Professional Documents
Culture Documents
com****
Dalam kondisi politik dan tata aturan perundangan suatu negara yang sudah baik, ditambah lagi
pelaksanaan aturan dilakukan dengan kesadaran tinggi penerapan manajemen risiko dalam proses
bisnis suatu insitusi akan berjalan mulus.
Manajemen risiko yang diterapkan langsung dalam proses bisnis akan merupakan tindakan
pencegahan yang menyeluruh, istilahnya “jemput bola”. Dalam setiap segi dan langkah proses bisnis
ada risiko yang mengintai, bila hanya bersikap pasif seperti kondisi yang ada sekarang ini, akan
banyak risiko yang terjadi. Walaupun belum tentu hal ini ditemukan dan menjadi masalah. Maka
diperlukan alat bantu untuk memudahkan penerapan manajemen risiko secara menyeluruh, yaitu
sistem informasi baik dan sesuai.
Namun penerapan kegiatan memanajemenkan risiko dalam seluruh proses bisnis tidak bisa begitu
saja terjadi, harus ada upaya-upaya pendahuluan, diantaranya dengan modeling. Modeling proses
organisasi atau bisnis rumah sakit dilakukan untuk membantu mengidentifikasi risiko yang ada, lalu
melakukan modeling penatalaksanaannya. Sehingga dapat diketahui hambatan dan tantangan yang
akan dihadapi saat menatalaksana suatu risiko dalam proses bisnis.
Ketika sebuah organisasi melakukan modeling membutuhkan 2 macam proses. Yang informal, tetapi
berupa model yang mudah dibuat dan dipahami seluruh bagian organisasi dan yang formal serta
mendetail dalam konstruksi yang rigid dan kompleks. 1
Dengan adanya proses modeling akan memudahkan dalam menganalisa setiap transaksi bisnis yang
terkait dalam proses bisnis institusi kesehatan, verifikasi secara formal, implementasi sistem control
dan mendesain arsitektur audit yang memastikan audifikasi konstan terhadap sistem informasi. 1
Dalam melakukan modeling bisa menggunakan metode atau sistem apapun yang dianggap sesuai
dengan kondisi dan budaya yang berlaku. Tetapi ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam
membuat berbagai skenario model: 1
– Dalam proses penerimaan pasien, resepsionis harus menerima dan mengidentifikasi pasien
yang datang dengan baik
– Dalam proses sortir pasien, harus dievaluasi keseriusan kejadian yang dialami pasien dan
identifikasi harus diarahkan ke unit mana
– Dalam memberikan layanan kesehatan, harus diperhatikan dalam kondisi gawat darurat umum
atau gawat darurat yang membutuhkan penanganan spesialisasi tertentu, kegawat daruratan
perifer, dan lain-lain
Modeling ini bertumpu pada sistem informasi yang dimiliki sebuah organisasi, dimana ada dua sudut
pandang yang harus diperhitungkan; 1
– Dari sudut pandang secara statis memungkinkan evaluasi hubungan hierarki antara komponen
aktivitas dan verifikasi efektivitas implementasi hierarki tersebut. Konsep ini juga memudahkan
proses komunikasi antara pembuat model dengan actor yang melaksanakan model ini.
Sehingga diperoleh pemahaman mengglobal.
– Yang kedua adalah sudut pandang dinamis yang melihat deskripsi perilaku dari berbagai objek
proses bisnis yang menjadi pusat perhatian.
Langkah selanjutnya setelah membuat sebuah modeling dan melakukan analisa terhadap model
adalah memilih cara penerapan manajemen risiko dalam proses bisnis. Enterprise Risk Management
(ERM) adalah salah satu cara yang kini sedang menjadi pertimbangan luas dalam institusi kesehatan.
2
1. http://www.inesc-id.pt/ficheiros/publicacoes/2545.pdf
2. http://www.asse.org/practicespecialties/riskmanagement/docs/Brannan%20&%20Taylor%20Article.pdf
3. http://www-935.ibm.com/services/us/bcrs/pdf/br_resilience_healthcare.pdf
– Membantu memperrkuat keamanan data, privasi pasien dan memfasilitasi akses para klinis
secara realtime terhadap berbagai informasi tanpa gangguan
– Membantu dalam membuat pengaturan dan kepatuhan memberikan atau menahan rekam
medis
– Mengantisipasi kejadian dan membantu memeperbaiki manajemen krisis dan
keberlangsungan bisnis
Dengan adanya sistem informasi yang memadai juga dapat membantu organisasi beradaptasi alam
berbagai kondisi yang berubah-ubah dalam tatakelola layanan kesehatan. Dengan melakukan
manajemen risiko yang terintegrasi menggunakan teknologi memudahkan identifikasi operasional dan
meresponnya. 3
Sehingga pada akhirnya dalam upaya penerapan manajemen risiko dalam proses bisnis diperlukan
beberapa faktor:
1. Sudut pandang yang lebih luas akan kemungkinan risiko yang terjadi, dengan melihat
keseluruhan organisasi dan proses bisnisnya. Tidak hanya terpaku pada “area-area” berisiko
saja
2. Membuat model untuk identifikasi dan penatalaksanaan risiko bagi seluruh komponen unit
layanan
3. Didukung sistem informasi yang sangat baik dan memadai untuk kepastian diperolehnya
informasi real time, sehingga dapat dilihat risiko yang terjadi dengan realtime pula
1. http://www.inesc-id.pt/ficheiros/publicacoes/2545.pdf
2. http://www.asse.org/practicespecialties/riskmanagement/docs/Brannan%20&%20Taylor%20Article.pdf
3. http://www-935.ibm.com/services/us/bcrs/pdf/br_resilience_healthcare.pdf