat gabung oleh bedah orthopedi untuk dilakukan pemasangan pen. Dan sampai sekarang pen tersebut masih terpasang pada pasien. Istri pasien tidak mengingat lama perawatan dan obat obatan yang diberikan saat di RS. Pada bulan Juni 2014, pasien kembali dirawat di RSMM Bogor untuk kedua kalinya dengan gejala yang sama ditambah dengan keinginan pasien untuk memukul istrinya dan putus obat selama kurang lebih 3 bulan.
Grafik Perjalanan Penyakit
2011 - 2012 2010 Sebelum menikah Awal Juni 2014 6
2. Riwayat Medis Lainnya Riwayat diabetes melitus tidak terkontrol. Riwayat demam, kejang disangkal. Riwayat kecelakaan tahun 2010 sehingga menyebabkan fraktur tulang klavikula kanan. Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit karena penyakit kejiwaan dan persiapan sebelum operasi juga setelah pemasangan pen. Istri pasien mengatakan ia pernah mendapat cerita mengenai pasien dari keluarganya, sebelum menikah dengannya pasien pernah jatuh dari motor (istri tidak tahu waktu kejadiannya). Istri pasien curiga karena terjatuh tersebut saraf otak pasien terjepit dan menyebabkan gejala gejala ini terjadi.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol Pasien merokok kurang lebih satu bungkus per hari dan mulai merokok sejak SMA. Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif seperti heroin, ekstasi, dan ganja. Tetapi, pasien mengaku pernah meminum minuman beralkohol sejak SMA.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat prenatal dan perinatal Pasien anak ke 6 dari 9 bersaudara. Riwayat selama kehamilan yang menyebabkannya dirawat ataupun operasi tidak diketahui. Keterangan mengenai pasien lahir cukup bulan, baik lahir spontan atau lahir normal tidak diketahui.
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun) Pasien tumbuh dan berkembang sehat sesuai dengan usianya seperti anak lainnya. Riwayat lama pemberian ASI tidak diketahui. Pasien dirawat oleh ibunya sendiri. Lain lain tidak diketahui.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun) Usia saat pertama kali masuk sekolah tidak diketahui. Sejak kecil, pasien merupakan anak yang lebih sering diam, tertutup dan tidak banyak teman. Pasien tidak pernah meminta ataupun menuntut dari orang tua.
7
4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja a. Hubungan Sosial Walaupun pasien anak yang pendiam dan tertutup, pasien masih mau menurut terhadap orang tua. Pasien tidak pernah memiliki masalah dengan keluarganya, teman ataupun tetangganya. Pasien tidak mempunyai sahabat dekat atau genk, pasien hanya mempunyai beberapa teman biasa saja. b. Riwayat Sekolah Pasien menyelesaikan pendidikannya sampai SMA. c. Perkembangan Kognitif dan Motorik Pasien mampu untuk menulis dan membaca menurut istri pasien. Tidak ada keluhan dan hambatan dalam mengikuti proses belajar. Tidak ada gangguan dalam perkembangan. d. Problem emosi atau fisik khusus remaja Sejak kecil, pasien merupakan pribadi yang tertutup dan lebih banyak diam. Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam, jarang bergaul, mudah sekali marah dan jika sesekali berbuat salah kepadanya, ia akan terus mengingatnya. Pasien tidak memiliki banyak teman. Pasien tidak pernah terlibat dalam perkelahian ataupun tindakan kriminal.
5. Masa Dewasa a. Riwayat Pekerjaan Pasien pernah bekerja sebagai peternak ayam selama di Aceh dan karyawan sebuah pabrik las pada tahun 2012 kemudian tiba tiba berhenti atas kemauan pasien sendiri, tidak diketahui mengenai penyebab pasien keluar dari tempat kerjanya tersebut. b. Riwayat psikoseksual dan pernikahan Pasien sudah menikah sejak tahun 1998. Sekarang mempunyai 2 orang anak perempuan. Dulu pernah pacaran dengan seorang wanita tetapi memiliki masalah karena pacarnya diambil dengan adiknya. c. Riwayat Pendidikan Militer Pasien tidak memiliki riwayat pendidikan militer d. Riwayat Pendidikan Pasien menyelesaikan pendidikannya sampai SMA. Setelah itu, pasien mengikuti kursus komputer di Bogor hingga mendapatkan sertifikat. 8
e. Latar Belakang Agama Pasien merupakan pemeluk agama Islam. Tetapi, tidak mengikuti ajaran Islam sebagaimana mestinya, seperti tidak menunaikan ibadah shalat 5 waktu, puasa maupun zakat. Ia hanya meyakini islam di dalam hatinya dengan berbuat baik sesama manusia. Keluarga pasien seperti orangtua, kakak dan adik kandung juga menganut seperti ini. f. Aktivitas Sosial Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan tetangga dan teman-temannya, namun pasien tidak memiliki sahabat dekat dan hanya memiliki sedikit teman biasa saja. g. Keadaan Aktivitas Saat di Rumah dan Lingkungan Sekitar Pasien tidak memiliki masalah dengan keluarga dan tetangganya. Pasien hanya sesekali berinteraksi dengan keluarga dan tetangganya. Setelah sakit, pasien masih sesekali melakukan interaksi sosial dengan keluarga dan tetangganya. Pasien keluar jika hanya ingin membeli rokok di warung tetangganya. Biasanya pasien tidak mengenakan baju saat di rumah maupun keluar rumah. Keluarga dan tetangga pun mengetahui dan menerima keadaan pasien. Pada saat pasien sendirian di rumah dimana tidak ada istri pasien, pasien akan menutup semua pintu, jendela bahkan tirai jendela juga akan ditutup olehnya. h. Riwayat Pelanggaran Hukum Pasien tidak mempunyai riwayat pelanggaran hukum i. Riwayat Seksual Pasien tidak mempunyai riwayat hubungan seksual sebelum menikah dan pelecehan seksual.
E. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak ke 6 dari 9 bersaudara. Menurut istrinya, adiknya yang terakhir mempunyai gejala yang sama dengan pasien, suka marah, bicara dan tertawa sendiri juga cemburu yang tidak beralasan. Sampai saat ini, adiknya tidak pernah dan tidak mau untuk berobat ke RS. Istri pasien juga mengatakan bahwa ayah pasien memiliki kepribadian yang sama dengan pasien. Mudah sekali marah dan curiga kepada semua orang. Hanya saja ayah pasien tidak pernah mengamuk 9
ataupun bicara dan tertawa sendiri. Pasien menikah dengan seorang istri yang berasal dari Aceh pada tahun 1998 dan dikaruniai 2 orang anak perempuan. Anak pertama duduk di bangku kelas 1 SMA dan berusia 15 tahun. Anak kedua masih kelas 2 SD, berusia 7 tahun.
Genogram
Keterangan : : Pria : Wanita
/ : Meninggal dunia : Pasien
: 1 rumah
F. Riwayat Sosial Ekonomi. Pasien tinggal di rumah miliknya sendiri. Rumahnya dibeli atas uang dari istrinya. Status perekonomian keluarga adalah cukup. Biaya kehidupan di tanggung oleh istri pasien.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya 1. Impian Pasien ingin bekerja kembali 2. Fantasi Pasien mempunyai perhitungan tanggal sendiri. 3. Sistem nilai Pasien menganggap dirinya tidak sakit dan pasien menganggap dirinya di bawa kesini agar istri pasien dapat bebas kemana saja. 10
4. Dorongan kehendak Ingin pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga. 5. Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat bahagia atau senang Hal yang membuat jengkel atau frustasi : Kurangnya perhatian istri Hal yang membuatnya bahagia atau senang : Bermain dengan anaknya.
II. STATUS MENTAL Dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Ruang Yudhistira RS. Dr. Marzoeki Mahdi Bogor.
A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Umum Pasien seorang laki-laki berusia 43 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai dengan usianya. Penampilan kurang rapi, rambut berwarna hitam, riasan sewajarnya, kebersihan cukup, kulit sawo matang, dan perawakan pasien kurus. 2. Kesadaran - Neurologis/biologis: compos mentis - Psikologis : terganggu - Sosial : baik 3. Perilaku dan aktivitas motorik Sebelum wawancara: pasien sedang tidur-tiduran di kamar Selama wawancara: pasien duduk tidak tenang, ekspresi wajah curiga, kontak mata dengan pemeriksa kurang adekuat Setelah wawancara: pasien kembali ke kamar dengan tenang 4. Pembicaraan Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara pelan, dan spontan. 5. Sikap terhadap pemeriksa : kurang kooperatif
11
B. Alam Perasaan 1. Afek : tidak serasi, dangkal, skala diferensiasi sempit 2. Mood : euthym 3. Empati : tidak dapat diraba-rasakan 4. Pengendalian : cukup 5. echt
C. Fungsi Intelektual 1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan Taraf Pendidikan : SMA (sesuai dengan taraf pendidikan) Pengetahuan Umum : Baik (pasien dapat menyebutkan presiden indonesia sekarang) Kecerdasan : Kurang (pasien tidak mampu menjawab soal hitungan yang ditanyakan oleh pemeriksa) 2. Daya Konsentrasi : Terganggu (pasien tidak dapat menjawab pertanyaan 7 serial test dengan benar) 3. Orientasi Daya Orientasi Waktu : Terganggu (pasien tidak dapat mengidentifikasi hari, tanggal, bulan dan tahun) Daya Orientasi Tempat : Baik (pasien mengetahui dimana ia berada sekarang) Daya Orientasi Personal : Baik (pasien mengenali pemeriksa sebagai dokter) 4. Daya Ingat Daya Ingat Jangka Panjang: Terganggu (pasien tidak ingat nama sekolahnya terdahulu) Daya Ingat Jangka Pendek: Baik (pasien ingat hari ini sarapan apa dan lauk makan apa saja) Daya Ingat Sesaat : Terganggu (pasien tidak mampu mengingat nama pemeriksa setelah beberapa menit) 5. Kemampuan Visuospatial : Terganggu (Pasien tidak dapat menirukan gambar yang di buat pemeriksa) 6. Kemampuan menulis : Tidak dapat dinilai (Pasien tidak mau menulis namanya maupun kata lain) 7. Pikiran Abstrak : Terganggu (pasien kurang tepat dalam mengartikan arti peribahasa udang di balik batu) 12
8. Kemampuan Menolong Diri : Baik (pasien mau makan dan mandi secara teratur)
D. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi: Audio disangkal oleh pasien Visual: Pasien melihat kebakaran bank ketika di Aceh dan ia melihat surat surat yang ia titipkan di bank tersebut juga ikut terbakar. 2. Ilusi : Tidak ada 3. Depersonalisasi : Tidak ada 4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir 1. Arus Pikir Produktivitas : Cukup Kontinuitas Pikiran : Asosiasi longgar Hendaya Berbahasa : Tidak ada. Pasien mengunakan bahasa secara lazim sesuai dengan tata bahasa. 2. Isi Pikir Preokupasi : Ada. Pasien terus memikirkan keuangan perawatan dan obat obatan selama ia di rawat di RSMM Waham : Pasien curiga yang tidak beralasan terhadap setiap orang yang mau datang kerumahnya, dan juga curiga istrinya selingkuh dengan adiknya.
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya Nilai 1. Daya nilai sosial Baik (ketika diberi pertanyaan apakah perbuatan yang ia lakukan selama ini seperti menghancurkan barang-barang di rumah adalah perbuatan baik atau tidak, pasien menjawab tidak baik) 2. Uji daya nilai Baik (pasien jika melihat anak kecil terjatuh di jalan pasien akan menolongnya)
13
3. Penilaian realita Terganggu (karena ada halusinasi dan waham)
H. Tilikan : Derajat 1
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
III. STATUS FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 25 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Ruang Kresna RSMM Bogor
A. Status Internus Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 130/80 mmHg Frekuensi napas : 20x/menit Frekuensi nadi : 84x/menit Suhu : dalam batas normal Status gizi : Kesan gizi cukup TB 165 cm, BB = 53 kg; IMT = 18 kg/m 2
Kulit : Sawo matang Kepala : Tidak ada deformitas, normocephali Rambut : Hitam, lebat, tidak mudah tercabut Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik Telinga : Normotia, sekret (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Jantung : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-) Paru : Pergerakan dinding dada simetris, suara napas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/- Abdomen : Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan pembesaran hepar dan lien. Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
14
B. Status Neurologis GCS : 15 (E4,V5,M6) Kaku kuduk : (-) Pupil : Bulat, isokor Kesan parase nervus kranialis : (-) Motorik : Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi Sensorik : Tidak ada gangguan sensibilitas Reflex fisiologis : Normal Reflex patologis : (-) Gejala ekstrapiramidal : (-) Stabilitas postur tubuh : Normal Tremor di kedua tangan : (-)
III. Pemeriksaan Laboratorium HASIL NILAI RUJUKAN KETERANGAN Hb 15.4 13 18 N Leukosit 12.680 4000 10000
Trombosit 240.000 150000 400000 N Hematokrit 43 40 54 N SGOT 28 < 42 N SGPT 32 < 47 N Ureum 16.3 10 50 N Kreatinin 0.77 0.7 1.74 N GDS 351 < 140
GDP= 201 (10 Juni 2014) GDP= 220 (12 Juni 2014) GDS= 213 (16 Juni 2014) GDS= 257 (20 Juni 2014)
15
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Telah diperiksa seorang laki-laki, Tn.D, 42 tahun, bertempat tinggal di Cilendek Barat, Sunda, agama Islam, status menikah, pendidikan terakhir SMA. Pasien dibawa oleh keluarganya dengan keluhan memukul istri sejak 2 hari SMRS. Pasien dirawat di RSMM untuk yang kedua kalinya. Gejala seperti ini sudah lama diderita oleh pasien, sebelum menikah. Tetapi, sekitar 2 tahun yang lalu gejala semakin berat setelah ibu pasien meninggal dunia, pasien berhenti bekerja dan tidak mau minum obat lagi. Pasien mengaku ia memang sempat memukul istrinya tetapi setelah itu ia berbuat baik kembali kepada istrinya. Ketika pasien di rumah, istri pasien mengatakan ia sering marah marah tanpa sebab dan mudah tersinggung. Belum lama ini, pasien berusaha membanting kulkas kecil di rumahnya. Menurut istri pasien, ia sering melihat pasien bicara dan tertawa sendiri ketika di rumah. Istri pasien tidak tahu apa yang sedang dibicarakan pasien karena pembicaraan pasien tidak jelas. Selain itu, pasien dikatakan sulit tidur sering kali baru tertidur jam 5 subuh. Sering kali mengurung diri di dalam rumah dan tidak mampu merawat diri sendiri. Pasien dikatakan sering kali merasa curiga setiap tamu yang datang keluarganya, bahkan keluarga seperti kakak dan adik pasien juga ikut dicurigai. Istri pasien tidak mengetahui kenapa pasien curiga tersebut. Selama wawancara, pasien terus mengatakan kekhawatirannya terhadap biaya keuangan selama di rawat di RSMM baik mengenai obat obatan maupun biaya perawatan. Pasien menyangkal adanya mendengar suara suara yang membisikinya maupun yang menyuruhnya. Riwayat keluyuran keluar rumah juga disangkal. Pasien mengatakan ia pernah melihat sebuah kebakaran bank ketika di Aceh, dimana di bank tersebut pasien meletakan sejumlah surat surat penting. Kemudian pasien menyaksikan surat surat penting itu juga ikut terbakar. Hal ini terus dipikirkan pasien sampai sekarang. Menurut istri pasien, memang pernah terjadi kebakaran bank pada waktu di Aceh tetapi surat surat tersebut bisa terselamatkan atau tidak ikut terbakar. Pasien mengatakan bingung menentukan jam dan tanggal saat ini. Menurutnya, tahun sekarang malah berkurang dari tahun lalu yang sudah dialaminya sebagai contoh dulu ia menganggap tahun 9000an sekarang menjadi 2000an. Saat diwawancara, pembicaraan pasien seringkali bergeser dari satu topik ke topik lain yang tidak berhubungan. Pasien mengatakan pintu rumah dan jendela rumahnya suka ditutup rapat rapat karena ditakutkan debu dan plankton masuk kerumahnya. 16
Riwayat psikiatri sebelumnya tahun 2010 pasien masuk RS untuk pertama kalinya. Ia dibawa oleh ibu dan kakak pasien karena putus obat sehingga muncul gejala berupa tidak bisa tidur, marah marah dan mudah tersinggung, merusak alat alat rumah tangga, bicara dan tertawa sendiri. Kemudian pasien di rawat selama beberapa minggu, setelah gejala membaik pasien di bawa pulang kembali. Pasien dibawa ke RS juga dikarenakan terjatuh dari motor, istri pasien mengatakan ia terjatuh karena sudah tidak mau meminum obat lagi selama beberapa bulan. Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki-laki usia 42 tahun, penampilan sesuai dengan usia. Selama observasi diruangan dapat terlihat bahwa pasien sering terlihat menyendiri berbaring diatas tempat tidur. Selama wawancara pasien pasien duduk tidak tenang, ekspresi wajah curiga, kontak mata dengan pemeriksa kurang adekuat. Pasien bersikap kurang kooperatif, produktivitas kata-kata baik namun terkadang tidak nyambung atau pembicaraan pindah dari satu objek ke objek lain yang tidak berhubungan. Afek tidak sesuai, pengendalian cukup, skala diferensiasi sempit, mood poikilothym, afek tidak serasi, dan empati tidak dapat diraba rasakan. Terdapat asosiasi longgar dan tidak ada hendaya berbahasa. Halusinasi visual (+), terdapat waham curiga dan cemburu, preokupasi mengenai keuangan dan tilikan derajat 1. Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan kenaikan kadar glukosa sewaktu.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis Aksis I : Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan. Pada tidak mempunyai riwayat penggunaan zat psikoaktif sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan. Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam: 17
Berdasarkan PPDGJ III, kasus ini dapat digolongkan kedalam Skizofrenia paranoid, karena: Pada pasien terdapat gejala psikotik dan gangguan psikotik pada pasien ini termasuk gangguan psikotik fungsional oleh karena tidak ada penurunan kesadaran neurologik dan tidak ada fungsi organik spesifik yang dinilai memiliki hubungan etiologi dengan gangguan tersebut. Jenis gangguan psikotik fungsional pada pasien ini adalah Skizofrenia karena gejala dari pasien ini sesuai dengan pedoman diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III yaitu: - Halusinasi auditorik dan visual - Waham curiga dan cemburu - Jarang bicara dan penarikan diri dari pergaulan sosial - Pembicaraan yang tidak relevan dan terdapatnya asosiasi longgar pada pasien - Gejala tersebut sudah berlangsung lebih dari 10 tahun SMRS Diagnosis lebih diberatkan pada F.20.0 yaitu Skizofrenia Paranoid karena: - Telah memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia - Terdapatnya Halusinasi Auditorik, Visual dan Waham yang menonjol.
Diagnosis aksis II Semasa remaja dan dewasa seringkali pasien mentup dirinya untuk terbuka kepada orang lain mengenai apa yang dialami, dirasakan, dan lebih memilih untuk menyimpan masalah itu sendiri. Pasien lebih sering berdiam dan menyendiri dikamar. Hal ini masih belum cukup untuk mengatakan ini sebuah kepribadian paranoid atau skizoid.
Diagnosis aksis III Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien menderita diabetes melitus tidak terkontrol.
Diagnosis aksis IV Terdapat masalah psikososial dan pekerjaan
18
Diagnosis aksis V Skala GAF : GAF HLPY : 60 51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang) GAF saat masuk : 50 41 (gejala berat (serious), disabilitas berat) GAF saat ini: 70 61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : Skizofrenia paranoid Aksis II : Tidak ada Aksis III : Diabetes melitus tidak terkontrol Aksis IV : Masalah psikososial dan pekerjaan Aksis V : GAF HPYL : 60 51 GAF saat masuk : 50 41 GAF saat ini : 70 61
VIII. DAFTAR PROBLEM Organobiologi : Diabetes melitus tidak terkontrol, adanya herediter gangguan jiwa Psikologis : Terdapat waham kejar dan curiga, halusinasi audio dan visual. Sosiobudaya : Hendaya dalam fungsi sosial
IX. DIAGNOSIS BANDING Skizofrenia yang tidak tergolongkan
X. PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad sanasionam : dubia ad malam
A. Faktor yang mendukung prognosis: - Gejala muncul didahului oleh stressor (pencetus)
19
B. Faktor yang memperburuk prognosis: - Kurang dukungan psikologis dari keluarga - Terdapat riwayat gangguan jiwa (genetik) pada keluarga - Onset usia muda - Perjalanan penyakit kronis - Pernah putus obat - Tidak pernah sembuh sempurna - Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit
X. PENATALAKSANAAN Psikofarmaka : Risperidone 2x2 mg Trihexyphenidyl 3 x 2mg Metformin 2 x 500 mg
Psikoterapi Memberikan pasien kesempatan untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahawa ia sanggup menghadapi masalah yang ada. Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan memberikan dukungan kepada pasien bahawa ia dapat kembali pulang ke rumah apabila menurut dokter yang merawat keadaan dirinya sudah membaik. Memberikan pengetahuan tentang kehidupan beragama, berkeluarga, dan sosial yang baik. Pasien harus mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, tidak melamun dan menyendiri.
Sosioterapi Memberi nasehat kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien. Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan RSMM agar dapat berinteraksi dengan baik dan pendalaman agama sesuai dengan kepercayaannya. 20
Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke Poli Psikiatri dan mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap dalam program rawat jalan. Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya. Memberikan informasi pentingnya ADL dalam kehidupannya sehari-hari dan menyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan tersebut. Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial pasien ketika pasien sudah kemali ke rumah. Memberikan saran kepada keluarga agar mau mendengarkan masalah yang sedang dialami pasien dan selalu memberikan semangat bahwa pasien pasti bisa melewati masalah tersebut. Menganjurkan pasien untuk lebih mendalami agama sesuai dengan kepercayaannya untuk bisa mendapat ketenangan jiwa. Menginformasikan kepada keluarga bahwa penyakit ini bersifat jangka panjang sehingga membutuhkan kesabaran dan perhatian keluarga. 21