You are on page 1of 12

NAMA / NIM : AGNES SARTIKA D.

P / 100405071
KELOMPOK : IV
LAPORAN TUGAS MANDIRI PROSES INDUSTRI KIMIA

Proses Pembuatan Plastik Biodegredable di PT. Tirta Marta
1. Profil Perusahaan
PT Tirta Marta bisa jadi masih asing terdengar. Perusahaan yang dipimpin Sugianto
Tandio itu bergerak dalam industri kantong plastik. Didirikan pada dekade 1970-an,
perusahaan yang berdiri di lahan seluas dua hektar di daerah Cikupa, Tangerang tersebut
terus berkembang. PT. Tirta Marta didirikan pada tahun 1971, sebagai pelopor dalam
pembuatan kemasan fleksibel berbasis lapisan tipis. Yang terbaru, mereka memelopori
teknologi Oxium dan Ecoplas dalam pembuatan kantong plastik. Dua teknologi tersebut
mengubah asumsi bahwa kantong plastik merupakan musuh lingkungan. Sugianto
bertekad memproduksi kantong plastik yang ramah lingkungan atau yang disebut
degradable plastic.
Dalam kemasan tradisional, Tirta Marta sudah wejak lama melayani pada sektor
barang konsumen kemudian menambahkan pada kemasan untuk makanan, farmasi,
kembang gula, bahan kimia, elektronik, dan kosmetik di Indonesia. Tirta Marta aktif
menemukan teknologi terbaru dalam kemasan fleksibel dan plastik biodegradable. Dalam
dua tahun terakhir, Tirta Marta, membawa inovasi terbarunya ke pasaran, yaitu plastik
degradable terjangkau sebagai solusi dari dampak sosial dan lingkungan, dan solusi
untuk kemasan plastik yang ramah lingkungan, yaitu Oxium

dan Ecoplas

yang
tersedia sebagai bahan baku maupun barang jadi.
Resin untuk membuat Oxium dan Ecoplas hanya diproduksi dan dibuat dan
diproduksi melalui PT. Tirta Marta. Tirta Marta memberikan solusi kemasan yang ramah
lingkungan ke pasar melalui jaringan manufaktur dan penjualan kemitraan di Indonesia
dan negara-negara lainnya di Asia dan Amerika. Oxium merupakan aditif yang
mempermudah okso-degradasi dalam plastik, seperti polyethylene dan polystyrene,
untuk mencapai degradasi melalui oksidasi (terpapar oksigen dan panas). Misalnya, tas
belanja plastik standar dengan Oxium dapat rusak dan diuraikan oleh mikroba dalam
waktu dua tahun, diformulasikan sesuai dengan siklus hidup untuk kegunaannya (lihat di
www.oxium.net). Ecoplas adalah polimer biodegradable yang terbuat dari tapioka.
Ecoplas yang dibuat menjadi tas belanja plastik standar dapat menurunkan dalam minggu
ketika dikuburkan di antara mikroba aktif atau serangga, tergantung pada tingkat
aktivitas mikroba. Sementara plastik tradisional memakan 500 tahun untuk terurai,
Ecoplas dan Oxium telah memperkenalkan solusi hijau untuk polietilen, polistiren, dan
polypropylene. Produk yang telah dipasarkan antara lain adalah tas belanja, kemasan
pembungkus, kotak makan siang styrofoam, tas jinjing yang daoat dipakai berkali-kali,
penutup tanah untuk penimbunan limbah sanifer, dan gantungan pakaian, dengan
beberapa aplikasi lain yang masih dalam pengembangan.
PT Tirta Marta dinobatkan sebagai peraih penghargaan Inovasi Terapan Terbaik 2011
oleh Kementerian Indonesia untuk Riset dan Teknologi (RISTEK), dan telah diakui
sebagai Mitra Utama Unilever (Unilever Preferred Partner). PT Tirta Marta melayani
pelanggan multinasional dan Indonesia, seperti Sanuk, Billabong, Unilever, Kao,
Unicharm, Graha Kerindo Utama (pembuat kertas tisu Tessa), Yupi Indo Jelly Gum. PT
Tirta Marta disertifikasi untuk memenuhi ISO-9001: 2000 standar kualitas dan Indonesia
Solid Waste Association (InSWA) Green Label untuk plastik ramah lingkungan (Ecoplas
dan Oxium). Operasi dan sumber dari koperasi tapioka lokal mengikuti standar
perdagangan yang adil (Disertifikasi oleh IMO untuk Fair For Life). Keberhasilannya
telah dicantumkan dalam Forbes Indonesia, Globe Asia, Marketing, MIX, SWA,
Kompas, dan The Jakarta Post.
PT. Tirta Marta telah sangat aktif dalam menemukan teknologi terbaru
dalam kemasan plastik fleksibel. PT. Tirta Marta membangun kerjasama strategis
antara pemasok bahan, pemasok mesin, dan solusi perusahaan untuk menyediakan
produk dan layanan terbaik bagi klien mereka.
2. Oxium


Teknologi Oxium adalah memberikan campuran bahan pembuat bijih plastik.
Dalam pembuatan bijih plastik, PT. Tirta Marta memberikan campuran bahan aditif.
Dengan penambahan bahan tersebut, proses oksidasi pada kantong plastik bisa
dipercepat. Dengan demikian, mikroba bisa semakin cepat menghancurkan sampah
kantong plastik. Setelah ditambah bahan aditif tersebut, kantong plastik yang semula
baru terurai setelah seribu tahunan bisa dipercepat hanya dalam kurun dua tahun.
Bahkan, pada kondisi tertentu, misalnya di atas genting, kantong plastik dengan
sistem Oxium bisa semakin cepat terurai. Dua tahun itu adalah dalam kondisi umum.
Pada kondisi tertentu bisa lebih cepat.
Oxium merupakan aditif yang ditambahkan ke dalam polystyrene sehingga dapat
mempercepat terjadinya proses degradasi, yang memerlukan waktu kurang lebih
empat tahun untuk menguraikan polystyrene di alam. Penambahan oxium membuat
polystyrene bersifat oxodegradable, yaitu terdegradasi melalui mekanisme oksidasi
yang dipicu dengan adanya ultraviolet, panas, cahaya, oksigen dan mechanical stress.




3. Ecoplas


Pengembangan selanjutnya dari Oxium

adalah teknologi Ecoplas. Ecoplas adalah
kantong ramah lingkungan yang merupakan inovasi baru dengan rancangan yang
menarik dan harga terjangkau yang dibuat dengan menggunakan bahan resin BE
+
. Tas
jenis ini diproduksi dengan penghematan bahan bakar/energi. BE
+
atau Biodegradable
Resin adalah resin baru yang dikembangkan dan diciptakan di Indonesia oleh putra
Indonesia yang mengandung 50 persen tepung singkong Indonesia beserta sumber-
sumber alami lain yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Resin BE
+
sudah
dipatenkan dan diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif selain resin-resin lain yang
sudah dikenal masyarakat.
Jika tas plastik tradisional pada umumnya memerlukan waktu 500 sampai 1ooo tahun
untuk terurai, Ecoplas haya memerlukan waktu 10 pekan untuk terurai dalam tanah
tropis. Hal ini berdasarkan laporan tes yang dilakukan Sucofindo/SGS.
Ecoplas

100% biodegradable dan dapat diperbaharui. Waktu penguraiannya
tergantung pada aktivitas organisme di dalam tanah. Ecoplas

dapat diaplikasikan sebagai
kantong tas yang tebal atau tas plastik belanja.


4. Konsumsi Plastik di Indonesia
Jumlah produksi plastik dunia, menurut Data Program Lingkungan PBB
(UNEP), terus meningkat dari 116 juta ton pada 1992 menjadi 255 juta ton pada
2007. Setelah krisis ekonomi, produksi plastik mencapai rekor baru yaitu sebesar 265
juta ton/tahun pada 2010. Dengan kata lain, dalam 16 tahun terakhir, jumlah produksi
plastik naik 149 juta ton (tumbuh 15% per tahun).
Menurut UNEP, penduduk di negara maju, rata-rata menggunakan plastik
sebanyak 100 kg per tahun pada 2005. Sementara penduduk di negara berkembang
mengonsumsi plastik sekitar 20 kg per tahun. UNEP memperkirakan, jumlah
konsumsi plastik dan sampah plastik akan terus meningkat dalam sepuluh tahun ke
depan. Sekitar 50% plastik yang ada di pasaran saat ini digunakan hanya untuk satu
kali pemakaian. Tidak hanya di darat, jumlah sampah plastik yang masuk ke laut juga
semakin besar. Sampah ini mengapung dan mencemari rantai makanan. Sampah ini
mengancam organisme dan kehidupan hewan-hewan laut seperti burung dan mamalia
ukuran kecil.
Di Indonesia, hampir semua produk menggunakan plastik sebagai alat
pembungkus utama. Mulai dari produk mie instan, teh celup, kopi, hingga makanan
ringan. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi kita selain menghindari penggunaan
plastik dan tidak membuang sampah plastik sembarangan.

5. Solusi Penanggulangan Masalah yang Ditimbulkan oleh Plastid di Indonesia oleh
PT. Tirta Marta
Isu lingkungan saat ini telah menjadi isu global. Upaya melestarikan lingkungan
telah menjadi suatu gerakan bersama yang dilakukan oleh masyarakat internasional.
Salah satu upaya untuk menjaga lingkungan adalah mengkaitkan isu tersebut terhadap
produk-produk yang dihasilkan oleh pabrik. Banyak negara yang telah mengkaitkan
isu lingkungan sebagai persyaratan bagi beredarnya beragam produk di negara
tersebut. Produk yang tidak berwawasan lingkungan atau bahkan mencemari
lingkungan kini mulai ditinggalkan konsumen. Dengan kesadaran yang tinggi
terhadap pelestarian lingkungan, masyarakat konsumen lebih menyukai produk-
produk yang berwawasan lingkungan.
Kondisi ini telah dirasakan oleh PT Tirta Marta. Setelah berhasil dengan produk
Oxium, sejenis aditif yang dapat mengurai plastik dalam kurun waktu hanya 2 tahun.
Perusahaan kembali membuat gebrakan yang fantastis yaitu menciptakan plastik yang
mampu terurai hanya dalam hitungan bulan saja. Ecoplas, nama produk yang
dihasilkan perusahaan Produk ini dimunculkan ke pasaran setelah melalui serangkaian
uji coba dengan menggunakan bahan baku dari hsil pertanian, yakni singkong. Plastik
ecoplas atau dikenal juga sebagai plastik biobag tersebut lebih mudah terurai oleh
tanah hanya dalam kurun waktu enam bulan hingga lima tahun untuk
menguraikannya. Cepat atau lambatnya plastik ecoplas akan terurai tergantung dari
kandungan mikroorganisme yang ada pada tanah itu sendiri. Kalau tanahnya subur,
maka dalam enam bulan sudah hancur.
Kebijakan PT Tirta Marta untuk membuat produk plastik Ecoplas antara lain
didasarkan pada banyaknya produk-produk kantong plastik yang tidak berwawasan
lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan mahluk di Bumi
ini. Misalnya saja seluruh kantong plastik yang kita gunakan berakhir menjadi
sampah. Dibutuhkan waktu 500-1000 tahun agar plastik terurai oleh tanah. Artinya,
kantong plastik yang kita gunakaan saat ini masih akan ada pada tahun 2500. Saat
terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar,
sampah plastik akan menghasilkan zat dioksin, yang jika dihirup sangat berbahaya
bagi kesehatan.
Dengan berkaca pada kondisi di atas serta makin besarnya tuntutan konsumen
bagi penggunaan produk berwawasan lingkungan, membuat perusahaan melakukan
inovasi untuk menghasilkan sebuah produk yang seringkali digunakan dalam
kehidupan sehari-hari namun berwawasan lingkungan. Akhirnya lahirnya produk
platik bernama Ecoplas. Produk inovasi sekaligus mahakarya anak bangsa ini terbuat
dari bahan dasar singkong (tapioka) atau cassava. Setelah melewati penelitian dan
pengembangan, makanan umbi-umbian yang sangat melimpah di Indonesia itu
terbukti efektif untuk dijadikan bahan dasar plastik ramah lingkungan.
Produk yang baru dirilis ke pasaran pada tahun 2009 tersebut ternyata langsung
mendapat apresiasi dan order yang lumayan dan mayoritas dari konsumen didalam
maupun luar negeri. Sejumlah perusahaan ternama di dalam dan luar negeri
Perusahaan ternama telah menggunakan Ecoplas sebagai kantong plastik bagi produk-
produk yang dijual atau dihasilkannya. Memang Ecoplas bukanlah satu-satunya
produk ramah lingkungan yang berasal dari hasil pertanian. Di Amerika Serikat, juga
terdapat perusahaan besar yang memproduksi plastik dari bahan baku jagung. Namun
harga jual produk yang mereka tawarkan itu jauh lebih mahal.
Sebagai perbandingan, harga jual pastik dari bahan jagung berkisar 400 % diatas
harga plastik biasa, Sementara harga produk Ecoplas, hanya 20-30 % diatas harga
plastik normal.Dengan keunggulan yang dimilikinya itu, PT Tirta Marta optimis
produknya akan terus mendapat tempat di kalangan konsumen baik di dalam negeri
maupun konsumen luar negeri. Hal itu sudah mulai terlihat. Lewat keikutsertaan
dalam pameran-pameran di luar negeri, beberapa perusahaan ternama di Amerika dan
Singapura seperti Polo Ralph Lauren, Raoul serta Mall of America dan beberapa
perusahaan asing lain kerap mengorder produk Ecoplas secara rutin.
Begitu juga di dalam negeri. Beberapa hotel dan produsen kosmetik serta sebuah
mal ternama telah menjadi pelanggan tetap perusahaan yang memperoleh sertifikat
ISO 9001 : 2000 ini untuk segmen di pasar lokal. Hingga saat ini, kegiatan
pemenuhan pesanan tetap berjalan lancar dan kegiatan produksi Ecoplas tidak
mengalami gangguan karena bahan baku utama pembuatan produk tersebut, yakni
singkong, mudah didapat perusahaan dari petani di dalam negeri.
Peningkatan kegiatan produksi ecoplas juga berpeluang meningkatkan taraf hidup
petani. Pasalnya, dengan banyaknya kebutuhan akan singkong bagi pembuatan
Ecoplas, maka petani singkong tidak akan khawatir lagi kalau hasil panen
singkongnya tidak laku

6. Plastik Biodegradable
Apa pentingnya kita mengetahui tentang biodegradable bag dan oxobag?
Jawabannya adalah karena produk produk tersebut sekarang sudah berada disekeliling
kita. Tanpa iklan, tanpa pemberitahuan. Produsen plastiklah yang aktif mencari
inovasi inovasi terbaru untuk memanjakan kebutuhan konsumen. Karena mereka
sudah tahu ada artikel-artikel tak terbantahkan tentang pentingnya mengurangi
konsumsi kantung plastik. Mereka tahu bahwa kantung plastik dituding menjadi salah
satu penyebab banjir, mengandung racun, baru akan terurai ratusan tahun kemudian
dan seterusnya.
Pengurangan bahkan penghentian pemakaian kantung plastik akan mengancam
guyuran uang hasil keuntungan yang biasa diterima produsen plastik. Karena sesuai
prinsip arus materi yang mereka pahami, semakin tinggi tingkat eksploitasi sumber
daya alam yang disebabkan semakin banyaknya produk menjadi usang dan dibuang
konsumen akan mempercepat perputaran uang dan semakin banyak pula keuntungan
yang diraup produsen.
Menyikapi fenomena peduli lingkungan yang dikhawatirkan membuat konsumen
mengurangi pemakaian kantung plastik dan berubah ke tas reusable, produsen plastik
meluncurkan oxobag dan biodegradable bag. Salah satu merk biodegradable bag
adalah Ecoplast atau plastik Oxium produksi PT Tirta Marta, Tangerang (tercetak
pada covernya, lengkap dengan semua keterangan keunggulan keunggulan yang
menyertai).
Biodegradable bag terdiri dari 80 % biji plastik dan 20 % tepung tapioka. Jadi
tepung tapioka/singkongnya hanya 20 % sedangkan di negara Amerika Serikat
menggunakan tepung jagung. Itupun hanya 20 %.

Gambar 3. Plastik biodegradable Ecoplast yang Digunakan oleh The Body Shop

Apa keunggulannya? Yaitu pada proses degradasinya. Tetapi berbeda dengan
oxobag yang baru akan terurai di TPA (Tempat Pembuangan sampah Akhir) dalam
kurun waktu 24-36 bulan, biodegradable bag atau kantung plastik singkong ini akan
terurai di TPA hanya dalam waktu 10 minggu atau 2 setengah bulan saja.

7. Masalah yang Dihadapi oleh PT. Tirta Marta
Memang tampaknya ini merupakan ide brillian, menjadikan singkong sebagai bahan
baku kantung plastik. Bukankah masih banyak tanah kosong di Indonesia? Masih banyak
pengangguran yang bisa menjadi petani singkong sehingga mereka tidak perlu go urban
dan membuat kota besar menjadi padat. Sayang permasalahan tidak semudah itu selesai.
Masalah seputar plastik ini bisa diuraikan menurut poin-poin berikut:
1. Nampaknya kemungkinan membuka lapangan kerja bagi 9.25 juta pengangguran,
harus kita kesampingkan sebelum kebijaksanaan pemerintah benar benar sudah pro
petani. Diantara kesulitan yang mungkin timbul adalah sikap setengah hati
pemerintah menjembatani kebutuhan produsen dan petani.
2. Eksploitasi lahan dikhawatirkan akan menimbulkan kisah mirip alih fungsi hutan
menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Karena hutan sebagai paru paru dunia tidak
dapat diganti dengan perkebunan apapun, ada ekosistem yang hilang, ada output
oksigen yang tak tergantikan oleh pekebunan bahkan kekayaan air tanahpun
terancam tidak dapat tersimpan baik.
3. Kantong plastik yang terbuat dari singkong lebih tebal dibandingkan kantung plastik
pada umumnya, harganya pun lebih mahal 5 kali lipat (tergantung ukuran dan
ketebalannya). Sehingga pihak retail (umumnya supermarket) keberatan, dilain pihak
produsen lebih suka menjual produk murah dalam jumlah besar karena yang diisasar
adalah pasar kantung plastik secara keseluruhan termasuk pasar tradisional.
4. Jangan lupa bahwa penggunaan ekstrak singkong hanya 20 % (menambah jumlahnya
hanya akan membuat kantung plastik bertambah tebal), 80 %nya adalah biji plastik
yang terbuat dari minyak bumi, sumber daya alam tak terbarukan yang dianjurkan
hanya digunakan untuk memproduksi produk tahan lama.
5. Jadi mau se-biodegradable apapun dan tidak mencemari bagaimanapun selama
membuat orang masih boros sampah, tetap akan menimbulkan persoalan sampah. Ini
penting apalagi di tengah bumi sekarang yang sudah diambang batas kehabisan
sumber daya alam dan kelebihan sampah.
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah inovasi pengganti kantung plastik yang selama ini
kita kenal bukan solusi terbaik , walaupun bukan berarti juga suatu kesia siaan. Karena
kantung plastik dari singkong mempunyai masa degradasi yang lebih singkat (10
minggu) maka kebijaksanaan menggunakannya dapat dipertimbangkan dengan win win
solution, yaitu konsumen diwajibkan membeli setiap kantung plastik yang digunakannya.
Tidak ada pemberian kantung plastik gratis lagi. Sehingga diharapkan konsumen mau
menggunakan ulang (reuse) setiap kantung plastiknya. Dan penjual (retail) tidak
menanggung biaya pembelian kantung plastik yang terlalu tinggi sendirian.
Peraturan Daerah (Perda) pun sebaiknya juga mengatur hal-hal lain misalnya seperti
berikut :
1. Pemberian insentif bagi pengurangan kantung plastik dan disinsentif untuk
penggunaan kantung plastik.
2. Penetapan kewajiban bagi yang menghasilkan dan menggunakan kantong plastik.
3. Penetapan cara dan siapa penanggung jawab pengelolaan kantung plastik yang masih
dihasilkan khususnya menyangkut biaya pengelolaannya.
Seharusnya kita memang menyadari bahwa sampah yang kita hasilkan sekarang
bukan hanya sampah organik, sampah yang mudah terdegradasi oleh alam tetapi juga
sampah anorganik, sampah yang tidak dikehendaki bumi karena umumnya mengandung
racun.

8. Bahan Baku
Bahan baku berupa ubi jalar dan singkong dikupas dan dibuang kulitnya. Daging ubi
jalar dan singkong dibersihkan dengan aquades kemudian diparut dengan pemarut semi
mekanik menjadi pulp. Selanjutnya pulp disaring, diendapkan dan pati yang diperoleh
dijemur sampai kering. Pati yang telah kering ditimbang dan ditambahkan dengan
Penthanol-1. Campuran antara pati dan pentanol tersebut diblender dalam soft blender
selama 10 menit. Campuran dipanaskan dalam bejana pemanas listrik 70 - 80
0
C selama
10 menit sambil diaduk (sampai terbentuk biopolimer) dan ditambahkan 2,5 % gliserol.
Biopolimer yang terbentuk didiamkan selama 5 menit tanpa pemanasan (menghilangkan
gelembung udara untuk kesempurnaan casting). Biopolimer tersebut kemudian dicetak di
atas cetakan polietilen kemudian dioven 40 - 50
0
C selama 24 jam selanjutnya
dikondisikan dalam suhu kamar selama 24 jam kemudian film plastik biodegradable
diangkat dari cetakan.

9. Mekanisme Pengujian
Film yang dihasilkan difoto dengan foto visual biasa untuk mengetahui tekstur fisik
dan warnanya kemudian dilakukan berbagai pengujian seperti uji biodegradabilitas,
kelarutan dalam air, elongasi dan kekuatan tariknya. Film plastik biodegradable yang
dihasilkan diuji sifat biodegradabilitasnya dengan cara dikubur di dalam tanah dengan
ukuran film kurang lebih (10x10) cm dan kedalaman tanah 20 cm dan luas (15x15) cm.
Proses penguburan dilakukan selama 1 minggu kemudian dilakukan pengamatan. Uji
kelarutan plastik biodegradable dalam air dilakukan dengan cara memasukkan lembaran
film plastik dengan ukuran kurang lebih (2x10) cm ke dalam bejana yang berisi air
sambil diaduk secara manual dan roses ujinya dilakukan selama 1 minggu sambil diamati
perkembangannya.
Uji mekanik yang berupa uji kekuatan tarik dan elongasi merupakan uji yang sangat
penting kaitannya dengan kualitas film plastik biodegradable yang dihasilkan. Sampel
film plastik yang akan diuji dipotong dengan ukuran (2,5 x 20) cm, kemudian dikaitkan
secara horisontal pada penjepit/pengait yang ada pada alat Tenso Lab dengan peregangan
normal. Setelah film plastik terpasang pada masing-masing pengaitnya, pengujian kuat
tarik dan elastisitas dapat dilakukan. Perangkat alat ini berupa alat peregang yang
didukung oleh data komputer yang dapat diamati langsung pada saat pengujian.
a. Uji dan Analisis Karakteristik Fisikokimiawi
Analisis morfologi dilakukan dengan mengamati secara fisik film kemasan
plastik biodegradable yang dihasilkan menggunakan EM 30 m/nikon HFX-DX
dengan cara meletakkan sampel ujinya (2 x 2 cm) dibawah lensamicroskop, gambar
yang ditampilkan dalam monitornya dicetak (print). Tingkat keasaman (pH) produk
dilakukan dengan cara melekatkan kertas lakmus/pH-indikator pada sampel film
plastik biodegradable yang dihasilkan kemudian diamati perubahanwarna kertas
lakmusnya selanjutnya dicocokkan warnanya dengan indicatorwarna keasaman kertas
lakmus yang ada (standard). Stabilitas panas dilakukan dengan mengkondisikan
produk film plastik biodegradable yang dihasilkan dalam oven dengan perlakuan
suhu bertingkat mulai dari 40; 50; 60; 70; 80; 90; 100
o
C dan seterusnya sampai film
plastik biodegradable tersebut rusak, selama 2 jam, sambil diamati perubahan
fisiknya. Ketahanan air panas-dingin dilakukan dengan cara film plastik
biodegradable yang dihasilkan direndamdi dalamair suhu kamar dengan variasi; hari
I, II, III dan seterusnya sampai film plastik biodegradable tersebut rusak, dan
ketahanan dalam air panas (100
o
C) setiap menitnya film plastik biodegradable
diamati dan dianalisa kondisinya secara fisikokimiawi terkait dengan ketahanan
airnya.
b. Uji Biodegradabilitas Film Plastik Biodegradable
Proses uji biodegradable ini diperlukan untuk mempelajari tingkat ketahanan
film plastik yang dihasilkan kaitannya dengan pengaruh mikroba pengurai,
kelembaban tanah dan suhu bahkan faktor kimia fisik yang lain. Secara kimiawi, film
plastik yang dihasilkan jelas bersifat biodegradable, hal itu disebabkan oleh bahan
baku yang digunakan adalah bahan baku organaik dan alamiah yang mudah
berinteraksi dengan air dan mikro organisme lain bahkan sensitif terhadap pengaruh
fisik/kimia lingkungan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat biodegradabilitas kemasan
setelah kontak dengan mikroorganisme, yakni : sifat hidrofobik, bahan aditif, proses
produksi, struktur polimer, morfologi dan berat molekul bahan kemasan. Proses
terjadinya biodegradasi film kemasan pada lingkungan alam dimulai dengan tahap
degradasi kimia yaitu dengan proses oksidasi molekul, menghasilkan polimer dengan
berat molekul yang rendah. Proses berikutnya (secondary process) adalah serangan
mikroorganisme (bakteri, jamur dan alga) dan aktivitas enzim (intracellular,
extracellular). Contoh mikroorganisme diantaranya bakteri phototrop
(Rhodospirillium, Rhodopseudomonas, Chromatium, Thiocystis), pembentuk
endospora (Bacillus, Clostridium), gram negatif aerob (Pseudomonas, Zoogloa,
Azotobacter, Rhizobium), Actynomycetes, Alcaligenes.
Setelah dilakukan penguburan selama 1 minggu, hasil pengamatan
menunjukkan bahwa film plastik telah terdekomposisi/terdegradasi secara alamiah di
dalam tanah walaupun masih tersisa sedikit, yang diakibatkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah faktor mikro organisme pengurai, kelembaban tanah dan kadar air
tanah. Alasan utama membuat kemasan plastik berbahan dasar bioplimer adalah sifat
alamiahnya yang dapat hancur atau terdegradasi dengan mudah. Umumnya setelah
sampah kemasan dibuang ke tanah (landfill), akan mengalami proses penghancuran
alami baik melalui proses fotodegradasi (cahaya matahari, katalisa), degradasi
kimiawi (air, oksigen), biodegradasi (bakteri, jamur, alga, enzim) atau degradasi
mekanik (angin, abrasi). Proses-proses tersebut dapat berlansung secara tunggal
maupun kombinasi.
Pada minggu berikutnya, setelah dilakukan penggalian lagi, ternyata sisa-sisa
film plastik tersebut sudah bersih/terdegradasi sempurna. Kondisi tanah yang
digunakan untuk proses penguburan adalah sangat lembab dan banyak mengandung
air serta dimungkinkan banyak terdapat mikroba pengurai yang berperan. Karakter
biodegradabilitas telah teruji secara praktis bahwa film plastik yang dihasilkan
ternyata dapat dengan mudah diuraikan dalam tanah secara biologis maupun kimiawi
dan tentunya aman bagi lingkungan. Apabila dicermati dari sudut bahan baku dan
chemical spiecies lain yang mendukung maka film plastik yang dibuang atau dikubur
di alam / tanah tidak merusak lingkungan sekitarnya.

You might also like