You are on page 1of 2

KONSEP AWAL DAN PENGERTIAN

PEMBANGUNAN
Salah satu definisi pembangunan:
Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari
nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih
besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan
warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri (Inayatullah, 1967).
Kemajuan konsep pembangunan:
Rencana Marshall (Marshall Plan)
Dalam ucapannya di Universitas Harvard, ia berpidato dengan gagasan pemerintah AS untuk
membantu membangun negara-negara di Eropa yang hancur akibat Perang Dunia II. Tujuan
gagasan bantuan adalah turut membangkitkan ekonomi mereka. Dengan gagasan ini, kemudian
dikenal dengan sebutan Marshal Plan atau yang sangat terkenal sebagai suatu program berencana
untuk membantu pembangunan ekonomi negara lain.
Pendapat dan analisis para ahli Barat, pembangunan seperti sekarang, bermula dan dipengaruhi
oleh program pemerintah Amerika Serikat yang dicetuskan presiden Harry S. Truman dalam
pidato pelantikannya 20 Januari 1949 yang dikenal sebagai Poin IV. Riwayat itu menyebabkan
Lerner (1977) bahkan menyebut ”pembangunan” sebagai suatu ideologi internasional yang
bermula dari suatu komunikasi: yakni pidato Presiden Truman kepada Kongres AS tersebut. Poin
IV dianggap merupakan awal dari paradigma pembangunan: yaitu bantuan negara yang lebih
kaya kepada negara yang miskin.
Pembangunan sebagai Pertumbuhan
Prioritas masalah utama, dalam pandangan para ahli ekonomi adalah perbedaan yang mencolok
dalam tingkat pendapatan masyarakat di negara-negara maju dengan negara-negara miskin,
Inilah sebabnya timbul perhatian para perencana pembangunan waktu itu terpusat keinginan
meningkatkan pendapatan perkapita bagi negara-negara baru. Hal tersebut diasumsikan, jika
pendapatan perkapita berhasil ditingkatkan, maka masyarakat ataupun bangsa yang bersangkutan
dengan sendirinya berhasil pindah dari tahap lessdeveloped ke tahap developed.
Berdasarkan asumsi ini, gambaran anak panah pembangunan meliputi unsur-unsur berikut ini:
Produksi --> Pendapatan perkapita --> Tabungan --> Investasi
Rostow mengemukakan tahap-tahap pertumbuhan yang dilalui negara modern, hingga mencapai
keadaan yang sekarang, yaitu:
1. Masyarakat Tradisional
2. Prakondisi tinggal landas
3. Tinggal landas (take off)
4. Masa menjelang kedewasaan
5. Abad konsumsi massa yang tinggi
Pembangunan sebagai Poses Modernisasi
Pendapat Rogers dan Svenning (1969), modernisasi pada tingkat individual berkaitan dengan
pembangunan pada tingkat masyarakat. Modernisasi merupakan proses perubahan individual
dari gaya hidup tradisional ke suatu cara hidup yang lebih kompleks, secara teknologis lebih
maju dan berubah cepat.
Konsep Pembangunan
Pembangunan meniru model Barat, sebenarnya belum tentu cocok bagi konsep untuk negara-
negara berkembang. Yang mencolok dirasakan adalah terciptanya keadaan ketergantungan
negara-negara berkembang kepada negara maju, terutama dalam bidang ekonomi.
Teori Ketergantungan dan Keterbelakangan
Teori Depedensi
Secara garis besar, maksud depedensi adalah, suatu keadaan di mana keputusan-keputusan utama
yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang seperti keputusan harga
komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau institusi di luar negara
yang bersangkutan.
Proses keterbelakangan yang melanda negara-negara baru, menurut Furtado (1972), meliputi tiga
tahapan historis yang terdiri atas:
1. Tahap keuntungan komperatif.
2. Tahap substitusi impor.
3. Tahap berkembangnya perusahaan multi nasional (PMN).
Kritik Terhadap Teori Depedensi
Menurut Serves (1968), hal-hal yang dikritik pada teori depedensi dan keterbelakangan itu pada
pokoknya adalah:
1. Tidak berhasil memperhitungkan struktur- struktur kelas yang bersifat internal dan kelas
produksi di ngera-negara Pinggiran yang mendambakan terbentuknya tenaga produktif.
2. Cenderung berfokus pada masalah Pusat dan modal internasional, daripada masalah
pembentukan kelas-kelas lokal.
3. Telah gagal dalam membedakan kapitalis dengan feodalis.
4. Mengabaikan produktivitas tenaga kerja sebagai titik sentral dalam pembangunan ekonomi
nasional, dan meletakkan tenaga penggerak pembangunan kapitalis dan masalah keterbelakangan
pada transfer surplus ekonomi Pusat dan Periferi.
5. Dinilai menggalakkan suatu ideologi berorientasi ke Dunia Ketiga yang meruntuhkan potensi
solidaritas kelas Internasional dengan menyatukan semuanya sebagai ”musuh”, baik elit maupun
massa yang berada di bangsa-bangsa pusat.
6. Dinilai statis, karena ia tidak mampu untuk menjelaskan dan memperhitungkan perubahan-
perubahan ekonomi di negara-negara terbelakang menurut waktunya.

You might also like