You are on page 1of 25

1

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa bahwa
penulis telah menyelesaikan tugas Problem Based Learning (PBL) dengan membahas
mengenai Dispepsia Fungsional.
Pembuatan makalah ini dimaksud untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah
Sistem Digestivus 2 pada blok 16.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan,arahan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun ke arah perbaikan
dikemudian hari.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan rekan-rekan semua.Akhir kata semoga Tuhan Yesus selalu memberikan yang terbaik
bagi kita semua.









2
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..1
DAFTAR ISI.2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..3

BAB II ISI
A. Anamnesis..4
B. Pemeriksaaan Fisik dan Penunjang5
C. Diagnosis......12
D. Etiologi.....18
E. Epidemiologi........19
F. Patofisiologi.....20
G. Gambaran Klinis..21
H. Penatalaksanaan...21
I. Komplikasi........24
J. Prognosis.......24

BAB III PENUTUP
Kesimpulan....25






3

BAB I
PENDAHULUAN
Skenario 2
Ny.A berusia 30 tahun,berobat ke dokter dengan keluhan nyeri ulu hati dan kembung sejak 2
hari yang lalu.Dalam seminggu terkhir,Ny.A sangat sibuk dikantor karena harus menyelesaikan
banyak tugas.Ny.A merasa stres dan waktu makan menjadi tidak teratur.Keluhan di ulu hati
terasa bertambah bila Ny.A makan.Pada pemeriksaan ditemukan keadaan umum baik, TD :
110/80 mmHg, Nadi : 70x / menit,reguler.

Latar Belakang
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering di jumpai dalam praktek praktis
sehari-hari.Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% paraktek pada
gastroenterologist merupakan kasus dispepsia ini.Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan
sejak akhir tahun 80an,yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala(syndrom) yang
terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,mual,muntah,kembung,cepat
kenyang,rasa perut penuh,sendawa,regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada.Syndroma
atau keluhan ini dapat disebabakan atau didasari oleh berbagai penyakit,tentunya termasuk pula
penyakit pada lambung, yang diasumsikan oleh orang awam sebagai penyakit
maag/lambung.Penyakit hepato-pankreato-bilier (hepatitis,pankreatitis kronik,kolesistitis kronik)
merupakan penyakit tersering setelah penyakit yang melibatkan ganngguan patologi pada
esogafo-gastro-duodenal (tukak peptik,gastritis).
3



4
BAB II
ISI
A. ANAMNESIS

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya.
1

Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang
permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis
dilakukan dengan cermat maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi
penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter
sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum sekitar 60-70% kemungkinan
diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis yang benar.

Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang
baku sehingga mudah diikuti.Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien
agar memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri dari :

1. Data umum pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat kebiasaan/sosial
7. Anamnesis system

5
B. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik Abdomen :
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan
agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi
terhadap abdomen.
2
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal
melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan
bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua
garis vertikal.
3. Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh
dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
4. Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan
mid-line abdomen.
5. Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri,
lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik,
dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat
terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal
dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di
daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di
kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam
keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus
gravid teraba di daerah suprapubik.
2

6
Gambar : Pembagian topografi abdomen


1. Inspeksi

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan
seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
Keadaan kulit : warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya
(menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan
adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan
parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran
pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi
portal).


7
Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
Simetrisitas : perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).
Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
Pulsasi : pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
2. Auskultasi
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan
bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.Mendengarkan suara
peristaltic usus.Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu
dipindahkan ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat
adanya gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/
menit.Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit
(borborigmi).
2
Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang,
peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-
sound).Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya
lambat, bahkan sampai hilang.Mendengarkan suara pembuluh darah.Bising dapat
terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal,
terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.



8
3. Palpasi
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.
Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan
agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada
dinding abdomen.
Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah
yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan
menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika
muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot
kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan
kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di
bagian depan dinding abdomen.
Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.
Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen &
dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk
sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga
abdomen dapat teraba saat memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk
memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan
dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.Setiap ada perabaan massa, dicari
ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya,
fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya
digambarkan skematisnya.


9
Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan
atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line
& SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati
dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan berapa sentimeter di bawah
lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesus xiphoideus.
2

4. Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa
padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam
lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara
perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara),
kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis
untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada
perforasi usus, pekak hati akan menghilang.Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara
perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness
dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen, maka bila pasien
dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi terendah.
2

Cara pemeriksaan asites yaitu :
Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan
pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan
diteruskan ke sisi yang lain.Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak
tangan kiri pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan
berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan
adanya tekanan gelombang.

10
Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien
tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada
kedua sisi. Lalu pasien diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi,
tandai tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya
peralihan suara redup.
2
Pemeriksaan Penunjang :
1. Urea Breath Test
Urea Breath Test (UBT) merupakan uji saring untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi adanya aktivitas urease yang secara tidak langsung
mengindikasikan adanya Helicobacter pylori (H.pylori).
8
Helicobacter pylori adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk spiral yang
dapat mengakibatkan penyakit gastritis dan lesi inflamasi gastroduodenal.
Pemeriksaan 13C-UBT dilakukan pada semua pasien, baik dewasa maupun anak
anak, dengan protokol yang sama. Semua pasien diharuskan berpuasa minimal
selama 4 jam dan diberi asam sitrat untuk memperlama pengosongan lambung.
Tablet 13C dilarutkan dalam air kemudian diminum. Sampel nafas
dikumpulkan sebelum pemberian asam sitrat dan 30 menit setelah larutan urea
diberikan. Perbedaan 13CO2 antara kedua sampel nafas tersebut dianalisis dengan
menggunakan spektrometri massa atau spektrometer infra merah.
Persyaratan & Jenis Sampel (1) 500 mL (minimal 150 mL / 1/3 volume
kantong), (2) udara pernapasan, (3) kirim : suhu kamar, (4) hindari paparan
langsung cahaya matahari.



11
Dikembangkan Graham dan Marshall. Prinsip pemeriksaan UBT adalah
berdasarkan reaksi antara urease yang dihasilkan oleh H.pylori pada mukosa
gastrik, dengan urea berlabel isotop yang diberikan secara oral sehingga
menghasilkan karbondioksia dan amonia. Konsentrasi yang tinggi pada nafas
pasien menunjukkan adanya infeksi H.pylori.Pemeriksan UBT telah menjadi gold
standard pemeriksan non invasif untuk diagnosis infeksi H.pylori. Terdapat 2
metode untuk melabel urea yang digunakan. Yang pertama dengan menggunakan
isotop 13C dan metode lain menggunakan isotop 14C. Maastricht III Consensus
Report telah merkomendasikan 13C-UBT sebagai pilihan terbaik.
3
2. Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC)
Kriteria apakah seseorang menderita anemia dapat dilihat dari kadar
hemoglobin dan hematokritnya. Selain itu, indeks eritrosit dapat digunakan untuk
menilai abnormalitas ukuran eritrosit dan defek sintesa hemoglobin.
5

Bila MCV < 80, maka disebut mikrositosis dan bila > 100 dapat disebut
sebagai makrositosis. Sedangkan MCH dan MCHC dapat menilai adanya defek
dalam sintesa hemoglobin (hipokromia).
3. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah
dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis
berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir
atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi.
5
Pemeriksaan Radiologi :
Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau
usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan
lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk
mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.
4


12

Gambar : Pemeriksaan endoskopi pasien dispepsia (laki-laki, 56 tahun) yang
menunjukkan adanya ulkus/luka (anak panah) pada dinding lambung


C. DIAGNOSIS
Working Diagnosis
Dispepsia fungsional merupakan kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman di
ulu hati, mual, muntah, rasa cepat kenyang, rasa penuh di lambung, kembung, atau
sendawa ditemukan pada gastritis (radang lambung).
3
Dispepsia fungsional ini memang sangat berhubungan erat dengan fator psikis.
Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional
dengan faktor stress yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan (ansietas).
Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan
pergerakan usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan
usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan
irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.
3


13

Differensial Diagnosis
1. GASTRO ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
GERD atau yang kita kenal dengan gastro esophageal reflux disease
merupakan kelainan patologis sebagai akibat reflux kandungan lambung kedalam
esofagus dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring
dan saluran nafas.
7
Gejala - gejala :
Heart burn : dada terasa terbakar,sensasi ketidaknyamanan seperti rasa
terbakar didaerah retrosternal, menjalar ke leher ( kebanyakan post pandrial).
Regurgitasi : kembalinya kandungan gaster kedalam faring tanpa mual,
muntah, atau kontraksi abdomen.
Gejala extra esofageal : nyeri dada non kardial,suara serak,laringitis, batuk,
sampai asma.
Akibat komplikasi : dysfagia, odinofagi, perdarahan, striktura.
Pemeriksaan :
Endoskopi : dapat menilai perubahan makroskopis dan mikroskopis mukosa
esofagus.
Esofagografi.
pHmeter.
Histologi.




14

2. ULCUS PEPTICUM
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya.
7

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak
pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.
7
Gejala gejala :
Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa
nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau
dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak
digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan
dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah
kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local
pada epigastrium.

15

Pirosis (nyeri uluhati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung,
yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa
umum terjadi bila lambung pasien kosong.
Muntah
Meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat
menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan
jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami
inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului
oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi
kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan :
Konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari
diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan gastrointestinal
sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang :
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau
distensi abdominal.
Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus
dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dan biopsy
didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak
terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena ukuran atau lokasinya.

16
Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap
antibody pada antigen H. Pylori.
Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah lambung)
dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida,
dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus.
11

3. ULKUS DUODENUM
Ul kus duodenum at au t ukak duodenum ( TD) s ecar a
anat omi s di def i ni s i kansebagai suatu defek mukosa/ submukosa yang
berbatas tegas dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan
serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Secaraklinis, suatu tukak adalah
hilangnya epitel superficial atau lapisan lebih dalam dengandiameter 5mm
yang dapat diamati secara endoskopi atau radiologis.
7

TD yang telah diketahui sebagai faktor agresif yang merusak
pertagananmukkosa adalah Helicobacter pylori,obat anti inflamasi non-
steroid, asam lambung/ pepsin dan faktor-faktor lingkungan serta kelainan satu
atau beberapa faktor pertahanan yang berpengaruh pada kejadian TD.C.
PatogenesisHelicobacter pylori ditularkan secara feko-oral atau oral-
oral. Didalam terutamaterkonsentrasi dalam antrum, bakteri ini berada
pada lapisan mukus dan sewaktu-waktu dapat menembus sel-sel epitel/ antar
epitel.Bila terjagi infeksa H.pylori maka bakteri ini akan melekat pada
permukaan epiteldangan bantuanadhesins ehi ngga akan t er j adi
gas t r i t i s akut yang akan ber l anj ut maenjadi gastritis kronik aktif atau
duodenitis kronik aktif.
11



17
Bi l a t er j adi i nf eks i H. pyl or i , hos t akan member i r es pon
unt uk mengeliminasi/memusnahkan bakteri ini melalui mobilitas sel-sel
PMN/limfosit yangmenginfiltrasi mukosa secara intensif dengan mengeluarkan
bermacam-macammediator inflamasi atau sitokinin, yang bersama-sama dengan
reaksi imun yang timbuljustru akan menyebabkan kerusakan sel -sel epitel
gastroduodenal yang lebih parahanmun tidak berhasil mengeliminasi bakteri
dan infeksi menjadi konik.
7
Gambaran klinis :
Gambaran klinik TD sebagai salah satu bentuk dispepsia organik adalah
sindromdispepsia berupa nyeri atau rasa tidak nyaman pada
epigastrium.
Nyeri seperti rasat er bakar , nyer i r aas a l apar , r s a
s aki t / t i dak nya man yang mengganggu dan
t i dak terlokalisasi, biasanya terjadi setelah 90 menit sampai 3
jam post prandial dan nyeri dapat berkurang semaentara sesudah
makan, minum susu atau minum antasida.
Nyeri yang spesifik pada 75% pasien adalah nyeri tengah malam
yangmembangunkan pasien.
Nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke punggung
perludiwaspadai adanya penetrasi tukak ke pankreas, sedangkan
nyeri yang muncul danmenetap mengenai seluruh perut dicurigai
ssuatu perforasi.
Pemeriksaan :
Di agnos i s pas t i TD di l akukan dengan pemer i ks aan
endos kopi s al ur an cer na bagian atas dan sekaligus dilakukan biopsi
lambung untuk detiksi H.pylori atau denganpemeriksaan foto barium
kontras ganda.


18
Tabel : Perbandingan gejala yang tampak pada dispepsia fungsional,ulcus
pepticum,ulcus duodenum dan GERD
Pasien DISPEPSIA
FUNGSIONAL
ULCUS
PEPTICUM
ULCUS
DUODENUM
GERD
Nyeri ulu hati + + + +
Kembung + + + _
Nyeri ulu hati
saat makan
+ + _ _
Makan tidak
teratur
+ + + _
Stress + + -
KU Baik + + + _
Endoskopi _ + _ _

D. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika
anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus
(saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat
menyebabkan dispepsia. Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang
tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.
8

19
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
E. EPIDEMIOLOGI
Dispepsia terdapat pada semua golongan umur dan yang paling beresiko adalah diatas umur 45 tahun.
Penelitian yang dilakukan di Inggris ditemukan frekuensianti Helicobacter pylori pada anak-anak di
bawah 15 tahun kira-kira 5% dan meningkat bertahap antara 50%-75%.DiIndonesia prevalensi
Helicobacter pylori pada orang dewasa antara lain diJakarta 40-57% dan di Mataram 51%-66%.
8
Faktor Resiko dispepsia
Faktor resiko adalah beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang mudah terkena
penyakit gastritis.
Faktor resiko dispepsia adalah :
Infeksi H. pylori
Pecandu alkohol
Perokok
Usia tua
Kelainan genetik
Faktor Resiko dispepsia fungsional : stress, cemas dan makanan.

20
F. PATOFISIOLOGI
1. Sekresi Asam Lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat sekresiasam lambung
baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin dapatdijumpai kadarnya meninggi,
normal atau hiposekresi.
2. Dismotilitas Gastrointestinal
Yaitu perlambatan dari masa pengosongan lambung dan gangguan motilitaslain. Pada
berbagai studi dilaporkan dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan
hipomotilitas antrum hingga 50% kasus.
3. Diet dan Faktor Lingkungan
Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsiafungsional. Dengan
melihat, mencium bau atau membayangkan sesuatu makanan sajasudah terbentuk asam
lambung yang banyak mengandung HCL dan pepsin. Hal initerjadi karena faktor nervus vagus,
dimana ada hubungannya dengan faal salurancerna pada proses pencernaan. Nervus vagus tidak
hanya merangsang sel parietalsecara langsung tetapi efek dari antral gastrin dan rangsangan lain
sel parietal.
9
4. Agent yang dapat menimbulkan dispepsia adalah Helicobacter pylori
Helicobacter pyloridapat menginfeksi dan merusak mukosa lambung. Kerusakan
inidisebabkan ammonia, cytotosin dan zat lain yang dihasilkan oleh bakteri ini danbersifat
merusak mukosa lambung.
5. Psikologik
Stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan mencetuskankeluhan pada orang
sehat. Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yangmendahului keluhan mual
setelah stimulus stress sentral.
9

21
G. GAMBARAN KLINIS
Nyeri perut (abdominal discomfort)
Rasa perih di ulu hati
Mual, kadang-kadang sampai muntah
Nafsu makan berkurang
Rasa lekas kenyang
Perut kembung
Rasa panas di dada dan perut
Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
3

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya
hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.
10
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
10


22
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mucus
6. Golongan Prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance).
10
I. PENCEGAHAN
Makan secara benar.
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang
tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang
cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
8

23
Hindari alkohol.
Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
Jangan merokok.
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih
rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya
kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi
perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu
untuk berhenti merokok.
8
Lakukan olah raga secara teratur.
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari
usus secara lebih cepat.
Kendalikan stress.
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress juga
meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan. Karena
stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup,
olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri.
Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada
menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.

24

J. KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, dispepsia akan dapat menyebabkan ulkus peptik
Perdarahan saluran cerna bagian atas.
Meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
K. PROGNOSIS
Dispepsia yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang
akurat,mempunyai prognosis yang baik.
3












25

BAB III
PENUTUP
Dispepsia merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi.Terdiri atas dispepsia organik
dan dispepsiafungsinal.Dispepsia bisa dicegah supaya tidak timbulatau supaya tidak bertambah beratApabila
terjadi keluhan dalam jangka waktulama atau terdapat alarm signs.
Banyak tes dalam penelitian fungsi dari sistem pencernaan tetap harus melihat aspek lain
dalam sistem pencernaan tersebut, terutama sistem 'delivery'nya. Intragastric dan oesophageal
pH-metry, serta analisa cairan lambung juga dilakukan untuk membantu terapi penyakit yang
berhubungan dengan meningkatnya produksi asam lambung sehingga naik ke atas atau
gastrooesophageal reflux disease.
Penelitian tambahan pada penyakit yang berhubungan dengan pengosongan lambung,
mungkin berguna tidak hanya dalam pengembangan obat-obatan untuk mengobati gastroparesis,
tetapi juga dokumen pengaruh kekuatan lambung pada obat-obatan yang di konsumsi.

You might also like