Professional Documents
Culture Documents
48
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan merupakan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau solute, untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut.Kelarutan juga digunakan
secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dan larutan. Kelarutan bergantung
pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang hanya
sedikit larut.
Larutan merupakan campuran homogen yang komposisinya sama, tidak ada
bidang batas antara zat pelarut dan zat. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan dan zat yang yang terlarut didalamnya disebut zat terlarut
(solvent), biasa berwujud padat, cair, atau gas.
Kelarutan sering digunakan dalam beberapa pengertian kelarutan dinyatakan
secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga digunakan secara kualitatif
untuk menyatakan komposisi dalam larutan.
Berdasarkan prinsipnya, kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh
pergeseran kesetimbangan antara zat yang beraksi dengan hasilnya. Dimana bila
suhu dinaikkan maka kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser.
Tetapi bila suhu diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh
pergeseran kesetimbangan.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu
pada asam oksalat dengan menggunakan suhu yang bervariasi dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui fungsi digunakannya suhu yang bervariasi.
Mengetahui volume NaOH setelah dilakukan titrasi.
Mengetahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 30
0
C.
49
49
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fase cair yang berupa system dua atau multi komponen, yakni larutan juga
sangat penting. Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat
yang larut didalamnya (zat terlarut). Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa
padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut
sistem dispersi. Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut
medium pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut
dengan zat terdispersi (dispersoid).
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut,
adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut
pada kondisi tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas
kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan,
artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang
dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan
tergantung pada suhu pelarutan (syukardjo, 1997).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah
substansi yang melarutkan. Contoh sebuah larutan NaCl.NaCl adalah solute dan
air adalah solvent. Dari ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan
untuk memilki Sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat
dalam cairan, padat dalam gas, cair dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai
macam tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan
dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas.
Jika kelarutan suhu suatu kimia dalam kesetimbangan dengan padatan,
cairan, atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan
jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal
sehingga penambahan solute dalam larutan lebih lanjut tidak dapat
larut.Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat
maka larutan jenuhnya terjadi kesetimbangan dimana molekul fase padat
50
50
meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan
molekul molekul ion dengan fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang
partikel partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi.
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute
dari pada yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan
(syukri,1990).
Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan
tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat
dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan.
NaOH (natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa
lebur, berbentuk pellet serpihan atau batang atau bentuka lain. Sangat basa, keras,
rapuh dan menunjukan pecahan hablur. Cepat menyerap karbon dioksida dan
lembab.Kelarutannya mudah larut dalam air dan dalam etanol.Tetapi tidak larut
dalam eter.Titik leleh 318
0
C serta titik didih 1390
0
C. hidratnya mengandung 7 ; 5
; 3,5 ; 3 ; 2 ; dan 1 molekul air. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam
air. NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1.
Senyawa ini mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
Asam okslat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat, asam oksalat anhidrat (C
2
H
2
O
4
) yang memiliki berat molekul 90.04
gr/mol dan mempunyai melting point 187
0
C. sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau, berwarna putih dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat
merupakan jenis asam oksalat yang dijual dipasaran yang mempunyai rumus
bangun (C
2
H
4
O
2
.H
2
O) dengan berat molekul 126,07 gr/mol an melting point
101,5
0
C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58% air, bersifat
tidak berbau dan dapat kehilangan molekul air dipanaskan hingga suhu 100
0
C.
Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimianya adalah massa molar
318,329 gr/mol, massa jenis 1,277 gr/mol pada suhu 32
0
C, titik leleh : 262,5
0
C
indikator asam basa menunjukan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa,
51
51
indikator PP (fenolftalein) mempunyai warna tertentu pada trayek pH/ rentang pH
tertentu yang ditunjukan dengan perubahan warna indikator. Bila indikator PP,
merupakan indikator yang menunjukan pH basa, berarti ia berada pada rentang pH
antara 8,3 10,0 (dari tidak bewarna hingga merah pink). Indikator PP tidak larut
dalam air, benzene, tetapi larut dalam etanol dan eter (Dogra, 1984).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1.Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat
cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
hingga membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat
ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1
liter.(Atkins, 1999)
52
52
BAB 3
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Beaker glass
Pipet volume
Erlenmeyer
Hot plate
Termometer
Gelas ukur
Pipet tetes
Sikat tabung
Tiang statif
Labu takar
Buret
3.1.2 Bahan
Es batu
H
2
C
2
O
4
2 N
NaOH 0,2 N
Aquades
Tissue
Indikator PP
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Suhu 40
0
C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Dipanaskan hingga suhu 60
0
C.
53
53
Didinginkan hingga suhu 40
0
C.
Ditambah 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH.
Dihitung volume NaOH.
3.2.2 Suhu 30
0
C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Di panaskan hingga suhu 60
0
C.
Di dinginkan hingga suhu 30
0
C.
Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH 0,2 N.
Dihitung volume NaOH.
3.2.3 Suhu 20
0
C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Di panaskan hingga suhu 60
0
C.
Di dinginkan hingga suhu 20
0
C.
Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH 0,2 N.
Dihitung volume NaOH.
3.2.4 Suhu 10
0
C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Di panaskan hingga suhu 60
0
C.
54
54
Di dinginkan hingga suhu 10
0
C.
Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH 0,2 N.
Dihitung volume NaOH.
55
55
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
1). Suhu 40
0
C
Dimasukkan 10 ml H
2
C
2
O
4
+
H
2
O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan
Dipanaskan sampai 60
0
C
Didinginkan sampai 40
0
C
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH
Volume NaOH
2). Suhu 30
0
C
Dimasukkan 10 ml H
2
C
2
O
4
+
H
2
O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan
Dipanaskan sampai 60
0
C
Didinginkan sampai 30
0
C
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH
Volume NaOH
3). Suhu 20
0
C
Dimasukkan 10 ml H
2
C
2
O
4
+
H
2
O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan merah lembayung
1,25 ml
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan merah lembayung
1,40 ml
Larutan bening
56
56
Dipanaskan sampai 60
0
C
Didinginkan sampai 20
0
C
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH
Volume NaOH
4). Suhu 10
0
C
Dimasukkan 10 ml H
2
C
2
O
4
+
H
2
O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan
Dipanaskan sampai 60
0
C
Didinginkan sampai 10
0
C
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH
Volume NaOH
Larutan bening
Larutan bening
Larutan merah lembayung
1,15 ml
Larutan bening
Larutan bening
Larutan bening
Larutan merah lembayung
1,30 ml
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi H
2
C
2
O
4
+ NaOH
H
2
C
2
O
4
+ 2NaOH Na
2
C
2
O
4
+ 2H
2
O
57
57
4.2.2 Reaksi NaOH + indikator PP
C
C
O
O
OH
OH
+ 2 NaOH
C
O
ONa
O
C ONa
+ 2 H
2
O
4.2.3 Reaksi indikator PP + asam oksalat
C
C
O
O
OH
OH
+ H
2
C
2
O
4
4.3 Perhitungan
4.3.1 Konsentrasi Asam Oksalat
4.3.1.1 Pendinginan 40
0
C
V H
2
C
2
O
4
= 20 ml
V NaOH = 1,25 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V H
2
C
2
O
4
x N H
2
C
2
O
4
= V NaOH x N NaOH
58
58
20 ml x N H
2
C
2
O
4
= 1,25 ml x 0,4 N
N H
2
C
2
O
4
= 1,25 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,025 N x faktor pengenceran
= 0,025 N x 10
= 0,25 N
4.3.1.2 Pendinginan 30
0
C
V H
2
C
2
O
4
= 20 ml
V NaOH = 1,40 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V H
2
C
2
O
4
x N H
2
C
2
O
4
= V NaOH x N NaOH
20 ml x N H
2
C
2
O
4
= 1,40 ml x 0,4 N
N H
2
C
2
O
4
= 1,40 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,028 N x faktor pengenceran
= 0,028 N x 10
= 0,28 N
4.3.1.3 Suhu 20
0
C
V H
2
C
2
O
4
= 20 ml
V NaOH = 1,15 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V H
2
C
2
O
4
x N H
2
C
2
O
4
= V NaOH x N NaOH
20 ml x N H
2
C
2
O
4
= 1,15 ml x 0,4 N
N H
2
C
2
O
4
= 1,15 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,023 N x faktor pengenceran
= 0,023 N x 10
= 0,23 N
59
59
4.3.1.4 Suhu 10
0
C
V H
2
C
2
O
4
= 20 ml
V NaOH = 1,30 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V H
2
C
2
O
4
x N H
2
C
2
O
4
= V NaOH x N NaOH
20 ml x N H
2
C
2
O
4
= 1,30 ml x 0,4 N
N H
2
C
2
O
4
= 1,30 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,026 N x faktor pengenceran
= 0,026 N x 10
= 0,26 N
4.3.2 Perubahan Suhu Rata Rata
H
1
=
x 2,303 x 8,314 j/mol. K
=
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
=
x 2,303 x 8,314 j/mol. K
=
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
=
x 2,303 x 8,314 j/mol. K
=
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
=
x 2,303 x 8,314 j/mol. K
60
60
=
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
=