You are on page 1of 17

1

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN LANJUTAN


PROPOSAL PENELITIAN







PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KELAS VII
SMPN 1 BONTORAMBA




Noviana Astuti Irna Sakir
1114040188
ICP B



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
2

A. Judul : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Konsep Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Kelas VII
SMPN 1 Bontoramba
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Pola pembelajaran yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 dewasa
ini, menuntut keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dan juga mengolah data yang diberikan guru. Dengan kata lain, pola
pembelajaran saat ini lebih menekankan pembelajaran scientific, yang artinya
proses pembelajaran menuntut siswa untuk lebih aktif (student center). Oleh
karena itu, maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa
sehingga proses pembelajaran tidak bersifat menoton.
Pembelajaran biologi hendaknya dilaksanakan secara inkuiri untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses
dan sikap ilmiah termasuk kemampuan berpikir kritis (Depdiknas, 2006).
Upaya memfasilitasi agar kemampuan berpikir kritis siswa
berkembang menjadi sangat penting, mengingat beberapa hasil penelitian
masih mengindikasikan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, terjadi transformasi yang sangat
signifikan yang mempengaruhi gaya belajar siswa yang dapat berdampak
positif juga berdampak negatif. Sebut saja internet, internet yang dijadikan
sebagai sumber belajar siswa menyebabkan rendahnya kemampuan bernalar
atau berpikir kritis siswa. Seharusnya siswa terlebih dahulu untuk menyaring
informasi yang didapatkan dari internet, kemudian menganalisis lebih lanjut
informasi tersebut. Oleh karena itu, maka diperlukan kemampuan berpikir
kritis yang jelas, menilai konsep berdasar bukti yang ada, dan mencari
alternatif yang dapat dijadikan sebagai solusi. Hal ini dapat dijadikan sebagai
3

suatu cara alternatif ditengah kerancuan pemikiran pada jaman teknologi saat
ini. Berdasarkan hal tersebut, maka kemampuan berpikir kritis siswa
hendaknya dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengatasi
masalah diatas adalah model pembelajaran Problem Based Learning. PBL
dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam
pembelajaran biologi, dan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting
untuk dilakukan. Model pembelajaran PBL atau pembelajaran berbasis
masalah memiliki ciri-ciri pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah,
masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok
aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan
mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah
dan melaporkan solusi dari masalah. Sementara guru lebih banyak
memfasilitasi.
Paparan di atas tentang pembelajaran berbasis masalah
menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut berpotensi mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa dapat
dikembangkan pada konsep pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Mengingat materi ini sangat mudah diamati di lingkungan sekitar. Hal ini juga
akan mendorong siswa untuk lebih peka dan peduli terhadap fenomena-
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Pembelajaran dengan
model PBL pada materi ini akan meningkatkan kesadaran siswa untuk
berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan
sesuai dengan salah satu tujuan mempelajari mata pelajaran IPA bagi siswa
SMP (Depdiknas, 2006).
Hasil observasi awal yang dilakukan penulis di salah satu sekolah di
Kabupaten Jeneponto menunjukkan bahwa pada konsep materi pencemaran
dan kerusakan lingkungan lebih sering menggunakan metode pembelajaran
ceramah. Metode ceramah yang dianggap sebagai metode pasif, ternyata
masih digunakan oleh sebagian besar guru. Penerapan metode ceramah
dilakukan secara terus menerus tanpa mengkombinasikan dengan metode
4

pembelajaran lain. Model pembelajaran PBL dapat memberikan kesempatan
bagi siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan
penerapan model pembelajarn PBL guru tidak menyajikan konsep pencemaran
dan kerusakan lingkungan dalam bentuk yang sudah jadi, namun melalui
kegiatan pemecahan masalah siswa digiring ke arah menemukan konsep
sendiri (reinvention). Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan model
pembelajaran PBL terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep
pencemaran dan kerusakan lingkungan di kelas VII SMPN 1 Bontoramba.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penerapan model
pembelajaran PBL terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep
pencemaran dan kerusakan lingkungan di kelas VII SMPN 1 Bontoramba?.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran PBL terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep
pencemaran dan kerusakan lingkungan di kelas VII SMPN 1 Bontoramba.
4. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi siswa, memberikan suatu pengalaman belajar yang baru untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan motivasi
belajar.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru
biologi untuk memperoleh gambaran penggunaan model pembelajaran
PBL.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk mengembangkan aspek lain dari model pembelajaran
PBL yang belum diteliti.
5

C. Kajian Pustaka, Kerangka Pikir, dan Hipotesis
1. Kajian Pustaka
a. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based
Learning
Menurut Tan (Rusman, 2013) Pembelajaran berbasis masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan
untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada.
Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki agar siswa aktif
untuk menemukan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
Agar siswa aktif maka diperlukan desain bahan ajar yang sesuai
dengan mempertimbangkan pengetahuan siswa serta guru dapat
memberikan bantuan berupa petunjuk yang mengarahkan siswa untuk
menemukan solusinya. Model pembelajaran Problem Based Learning
menitikbaratkan hubungan kerjasama, kemandirian, keaktifan, serta
menghargai pendapat orang lain. Model pembelajaran Problem Based
Learning membuat siswa dapat bertukar pikiran dengan baik dan
mampu memecahkan permasalahan dengan baik. Selain siswa dapat
belajar memecahkan masalah, siswa juga dapat mengaplikasikan
materi pelajaran dalam kehidupan nyata. Dengan begitu mereka lebih
mengetahui manfaat dari belajar sehingga membuat siswa lebih
bersemangat dan lebih mudah dalam memahaminya (Fitriani, 2013).
Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru
Tahap 1:
Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.
Tahap 2: Membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisirkan tugas belajar yang
6

Mengorganisasi siswa untuk
belajar
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3:
Membimbing pengalaman
individual/ kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan, dan pemecahan masalah.
Tahap 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.
Tahap 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.

b. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran biasa yang
paling sering dilakukan oleh guru-guru di sekolah. Pada pembelajaran ini
guru memberikan penerangan atau penuturan secara lisan kepada sejumlah
siswa. Siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. Pada umumnya
siswa bersifat pasif, yaitu menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru.
Dalam melaksanakan tugasnya itu guru sering menggunakan berbagai alat
bantu, seperti papan tulis, kapur serta gambar-gambar (Rusman, 2013).
Berhubungan dengan metode ceramah yang digunakan ini,
Nasution (1982) memberikan gambaran ciri-ciri pembelajaran
konvensional, yaitu:
1) Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai
keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual.
2) Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas
tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru.
3) Sswa umumnya bersifat pasif, karena harus mendengarkan
penjelasan guru.
7

4) Kecepatan belajar siswa umumnya ditentukan oleh kecepatan guru
dalam mengajar. Keberhasilan umumnya ditentukan oleh guru
secara subjektif.
5) Diperkirakan hanya sebagian kecil saja dari siswa yang menguasai
materi pelajaran secara tuntas.
c. Kemampuan Berpikir Kritis
Manurut Liliasari (2002), berpikir ternyata mampu mempersiapkan
peserta didik berpikir pada beberapa disiplin ilmu serta dapat dipakai
untuk pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi
peserta didik. Oleh karena itu, proses berpikir dihubungkan dengan pola
perilaku dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir.
Pengembangan berpikir kritis dalam sains bertujuan untuk
mempersiapkan siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi lebih baik dan sukses hidup di
dunia. Berpikir kritis menggunakan dasar berpikir untuk menganalisis
argumen dan memunculkan wacana terhadap tiap-tiap makna dan
interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis,
memahami asumsi dan bias yang mendasar tiap-tiap posisi, memberikan
model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
Keterampilan berpikir seseorang selalu berkembang dan dapat
dipelajari. Berpikir kritis dapat digunakan dalam pembentukan sistem
konseptual IPA peserta didik, sehingga merupakan salah satu proses
berpikir konseptual tingkat tinggi. Berpikir kritis menekankan aspek
pemahaman analisis dan evaluasi. Dalam pendidikan, berpikir kritis
terbukti mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu,
menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan
mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi. Dalam proses
pembelajaran pembangunan berpikir kritis lebih melibatkan peserta didik
sebagai pemikir daripada seseorang belajar (Spiltter, 1992).
Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis mampu
mempertimbangkan konsekuensi alternatif sebelum bertindak. Berpikir
8

sebelum bertindak secara logis akan menyebabkan penurunan impulsif.
Pengalaman belajar dengan memnggunakan berbagai media dan strategi
pembelajaran dapat menginternalisasi keterampilan berpikir kritis pada
siswa. Pengembangan keterampilan berpikir kritis adalah komponen
penting untuk dimasukkan dalam kurikulum. Berpikir kritis mampu
mengembangkan dan memodifikasi nilai dan penalaran moral.
Keterampilan berpikir kritis harus menjadi pusat pembelajaran bagi siswa
dengan harapan mereka mampu memilah-milah informasi yang disajikan
baik di dalam maupun di luar sekolah (Easterbrooks and Scheetz, 2004)
Menurut Ennis (Costa, 1985) keterampilan berpikir kritis terdiri
dari 12 indikator yang dibagi dalam 5 kelompok seperti yang ditunjukkan
pada tabel 2.1 berikut:
Tabel Indikator Berpikir Kritis
Berpikir Kritis Sub Berpikir Kritis Penjelasan
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
1. Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan.
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban
yang mungkin.
c. Menjaga kondisi pikiran
2. Menganalisis
argument
a. Mengidentifikasi kesimpulan.
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan.
c. Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan.
d. Mencari persamaan dan
perbedaan.
e. Mengidentifikasi kerelevanan dan
tidak relevan.
f. Mencari struktur argumen.
g. Merangkum.
3. Bertanya dan
menjawb
tentang suatu
penjelasan dan
tantangan
a. Mengapa?
b. Apa intinya?
c. Apa artinya?
d. Apa contohnya?
e. Apa bukan contohnya?
9

f. Bagaimana menerapkan pada
kasus tersebut?
g. Perbedaan apa yang
menyebabkannya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah yang anda katakan?
j. Akankah anda menyatakan lebih
dari itu?
2. Membangun
keterampilan
dasar




1. Mempertimbang
kan kredibilitas
suatu sumber
a. Ahli
b. Tidak ada konfliik interest
c. Kesepakatan antarsumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang
baku
f. Mengetahui resiko terhadap
repputasi
g. Mampu memberi alasan
h. Kebiasaab berhati-hati
2. Mengobservasi
dan
mempertimbangk
an hasil observasi
a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan
b. Dilaporkan oleh pengamat sendiri
c. Mencatat hal-hal yang diinginkan
d. Penguatan dan kemungkinan
penguatan
e. Kondisi akses yang baik
f. Penggunaan teknologi yang
kompeten
g. Kepuasan observer yang
kredibilitas baik
3. Kesimpulan
(Inference)
1. Membuat deduksi
dan
mempertimbangk
an hasil deduksi
a. Kelompok yang logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pernyataan
2. Membuat induksi
dan
mempertimbangk
an induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membeuat kesimpulan dan
hipotesis
c. Investigasi
d. Kriteria berdasarkan asumsi
3. Membuat dan
mempertimbangk
an nilai
keputusan
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Memikirkan alternatif
e. Menyeimbangkan, memberatkan,
dan mutuskan.
4. Membuat
penjelasan
lebih lanjut
1. Mendefinisikan
istilah,
mempertimbangk
a. Bentuk: sinonim, klasifikasi,
rentang, ekspresi yang sama,
operasional, contoh dan buka
10

an definisi contoh dan bukan contoh.
b. Strategi definisi: aksi, tindakan,
pengidentifikasian
c. Isi
2. Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan;
membangun argumen
5. Strategi dan
taktik






1. Memutuskan
suatu tindakan
a. Mendefinisikan suatu masalah
b. Menyelesaikan kriteria untuk
membuat solusi
c. Merumuskan alternatif yang
memungknkan
d. Memutuskan hal-hal yang
dilakukan secara tentatif
e. Mereview
f. Memonitor implementasi
2. Berinteraksi
dengan orang lain
a. Mengembangkan dan
menanggapi konsep-konsep yang
keliru
b. Strategi lois
c. Strategi retorika
d. Mempresentasikan sebuah
pendapat baik lisan maupun
tulisan

d. Deskripsi Materi
Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik.
Jika komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara
tingkta trofik dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan
komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam keseimbangan atau
stabil. Contoh lingkungan alami yang seimbang adalah hutan (Aryulina,
2006).
Dalam pengertian yang lebih luas, pencemaran adalah perubahan
yang tidak diinginkan pada lingkungan yang meliputi udara, daratan, dan
air, baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Pencemaran menurut tempat
terjadinya dibedakan menjadi pencemaran udara, tanah, air, dan suara.
1) Pencemaran air, adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lainnya
ke dalam lingkungan perairan sehingga kualitas (mutu) air terganggu.
11

2) Pencemaran udara, adalah peristiwa masuknya zat, energi, atau
komponen lainnya ke dalam lingkungan udara. Akibatnya, kualitas
udara menurun sehingga mengganggu kehidupan manusia atau
makhluk hidup lainnya.
3) Pencemaran tanah, adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain
ke dlam suatu areal tanah. Akibatnya dapat mengubah atau
mempengaruhi keseimbangan ekologis di areal tersebut.

2. Kerangka Pikir











3. Hipotesis
H
0
: Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBL
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
H
a
: Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment, karena jenis
penelitian ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
Model pembelajran
Problem Based
Learning
Konvensional
Berpikir kritis
12

sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010).
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Control
Group Pretest-Posttest Design. Dalam rancangan ini digunakan dua kelompok
subjek. Satu kelompok diberi perlakuan yaitu dengan menggunakan
pembelajaran PBL (eksperimen), sedangkan yang satunya lagi dijadikan
sebagai kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional
(ceramah dan diskusi).
2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Penelitian
1) Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Riduwan dan Sunarto, 2010). Dalam penelitian ini
variabel independen adalah model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning).
2) Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Riduwan dan
Sunarto, 2010). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah
kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Definisi Operasional Variabel
1) Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model Pembelajaran PBL (Pembelajaran Berbasis Masalah
/Problem Based Learning) yang dimaksud adalah metode yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dan beraktifitas secara nyata (Autentik).
2) Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah gambaran
menyeluruh berdasarkan 12 indikator keterampilan berpikir kritis
13

siswa untuk memecahkan permasalahan yang disajikan dalam bentuk
soal uraian yang dikembangkan oleh penulis dan akan diuji
validitasnya.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Bontoramba tahun ajaran 2014-2015. Sampel ada dua
kelas yang dipilih secara acak yang akan diperlakukan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah randomized sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan cara acak (Sugiyono, 2010). Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah
kelas VII
1
(kelas kontrol) dan kelas VII
2
(kelas eksperimen).
4. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
a. Tahap Perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara
lain:
1) Penyusunan proposal penelitian
2) Pelaksanaan seminar proposal penelitian
3) Menyusun perbaikan proposal penelitian
4) Merancang instrumen penelitian
5) Meminta pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada
dosen ahli kemudian diperbaiki berdasarkan hasil judgement.
b. Tahap Pelaksanaan
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan
antara lain:
1) Siswa diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis sebelum diterapkannya model pembelajaran PBL pada kelas
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
2) Melakukan proses pembelajaran PBL pada kelas eksperimen,
dengan tahapan secara garis besar :
14

a) Orientasi masalah
b) Mengorganisasi siswa untuk belajar
c) Membimbing pengalaman individual/kelompok
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e) Menganalisis dan mengevaluasi hasil karya
c. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir meliputi pengolahan
data, analisis hasil temuan penelitian, penarikan kesimpulan dan
pembuatan laporan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena
ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2010). Data dalam penelitian ini
diperoleh melalui instrumen tes kemampuan berpikir kritis.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelum pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL
pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol siswa diberikan tes awal terlebih dahulu, kemudian tes awal
tersebut dikumpulkan dan diberi nilai.
b. Setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
PBL pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol siswa diberi tes akhir, kemudian hasil tes akhir tersebut
dikumpulkan dan diberi nilai.
7. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil tes
keterampilan berpikir kritis. Data keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis
dengan menggunakan uji statistik. Hasil tes awal dan tes akhir data yang
diperoleh akan melalui tahap berikut ini:
a. Pemberian skor awal dan skor terakhir
15

Soal untuk tes awal dan tes akhir kemampuan berpikir kritis siswa
dibuat dalam bentuk uraian dengan skor maksimum tiap indikator berbeda-
beda.
b. Penghitungan N-Gain
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang dikembangkan
melalui model pembelajaran melalui PBL dihitung berdasarkan skor gain
yang dinormalisasi. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi
digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake yaitu:
N-Gain =



Tabel Interpretasi nilai N-gain
Perolehan N-gain Klasifikasi
N-gain > 0,70 Tinggi
0,30 N-gain 0,30 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah

c. Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test menggunakan program PASW Statistic
18 dengan hipotesis yang diajukan;
H
o
: distribusi data normal
H
a
: distribusi data tidak normal
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi yang
disingkat Sig > , maka Ho diterima; sedangkan Sig < maka H
0
ditolak
dan H
a
diterima.
d. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian data dilakukan dengan Levene Test
menggunakan program PASW Statistic 18 dengan hipotesis yang diajukan
yaitu:
H
o
: varian kedua kelas homogen
H
a
: varian kedua kelas tidak homogen
16

Dasar pengambilan keputusan yaitu, jika signifikansi yang
disingkat Sig > , maka Ho diterima; sedangkan Sig < maka H
0
ditolak
dan H
a
diterima.
e. Uji hipotesis penelitian
Menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata peningkatan
kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan analisis secara statistik
dengan bantuan menggunakan program PASW Statistic 18 menggunakan
uji statistik parametrik (uji t satu ekor dengan = 0,05) jika sebaran data
berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik non-
parametrik (uji Mann-Whitney) jika sebaran data tidak berdistribusi
normal dan tidak homogen.

E. Jadwal Penelitian

F. Biaya Penelitian
No Uraian Jumlah Satuan Harga
Satuan (Rp)
Total (Rp)
1. Amplop Surat 1 Dos 15.000 15.000
2. Kertas A4 5 Rim 30.000 150.000
3. Tinta Printer 6 Botol 32.000 192.000
4. Pulpen 1 Dos 35.000 35.000
5. Buku Catatan Peneliti 3 Buah 15.000 45.000
6. Biaya Atribut peneliti 3 Buah 10.000 30.000
7. Spidol (warna warni) 1 Paket 15.000 15.000
8. Printer 1 buah 500.000 500.000
JUMLAH 982.000

No Kegiatan
Waktu (Minggu Ke-)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Pembuatan proposal penelitian
2 Konsultasi proposal penelitian
3 Perbaikan proposal penelitian
4 Pengurusan izin penelitian
5 Pelaksanaan penelitian
6 Pengambilan data penelitian
7 Pembuatan laporan hasil penelitian
17

DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah. 2006. Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Easterbrooks, Susan R and Scheetz, Nancy A. 2004. Applying Critical Thinking
Skills to Character Education adn Values Clarification with Students Who
are Deaf or Hard of Hearing. American Annals of the Deaf, Volume 149,
Number 3, pp 255-263 (Article). Gallaudet University Press.
Fitriani,A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantu LKS Terhadap Hasil Belajar Sisiwa Mata Pelajaran Matematika
Kelas IV SD N 02 Banjardawa. Skripsi. Semarang : IKIP PGRISemarang.
Liliasari. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan
Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam menerapkan Berpikir
Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan
Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi.
UPI Bandung. (online). http://repository.upi.edu/
Nasruddin,Toha. 2010. Penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Siswa kelas X B MAN TEMPEL Yogyakarta Pada Pokok Bahasan
Keanekaragaman Hayati. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaya.
Nasution. 1982. Metode Research. Jakarta: Bumi aksara.
Riduwan dan Sunarto. 2010. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Bandung: PT. Rajagrafindo Persada.
Sanjaya,Wina. 2010 . Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan . Jakarta : Kencana.
Spiltter, J. L. 1992. Critical Thinking: What, Why, When, and How.
Australia:Council for Educational Research.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R & D.
Bandung: ALFABETA.
Sugiarto,Bambang. 2009. Mengajar Siswa Belajar . Surabaya : Unesa university
press.

You might also like