Volume I, Nomor 1, Juni 2006
N: 1829 - 7897
Jurnal Studi Ekonomi
Dualisme Dalam Sektor Manufaktur Indonesia:
Sebuah Uji Hipotesis Dengan Analisis Input-Output
Agus Suman dan Jose Rizal Joesoef
Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Kurs dan Defisit Anggaran Pemerintah
Inflasi di Indonesia Periode 1967 - 2003
Henry Ferdinant Cruise dan Budiono Sri Handoko
ferhadap
umbu! konomi Daerah yang Optimal
asi Model Pertumbuhan Solow di Indonesia
Gideon P Adirinekso
Kebijakan Pengurangan Kemiskinan:
Simulasi Model KUT Indorani
Josephine Wari
Anal
i Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta:
Pendekatan Teori Pusat Pertumbuhan,
RM. Bambang Kuntara Murti
Strategi dan Kemampuan Bertahan Industri Kecil
Pasca Bom Bali 2002
Ida Ayu Nila Wulandhari
Nilai Ekonomis Modal Sosial Pada Sektor Informal Perkotaan
Aloysius Gunadi Brata dan A, Danardono
Resensi Buku:
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
¥. Sri Susilo
Stabilitas da
Program Studi {imu Ekonomi
Fakultas Ekonomi
Universitas Atma Jaya YogyakartaVolume 1, Nomor 1, Juni 2006 ISSN: 1829 — 7897
J SE
Jurnal Studi Ekonomi
Penanggungjawab
Ketua Penyunting
Sekretaris Penyunting
Penyunting Pelaksana
Pen,
Administrasi
Alamat Penyunting/
Administrasi
: Ketua Program Studi IImu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Y. Sri Susilo
A. Gunadi Brata
A. Sigit Triandaru, A. Sukamto
A. Ika Rahutami (Unika Soegijapranata)
Budiono (Universitas Padjajaran)
Budiono Sti Handoko (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Dibyo Prabowo (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Djisman Simanjuntak (Prasetiya Mulia)
Dwisetia Poerwono (Universitas Diponegoro)
Edy Suandi Hamid (Universitas Islam Indonesia)
Hadi Susastro (CSIS)
Mudrajad Kuncoro (Universitas Gadjah Mada)
‘Munawar Ismail (Universitas Brawijaya)
R. Maryatmo (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
‘Tulus TH Tambunan (Universitas Trisakti)
Yanuatita Hendrani (Unika Parahtyangan)
£ A. Sri Wibowo, F, Joki Hartono T.N
: Program Studi fmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Ji, Babarsari No. 43 Yogyakarta 55281
Tip. (0274) 487711 Ext. 2229; 2133 / Fax. (0274) 485227
Email: jse(@fe.uajy.ac.id / jse(@mailuajy.ac id
Hotline: 0818278007 (Gunadi) / Joki (08121572103)
Jurnal Studi Ekonomi (JSE) merupakan media diseminasi hasil riset emp
ilmu ekonomi (economics) bagi dosen, peneliti, mahasiswa dan pengamat ekonomi. Terbit
dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, terbit pertama kali pada bulan Juni 2006.
Penyunting berhak melakukan penyuntingan terhadap naskah yang masuk tanpa mengubah
sensi tulisan. Ketentuan penulisan artikel dapat dilihat pada bagian “Pedoman Penulisan”,
di bidang,
|DUALISME DALAM SEKTOR MANUF
‘UR INDONESIA:
SEBUAH UJI HIPOTESIS DENGAN ANALISIS INPUT-OUTPUT
Agus Suman
Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya
Jose Ri
doesoet
ultas Ekonomi
Universitas Gajayana
Abstract
Development processes may cause dualism, Dualisny n
that there are huge sectors (or regions)
with modem technology as well as small sectors (ot regions) with traditional technology. Dualism
tension of duali
of industrial (1
ccapital-labor ratio in manuta
Under the paradigm of
n implicitly should becom
ing represent
manufacturing sectors exist? By
ranufaet
uibing problem that reflects inequality and may cause socially ramified impacts. Alleviating
Boal of policy makers. If we assume that the level
facturing) technology is measured in term of capital-labor ratio, the increases in
improvement in industrial technological capability
dual-industrial growth, the problem Indonesia faces is whether or not the
growth of capital-intensive industries exceeds those of labor-intensive ones,
Does dualism within
mploying the input-output analysis, this research finds Indonesian
sector can be considered dualistic in its size and export-import struciute. There are
Significant disparity between capital-intensive industries and labor-intensive ones,
Keywords: Dual
1. Pendahuluan
Di berbagai literatur standar ekono-
mi pembangunan, proses pembangunan
akan selalu menyebabkan dualisme (Meier,
1995), Secara definitif, dualisme merupakan,
suatu keadaan di mana terdapat sektor-sektor
ww dacrah-daerah) besar di dalam suiatu
perkonomian yang menggunakan teknologi
moder, di sisi lain ada pula sektor-sektor
(atau daerah-daerah) kecil yang menggu-
nakan teknologi sederhana, Sedangkan sela-
ma kebijakan-kebijakan pembangunan yang
masih dalam tahap pertimbangan, dualisme
ini merupakan masalah yang menggangeu.
Karena dualisme akan merefleksil
pangan-ketimpangan multidime
ta menyebabkan benturan-benturan masala
tructural change, Input-Output analysis
sosial_ ekonomi yang bereabang-cabang,
Hal ini merupakan tugas para penentu ke-
bijakan, untuk mengurangi dan selanjutnya
menghilangkan tendensi dualisme itu secara
implisit
Konsep dualisme pada dasarnya me-
ngajak kita untuk tidak meremehkan peran-
an sektor-sektor industri kecil. Hal tersebut
dikarenakan pentingnya peranan sektor ini
mengacu kepada karakteristiknya yang khas
di antaranya: Pertama, sifatnya yang padat
karya: Kedua, sebagian besar industri terse-
but terletak di daerah pedesaan; Ketiga, in-
dustri ini menggunakan teknologi yang pas
dengan proporsi faktor produksi serta kondisi
fokal yang ada pada negara-negara berkem-
bang: Keempat, industri kecil digambar-2 Jurnal Studi Ekonomi Volume Nomor 1 Juni 2006
kan sebagai solusi alternatif kewirausahaan_
bagi pengusaha lokal; Kelima, industri kecit
sangat bergantung kepada sumber pembiaya
an yang bermuara dari tabungan pemilik
usaha, selain didukung oleh pemberian pi
jaman dari lembaga keuangan informal dae
rah atau lembaga-lembaga keuangan kainnya
(Chowdbury, 1990; Tambunan, 1994),
Bertentangan dengan aspek positit
ie terkandung di dalamnya, terdapat kri-
tik mengenai ketidakmampuan industri ke-
cil untuk mencapai skala ekonomi dalam
produksinya. Sebagai konsekuensi dari hal
tersebut, mereka mengalami biaya produk-
si yang tinggi meskipun biaya tenaga’
kerja rendah, Schingga di berbagai cabang,
pabrik, industri kecil yang ada di pinggiran,
seringkali hidup berdasarkan atas sokongan
pemerintah yang protektif dan mahal (Hus
ni, er al, 1996).
Jika kita berasumsi bahwa kemajuan,
tingkat teknologi industri itu diukur dalam
ko a modal dan tenaga kerja,
maka peningkatan rasio modal dan tenaga
kerja dalam suatu perindustrian merupakan
gambaran dari suatu proses perbaikan ke-
mampuan teknologi industri tersebut, Jadi
menurut paradigma pertumbuhan dial-in
dustry, masalah yang, tengah dihadapi Indo-
nesia saat ini ad: ah pertambuhan
industri padat modal melebihi industri pa
dat karya ataukah sebaliknya. (Poot, ef al.,
1991; Majidi, 1991; Tambunan, 1994)
Sementara itu, di dalam tatana
nomi terbuka, pasar secara umum menjadi
lebih kompetitif. Dan lagi, teknologi mu
takhir biasanya diperkenalkan berbarengan
dengan liberalisasi kebijakan. Selanjutnya
yang, terjadi adalah bahwa persaingan dan
tcknologi mutakhir akan meningkatkan
ks rasio anta
cko:
Pada Klasiikasitersebut pada modal herat
sektor mi
tam
& nda dav tonaga Keri Febih besar dora
aur, sedangkan pada kaya kebalikannva (On da tok. RTD
produktivitas serta menekan biaya produksi
industri melalui keunggulan komparatifinya
Akibatnya, ckspor mulai_meningkat. Ke-
mudian, persaingan dengan industri asing
di pasar dunia akan meningkatkan produk-
tivitas ekspor industri kembali. Di samping
itu, oleh karena pasar dunia yang. sangat
luas maka skala ekonomipun dapat dicapai
sehingga akan memperbaiki_produktivitas
(Fujita, 1994)
Pada akhirnya, masalah —utama
yang ingin diajukan studi ini adalah: Bagai
manakah struktur sektor manufaktur Indo-
nesia pada periode tahun 1990 dan 1995?
Dengan mengelompokkan sektor manufak-
tur ke dalam kelompok industri padat modal
dan padat karya, selanjutnya penulis ingin
mengetahui: Adakah dualisme dalam sektor
industri manufaktur di Indonesia?
Secara umum, studi ini ingin meng-
gambarkan_ proses pembangunan industri
dengan menggunakan_ serta_ menerapkan
model dan data input-output yang tersedia
Secara khusus, obyek penelitian adalah un-
tuk menguji hipotesis-hipotesis berikut
(1) Denganstruktursektor manufaktur yang
sedemikian rupa maka dapat diperoleh
gambaran bahwa: Industri padat karya
merupakan industri ringan, sedangkan
industri padat modal merupakan industri
berat.!
Dengan menganalisis sejauh mana
perkembangan kontribusi nilai tambah,
ekspor, impor dan indeks hackward-
forward linkages masing-masing indus-
tri tersebut_ maka terdapat duatisme
dalam sektor manufaktur di Indonesia
dari periode tahun 1990-1995,
Jawaban akan
ini akan memiliki imp
Q)
hipotesis-hipotesis,
‘-implikasi yangDualisme dalam Soktor Manufaktur Indonesia: Sebuah Ui Hipotesis dengan Analisis Input-Output 3
penting di antaranya terhadap penentuan ke-
bijakan-kebijakan pembangunan industri
Kemudian akan memungkinkan masa de
restrukturisasi ekonomi yang lebih tera
pasi dan terkelola. Sehingga pada akhimya,
strategi pembangunan yang unggul_ bisa
betul-betul dimatangkan di dalam konteks
kecenderungan pasar bebas.
2. Studi Terkait/Sebelumnya
Indonesia merupakan salah satu ang-
gota kelompok negara-negara berkembang,
serta dalam proses pergerakan ke atas dari
seluruh sistem sosialnya, terutama sektor
industrinya. Saat ini pembangunan sck-
tor industri rupa-tupanya dianggap sebagai
senjata paling ampuh guna menapaki tahap-
an industrialisasi setelah sekian lama di
hadapkan oleh kemunduran secara dramatis
ekspor minyak yang dimulai pada pertengah-
an tahun 1985,
Akita (1991) telah mengidentifika-
sikan sumber-sumber pertumbuhan indus-
tri di Indonesia dengan menggunakan tabel
input-output tahun 1970-1985, Akita mene-
mukan bahwa pertumbuhan sektor manu-
faktur ringan lebih banyak disumbang oleh
perluasan akan permintaan domestik. Sela
itu juga disimpulkan bahwa_sekitar 40%-
50% pertumbuhan total sektor manufaktur
sebagian besarnya didorong oleh kekuatan
permintaan domestik. Sebagai tambahan,
seperti yang dikatakan oleh Hutu (1993),
teknologi masih belum berperan secara sig-
nifikan terhadap pertumbuhan sektor manu
faktur ringan
Abimanyu (1996) menemukan hal
yang hampir sama dengan Akita. Dengan
menggunakan tabel input-output tahun 1 985-
1990, Abimanyu mengamati bahwa pertum-
buhan nilai tambah manufaktur yang tinggi
telah dipimpin oleh empat kelompok indus-
tri utama (dalam level 2 digit International
(Agus Suman, Jose Rizal Joesoet)
Standard Industrial Classification (ISIC)
industri tekstil, industri kayu, industri ker-
tas dan bubur kertas serta industri logam
ar. Industri-industri ini tumbuh dengan
cepat melalui dukungan permintaan domes-
lik dan secara: memuaskan menyumbang
sekitar 50% pertumbuhan sektor manufak-
fur Pertemuan tersebut rupa-rupanya ingin
menegaskan bahwa pertumbuhan dipimpin
oleh pola konsumsi masyarakat di Indonesia
yang diamati pula oleh Abimanyu (1997).
Sehubungan dengan perdagangan
dan pembaharuan kebijakan yang dicanang-
kan sejak pertengahan tahun 1980-an, Osa-
da (1994) menyelidiki secara ckonometris
pengaruh yang signifikan dari liberalisasi
impor terhadap. perubahan produktifitas
Studi empirisnya berdasarkan pada asums
bahwa liberalisasi impor yang dimulai pada
bulan Maret 1985 dengan pemberlakuan
penyederhanaan jenjang tarif serta penu-
runan yang tinggi pada tingkat tarif. Osada
mentunjukkan juga bahwa pertumbuhan sek-
tor manufaktur setelah tahun 1985 disertai
pula oleh peningkatan total factor produc-
tivity (TPP), Tingkat pertumbuhan TEP yang
(inggi pada sektor manufaktur merupakan
tientasi ekspor selama periode awal; ke-
mudian pertumbuhan TEP menyebar begitu
luasnya pada area perindustrian menjelang,
1990, Hasil_penelitiannya menyarankan
juga agar liberalisasi impor akan jauh lebih
bermanfaat apabila ditujukan untuk mening-
katkan efisiensi sektor manufaktur. Pradip-
tyo (1996), disisi lain, telah menarik kesi
pulan yang bertentangan dengan Osada,
Menurut Pradipto, kebijakan perdagangan
di Indonesia masih sangat protektif serta ti-
dak menggunakan pengaruh efisiensi indus-
tri dan persaingan
Abimanyu er af, (1997) menguji
pengaruh signifikan yang mungkin terjadi
pada liberalisasi perdagangan di Indonesia4 Jurnal Studi Ekonomi Volume! Nomior 1 uni 2006
dengan mensimulasi keseimbangan umum
30 sektor. Studi tersebut mengusulkan empat
kebijakan yang mungkin dapat dicanangkan
pada liberalisasi perdagangan ke dalam mo-
del, dan hasilnya pun diyakini akan menge-
jutkan. Keempat kebijakan itu adalah: (1)
11% penurunan tarif, yang dibantu oleh in-
put impor industri berat; (2) 12% penurunan
pajak ekspor untuk produk tradisional; (3)
kombinasi (1) dan (2); (4) kebijakan (3) di-
tambah penekanan inflasi sampai 5%. Studi
tersebut meramalkan bahwa skenario (1) se
cara relatif, lebih unggul daripada sken:
lainnya, Karena, kebijakan ini akan menu-
runkan indcks harga konsumen sedangkan
di lain pihak meningkatkan GDP. Selain itu,
kebijakan tersebut akan meningkatkan per-
saingan produk manufaktur.
Studi-studi_ sebelumnya tampaknya
telah jelas dan sejalan dengan teori perda-
gangan tradisional.? Seperti efektifitas dere-
gulasiperdagangan, yang telah diperke-
nalkan oleh pemerintah sejak tahun 1985,
terhadap kinerja manufaktur secara empitis,
telah teruji dengan studi-stud
3. Metode Penelitian
Berangkat dari perumusan masalah,
maka studi ini mencoba menggambarkan
pergeseran stuktural yang dilihat dari kontri-
busi nilai tambah, ekspor dan impor di dalam
sektor manufaktur dengan menggunakan
tabel input-output 1990 dan 1995. Model
input-output digunakan untuk -mengamati
keterkaitan sektoral serta menaksir penga-
ruh kuat dari perubahan dalam permintaan
akhir sebuah sub sektor pada seluruh sektor
‘ekonomi
Di dalam Kontcks teori tradisiona, bi
‘eunggtlan komparaifsuatu negara dal
(si
1a dielaskan bata cli dalam s
naga kerja (mxal) dipergunaks
‘modal prodiuk marufaktut, dan efisiensi alokas sumberlayanya
Prof. Wassily Leontief, penerima
hadiah Nobel dalam bidang ilmu ekonomi
pada tahun 1973, merupakan penyusun tabel
input-output yang pertama, Dengan berpijak
pada pemikiran Leon Walras, beliau berhasil
mengembangkan metode analisis yang
kurang lebih 200 tahun sebelumnya telah
dicetuskan oleh Francois Quesnay melalui
Tableau Economique-nya, \si tabel tersebut
adalah transaksi-transaksi ekonomi setiap
sektor industri yang mencakup jenis-jenis
input yang digunakan setiap sektor industri
dan permintaan atas output setiap sektor
industri, Penggunaan transaksi dalam tabel
ini dapat dihitung dengan koefisien input-
output pada setiap sektor industri yaitu rasio
antara input dengan output. Koefisien input-
output diinterpretasikan sebagai indikator
teknologi, dan perubahan koefisien input-
outputdijadikan sebagai indikator perubahan
industri (Todaro, 1971).
Di sisi tain, Hirschman _mengung-
kapkan segi keterkaitan (linkages) cli antara
berbagai ragam kegiatan ekonomi, Hal itu
menyangkut keterkaitan antar sektor mau
pun keterkaitan intra sektor, Keterkaitan
dengatt kegiatan industri di tahap menyuisul
(industri hilit) bersifat forward linkages.
Sebaliknya, keterkaitan dengan kegiatan in-
dustri di tahap yang mendahuluinya (indus-
tri hulu) bersifat backward linkage (Djojo-
hadikusumo, 1994)
Studi ini juga ingin melukiskan
proses pembangunan industri dengan meng-
agregasi sektor-sektor di dalamnya meng-
gunakan data input-output tahun 1990 dan
1995 yang nantinya akan tersusun dalam se-
buah laporan. Struktur unum (Sadoulet dan
wna petdagangan yang lebih terbuke,
‘untuk meningkatkan ckspor padat karya
tat pemba Justrinya yang cepat
tena ask aka (iat litera stad pada ekonom) intersastonal,Dualisme dalam Sektor Manuifaktur indonesia: Sebuah Uji Hipotesis dengan Analisis Input-Output 5
(Agus Suman, Jose Rizal Joesoet)
de Janvry, 1995) dari laporan dalam model input-output dapat dilihat dalam skema yang
tersaji pada Tabel |
Tabel t
Skema Tabel Input Output (10)
Permintaan
ee) Total
Sektor (#) I
Nilai Tambah ”
‘Tenaga Kerja (A) 1
ban
Lain-lain 5 nl
Pajak I
Penawaran Total x x,
i mana:
Output sektor i yang dijual ke sektor j sebagai input antara, */
Permintaan Akhir untuk output sektor i, !~
XX, Penawaran Total sektor #, !='.-.7
1, Jumlah tenaga kerja & yang digunakan di sektor J, & ”
T], Keuntungan di sektor /, f= be
T, _ Pajak tidak langsung, termasuk tarif, yang dibayar oleh sektor /, /
Dasar pemikiran dari model ini cukup sederhana, di mana jumlah output sektor yang
membutuhkan output produksi sektor j. ., diasumsikan proporsional tethadap output j
sektorj. Oleh karena itu, jika 4, adalah koefisien input-output, maka
h i
age
Keseimbangan antara penawaran total dan permintaan total dalam setiap sektor menjadi
Substitusi persamaan [1] ke dalam persamaan [2] menghasilkan6 Jurmal Studi Ekonomi Vollume/ Nomor f Jun 2006
i
Hubungan antara permintaan akhir dan produksi juga berubah menjadi
(4)
AK,=SqAX,+AR i=]
Ini merupakan materi dasar persamaan keseimbangan. Lebih mudah menuliskan persamaan
[3] ke dalam bentuk matrix:
X=AN4+F>(I-A)X=F 3 X=(1-Ay'F [5]
persamaan [5] bisa dipecah menjadi sebagai berikut:
(-ay'F (61
=(I-a)'(H+E-M)
di mana H ialah vektor permintaan akhir rumahtangga, sedangkan F merupakan vektor
cckspor, dan M vektor impor.
Untuk penyederhanaan, persia
dari persamaan sebelumnya.
in berikut merupakan contoh yang bisa diperoleh
Bagian ekspor untuk 19]
x10
xe,
“ Bagian impor untuk industri! [10]
me, = uty 100,
Bagian output bruto untuk industri # (ty
Indeks comparative advantage [12]
Indeks hackward linkage, di mana f= 7 13)
Indeks forward linkage (4)Dualisme dalam Sektor Manufaktur Indonesia:Sebuah Uji Hipotesis dengan Analiss Input-Output 7
Alat analisis yang dipergunakan dalam studi
ini adalah dengan menggunakan_analisis
input-output, Berangkat dari data input
output (10) klasifikasi 66 x 66 sektor. akan
dilakukan pengklasifikasian kembali tabel
tersebut menjadi 37 x37 sektordan kemudian
menjadi 4 x 4 sektor. Upaya ini untuk
maksud uji hipotesis-hipotesis yang diajukan
an agar studi ini lebih terkonsentrasi pada
perilaku serta dinamika sektor industri saja
Beberapa peneliti sebelumnya juga telah
menempuh langkah-langkah yang sama
dalam metode pengklasifikasian ini
4, Hasil dan Pembahasan
Tabel 2 berikut menjelaskan pem-
bedaan antara industri padat modal dan in
dustri padat karya. Fenomena pada Tabel 2
tersebut akan digunakan sebag;
tesis yang pertama, Dengan klasifikasi sep
certi pada Tabel 1, menurut Ohno dan Imaoka
(1987) dan Yokoyama dan Itoga (1989) bisa
ditentukan cut-off point (paris pemisah)
dasar hipo
‘gus Suman, Jose Rizal Joesoef
tara industri yang padat modal (capital-in-
tensive atau Cl) dan padat karya (lahor-in-
tensive atau LI). Beberapa industri dari 1990
hingga tahun 1995 yang tetap, pernah dan
telah menjadi industri padat modal tersaji
pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil penghitungan dari
data yang tersedia serta merujuk metode dan
prosedur yang dipakai oleh Ohno dan Imao-
ka (1987) dan Yokoyama dan Ttoga (1989),
studi ini pada derajad tertentu bisa meneri-
ina hipotesis 1, yakni bahwa industri padat
karya adalah industri ringan dan industri
padat modal yang sebagian esar adalah
dustri berat. Setidaknya ada 5 (lima) indus
tri berat yang masuk dalam kelompok pa.
dat modal, yakni (21) industri pengilangan
minyak, (25) industri dasar besi dan baja,
(27) industri barang dari logam, (28) indus-
tri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik,
dan (29) industri alat pengangkutan dan per-
baikannya.Jurmal Studi Ekonomi Vole! Nomor 1 Juni 2006
Fabel 2
Perkembangan Rasio Madal per Tenaga Kerja
No Sektor 1990 1998
OF Penanian c-o ona [or] Loos [or
(2 Perhebunan (777) oon! [ur] wos [ut
(05 Peernakan (18-20) ons Lr] 02015 [ut
04 eehutanan (21-22) ‘oa? Perf ois [ot
05 Perikanan 0230 PET [0.0000 [U1
06 [Penambangan 2426) 40003 or] 5.7416 [cr
(07 Jind pengolahan dan pengaweian wakanan e178 | Er] 0.1809 | Lt
08 [industri minyak dan teak coo00 fr | -o.t872 [ut
09 [industri penggilingan padi 0.0560 | Li | 2.2852 [ Ch
TO finds tem, sega jens a3190 | Er 0.1271
1 indus gta oan | ur] 2256 [cr
12 finustit makanan aig - oom [ur] 0.3026 [oF
13 fds ima “oaeo7 [Lr | 0.1436 [Lt
Ta fost oko “oats | erp 03775 [tu
15 fadustepeminstan 6445 PLL 0.1106 [ ut
16 lindas testi pakafan dan lit aout Pur | 0.1701 | Ut
17 ids bambs kayu dan rotan 9.0877 | Lr 0.0807 | tt
TA fdr Reis, Paranda kertas Karin Ef o1820-[ 11
19 indus pup dan pesivida Lf 23188 [ur
20nd kina - Tr [19365 | ut
21 Jengilangan winyak 2.3589 [er | 9.0837 | cL
22 [dst barang Karel dan plastik ose P| 1.1399 [ ot
[25 Jndst Branham dari mineral Bukan fog 0479 | Lr | 093 [44
24 [indy en - 4058 | LI | 0.0089 | LI
25 finds dasa bes dan aa ash fur i.s76t [cl
216 Past Hogan dasa uk be 0.7908 [Lr] 13783 [1
27 Tdustibarang dai toga Toms Er] 2.8503 [cl
28 finds meso, ala-alat dan periengkapan Tatrik 15,2482 [ cr [15.6621 | Ch
2 fndus alt pengan lan dan perbkannya sary [er 89075 [cl
30 [industri barang lain yang belumn digolongkan di manapun ti ass [1
31 Listek gas dan ir mina o.o000 [Lr] 8.0000 4
32 Perdagangan, restoran dan hotel 33-38) caer [Lp oa6i4 [|
35 Pangkotan dan asa penuany anskotan 35-39) oaaa Per 0.7877 [U1
34 Komori ‘o.0000 PLE] 0.0000 Fu4
35 [Lembaga keuangan 000 Pr] 0.0000 [Lt
54 Rost dan jaa persona (32 dan 62) ti.9298 [er [23.2831 | Ch
37 Pasa publik dan ninya (63-66) oor Purp esos [11]
ata iat 22}
Sumber: Tabel Input-Output Edisi 1990 dan 1995 (diolah)Dualisme dalam Sektor ManufakturIndonesla:Sebuah Uji Hipotesis dengan Analisi Input-Output 9
(Agus Suman, Jose Rizal Joesoet)
Tabel 3
Industri Padat Modal
No. Sektor [Jenis Industri] | 1990
06_[Penambangan (24-26) Primer cl
09 industri penggilingan padi Ringan LI
11 [industri gula Ringan UL
19 Industri pupuk dan pestisida Berat LI
21 [Pengilangan minyak Berat cl
25, industri dasar besi dan baja Berat LI
27 {industri barang dari logam Berat Lr
2g, [industri mesin, alat-alat dan pertengkapan a a a
istrik
29 [Industri alat pengangkutan dan perbaikannya | Berat cl a
30, findustr barang lain yang belam digotongkan |p iit a
ji manapun
36_|Konstruksi dan jasa perusahaan (52 dan 62) Jasa a a
Sumber: Tabel Input-Output Edisi 1990 dan 1995 (diolah).
Hipotesis yang kedua adalah untuk
melihat pergeseran struktur di dalam sektor
manufaktur dan fenomena dualisme dalam
sektor manufaktur Indonesia, Untuk maksuud
tersebut, studi ini akan mengelompokkan
37 sektor (dati 66 sektor) menjadi 4 sektor,
yakni sektor industri primer, ringan, berat,
dan industri jasa. Pergeseran struktur akan
dilihat dari perkembangan kontribusi nilai
tambah, ekspor, dan impor keempat sektor
industri tersebut, Sedangkan untuk meng-
hasilkan indeks hackward-forward linkage,
37 sektor akan ditentukan matriks koefisien,
‘matriks identitas serta matriks Leontief-nya,
Perkembangan kontribusi nilai tambah ke-
empat kelompok industri tersebut disajikan
pada Tabel 4
Tabel 4
Kontribusi Nilai Tambah
No. Sektor 1990 1995,
1 [industri Primer 0,33 0,25
2__|Industri Ringan 0,10 0,13
3_| Industri Berat 0,10, OL
4 [tasa 0.47 051
Sumber: Tabel Input-Output Edisi 1990 dan 1995 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4, kita bisa meli-
hat adanya pergerakan yang hampir searab
antara kontribusi nilai tambah dari sektor in-
dustri berat dan sektor industri ringan, Terja-
di peningkatan kontribusi nilai tambah pada
sektor industri ringan dari 0,10 pada tahun
1990, menjadi 0,13 pada tahun 1995, Sektor
industri berat juga mengalami peningkatan
dari 0,10 pada tahun 1990, menjadi 0,11
pada tahun 1995. Namun demikian terja-
di pergeseran di antara keduanya, di mana
sektor industri ringan mampu mengambil10
ali posisi sektor industri berat di dalam:
sumbangannya terhadap nilai tambah. Hal
itu nampaknya juga terjadi di antara sektor
Juenal Studi Ekonomi Volume! Nomor I furs 2006
industri primer dengan sektor industri
nya.Perkembangan ekspor keempat sektor
industri tersebut dilaporkan pada Tabel 5.
‘Tabel 5
Kontribusi Ekspor
na] Sektor 1990 1995
I Industri Primer 0,30 0,20
2 [Industri Ringan 0,28 0,35
3 [industri Berat 0,30 0,32
4 [asa 0.12 0.13
Sumber: Tabel Input-Output Edis
Berdasarkan Tabel 5, kita juga bisa
adanya pergerakan yang hamp
searah antara kontribusi ekspor dari sektor
industri berat dan sektor industri ri
Terjadi_peningkatan pada sektor industri
ringan dari 0,28 pada tahun 1990 menjadi
0,35 pada tahun 1995, Demikian juga dari
sektor industri berat dari 0,30 pada tahun
mel
1990 dan 1995 (diolah)
1990 menjadi 0,32 pada tahun 1995, ‘Tetapi
juga terjadi pergeseran di datam kontribu:
ekspor di mana sektor industri berat terge
ser oleh posisi sektor industri ringan. Hal
ini nampaknya juga terjadi di antara sektor
industri primer dengan sektor industri lait
nya. Perkembangan impor keempat sektor
industri tersebut dilaporkan pada Tabel 6.
abel 6
Kontribusi Impor
No. Sektor 1990 1995
1 | Industri Primer 0,06 0,06
2 [Industri Ringan 0,10 On
3__ [Industri Berat ort 0.66
4 [asa “0.3 0.18
Sumber: Tabel Input-Output Fd
Berdasarkan Tabel 6, kita bis
Jihat domiinasi impor yang masih dipegang
oleh sektor industri berat, walaupun ter
jadi penurunan kontribusi dari 0.71 pada
tahun 1990 menjadi 0,66 pada tahun 1995.
Sedangkan terjadi peningkatan di sektor
industri ringan dari 0,10 pada tahun 1990
menjadi O.11 pada tahun 1995
i 1990 dan 1995 (diolah).
secara umum pergeseran struktur menurut
kontribusi impor secara relatif tidak terjadi
Pergeseran kelihatannya hanya terjadi di
antara sektor industri primer dengan sek-
tor industri lainnya, Perkembangan indeks
hackward-forward linkage XT sektor terse-
but dilaporkan pada Tabel 7
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Pendekatan sederhana terhadap krisis ekonomi di Yunani: Sebuah perjalanan untuk menemukan krisis ekonomi Yunani yang dimulai pada tahun 2008 dan menggemparkan dunia. Penyebab dan implikasinya