You are on page 1of 2

MITOS CINTA, KARENA CINTA TIDAK PERNAH

MASUK DALAM SYARAT SAH PERNIKAHAN



Sebelumnya mohon maaf jika bahasa tulisannya ga banget dan sangat jauh dari kebagusan
(apalagi kesempurnaan, hee). Anggap aja diri ini anak kecil umur 4,5 tahun yang lagi belajar
nulis.
Nah kali ini, aq mau sedikit berbagi dengan teman2 terkait masalah cinta dan pernikahan (cieee,,
bahasan yang paling digandrungi, terutama oleh para jomblowers, hee). Malam2 larut gini
kyaknya asyik deh mbicarain masalah kyak gini. Mungkin bagi yang mbaca tulisan berantakan
ini sedikit kaget dengan judul di atas. Apa iya cinta itu mitos? Apa mungkin nikah tanpa cinta?
Gimana rumah tangganya nanti, hampa donk??? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Dalam islam, cinta itu adalah fitrah bagi manusia, sebagaimana Allah SWT berfirman :
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga) [QS.Ali-Imran: 14]
Nah trus, kenapa mengatakan kalo cinta itu mitos? Sebenarnya bukan mengatakan bahwa cinta
itu mitos, tapi aq bilang kalo cinta itu mitos kalo dijadikan syarat nikah karena syarat sah nya
nikah itu seprti yang ditunjukkan syara yaitu adanya mempelai laki2, wali dari perempuan, 2
saksi yang adil dan akad nikah. Syara tidak pernah menyebutkan/memasukkan cinta dalam
syarat nikah tersebut. Trus gimana klo misal, ada ungkapan seperti ini : aq ga bisa nikah sama si
fulanah karena aq ga cinta sama dia? Nah ini yang tidak dibenarkan syara karena cinta bukan
syarat sahnya nikah. Dengan adanya mitos cinta pranikahlah yang akhirnya melegalkan pacaran
(terjadi pada mereka yang belum paham islam) ato memperlama masa taaruf (terjadi pada
mereka yang sedikit paham islam) hingga menemukan adanya rasa cinta satu sama lain (ini sih
bukan cinta lagi tapi nafsu yang maen).
Klo misalnya seorang laki2/perempuan tidak mau menikah dengan seorang perempuan karena ga
tertarik ato ga ada daya tarik terhadap prempuan/laki2 tersebut, nah ini baru wajar. Perlu
ditekankan di sini bahwa cinta dan ketertarikan itu berbeda. Cinta itu rasa sayang, rasa ingin
memiliki (pengennya sama dia, bukan yang lain), rasa ingin melindungi, ingin membahagiakan
dan menyenangkan hati orang yang dicintai, nah ini sebaiknya dan harusnya lahir dan muncul
setelah pernikahan, bukan sebelum nikah (meski mubah saja klo muncul sebelum nikah). Nah,
kalo ketertarikan adalah hal yang ada pada diri si perempuan/laki2 yang membuatnya
condong/cenderung kpda pasangan taarufnya untuk menikahinya. Nah, ini mestinya yang lahir
sebelum nikah, bukan cinta. Jangan sampe sebaliknya, cinta lahir sebelum nikah, eh pas nikah
malahan cintanya berkurang, wah gawat ini. Hampa ntar rumah tangganya. hee
Lalu apa sebenarnya yang membuat rumah tangga itu bertahan? Sebenarnya selain cinta, ada hal
yang lebih penting bahkan paling penting dalam rumah tangga yaitu kesetiaan, kesetiaan terhada
hukum syara. Cinta itu buta, maka tak heran bila dia bisa berpaling dan berpindah dari satu hati
ke hati lainnya. Nah gmna biar cinta itu tetep pada koridosnya dan ga sembarangan pindah2?
Caranya yaitu dengan mengikat cinta tersebut dengan tali kesetiaan terhadap hukum syara,
dengan melandaskan cinta tersebut hanya kepada Allah semata, bukan yang lain maka niscaya
cinta itu akan berjalan di koridor yang seharusnya. Mau bukti? Coba aja

You might also like