Soemarno, 2007 2 I. LATAR BELAKANG Pesatnya Kegiatan Investasi dan Penanaman Modal.
Peningkatan perkembangan industri dapat berdampak (+) & (-) terhadap LH.
Banyak kasus pencemaran / kerusakan LH terjadi, sebagai akibat peningkatan kegiatan usaha industri, perdangan, peternakan, pertanian, dll.
Pengusaha industri cenderung menganggap lingk adalah milik bersama (common property), shg pencemaran / kerusakan lingk dianggap sbg faktor eksternal diluar komponen biaya prouksi.
Aktivitas pembangunan merupakan suatu proses intervensi thd LH, bila tidak dikendalikan, lingk yg tidak sehat sbg akibat yang bakal dirasakan. Kualitas lingk yg menurun terjadi krn air sungai dan laut yg tercemar oleh limbah, udara oleh polutan seperti karbon dioksida, tanah oleh barang anorganis yg sulit hancur maupun oleh bahan kimia sep. pestisida. Ini semua menurunkan kesehatan manusia di lingk tsb.
2 Soemarno, 2007 3 LATAR BELAKANG Pemerintah telah mengeluarkan PP No. 82 Tahun 2001 Ttg Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran air Pemerintah menetapkan daya tampung beban pencemaran, persyaratan pembuangan air limbah, serta melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran, memantau kualitas air & sumber pencemar.
Meningkatnya keg dapat mendorong peningkatan penggunaan B-3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), sehingga diperlukan peningkatan upaya pengelolaannya dengan lebih baik dan terpadu.
Kekuasaan politik belum memiliki arti nyata agar mampu memanfaatkan potensi sumber daya alamnya melalui sebuah proses pembangunan yang berkelanjutan.
Soemarno, 2007 4 Diperlukan dorongan melalui program penaatan, pemeriksaan dan ada kalanya harus dilakukan dengan upaya paksa dalam bentuk program penegakan hukum/yustisi.
Pemeriksaan/inspeksi merupakan salah satu kegiatan pengawasan agar pengusaha mentaati semua ketentuan yang berlaku ( air, udara, tanah, kebisingan, B-3).
LATAR BELAKANG Ketaatan thd ketentuan UU maupun persyaratan perizinan seperti AMDAL/RKL-RPL, UKL/UPL, Izin limbah cair, Izin Land Aplikasi, izin TPS LB-3 yang berkaitan dengan masalah lingk harus dilakukan secara sukarela oleh para penanggung jawab.
Kenyataannya masih banyak yang belum ditaati/atau dilanggar.
Soemarno, 2007 5 Setiap penanggung jawab kegiatan industri wajib:
1. melakukan pengelolaan LC shg mutu LC yg dibuang ke lingk tidak melampuai Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan
2. membuat saluran pembuangan LC yg kedap air shg tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan
3. memasang alat ukur debit atau laju alir LC dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut.
4. Tidak melakukan pengenceran LC, termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair.
5. Memeriksakan kadar parameter BMLC yg ditetapkan secara periodik se kurang-2nya satu kali dlm satu bulan
6. Memisahkan saluran pembuangan LC dg saluran limpahan air hujan
7. Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya.
8. Menyampaikan laporan ttg catatan debit harian, kadar parameter BMLC, dll sekurang-2nya 3 bulan sekali kepada BAPEDAL (Kab./Kota dan Propinsi serta instansi teknis terkait)
Soemarno, 2007 6 Soemarno, 2007 7 1. PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2. TEKNOLOGI PENGOMPOSAN 3. TEKNOLOGI BIOPORI Soemarno, 2007 8
Soemarno, 2007 9
Soemarno, 2007 10 Soemarno, 2007 11 Instrumen pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UU 32/2009: 1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); 2. Tata Ruang; 3. Baku Mutu Lingkungan Hidup; 4. Baku Kerusakan Lingkungan Hidup; 5. AMDAL; 6. UKL-UPL; 7. Perizinan; 8. Instrumen ekonomi lingkungan hidup (termasuk insentif); 9. Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup (Green Legislation); 10. Anggaran berbasis lingkungan hidup (Green Budget); 11. Analisis Risiko Lingkungan Hidup; 12. Audit Lingkungan Hidup; 13. Penegakan Hukum 14. Kelembagaan Pengelolaan lingkungan hidup HN2011 Soemarno, 2007 12 PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
DALAM UU PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pencegahan dan penanggulangan
Efek Jera dan Efek Derita
Ganti Rugi dan Pemulihan Lingkungan ADMINISTRASI (Pasal 76 sd 83) PIDANA (pasal 93 sd 120) PERDATA (pasal 83 sd 93) FUNGSI FUNGSI FUNGSI HN2011 Soemarno, 2007 13 Penegakan Hukum Administrasi Penegakan hukum administrasi di bidang lingkungan hidup meliputi 2 (dua) hal: 1.Upaya hukum yang ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup melalui pendayagunaan kewenangan administrasi sesuai dengan mandat yang diberikan oleh UU; 2.Gugatan administratif (court review) terhadap putusan tata usaha Negara (TUN) di PTUN.
HN2011 Soemarno, 2007 14 Manfaat strategis penegakan hukum administratif lingkungan hidup: Penegakan hukum administrasi di bidang lingkungan hidup dapat dioptimalkan sebagai perangkat pencegahan (preventive); Penegakan hukum administrasi (yang bersifat pencegahan) dapat lebih efisien dari sudut pembiayaan dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata. Pembiayaan untuk penegakan hukum administrasi meliputi biaya pengawasan lapangan yang dilakukan secara rutin dan pengujian laboratorium. Pembiayaan ini lebih murah dibandingkan dengan upaya pengumpulan bukti, investigasi lapangan, mendatangkan saksi ahli untuk membuktikan aspek kausalitas (sebab akibat) dalam kasus pidana dan perdata; Penegakan hukum administrasi lebih memiliki kemampuan mengundang partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dilakukan mulai dari proses perizinan, pemantauan penaatan/ pengawasan, dan partisipasi dalam mengajukan keberatan dan meminta pejabat tata usaha negara untuk memberlakukan sanksi administrasi.
HN2011 Soemarno, 2007 15 SYARAT PENINDAKAN HUKUM ADMINISTRASI Ada pasal-pasal peraturan hukum administrasi yang dilanggar Kegiatan tersebut secara jelas melanggar satu atau berbagai pasal peraturan perundang- undangan yang menyebutkan sanksinya secara jelas Sanksi dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang untuk menjatuhkan sanksi tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan ketentuan/persyaratan yang tercantum dalam surat izin yang telah diterbitkan oleh pejabat yang menjatuhkan sanksi HN2011 Soemarno, 2007 16 Perangkat Penegakan Hukum Administrasi 1. Pengaturan 2. Perizinan Persyaratan 3. Pengawasan Inspektur (Pejabat Pengawas=Inspektur) Mekanisme 4. Sanksi Administrasi Bertahap dan sistematis HN2011 Soemarno, 2007 17 Pengaturan Menciptakan norma hukum umum-konkrit 1.Keluarnya PP dan Permen yang mengatur B3 Limbah B3 Amdal Limbah Cair Pencemaran Dll 2.Baku Mutu Lingkungan HN2011 Soemarno, 2007 18 Baku Mutu Lingkungan Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Fungsinya Alat evaluasi Alat pentaatan hukum administrasi Pelaksanaan AMDAL (preventif) Alat kontrol perizinan Penentuan telah terjadinya pelanggaran hukum pidana Pelanggaran delik formal 43 UUPLH; 76 dan 87 UUPPLH
HN2011 Soemarno, 2007 19 Baku mutu lingkungan hidup meliputi: 1.baku mutu air; 2.baku mutu air limbah; 3.baku mutu air laut; 4.baku mutu udara ambien; 5.baku mutu emisi; 6.baku mutu gangguan; dan 7.baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
HN2011 Soemarno, 2007 20 PENCEMARAN / KERUSAKAN LINGKUNGAN BAKU MUTU LINGKUNGAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN Diukur melalui air; air limbah; air laut; udara ambien; emisi; gangguan; Baku mutu lain sesuai dgn Perkembangan IPTEK (pasal 20 ayat 2) EKOSISTEM PERUBAHAN IKLIM Tanah untuk biomassa Terumbu karang Mangrove padang lamun Gambut Karst Kebakaran Hutan BK ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan IPTEK
HN2011 Soemarno, 2007 21 Perizinan SISTEM PERIZINAN Izin tertulis diberikan dalam bentuk penetapan (beschikking) penguasa Perizinan merupakan instrumen kebijaksanaan lingkungan yang paling penting Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan lain perangkat hukum yang bersifat preventif Izin harus dicantumkan secara tegas syarat dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
HN2011 Soemarno, 2007 22 Prajudi membagi keputusan dalam Keputusan NEGATIF (Penolakan) Pernyataan tidak berwenang (onbevoeg verklaring) Pernyataan tidak berdasar (niet ontvankelijk verklaring) Penolakan total (een algehele afwijzing) Rationae locus Rationae temporis Penolakan hanya berlaku satu kali, diterbitkan dan selesai. Bisa diajukan kembali dengan hal baru, data, argumentasi baru Keputusan POSITIF (Pengabulan) Penetapan yang menciptakan keadaan hukum baru pada umumnya Penetapan yang menciptakan keadaan hukum baru hanya pada objek tertentu Penetapan yang menciptakan/membentuk atau membubarkan suatu badan hukum Penetapan yang memberi beban (kewajiban, obligasio) kepada badan/perorangan Penetapan yang memberi keuntungan kepada suatu instansi, badan, perusahaan, perorangan Dispensasi Izin (verguning) Lisensi Konsesi HN2011 Soemarno, 2007 23
DISPENSASI Suatu penetapan yang bersifat deklaratoir, yang menyatakan bahwa suatu ketentuan undang-undang tidak berlaku bagi kasus yang dajukan oleh pemohon IZIN Suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh undang-undang LISENSI Izin yang bersifat komersial KONSESI Penetapan administrasi negara yang secara yuridis sangat kompleks karena merupakan seperangkat dispensasi2, izin2, lisensi2 dan semacam wewenang pemerintahan terbatas pada konsensionaris
HN2011 Soemarno, 2007 24 IZIN LINGKUNGAN (pasal 36 sd 41) AMDAL/ UKL/UPL USAHA/ Kegiatan SKKLH/ Rekomendasi/ UKL/UPL IZIN USAHA Usaha/kegiatan berubah Izin lingkungan diperbaharui Komisi berlisensi Cacat hukum, kekeliruan penyalahgunaan, ketidakbenaran, pemalsuan data, dokumen/informasi
Penerbitannya tidak memenuhi syarat dalam keputusan komisi
Tidak melaksanakan kewajiban dalam AMDAL/UKL-UPL Izin LH dicabut izin usaha batal RPPLH KLHS merupakan KEPUTUSAN TUN persyaratan IZIN LINGKUNGAN Dibatalkan bila PENGUMUMAN HN2011 Soemarno, 2007 25 KEWENANGAN PENGELOLAAN B3 di PUSAT Perumusan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan Koordinasi Kebijaksanaan Penetapan limbah berdasarkan sumber status B3 tempat penyimpanan sementara, pengumpul, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan B3 Notifikasi B3 dan limbah B3 Pengawasan pengelolaan limbah B3 Pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat skala nasional Pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3 skala nasional Pengawasan pengelolaan B3 (kegiatan, penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah, danpenimbun limbah B3) dan pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3 skala nasional Registrasi B3 (yang tidak tergolong bahan farmasi dan radioaktif) Penerbitan izin pembuangan limbah kemedia lingkungan pengumpulan limbah B3 skala nas pemanfaatan limbah B3 pengelolaan limbah B3 operasi penimbunan limbah HN2011 Soemarno, 2007 26 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) oleh DAERAH PROVINSI KAB/KOTA Pengawasan: pelaksanaan pengelolaan limbah B3 skala provinsi. Pengawasan: pelaksanaan pengelolaan Limbah B3 skala kabupaten/kota Pengawasan: pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3 pada skala provinsi. Pengawasan:pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3 pada skala kabupaten/kota. Pengawasan: pelaksanaan sistem tanggap darurat skala provinsi. Pengawasan: pelaksanaan sistem tanggap darurat skala kabupaten/kota. Pengawasan: penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3 skala provinsi. Pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3 kabupaten/kota. Izin pengumpulan limbah B3 skala provinsi ( sumber limbah lintas kabupaten/kota) kecuali minyak pelumas/oli bekas. Izin pengumpulan limbah B3 pada skala kabupaten/kota kecuali minyak pelumas/oli bekas Izin lokasi pengolahan limbah B3 Izin penyimpanan sementara limbah B3 di industri atau usaha suatu kegiatan. Rekomendasi izin pengumpulan limbah B3 skala nasional. HN2011 Soemarno, 2007 27
Menetapkan Pejabat Pengawas LH (Inspektur LH) yang merupakan pejabat fungsional
wajib Menteri Gubernur Bupati/Walikota (sesuai kewenangannya)
dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup HN2011 Soemarno, 2007 32 Pemantauan Meminta Keterangan Membuat Catatan Membuat Salinan Dokumen Memasuki tempat tertentu Memotret Membuat rekaman audio visual Mengambil sampel Memeriksa peralatan Memeriksa instalasi/Alat Transportasi Menghentikan pelanggaran tertentu
P P L H
kewenangan HN2011 Soemarno, 2007 33 PENGAWASAN LAPIS KEDUA (second line inspection) psl 73 UU No.32/09 Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika Pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan LH PENGUATAN PENGAWASAN : 1 2 Kewenangan PPLH untuk menghentikan pelanggaran tertentu di lapangan (pasal 74 ayat (1) huruf J UU No. 32/09) HN2011 Soemarno, 2007 34 Pengenaan Sanksi Adm 1. Paksaan Pemerintah atau tindakan paksa (bestuursdwang=executive coercion) 2. Uang Paksa (dwangsom) 3. Penutupan tempat usaha (sluiting van een enrichting) 4. Penghentian kegiatan mesin perusahaan (buitengebruiksteling van ee toestel) 5. Pencabutan izin (interking van een verguning) melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan dan uang paksa HN2011 Soemarno, 2007 35 Pembekuan izin , pencabutan izin , denda keterlambatan, dijatuhkan apabila paksaan pemerintah tidak dilaksanakan SANKSI ADMINISTRASI UU 32/09 (pasal 76 sd pasal 83)
1. Teguran 2. Paksaan Pemerintah 3. Pembekuan izin 4. Pencabutan izin
oleh 1. Menteri 2. Gubernur 3. Bupati/walikota Sesuai kewenangannya Audit lingkungan wajib bila terjadi pelanggaran (ps. 49 ayat 1b) HN2011 Soemarno, 2007 36 Paksaan Pemerintah (pasal 80)
Dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran menimbulkan: 1. Ancaman yg sangat serius bagi manusia & LH 2. Dampak yg lebih besar & lebih luas 3. Kerugian yg lebih besar bagi LH
1. PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN PRODUKSI 2. PEMINDAHAN SRANA PRODUKSI 3. PENUTUPAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH ATAU EMISI 4. PEMBONGKARAN 5. PENYITAAN 6. PENGHENTIAN SEMENTARA SELURUH KEGIATAN 7. TINDAKAN LAIN UNTUK MENGHENTIKAN PELANGGARAN DAN PEMULIHAN.
Paksaan melakukan tindakan pemulihan (dapat dijalankan sendiri oleh Men/Gub/Bup atau oleh pihak ketiga yang ditunjuk , dengan biaya pencemar (ps. 82 ayat 1&2)
HN2011 Soemarno, 2007 37 Gugatan Administratif Pasal 93 1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara apabila: a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen amdal; b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL/UPL;dan/atau c. badan atau pejabat tata usaha negarayang menerbitkan izin usaha yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan. 2) Tata cara pengajuan gugatan terhadapkeputusan tata usaha negara mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. HN2011 Soemarno, 2007 38 Sanksi Pidana Terhadap Setiap Orang (Dalam kaitan dengan Izin) dan Pejabat TUN Berdasarkan UU 32/2009 Pasal 109 dan 110 (ancaman Hukuman bagi setiap orang); Pasal 111 dan 112 (ancaman hukuman bagi pejabat TUN)
HN2011 Soemarno, 2007 39 Ketentuan Peralihan (Pasal 123) Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang telah di keluarkan oleh Menteri, gubernur, Bupati/Walikota wajib di integrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama satu tahun sejak Undang-Undang ini ditetapkan HN2011