Professional Documents
Culture Documents
SINDROM HORNER
Nama Kelompok:
Yeli Erna Pratiwi 0410
Ajeng Annamayra 0710188
Sherly Cokrosaputro 0710191
Harry Citra Iskandar 0710204
Rudi Chandra 0710208
Pembimbing :dr.H.Taufik Sp.Rad
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKM
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas referat radiologi dengan judul
Horners Syndrome Tidak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini, khususnya kepada
dr.H.Taufik,Sp.Rad selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
referat ini.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan.
Dan penulis menyadari referat yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu
penulis merasa perlu untuk menghaturkan maaf jika ada sesuatu yang tidak
sempurna dalam referat ini. Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran
maupun kritikan demi perbaikan dan kesalahan dapat diperbaiki di masa
mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II.ANATOMI FISIOLOGI ............................................................................ 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata ......................................................................... 2
2.2 Neuroanatomi Mata ...................................................................................... 7
BAB III SINDROM HORNER ............................................................................. 12
3.1 Definisi ....................................................................................................... 12
3.2 Etiologi ....................................................................................................... 12
3.3 Patologi-patofisiologi dan Manifestasi Klinis ............................................ 13
3.4 Dasar Diagnosis .......................................................................................... 15
3.5 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 15
3.6 Penatalaksanaan .......................................................................................... 16
BAB IV. GAMBARAN RADIOLOGIS .............................................................. 17
4.1. Penyebab Sindroma Horner ...................................................................... 17
4.1.1 Sentral ................................................................................................. 17
4.1.2 Preganglionik ...................................................................................... 18
4.1.3. Postganglionik .................................................................................... 20
KESIMPULAN ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Anatomi mata ..................................................................................... 2
Gambar 1.2. Konjungtiva bulbi ............................................................................... 3
Gambar 1.3. Histologi kornea ................................................................................. 5
Gambar 1.4. Lapisan Neuron pada Retina .............................................................. 9
Gambar 1.5. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus .......................................... 9
Gambar 1.6. Radiatio Optika ................................................................................ 10
Gambar 1.7. Jaras Refleks Pupil ........................................................................... 17
Gambar 2.1. Ilustrasi gangguan neuroanatomi sindrom Horner ........................... 13
Gambar 2.2. Sindrom Horner pada mata .............................................................. 14
Gambar 2.3. Alogaritma penegakkan diagnosis sindrom Horner ......................... 15
Gambar 3.1. Infark cerebellar posterior inferior kanan ......................................... 18
Gambar 3.2. Neuroma apikal ................................................................................ 19
Gambar 3.3. Diseksi Arteri Carotis Interna .......................................................... 21
Gambar 3.4. Metastasis Sinus Cavernosus. .......................................................... 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom horner merupakan pertanda dari masalah medis seperti tumor,
cedera sumsum tulang belakang atau stroke yang merusak saraf di wajah.
Terkadang kasus penyebab utamanya tidak dapat ditemukan karena sindrom
Horner sebenarnya bukanlah penyakit. Syndrom Horner tidak memerlukan
perawatan spesifik. Namun jika dimungkinkan, perawatan diarahkan pada
penyebab utamanya.
Ketika saraf yang berjalan dari otak ke mata dan wajah rusak, suatu
gangguan yang jarang ditemui terjadi yakni Syndrom Horner. Biasanya, hanya
satu sisi wajah yang dipengaruhi oleh syndrom Horner.
Orang pertama yang memperkenalkan syndroma ini adalah Johann Friedrich
Horner, seorang ahli oftalmologi berkebangsaan Swiss (1831 1886). Dimana ia
menemukan beberapa kelainan dari gejala klinis pada orang yang terinfeksi lues.
Kelainan tersebut sangat khas, yaitu adanya ptosis, miosis, enoftalmus dan
anhidosis.
2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1. Anatomi dan fisiologi mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya.Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan
untuk memberikan pengertian visual.
Gambar 1.1. Anatomi mata.
1
Anatomi mata :
Palpebra : untuk melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnyamembentuk film air mata di depan kornea.Palpebra juga
merupakan alat menutup mata yang berguna untuk meindungi bolamata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata. Bola mata, pada
orang dewasa diameter antero-posterior : 24,5 mm
8
3
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan kelopak mata
bagian belakang. Berbagai macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva. Konjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh
sel goblet.
14
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal ini
sukar digerakkan dari tarsus.
Konjungtiva bulbi, menutupi sclera dan mudah digerakan dari
sclera dibawahnya.
Konjungtiva forniks, merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbi
14
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar
dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
2
Gambar 1.2. Konjungtiva bulbi.
14
Sklera dan episklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata bagian luar.Jaringan ini
padat dan berwarna putih, nyambung dengan kornea di anterior
adndurameter optikus di belakang. Permukaan luar sklera di bungkus oleh
sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yaitu episklera yang
mengandung banyak pembuluh darah yang memasok sklera.
4
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan.
1
Kornea terdiri dari lima lapis, yaitu :
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depanya melalui desmosom dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier.