You are on page 1of 10

Latar Belakang

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat kelebihan lemak


tubuh (Mauro et al., 2004). Obesitas merupakan masalah besar baik di negara
berkembang maupun negara maju. Prevalensi obesitas di Kanada adalah sekitar
57% pada pria dewasa dan 35% pada wanita dewasa (Canning et al., 2004).
Sedangkan di Hungaria, penelitian yang dilakukan oleh Eotvos Lorand
University (2007) yang diambil melalui penelitian Bolgarka (2007),
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak meningkat 3-12% pada
laki-laki dan 3-10% pada perempuan.
Obesitas merupakan faktor resiko timbulnya gangguan jantung dan
vaskular serta diabetes (Mauro et al., 2004). Selain itu, obesitas juga
dihubungkan dengan peningkatan resiko sindrom metabolik, diabetes melitus
tipe 2, hipertensi, dislipidemi, penyakit jantung koroner dan gangguan
metabolisme (Bhardaj et al., 2008). Gangguan ini akan menyebabkan kematian
dini yang berakibat pada penurunan kualitas sumber daya manusia suatu
negara.
Selain itu, penimbunan sel lemak yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya resistensi insulin (Jiao-Hong dan Tian-zhen, 2007). Meningkatnya
sel adiposa sentral diduga sebagai penyebab dari terjadinya resistensi insulin
(Meigs et al, 2006; Rosmond, 2001).
Penanganan obesitas salah satunya dapat dilakukan dengan terapi
makanan fungsional.   Makanan fungsional ialah makanan yang bermanfaat
untuk mencegah suatu penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh,
endokrin, saraf, sistem pencernaan, sistem sirkulasi dan lain sebagainya
(Againts-Cancer, 2008). Salah satu makanan fungsional saat ini yang
digunakan sebagai terapi obesitas yaitu susu yang mengandung Conjugated
Linoleic Acid (CLA).
CLA merupakan campuran isomer asam linoleat dengan ikatan rangkap
terkonjugasi (Laso et al., 2007). Asam lemak ini dihasilkan dalam perut hewan
memamah biak akibat biohydrogenasi dari asam linoleat atau secara sintesis
(Pariza et al., 1999, Kepler et al., 1966). Ekstrak CLA dari daging bakar kering
ditemukan memiliki aktivitas antikarsinogenik (Ha et al., 1987; Pariza et al.,
1979). Selain bersifat sebagai antikarsinogenik, CLA juga ditemukan dapat
menurunkan simpanan lemak dan meningkatkan lean body mass pada hewan
coba (Akahoshi et al., 2002; De Lany et al., 1999; Dugan et al., 1997; Gavino
et al., 2000; Ostrowl et al., 2003). Studi yang dilakukan pada manusia
menemukan hal yang sama dengan studi yang didapat dari hewan coba, yaitu
CLA dapat menurunkan simpanan lemak pada orang overweight dan
meningkatkan lean body mass meskipun dalam jangka waktu yang relatif
singkat (Blankson et al., 2000; Smedman&Vessby, 1999a; Gaullier et al., 2004;
Basu et al., 2000; Vessby&Smedman, 2001b).
Produk hewani terutama dari hewan ternak merupakan sumber makanan
yang banyak mengandung CLA terutama isomer 9c,11t-18:2 dan terdapat
sebanyak 80-90% di dalam susu (Chin et al., 1993, Forgety et al., 1988). Susu
merupakan produk makanan hewani yang kaya akan zat gizi, sumber energi,
protein dengan nilai biologis yang tinggi dan beberapa vitamin serta mineral.
Adanya asam lemak jenuh dikhawatirkan akan meningkatkan total LDL, HDL-
kolesterol dan konsentrasi Apolipoprotein B dan A (Kris et al., 1993; Wood et
al., 1993; Kosla dan Hayes, 1993). Susu full cream mengandung banyak
lemak jenuh dan kolesterol yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan
kolesterol darah dan beresiko mengakibatkan penyakit jantung koroner. Satu
gelas susu full cream mengandung 150 kkal energi, 33 mg kolesterol, dan 8
gram lemak (US Departement of Agriculture, 1976).
Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diajukan
pada gagasan tulisan ini yaitu apakah susu full cream ber-CLA dapat
digunakan sebagai susu anti-obesitas.
Tujuan Penulisan Gagasan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengulas potensi CLA yang ditambahkan pada susu full cream sebagai
susu anti-obesitas.
2. Dapat memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat/penggemar susu
full cream untuk tetap mengkonsumsi susu full cream tanpa khawatir
akan menjadi obesitas.

TINJAUAN PUSTAKA
Susu Full cream
Susu adalah suatu emulsi dari bagian-bagian lemak yang sangat kecil
dalam larutan protein cair, gula dan mineral-mineral. Emulsi adalah suatu
larutan yang stabil dari lemak, air dan bahan-bahan lainnya yang tidak akan
berpisah dari himpunannya setelah didiamkan (Faridah, 2008). Susu
memberikan berbagai manfaat dalam tubuh, karena mengandung berbagai
macam nutrisi penting seperti kalsium, riboflavin, protein, vitamin A, dan
sebagainya (Block et al., 1985). Walaupun demikian, susunan rata-rata
hampir mendekati susunan yang tertera pada daftar di bawah ini:

Air : 87,75%

Zat-zat padat : 12,25%

Zat-zat padat dapat terdiri dari:

Lemak : 3,50%

Protein : 3,25%

Mineral-mineral : 0,75%

Lactose : 4,75%

Kandungan protein 3,25% terdiri dari 80% casein dan 20% albumin. Berat
jenis susu ialah antara 1,025 dan 1,035. Berat jenis adalah suatu angka yang
menunjukkan perbandingan antara berat sesuatu barang dengan berat air
dalam volume yang sama. Bila berat jenisnya kurang dari pada 1, maka
barang itu beratnya kurang dari pada air. Berat jenis susu lebih besar dari 1,0
yang berarti bahwa susu lebih berat dari pada air. Susu kental memiliki berat
jenis yang lebih rendah. Tapi sifat-sifatnya ini berubah dengan
dibubuhkannya garam atau karena reaksi asam susu (buturic acid) (Faridah,
2008).

Bemacam-macam susu yang ada di pasaran mayoritas terbuat dari bahan


baku berupa susu segar, whole milk, bubuk skim susu dan AMF (Anhydrous
Milk Fat). Susu dapat diolah menjadi berbagai macam produk dengan melalui
berbagi proses. Adapun proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh
susu yang beraneka ragam, berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan
simpan, mempermudah pemasaran dan transportasi, sekaligus meningkatkan
nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses pengolahan susu selalu
berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu dibidang tekologi pangan
(Saleh dan Eniza, 2004).

Skimmed milk (susu skim) adalah bagian dari susu yang tertinggal setelah
krim diambil sebagian atau seluruhnya (Buckle et al., 1987). Faridah (2008),
mengatakan bahwa susu skim merupakan produk samping dari pemisahan
butterfat (lemak mentega) dari susu utuh/susu full cream, sehingga bebas
dari lemak. Menurut Saleh dan Eniza (2004), susu skim adalah bagian susu
yang banyak mengandung protein, sering disebut “serum susu”. Susu skim
ini mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim dapat digunakan untuk diet
rendah kalori, karena hanya mengandung 55% dari seluruh energi susu. Susu
skim juga dapat digunakan dalam pembuatan keju dengan lemak rendah dan
yoghurt. Selain rendah energi, kandungan protein susu ini juga meningkat
dengan berkurangnya kadar lemak di dalamnya (Sediaoetama dan Achmad,
1989). Hepner et al. (1979) mengatakan bahwa susu skim mampu
mengurangi kolesterol.

Whole milk adalah bubuk susu hasil pengeringan susu segar (Nick, 2008),
sehingga tertinggal komponen padat dari susu tersebut (Sediaoetama dan
Achmad, 1989). Susu ini banyak mengandung krim. Krim adalah bagian susu
yang banyak mengandung lemak yang timbul ke bagian atas dari susu pada
waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah. Krim ini juga sering
disebut dengan kepala susu. Krim dan susu skim dapat dipisahkan dengan
alat yang disebut separator. Alat ini bekerja berdasarkan gaya sentrifuge.
Pemisahan krim dan susu skim dapat terjadi karena kedua bahan tersebut
mempunyai berat jenis yang berbeda. Krim mempunyai berat jenis yang
rendah karena banyak mengandung lemak. Susu skim mempunyai berat
jenis yang tinggi karena banyak mengandung protein, sehingga dalam
sentrifugasi akan berada dibagian dalam (Saleh dan Eniza, 2004).

Keys (1965) mengatakan bahwa susu full cream mengandung banyak


lemak jenuh dan kolesterol yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan
kolesterol darah dan beresiko mengakibatkan penyakit jantung koroner. Satu
gelas susu full cream mengandung 150 kkal energi, 33 gram lemak,
sedangkan susu skim hanya mengandung 85 kkal energi, 4 mg kolesterol, dan
0,4 gram lemak (US Departement of Agriculture, 1976).

CLA
Conjugated Linoleic Acid adalah asam lemak tak jenuh yang merupakan
isomer posisi dan geometri (stereoisomer) dari octadecadienoic acid [linoleic
acid (LA), 18:2n-6], banyak ditemukan pada sapi, lembu, dan dairy products.
Secara komersial, CLA biasa tersedia dalam bentuk campuran isomer c9t11
dan t10c12 dengan perbandingan 1 : 1, serta isomer lain sebagai komponen
minor. Campuran isomer CLA c9t11 dan t10c12, telah terbukti memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan pada percobaan dengan hewan coba dan studi
in vitro.
Isomer dari CLA telah diteliti terutama isomer trans 10 cis 12 dan cis 9
trans 11 karena kemampuan isomer ini dalam mengatasi kanker, mencegah
arterosklerosis, diabetes, meningkatkan fungsi immun tubuh dan memodulasi
komposisi tubuh pada hewan coba (Wang dan Jones, 2004, Gaullier et al.,
2005).
Wargent et al. (2005) menunjukkan bahwa intake CLA t10c12 selama 3
minggu pada tikus yang secara genetis gemuk, berpengaruh terhadap
turunnya massa tubuh dan massa lemak.

Gambar 1. Gambar Struktur kimia dari Conjugated Linoleic Acid (Diambil


dari steinhard, 1996)

Interaksi CLA dengan susu


Sebuah studi di Cornell University oleh Dale Bauman, et al. (2003),
mendemonstrasikan bahwa lemak susu berkurang dengan infusi trans-
10,cis-12 conjugated linoleic acid (CLA), tetapi tidak ada penurunan dengan
infuse isomer cis-9,trans-11 CLA. Uji coba lain yaitu infusi dengan diena
dan triena menunjukkan tidak berpengaruh terhadap penurunan sintesis
lemak. Jadi, trans-10,cis-12 CLA adalah faktor yang paling berpengaruh
terhadap penurunan lemak.
ANALISIS DAN SINTESIS
ANALISIS
Susu merupakan minuman yang dikhawatirkan dapat menyebabkan
timbulnya penyakit arterosklerosis dan dan penyakit jantung koroner akibat
dari kandungan kolesterol, asam lemak jenuh dan laktosa dalam susu
(Tavani et al., 2002). Susu sapi mengandung sekitar 15 mg/dL kolesterol
dan 7-8 mg Phospholipids (Lokuruka, 2007). Penyusun lemak susu terbesar
adalah trigliserid dimana menyusun sekitar 97-98% dari total lemak susu
dan sisanya terdiri dari sterols (terutama kolesterol sebesar 1,1%) dan
phospholipids (0,45%) (Jensen, 2000). Selain itu, lemak di dalam susu
terdiri atas palmitat (26,3%), oleat (25,1%), stearat (12,1%), myristat
(10,1%), butirat (3,2%), laurat (2,8%), dekanoat (2,4%) dan linoleat (2,3%)
(Gnan dan Sheriya, 1986). Kandungan ini diduga dapat menjadi penyebab
meningkatnya kadar lipid dalam darah atau hyperlipidemia. Hyperlipidemia
merupakan kejadian dimana terjadi peningkatan kadar serum kolesterol,
ester kolesteryl dan trigliserid yang merupakan factor resiko untuk
terjadinya aterosklerosis (Gur et al., 2002).
Obesitas merupakan factor resiko untuk timbulnya penyakit
aterosklerosis dan jantung koroner (American Heart Association, 2004).
Faktor resiko ini dapat dicegah dengan memodifikasi diet. Sehingga susu
dikhawatirkan akan meningkatkan resiko hyperlipidemia dan penambahan
berat badan.
CLA (Conjugated Linoleic Acid) merupakan campuran dari isomer
geometri dan isomer posisi dari asam lemak linoleat dengan 2 ikatan
rangkap pada beberapa atom C (Khanal dan Olson, 2004). CLA banyak
terdapat dalam susu dan menyusun sekitar 80-90% terutama isomer 9c, 11t-
18:2. Shingfield et al., (2003) mengungkapkan bahwa kandungan isomer 9c,
11t-18:2 di dalam susu adalah sebesar 72,6% dari 87,7% total isomer cis dan
trans asam linoleat sedangkan isomer 10c, 12t-18:2 hanya sebesar 0,4% dari
total keseluruhan isomer CLA dalam susu. CLA dalam susu sangat
dipengaruhi oleh makanan yang diberikan kepada hewan ternak.
Suplementasi pakan hewan dengan minyak, terutama minyak ikan akan
meningkatkan kadar CLA dalam susu (Parodi, 1997). Akan tetapi, peternak
di Indonesia tidak dapat melakukan akibat kondisi ekonomi. Oleh karena itu,
perlu penambahan atau suplementasi CLA pada susu.
Tabel 1. Tabel komposisi isomer CLA pada susu (Sumber: Shingfield et al.,
2003)
Isomer CLA %
Cis, trans-isomer
7,9 5,5
8,10 1,5
9,11 72,6
10,12 0,4
11,13 7,0
12,14 0,7
Total Isomer Cis, trans 87,7
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ryder et al., (2001) menemukan
bahwa terdapat penurunan berat badan tikus Zuker obese diabetic bila diberi
1,5% CLA yang mengandung 48% isomer t10,c12 dan 47% isomer c9,t11.
Penelitian yang dilakukan oleh Park et al., (1999) menunjukkan hal yang
sama dengan penelitian yang dilakukan Ryder et al. dengan menggunakan
tikus ICR dan suplementasi 0,5% CLA dengan 44% isoer t10,c12 dan 42%
c9,t11. Keim dalam Sebedio et al. (2003), mendapatkan hasil bahwa
konsumsi CLA sebesar 0,5-2 gram/100 g diet dapat menurunkan masa
lemak tubuh dan meningkatkan lean body mass pada hewan seperti tikus,
mencit dan babi yang bekerja secara independent dengan cara mengubah
pola konsumsi makan hewan.
Penelitian tentang efektivitas penggunaan CLA pada manusia hanya
sedikit. Selain itu, penelitian tentang efektivitas penambahan atau
suplementasi CLA pada produk ternak seperti susu masih jarang dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Desroches et al., (2005) menemukan bahwa
penambahan CLA ke dalam mentega sebesar 4,22 gram/100 gram mentega
tidak menunjukkan perubahan yang berarti terhadap penimbunan lemak
pada jaringan subkutan atau abdominal jika dibandingkan dengan
suplementasi CLA 0,38 gram/100 gram. Akan tetapi, penelitian ini
dilakukan hanya selama 4 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Gaulier
et al., (2004) yang melakukan penelitian selama 12 bulan menemukan
bahwa terjadi penurunan berat badan yang signifikan dan peningkatan lean
body mass pada subyek overweight yang mendapat suplementasi CLA 3,4
gram perhari. Akan tetapi, penurunan ini hanya terjadi pada subjek dengan
overweight, bukan pada subjek yang telah mengalami obesitas.

SINTESIS
Berdasarkan analisis diatas dapat diketahui bahwa CLA merupakan
senyawa asam lemak yang potensial dalam mencegah obesitas dengan cara
menurunkan berat badan pada subjek penelitian yang sehat atau mengalami
overweight. Susu merupakan produk hewan yang mengandung CLA. Akan
tetapi, kadar CLA dalam susu sangat dipengaruhi oleh pakan ternak yang
diberikan oleh peternak kepada hewan sehingga, kadar CLA di dalam susu
sangat bergantung oleh pakan ternak.
Kandungan CLA dalam susu full cream hanya sekitar 2,3%. Kadar ini
dirasa belum dapat memberikan efek yang berarti bagi pencegahan obesitas.
Sehingga dirasa perlu penambahan atau suplementasi CLA di dalam susu
agar menunjukkan hasil yang positif terhadap penurunan berat badan.

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN
Berdasarkan telaah pustaka, dapat disimpulkan bahwa pemberian CLA
ke dalam susu dapat mencegah terjadinya obesitas dengan cara menurunkan
berat badan pada orang dengan overweight, bukan pada orang dengan
obesitas.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih jauh tentang pengaruh penambahan
CLA pada susu full cream terhadap penurunan berat badan manusia karena
sedikit penelitian yang meneliti tentang hubungan penambahan CLA pada
susu full cream dengan penurunan berat badan.

You might also like