You are on page 1of 20

1

PERBUATAN MELAWAN HUKUM SYARIAH


( DHAMAN AL UDWAN )
DALAM KEGIATAN EKONOMI ISLAM
( KONSEPSI DAN APLIKASI PENYELESAIAN SENGKETA
DI PENGADILAN AGAMA )
Makalah disajikan dala Disk!si H!k!
P"n#adilan A#aa S" K$$%dina&$% Mad!%a di S!"n"'
'ada Tan##al () s*d (+ D"s","% -(./
Di,!a& Ol"h 0
MUHDI KHOLIL
K"&!a P"n#adilan A#aa Kan#"an
DISKUSI HUKUM
PENGADILAN AGAMA SEKOODINATOR MADURA
WILAYAH PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA
1AWA TIMUR
2
-(./A2 P"ndah!l!an
Secara umum, hukum Islam secara kualitatif maupun kuantitatif melindungi
kemaslahatan setiap individu di tengah masyarakat. Perlindungan tersebut meliputi aspek
agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Semua orang diwajibkan untuk menghormati
kelima hak tersebut dan bekerja secara sungguh-sungguh untuk memeliharanya. Al-
ur!an juga mewajibkan berlaku adil dalam bermuamalah dan berlaku ihsn kepada
kerabat, tetangga, dan umat Islam secara keseluruhan. Al-ur!an melarang makan harta
orang lain dengan cara batil. Islam juga meletakkan prinsip-prinsip tanggung jawab
seseorang terhadap perbuatannya, bukan atas perbuatan orang lain tertutama perbuatan
yang melawan "merugikan# hukum syariah.
Sunnah $abi pun muncul untuk memperkuat makna prinsip pertanggungjawaban
tersebut. %itegaskan oleh $abi &uhammad bahwa al-muslim akhu al-muslim la
yazlimuhu wala yakhzuluhu. Sunah $abi juga meletakkan pondasi kaidah-kaidah umum
yang bertujuan untuk menghilangkan darar secara mutlak seperti disebutkan oleh hadis
$abi L darara wal diroro. Pada saat haji wada "haji perpisahan# $abi juga
menegaskan dasar-dasar umum untuk kehidupan sosial yang anggun dan bermartabat.
Pada saat-saat terakhir kehidupan &uhammad, beliau mewajibkan dhaman "ganti rugi#
pada perbuatan yang berlatar belakang taaddi "pelanggaran terhadap hukum# pada
amwal "harta#, al-mumtalikat "hak milik#, $abi menegaskan 'ala al-yadi ma akhazat
hatta tarudduhu.
Perbuatan melawan hukum "mukholafatu awmir al-syari wa ahkmihi# dalam
hukum Islam merupakan sebutan bagi perbuatan yang melanggar hak-hak adami "privat#,
khususnya dalam hak kebendaan individu, baik yang bersumber dari hukum normative,
maupun perjanjian yang telah disepakati. (arena merupakan pelanggaran hukum, maka
perbuatan tersebut memiliki konsekwensi sanksi yang secara global kemudian diatur
dalam hukum tanggungan atau jaminan "al-daman#.
B2 P"n#"%&ian P"%,!a&an M"la3an H!k! S4a%iah
)ntuk istilah perbuatan melawan hukum ini, dalam bahasa *elanda disebut
dengan istilah 'Onrechtmatige daad+ atau dalam bahasa Inggris disebut dengan 'Tort+.
(ata Tort berasal dari kata ,atin 'torquere+ atau 'Tortus+ dalam bahasa Prancis.
-
&enurut
Pasal -./0 ()1 Perdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum
1 &unir 2uady, Peruatan !elawan "ukum# "*andung3 P4. 5itra Aditya *akti# 6770# hal. 6
3
adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena
salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
6

Sejak tahun -8-8 di negeri *elanda, dan demikian juga di Indonesia, perbuatan
melawan hukum telah diartikan secara luas, yakni mencakup salah satu dari perbuatan-
perbuatan sebagai berikut3


.2 P"%,!a&an 4an# ,"%&"n&an#an d"n#an hak $%an# lain
Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain "inreuk o$ eens anders
recht# termasuk salah satu perbuatan yang dilarang oleh Pasal -./0 ()1 Perdata.
1ak-hak yang dilanggar tersebut adalah hak 9 hak seseorang yang diakui oleh hukum,
termasuk tetapi tidak terbatas pada hak 9 hak sebagai berikut 3
a. 1ak 9 hak pribadi "$ersoonli%kheidscrechten#.
b. 1ak 9 hak kekayaan "&ermogensrecht#.
c. 1ak 9 hak kebebasan.
d. 1ak atas kehormatan dan nama baik.
-2 P"%,!a&an 4an# ,"%&"n&an#an d"n#an k"3aji,an h!k!n4a s"ndi%i
:uga termasuk ke dalam kategori perbuatan melawan hukum jika perbuatan
tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum "rechts$licht' dari pelakunya. %engan
istilah 'kewajiban hukum+, yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kewajiban yang
diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak
tertulis. :adi, bukan hanya bertentangan dengan hukum tertulis "wetteli%k $licht#,
melainkan juga bertentangan dengan hak orang lain menurut undang 9 undang
( wetteli%k recht'. (arena itu pula, istilah yang dipakai untuk perbuatan melawan
hukum adalah onrechtmatige daad# bukan onwetmatige daad.
/2 P"%,!a&an 4an# ,"%&"n&an#an d"n#an k"s!silaan
4indakan yang melanggar kesusilaan yang oleh masyarakat telah diakui sebagai
hukum tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan hukum. (arena itu,
manakala dengan tindakan melanggar kesusilaan itu telah terjadi kerugian bagi pihak
lain, maka pihak yang menderita kerugian tersebut dapat menuntut ganti rugi
berdasarkan atas perbuatan melawan hukum "Pasal -./0 ()1 Perdata#.
2 &ariam %arus *adrul ;aman, S1, "ukum Perdata# "&edan3 2akultas 1ukum )S), -8<=#, hal. 6-8
&.A &oegni %jojodirdjo, Peruatan !elawan "ukum# ":akarta3 Pradnya Paramita, -8<8#, hal. /
4
52 P"%,!a&an 4an# ,"%&"n&an#an d"n#an k"ha&i 6 ha&ian a&a! k"ha%!san dala
'"%#a!lan as4a%aka& 4an# ,aik
Perbuatan yang bertentangan dengan kehati 9 hatian atau keharusan dalam
pergaulan masyarakat yang baik ini atau disebut dengan istilah zorg&uldigheid juga
dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. :adi jika seseorang melakukan
tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar pasal 9 pasal dari hukum
tertulis, mungkin masih dapat dijerat dengan perbuatan melawan hukum, karena
tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip 9 prinsip kehati 9 hatian atau
keharusan dalan pergaulan masyarakat. (eharusan dalam masyarakat tersebut tentunya
tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan.
Perbuatan melawan hukum dalam hukum Islam merupakan sebutan bagi
perbuatan yang melanggar hak-hak adami "privat#, khususnya dalam hak kebendaan
individu, baik yang bersumber dari hukum normative, maupun perjanjian yang telah
disepakati. (arena merupakan pelanggaran hukum, maka perbuatan tersebut memiliki
konsekwensi sanksi yang secara global kemudian diatur dalam hukum tanggungan atau
jaminan "al-daman#.
72 Uns!%8!ns!% da%i P"%,!a&an M"la3an H!k! S4a%iah
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal -./0 ()1 Perdata, maka suatu perbuatan
melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut3


.2 Adan4a s!a&! '"%,!a&an
(ata perbuatan meliputi perbuatan positif, yang bahasa aslinya 'daad+ "Pasal
-./0 ()1 Perdata# dan perbuatan negatif, yang dalam bahasa aslinya bahasa *elanda
'nalatigheid+ "kelalaian# atau 'on&oorzigtigheid+ "kurang hati-hati# seperti ditentukan
dalam Pasal -.// ()1 Perdata. %engan demikian, Pasal -./0 itu untuk orang-orang
yang betul-betul berbuat, sedangkan Pasal -.// itu untuk orang yang tidak berbuat.
Pelanggaran dua pasal ini mempunyai akibat hukum yang sama, yaitu mengganti
kerugian.
Perbuatan adalah perbuatan yang nampak secara aktif, juga termasuk perbuatan
yang nampak secara tidak aktif artinya tidak nampak adanya suatu perbuatan, tetapi
sikap ini bersumber pada kesadaran dari yang bersangkutan akan tindakan yang harus
dilakukan tetapi tidak dilakukan.
.
Abdulkadir &uhammad, "ukum Perdata )ndonesia# "*andung3 P4. 5itra Aditya *akti, 6777#, hal. =
3 Achmad Ichsan, "ukum Perdata# ":akarta3 P4. Pembimbing &asa, -8/8#, hal. 607
5
Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari pelakunya.
)mumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini dimaksudkan, baik
berbuat sesuatu "dalam arti aktif# maupun tidak berbuat sesuatu "dalam arti pasif#,
misalnya tidak berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai kewajiban hukum untuk
membuatnya, kewajiban mana timbul dari hukum yang berlaku " karena ada juga
kewajiban yang timbul dari suatu kontrak#. (arena itu, terhadap perbuatan melawan
hukum, tidak ada unsur 'persetujuan atau kata sepakat+ dan tidak ada juga unsur
'causa yang diperbolehkan+ sebagaimana yang terdapat dalam kontrak.
-2 P"%,!a&an &"%s",!& "la3an h!k!
Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun
-8-8, unsur melawan hukum tersebut diartikan dalam arti yang seluas 9 luasnya, yakni
meliputi hal 9 hal sebagai berikut3
a. Perbuatan yang melanggar undang 9 undang yang berlaku,
b. >ang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, atau
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau
d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan "goede zedeen#, atau
e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk
memperhatikan kepentingan orang lain "indruist tegen de zorg&uldigheid# welke in
het maatscha$-$eli%k &erkeer etaamt ten aanzien &an anders $ersoon of goed'.
:adi, perbuatan itu harus melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan
kewajiban hukumnya sendiri yang diberikan oleh undang 9 undang. %engan demikian,
melanggar hukum "Onrechtmatig# sama dengan melanggar undang 9 undang
"Onwetmatig#.
=
/2 Adan4a k"salahan da%i 'ihak '"lak!
(esalahan dalam Pasal -./0 ()1 Perdata mengandung semua gradasi dari
kesalahan dalam arti 'sengaja+ sampai pada kesalahan dalam arti 'tidak sengaja+
"lalai#. &enurut hukum perdata, seorang itu dikatakan bersalah jika terhadapnya dapat
disesalkan bahwa ia telah melakukan ? tidak melakukan suatu perbuatan yang
seharusnya dihindarkan. Perbuatan yang seharusnya dilakukan ? tidak dilakukan itu
tidak terlepas dari dapat tidaknya hal itu dikira 9 kirakan. %apat dikira 9 kirakan itu
harus diukur secara objektif, artinya manusia normal dapat mengira 9 ngirakan dalam
4 Ibid, hal. 60.
6
keadaan tertentu itu perbuatan seharusnya dilakukan ? tidak dilakukan. %apat dikira 9
kirakan itu harus juga diukur secara subjektif, artinya apa yang justru orang itu dalam
kedudukannya dapat mengira 9 ngirakan bahwa perbuatan itu seharusnya dilakukan ?
tidak dilakukan.
0

Agar dapat dikenakan Pasal -./0 ()1 Perdata tentang Perbuatan &elawan
1ukum tersebut, undang 9 undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar para pelaku
haruslah mengandung unsur kesalahan "schuldelement# dalam melaksanakan perbuatan
tersebut. (arena Pasal -./0 ()1 Perdata mensyaratkan adanya unsur
'kesalahan+"schuld' dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui
bagaimana cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh
hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya
secara hukum jika memenuhi unsur 9 unsur sebagai berikut3
a. Ada unsur kesengajaan, atau
b. Ada unsur kelalaian "negligence# cul$a#, dan
c. 4idak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf "recht-&aardigingsgrond#, seperti
keadaan o&ermacht# membela diri, tidak waras, dan lain 9 lain.
d. Adanya (erugian *agi (orban
52 Adan4a k"%!#ian ,a#i k$%,an
%alam perbuatan melawan hukum, unsur 9 unsur kerugian dan ukuran
penilaiannya dengan uang dapat diterapkan secara analogis. %engan demikian,
penghitungan ganti kerugian dalam perbuatan melawan hukum didasarkan pada
kemungkinan adanya tiga unsur yaitu biaya, kerugian yang sesungguhnya, dan
keuntungan yang diharapkan "bunga#. %an kerugian itu dihitung dengan sejumlah
uang.
/
)2 Adan4a h!,!n#an ka!sal an&a%a '"%,!a&an d"n#an k"%!#ian
1ubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang
terjadi juga merupakan syarat dari perbuatan melawan hukum.)ntuk hubungan sebab
akibat ada 6 "dua# macam teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori penyebab kira 9
kira. 1ubungan sebab akibat secara faktual "causation in fact# hanyalah merupakan
masalah 'fakta+ atau apa yang secara faktual telah terjadi. Setiap penyebab yang
menyebabkan timbulnya kerugian dapat merupakan penyebab secara faktual, asalkan
5 Achmad Ichsan, "ukum Perdata*..# hal. 60/
6 Ibid, hal. 60/.
7
kerugian "hasilnya# tidak akan pernah terdapat tanpa penyebabnya. %alam hukum
tentang perbuatan melawan hukum, sebab akibat jenis ini sering disebut dengan hukum
mengenai 'ut for+ atau 'sine qua non+. @on *uri adalah salah satu ahli hukum Aropa
(ontinental yang sangat mendukung ajaran akibat faktual ini.
<
)nsur-unsur perbuatan melawan hukum menurut hukum perikatan Islam
adalah3
1 a. Ada perbuatan atau tindakan.
2 b. Perbuatan itu melawan hak orang lain.
3 c. Perbuatan itu bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku.
4 d. &enimbulkan kerugian materiil pihak lain.
D2 al8Daan
Perbuatan melawan hukum dalam hukum Islam merupakan sebutan bagi
perbuatan yang melanggar hak-hak adami "privat#, khususnya dalam hak kebendaan
individu, baik yang bersumber dari hukum normative, maupun perjanjian yang telah
disepakati. (arena merupakan pelanggaran hukum, maka perbuatan tersebut memiliki
konsekwensi sanksi yang secara global kemudian diatur dalam hukum tanggungan atau
jaminan "al-daman#.
.2 P"n#"%&ian Dhaman
Secara etimologis, dhaman memiliki makna yang cukup beragam. &isalnya,
menanggung, tanggung jawab, dan kewajiban. %alam kamus Lisan al-+,ra# Ibnu
&anBur menandaskan bahwa semua makna dhaman terkonsentrasi pada jaminan,
penanggungan atau garansi. &akna yang tak jauh berbeda juga ditemukan dalam
kamus al-!uhith
-
yang mengartikan dhaman dengan ganti rugi.
Adapun definisi al-Syaukani, al-;arCa!, dan al-;uhaili sama-sama berangkat
dari darar. .arar-lah yang mewajibkan ganti rugi. *erdasarkan titik tolak ini maka
dhaman mencakup sesuatu yang wajib pada zimmah untuk menghilangkan darar yang
muncul akibat pelanggaran pada akad "mukhalafatu aqdin#, melakukan dan atau tidak
melakukan perbuatan tertentu sehingga mengakibatkan mafasid. Al-*aBdawi
mengisyaratkan dua macam dhaman, yaitu dhaman al-aqdi fasidan kana awu %aizan
7 Achmad Ichsan, "ukum Perdata**# hal. -=
8 &ajduddin al-2airuBabadi, al-/amus al-!uhit# (airo3 %ar al-1adis, tt, bagian dhamin
8
ya%iu i al-tarodhi# wa dhaman al-0udwan yatamidu awusofal 0ain "ganti rugi akibat
pelanggaran terhadap perjanjian dalam akad fasid maupun jaiB "akad sahih# diwajibkan
berdasarkan kerelaan masing-masing pihak, dan ganti rugi akibat pelanggaran tersebut
mengacu pada sifat-sifat barang#.
%ari catatan tersebut dapat disimpulkan bahwa dhaman adalah tanggungan
seseorang untuk memenuhi hak yang berkaitan dengan kehartabendaan, fisik, maupun
perasaan seperti pencemaran nama baik. 1al ini berlaku baik darar yang muncul
akibat pelanggaran seluruh dan atau sebagian perjanjian dalam akad, melakukan
perbuatan "yang diharamkan# dan atau tidak melakukan perbuatan yang "diwajibkan#
oleh pembuat undang-undang. %engan demikian definisi ini mencakup makna-makna
sebagai berikut3
a. Dbyek wajib dhaman terletak pada zimmah "perjanjian#. (ewajiban dhaman tidak
akan gugur kecuali dengan memenuhi atau dibebaskan oleh pihak yang berhak
menerima ganti rugi tersebut. Pihak yang dirugikan "mutadarrar# berhak
mengadukan mutasai "penyebab kerugian# ke pengadilan agar memenuhi
kewajibannya. *erbeda dengan kewajiban yang bersifat moral atau keagamaan,
syari hanya mendorong untuk memenuhinya tanpa implikasi hukuman keduniaan
karena merupakan khita al-targi yang meliputi makruhat dan manduat.
b. (ewajiban atas dasar dhaman berbeda dengan kewajiban atas dasar 0uquah# baik
pada karakter maupun tujuannya. .haman ditetapkan untuk melindungi hak-hak
individu. Sedangkan 0uquah ditetapkan karena adanya unsur pelanggaran terhadap
hak-hak Allah SE4. (ewajiban pada dhaman bertujuan untuk mengganti atau
menutupi "al-%aru# kerugian pada korban. Sementara 0uquah ditetapkan untuk
menghukum pelaku kejahatan agar jera dan tidak melakukan perbuatan itu lagi "al-
za%ru#. :adi tujuan yang berorientasi pada al-%aru disebut dhaman. Sedangkan
tujuan yang berorientasi pada al-za%ru disebut 0uquah.
c. Sebab-sebab dhaman adalah adanya unsur taaddi# yaitu melakukan perbuatan
terlarang dan atau tidak melakukan kewajiban menurut hukum. Taaddi dapat terjadi
karena melanggar perjanjian dalam akad yang semestinya harus dipenuhi. &isalnya,
penerima titipan barang "al-muda' tidak memelihara barang sebagaimana mestinya,
seorang al-a%ir "buruh upahan, orang sewaan# dangan al-musta%ir "penyewa# sama-
sama tidak komitmen terhadap akad yang mereka sepakati. Taaddi juga dapat
9
terjadi karena melanggar hukum syariah "mukhalafatu ahkm syariah# seperti pada
kasus perusakan barang" al-itlf'# perampasan (al-gas'# maupun kelalaian atau
penyia-nyiaan barang secara sengaja (al-ihml'.
d. Taaddi yang mewajibkan dhaman benar-benar menimbulkan darar "kerugian#. :ika
tidak menimbulkan kerugian, maka tidak ada dhaman, karena secara faktual tidak
ada darar yang harus digantirugikan. Itulah sebabnya jika seorang pengendara yang
lalai menabrak barang orang lain tetapi tidak menimbulkan kerusakan, tidak wajib
memberikan dhaman. $amun demikian, terdapat suatu perbuatan dengan sendirinya
mewajibkan dhaman seperti al-gasu "perampasan#. &enurut jumhur ulama, pelaku
perampasan harus mengganti manfaat barang selama berada dalam penguasaannya
walaupun tidak difungsikan. Pendapat ini berdasarkan asumsi bahwa kerugian
selalu terjadi pada kasus-kasus perampasan.
e. Antara taaddi "pelanggaran# dengan darar "kerugian# harus memiliki hubungan
kausalitas. Artinya, darar dapat dinisbatkan kepada pelaku pelanggaran secara
langsung. :ika darar dinisbatkan kepada sebab-sebab lain, bukan perbuatan pelaku
(mutaaddi' sendiri, maka dhaman tidak dapat diberlakukan, karena seseorang tidak
dapat dibebani tanggung jawab atas akibat perbuatan orang lain. (aidah syariah
mengenai masalah ini adalah3
.
f. .arar harus bersifat umum sesuai dengan keumuman hadis $abi3 laa dharara wa
laa dhirara "tidak boleh merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain#. 4ingkat
darar diukur berdasarkan 0urf "kebiasaan# yang berlaku. 1al ini sejalan dengan
kaidah ushul3 ya%iu hamlu al-lafzi 0ala manahu al-muhaddad fi as-syari in
wu%ida# wa illa wa%aa hamluhu 0ala manahu al-0urfi "suatu keharusan membawa
kata kepada maknanya yang definitif secara syara! jika ditemukan, tetapi kalau tidak
ada, maka dialihkan kepada makna definitif berdasarkan Furf#. (arena syari tidak
menetapkan makna darar# sehingga ukurannya, baik kualitas maupun kuantitas,
mengacu pada 0urf. %engan demikian, darar yang diganti rugi berkaitan dengan
harta benda, manfaat harta benda, jiwa, dan hak-hak yang berkaitan dengan
kehartabendaan jika selaras dengan 0urf yang berlaku di tengah masyarakat.
g. (ualitas dan kuantitas dhaman harus seimbang dengan darar. 1al ini sejalan dengan
filosofi dhaman# yaitu untuk mengganti dan menutupi kerugian yang diderita pihak
10
korban, bukan membuat pelakunya agar menjadi jera. (endati demikian, tujuan ini
selalu ada dalam berbagai sanksi, walau hanya bersifat konvensional.
-2 S",a,8s",a, Dhaman
Seseorang tidak dapat dibebankan ganti rugi kecuali memenuhi dua rukun,
yaitu3 al-itida dan al-darr. ,l-itid adalah melampaui batas yang menurut para
fuCaha! mengandung unsur keBaliman, rasa permusuhan, dan melampaui hak.
(riterianya adalah menyimpang dari perilaku normal.
Adapun sebab-sebab dhaman ada tiga, yaitu3
a. ,qad
.haman pada aqad dapat terjadi ketika ada pihak yang melakukan
interpretasi terhadap ketentuan eksplisit dari redaksi perjanjian atau makna
implisitnya sesuai dengan keadaan dan situasi "al-0urf atau al-0dah# yang berlaku.
b. 1adhu al-yad
1adhu al-yad dapat menjadi sumber ganti rugi baik itu al-yad mutamanah
maupun bukan mutamanah. 2ad al-mutamanah seperti yad al-wdi dan al-
mudhri, al-0mil al-musqi# al-a%ir al-khs# al-washi 0ala ml al-yatim# hakim
dan al-qadhi 0ala sunduq al-aitm# dan lain-lain. &ereka ini jika melakukan taaddi
"personal ause case# atau taqshir dibebani?dikenakan ganti rugi. $amun jika tidak
ada unsur taaddi atau taqshir tidak dapat dibebankan ganti rugi karena mereka
tergolong al-aydi al-amnah "tangan-tangan amanah#. Adapun al-yad gairu al-
mutamanah yang melakukan sesuatu terhadap harta orang lain tanpa iBin dari
pemilik seperti pencuri dan perampas, atau dengan seiBin pemilik seperti al-yad al-
i terhadap barang yang dijual sebelum serah terima, atau al-musytari setelah
serah terima barang, dan penyewa hewan tunggangan atau semisalnya jika
melakukan taaddi terhadap syarat-syarat yang sudah ditentukan atau ketentuan
yang sudah biasa berlaku. &ereka ini wajib memberikan ganti rugi terhadap
kerusakan barang pada saat berada di tangannya, apapun penyebab kerusakan
sekalipun terpaksa seperti bencana alam dan lainnya.
c. )tlf
al-itlf menjadi sebab ganti rugi baik langsung maupun hanya sebagai
11
penyebab. )tlf biasanya diartikan mendisfungsikan barang. al-)tlf dibagi dua yaitu
al-itlaf al-muasyir "perusakan langsung#, dan al-itlaf i al-tasau "perusakan
tidak langsung#.
/2 P"%,!a&an8'"%,!a&an 4an# "3aji,kan Dhaan
%ari berbagai konstruksi dan fatwa hukum dalam karya-karya fiCh, dapat
disimpulkan bahwa rukun dhaman adalah khatha# dharar# dan saaiyah. Perbuatan-
perbuatan hukum yang mewajibkan dhaman hampir tidak terbatas jumlahnya. 4etapi
secara akumulatif perbuatan-perbuatan tersebut dapat disebut perbuatan gair
masyruah# atau akhtha atau taddiyat "delicts# torts# wrongs#. $amun untuk
memudahkan sistem pertanggungjawaban terhadap akibat perbuatan, maka para ahli
hukum pertama-tama melakukan pembagian terhadap perbuatan prespektif motif dan
tujuan pelaku menjadi3
a. akhtha 0amdiyah "intekntional torts#
. akhtha gair al-0amdiyah
c. akhtha taqshiriyah atau al-ihmal "negligence#.
%i dalam fiCh, al-akhtha gair al-0amdiyah dibagi menjadi dua macam yaitu al-
khatha dan m %ar ma%rhu. Suatu perbuatan yang menjadi tujuan pelaku, namun
tidak menghendaki akibatnya disebut al-khatha. Sedangkan suatu perbuatan dan
akibatnya sama-sama tidak dikehendaki oleh pelaku disebut m %ar ma%r al-khatha.
>ang pasti khatha 0amdi sangat berbahaya sehingga di dalam hukum *aratGdengan
mengacu kepada istilah hukum PerancisGdisebut al-khatha l yagtafiru "kesalahan
yang tidak dimaafkan#.
8
Perbuatan-perbuatan mewajibkan dhaman# kata al-urafi
-7
adalah dilakukan
secara langsung oleh pelaku "al-0udwan i al-musyir#, kemudian karena
perbuatannya tersebut mengakibatkan kerusakan "al-tasau li al-itlf# pada harta
benda misalnya. Singkatnya, sebab-sebab dhaman adalah al-muasyir# al-tasau#
dan al-itlaf.
9 &uhammad Ahmad Siraj, .haman al-03dwan fi al-4iqh al-)slami (.irsah 4iqhiyah !uqranah i
ahkm al-masuliyah al-Taqshiriyah fi al-qanun'# al-&uassasah al-:ami!iyyah li al-%irHsat wa al-$asyr wa
al-4auBi!.
10 Ahmad Ibn Idris Al-urafi, al-4uruq fi ,nwar al-5uruq fi ,nwai al-4uruq, &ansyurat &uhammad Ali
*aidhun, *eirut3 %ar al-(utub al-Filmiyah, 5et. I, -=-I 1? -88I &, hal. 6?607
12
Adapun kesengajaan "al-0amd' yang mengakibatkan darar atau kesengajaan
untuk melakukan perbuatan namun tidak mengakibatkan darar# tidak menjadi syarat
dalam penetapan dhaman. (arena dhaman berkaitan dengan perbuatan hukum dalam
lingkup khatha atau 0udwan bukan pada tujuan perbuatan atau niat pelaku.
$amun demikian, khatha yang mengharuskan dhaman dibedakan dengan
khata yang mengharuskan 0uquah serta khatha al-akhlaqi "kesalahan secara moral#
yang hanya berimplikasi pada dosa. Drang tidur menurut teori ini tidak salah secara
moral dan juga tidak berdosa. %engan demikian kalau dia terbolak balik atau jatuh
menimpa sesuatu sehingga menimbulkan kerusakan, dia wajib melakukan dhaman#
tetapi secara etis relegius dia tidak berdosa.
.haman tidak terkait dengan al-qasdu dan al-niat. Pendapat ini berdasarkan
ijma!. (arena i%ma-lah yang mewajibkan dhaman bagi seorang anak yang belum
dewasa "al-saiyi#, orang gila "al-ma%nun#, orang pelupa "al-nasi#, orang tidur "al-
naim# dan orang lalai "al-gafil#. .haman semata-mata terkait dengan al-asa "adanya
sebab akibat#. Atau dengan meminjam istilah imam al-JaBali bahwa al-ahliyah "cakap
hukum# yang menjadi syarat dalam menetapkan dhaman adalah ahliyatu al-wu%u
yaitu seseorang dianggap cakap hukum untuk menerima hak, bukan ahliyat al-ada di
mana seseorang dianggap cakap melakukan perbuatan hukum.
(aum fuCaha! tidak menetapkan syarat bahwa orang yang menyebabkan
"mutasai# kerugian harus sudah mumayyiz# atau memiliki al-idrak "pemahaman dan
pengetahuan# terhadap kewajiban dhaman. Sehingga seorang anak yang masih usia
mumayyiz atau belum, wajib dikenakan dhaman jika melakukan perbuatan yang
mengakibatkan kerugian pada orang lan. %emikian pula al-matuh "orang idiot# dan al-
ma%nun "gila#. (arena tujuan dari dhaman adalah ganti rugi dengan mal# yang
pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain.
52 Ma9a8a9a Khatha dan Darar
Secara teoritis khata dapat berupa meninggalkan kewajiban yang ditetapkan
oleh syariah. &isalnya, seorang ibu meninggalkan anaknya sehingga jatuh. 6hata juga
dapat dalam bentuk melakukan perbuatan yang haram. &isalnya, memberikan
kesaksian palsu, merampas harta orang lain, merusak atau menyebabkan rusaknya
harta. .haman tidak akan berlaku kalau tidak ada unsur khatha. %an khatha tidak
akan ada kalau seseorang melakukan suatu perbuatan yang diijinkan oleh syariah
13
"hukum#.
Sedangkan darar sendiri ada tiga macam, yaitu3 -# darar yang berkaitan
dengan kehartabendaanK 6# darar yang berkaitan dengan fisikK .# darar yang berkaitan
dengan kehormatan dan nama baik seseorang atau lembaga. >ang terakhir ini disebut
dengan darar adai. &enjaga dan melindungi kehormatan dan nama baik masuk
dalam kategori al-masalih al-daruriyah atau kemaslahatan primer.
$amun dari aspek lain, darar dibagi menjadi dua, yaitu3 -# .arar al-yasir
"kerugian ringan#. 6# .arar fakhisy "kerugian berat#. Sementara kerusakan terhadap
harta benda "darar maliyah' dapat digolongkan menjadi kerusakan terhadap benda
bergerak "manqulat#, benda tidak bergerak "0iqarat#, dan jasa "al-manafi#.
--
Para fuCaha! sepakat atas dhaman terhadap kerusakan benda bergerak "karena
merampas barang, merusak atau menguranginya, mengubah bentuk barang atau
mengeksploitasi pemanfaatannya#. Sehubungan dengan dhaman barang-barang
bergerak terdapat dua syarat3
Pertama# maliyatu al-manqul "barang bergerak itu betul-betul harta secara
syara!#. ,l-manqulat "bentuk jamak dari al-manqul' yang kehartaannya tidak diakui
oleh syara! tidak dapat dilakukan ganti rugi terhadapnya. Itulah sebabnya tidak ada
dhaman dengan merusak bangkai, kulit bangkai, darah dan lain-lain yang
pemanfaatannya dilarang oleh syara!. :uga yang tidak dapat dilakukan dhaman
terhadapnya adalah al-muahat al-0mmah "hak-hak umum# yaitu al-kala (rumput'#
al-ma (air' dan al-nr (api'. Itulah sebabnya jika ada seseorang menimba sumur orang
lain sampai kering, tidak dikenakan dhaman. Sebab pemilik sumur, bukan berarti
memiliki air, berbeda kalau merampas air dari wadah yang lain.
6edua# tuqawwimu al-manqul "barang tersebut mengandung nilai ekonomis#.
al-Taqawwum menurut Ibn $ujaim dapat ditetapkan berdasarkan dua hal, yaitu adanya
unsur kehartaan "al-maliyah' dalam suatu barang, dan barang tersebut boleh
dimanfaatkan menurut syara!.
Adapun barang-barang tetap "al-0iqrt# immo&ale $ro$erty#, para fuCaha!
bersepakat wajibnya dhaman terhadapnya apabila merusak keseluruhan, sebagian atau
merugikan pemiliknya. *erbeda dengan manfi terdapat perbedaan pendapat yang
berkaitan dengan dhaman terhadapnya. Perbedaan ini sebagai konsekuensi dari silang
11 ,ihat Ibrahim 2adil al-%abbo, .haman al-!anafi dirasah muqaranah fi al-fiqh al-islami wa al-qanun al-
madani# Amman, *eirut3 %ar al-*ayariC, %ar FAmmar, 5et. I, -=-< 1?-88<.
14
pendapat yang terjadi antara fuCaha tentang status kehartaan al-manafi (maliyatu al-
manafi'. 2uCaha! 1anafiyah terutama generasi awal tidak menetapkan dhaman
terhadap al-manafi# karena wujudnya yang abstrak, sehingga ia tidak termasuk harta.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat mayoritas fuCaha dari berbagai maBhab,
termasuk Syiah Imamiyah, menurut mereka dhaman terhadap al-manafi sesuatu yang
wajib.
)2 M"naka% Gan&i R!#i
4ujuan dari pada dhaman adalah untuk memberikan ganti rugi pada korban dan
menghilangkan kerugian yang diderita "rafu al-darar wa izalatuha'. 1al ini
mencakup dua hal3 -# Janti rugi terhadap kerugian yang berhubungan dengan jiwa,
kehormatan, dan nama baik seseorang. 6# Janti rugi terhadap kerugian yang berkaitan
dengan harta benda.
Janti rugi terhadap kerugian yang berhubungan dengan jiwa disebut %awair
al-dharar al-adaniyah mencakup kehilangan jiwa, kehilangan anggota badan, atau
fungsi keduanya. 7awair model ini oleh para fuCaha! disebut dengan diyat "ganti rugi
pembunuhan## ursy al-muqaddarah wa gairu al-muqaddarah "denda luka yang sudah
ditetapkan di dalam nas#. Janti rugi model ini sering disebut hukumatu 0adl karena
ukuran kualitas dan kuantitasnya diserahkan kepada otoritas peradilan yang adil.
Adapun ganti rugi yang berkaitan dengan harta "%awair al-darar al-maliyah'
seperti perampasan, perusakan terhadap barang atau manfaatnya mencakup dua hal
yaitu3
a. 7awair naqdiyah yaitu ganti rugi dengan mengembalikan nilai jual barang "al-
qimah#.
b. 7awair 0ainiyah# yaitu ganti rugi dengan mengembalikan barang itu sendiri, atau
menggantinya dengan barang yang sama dalam kasus-kasus perampasan dan
penguasaan terhadap harta orang lain secara tidak legal.
Adapun hitungan atau perkiraan "al-taqdir# ganti rugi bisa mengacu pada
beberapa model berikut3 -# Perhitungan ganti rugi berdasarkan kesepakatan "al-taqdir
al-ittifaqi#. 6# Penggantian ganti rugi yang dilakukan oleh hakim "al-taqdir al-qadai'
yang mengacu pada ijtihad dan pendapatnya. .# Penghitungan ganti rugi sesuai dengan
yang ditetapkan oleh pembuat undang-undang "al-taqdir al-syari#.
+2 Asas8asas Hi&!n#an dan '"%ki%aan #an&i %!#i
15
1itungan dan perkiraan ganti rugi tersebut berasaskan pada beberapa hal3
a. Janti rugi tidak dimaksudkan untuk memperkaya pihak yang dirugikan,
menolongnya, atau memberikan taarru terhadapnya. $amun, dimaksudkan untuk
mengembalikan keadaannya seperti sebelum terjadi kerugianGdengan catatan jika
hal itu memungkinkan.
b. Janti rugi dibebankan kepada pihak yang mengakibatkan darar secara langsung.
Adapun darar tidak langsung yang tidak dapat dinisbatkan kepada perbuatan
mutaaddi tidak dapat dikenakan ganti rugi.
c. 1itungan dan perkiraan ganti rugi disesuaikan dengan tingkat darar yang ada, tidak
lebih dan juga tidak kurang. &enyimpang dari prinsip ini dikategorikan 8aklu
amwalinnas i al-athil "makan harta orang lain secara batil#. (ecuali dalam kasus
di mana tingkat taaddi-nya sangat tinggi, ganti rugi perlu dilipatgandakan agar
pelaku menjadi jera.
*ila dilihat dari berat ringannya ganti rugi# para fuCaha! membaginya menjadi
dua macam3 -# (erugian ringan "%awair mukhaf-fafah' yang diukur berdasarkan
tingkat kerugian (darar' yang diderita pihak korban. 6# (erugian berat (%awair
mughallazah'. 7awair mukhaf-fafah terlihat pada kasus-kasus dalam kategori khatha.
Sedangkan %awair mugallazah terlihat pada kasus-kasus syihu al-0amad "perbuatan
semi sengaja#. Pelipatgandaan ganti rugi dikenakan kepada mereka yang mengambil
harta orang lain dan membelanjakannya untuk memperkaya diri sendiri. 4ujuan dari
tagliz "pemberatan dengan pelipatgandaan kerugian# adalah zi%ru al-mutaaddi
"membuat pelaku agar menjadi jera# tidak mengulangi perbuatan yang melawan
hukum. (endati demikian perbedaan antara al-0uquah dengan dhaman selalu ada,
setidaknya dapat diamati sebagai berikut3
a. ,l-qatl syihu al-0amad "pembunuhan semi sengaja#. Sisi tagliz dalam kasus
pembunuhan ini adalah tingginya umur unta yang dijadikan sebagai diyat wajib. 1al
ini berdasarkan hadis riwayat Abdullah Ibn Amr bahwa Lasulullah bersabda
-6
3

"bahwa dalam kasus pembunuhan semi sengaja yaitu pembunuhan dengan cemeti
dan tongkat, dendanya seratus unta, =7 di antaranya sedang mengandung#. 1adis
yang searti dengan itu juga diriwayatkan oleh Amr Ibn Syu!aib bahwa seseorang
12 1adis dan takhri%-nya dapat dilihat dalam Al-Syaukani, 9ail al-,uthar :yarh !untaqa al-,khar# &esir3
&ustafa al-*abi al-1alabi, -.I7 1., hal. <?-/<.
16
yang bernama atadah melempar anaknya dengan pedang sampai tewas. (arena
itu, diyat yang dibebankan kepadanya adalah .7 ekor unta kategori hiqqah "umur .
tahun masuk tahun ke =#, .7 unta lagi kategori %izah "umur = tahun masuk tahun ke
0#, dan .7 ekor lagi kategori khilfah "unta yang sedang mengandung#.
b. &engambil harta orang lain yang sulit diletakkan pada wadah tertentu atau dijaga
sepanjang waktu. %iriwayatkan dari Amr Ibn Syu!aib dari ayah dan neneknya
berkata3 'Lasulullah pernah ditanya tentang buah-buahan yang masih menggantung
di pohonnya. ,alu beliau bersabda3
.
. .
-.
%engan demikian %awair mugallazah tidak hanya pada luka-luka fisik,
melainkan juga pada kerugian harta dalam situsi-situasi yang memerlukan
'pemberatan terdakwa+ seperi ingin memperkaya diri dengan cara merugikan orang
lain. 2enomena ini sekaligus memberikan keleluasaan hakim dalam menghitung dan
memperkirakan kualitas dan kuantitas ganti rugi.
:2 P%insi' U! P"n"&a'an Gan&i R!#i
%alam menetapkan ganti rugi, setidaknya harus didasarkan pada prinsip-prinsip
berikut3
a. Prinsip al-yusr "memudahkan# dalam menghitung dan mengukur ganti rugi tersebut
untuk menghindari proses dan prosudur yang panjang di pengadilan agar para
pencari keadilan tidak terlalu lama menunggu haknya.
b. (onsisten. Artinya, terdapat keseragaman kualitas dan kuantitas ganti rugi dalam
kasus yang sama pula.
c. &enyamakan "al-musawat# antara semua penduduk dalam menerima ganti rugi.
&isalnya, jangan sampai ada pembedaan antara petani dengan pengusaha untuk
ganti rugi kasus yang sama, karena prinsip dalam menetapkan darar bukan
mempertimbangkan strata sosial atau kemampuan finansial.
d. 1arus terlebih dahulu mengidentifikasi dan menetapkan tingkat keterlibatan para
pelaku. (arena hal ini akan menentukan kualitas ganti rugi yang akan dibebankan
kepada mereka.
;2 P%insi' al-Misli dala M"n"&a'kan Gan&i %!#i
13 ,ihat juga beberapa hadis lain yang semakna dalam Al-Syaukani, 9ail al-,uthar :yarh !untaqa al-
,khar# &esir3 &ustafa al-*abi al-1alabi, -.I7 1, hal. <?.7- dst.
17
Prinsip persamaan "mada al-misliyah# dalam ganti rugi ditetapkan
berdasarkan nas syariah antara lain firman Allah wa%azau saiatin saiatun misluha.
%isebut dengan istilah al-uquah atau al-%aza semata-mata dalam konteks al-
musyakalah;al-mumasalah "persamaan#, dan juga untuk mengingatkan si pelaku agar
menjadi jera. Prinsip al-mumasalah juga diperkuat oleh ayat fa manitada 0alaikum
fatadu 0alahi i misli ma itada 0alaikum. )ntuk membantu kita dalam menafsirkan
ayat ini, perlu kiranya mengutip perkataan al-;aila!i, seorang fuCaha! 1anafi, wa
dhaman al-udawan masyruthun i al-mumasalah i al-nassi wa al-i%ma. 1asummiya
dhaman al-muqail itidaan i thariq al-muqaalah li fili al-itida awu al-idhrar
ma%azan la haqiqatan# li anna al-ma%azat awu dhaman la yakun saiyiah wala
taddiyan.
<=
Inti dari pernyataan al-;aila!i bahwa ganti rugi pelanggaran disyaratkan
harus sama berdasarkan nas dan ijma!, sedangkan penamaan dhaman berdasarkan
pelanggaran dalam konteks majaBi, bukan pada makna hakikinya, karena ganti rugi
menurut makna majaBinya bukanlah sesuatu yang buruk atau merupakan suatu
pelanggaran.
&enghitung ganti rugi mengacu pada kaidah kesepadanan (al-misli' dengan
mempertimbangkan metode syari dalam menetapkan al-misli# al-qimah dan u%ratu al-
misli terhadap ganti rugi al-mal. $amun, manakala kaidah al-misli sulit diterapkan
dalam kasus-kasus luka fisik (al-isaat al-adaniyah'# karena luka fisik,
sesungguhnya, tidak mungkin sepadan dengan ganti rugi dalam bentuk uang, maka
syari menetapkan ukuran-ukuran tertentu yang dapat direalisasikan yaitu al-%awair
al-muqaddarah misalnya diyat "denda pembunuhan## al-urusy "denda luka## al-aqilah
"denda pembunuhan kolektif## dan lain-lain. 1al ini kemudian oleh para fuCaha!
disebut al-mumasalah al-hukmiyah.
&engenai ganti rugi ini dapat dilakukan dengan cara3
a. >addu al-0,in terhadap harta yang dirampas.
. .aman al-misli awu al-/imah. $amun untuk mengukur dan menghitung al-qimah
sebagian fuCaha! berpendapat yang diperhitungkan adalah pada saat terjadi
perampasan. Ada juga yang berpendapat harga maksimal pada saat dirampas.
<2 Hal8hal 4an# M"na=ikan Dhaman
Pada prinsipnya dhaman diberlakukan kepada siapapun yang menyebabkan
14 )sman Ibn Ali al-;aila!i, Tayin al-haqoiq :yarh 6anzu al-.aqaiq# (airo3 %ar al-(itab al-Islami, 5et. II,
-887, hal. @3 66..
18
kerugian pihak lain. $amun demikian, dhaman juga tidak dapat diberlakukan kalau
terdapat halangan "al-mawani# atau alasan pembenar, antara lain3
a. Pemusnahan barang secara legal. &isalnya, khamar atau barang-barang sejenis tidak
dapat diberlakukan ganti rugi terhadap muslim baik pribadi mapun kolektif. (arena
khamar dan babi adalah harta yang pemanfaatannya dilarang oleh syariah "mal
gairu mutaqawwim'. &emusnahkan harta jenis ini termasuk suatu kewajiban
syariah. Pendapat ini dikemukakan oleh mayoritas ulama. 1anya saja ulama
Syafi!iyah dan 1anabilah menambahkan khamar dan babi yang dimiliki kaum
zimmi juga harus dimusnahkan.
b. &elakukan sesuatu yang merugikan orang lain dalam keadaan darurat. &isalnya
melakukan perusakan terhadap harta benda orang lain, dalam keadaan terancam
baik jiwa maupun hartanya oleh orang lain atau hewan, tidak dibebankan ganti rugi.
4entu saja terikat dengan syarat-syarat tertentu. &isalnya mencegah terjadinya suatu
kerugian dengan melakukan sesuatu yang merugikan pihak lain harus bersifat tiba-
tiba dan seketika. 4anpa direncanakan sebelumnya.
c. (eadaan darurat "halat al-darurah#. Apabila seseorang dalam keadaan lapar atau
haus yang dapat mengakibatkan kematiannya. )ntuk mencegah kematian tersebut
diperbolehkan makan atau minum milik orang lain, dengan syarat tidak melebihi
kebutuhan. %alam keadaan seperti ini kewajiban ganti rugi menjadi gugur, tetapi ia
diwajibkan untuk membayar makanan dan minuman itu.
d. Ada kerelaan dari pihak yang dirugikan. :ika seseorang memerintahkan orang lain
untuk membuang bajunya ke laut, atau merusak rumahnya, ternyata perintah itu
dilakukan, maka orang tersebut tidak dibebani ganti rugi. Sebab, perintah untuk
melakukan hal tersebut, masih dalam batas wewenangnya. ,agipula, yang
melakukan perintah tersebut tidak termasuk pelaku pelanggaran (mutaaddi'.
e. Apabila pembebanan ganti rugi itu tidak berguna "0adamu al-faidah fi al-tadhmin#.
:ika kaum muslim memusnahkan harta benda kaum pemberontak "al-ugat#, atau
sebaliknya al-ugat memusnahkan harta benda kaum muslim, masing-masing tidak
dapat dibebani ganti rugi. Sebab, pembebanan ganti rugi kepada mereka tidak
berguna. )mat Islam tidak boleh menanggung ganti rugi terhadap harta benda
orang-orang ugat. Sebaliknya orang muslim pun tidak dapat memberlakukan ganti
rugi terhadap kaum ugat mengingat tidak ada kewenangan pemerintah muslim
19
terhadap mereka.
-0
E2 K"si'!lan
%engan demikian dalam hukum Islam, suatu perbuatan dianggap melawan hukum
atau tidak, dilihat dari prosesnya "substansinya#, apakah perbuatan tersebut secara materiil
sesuai atau bertentangan dengan ketentuan hukum yang ada. Sehingga walaupun perbuatan
itu secara tidak langsung tidak merugikan pihak lain, namun dengan alasan perbuatan
tersebut secara materiil melanggar hukum normative, maka dapat dituntut. Sedangkan
dalam hukum positif, harus dad keterpaduan antara substansi perbuatan dengan akibat
hukumnya. Sehingga seseorang yang melakukan suatu perbuatan tidak dapat dituntut atau
disebut telah melakukan perbuatan melawan hukum , kecuali jika dapat dibuktikan unsur
kesalahan secara materiil dan ada akibat hukum yang menjadi alasan penuntutan hak
tersebut.
DA>TAR PUSTAKA
Abidin, Ibn. >addu al-!ukhtar 0 ala al-.urri al-!ukhtar, *eirut3 %ar al-(utub al-Filmiyah,
5et. I, -=-01?-88=&
Al-%abbo, Ibrahim 2adil. .haman al-!anafi dirasah muqaranah fi al-fiqh al-islami wa al-
qanun al-madani# Amman, *eirut3 %ar al-*ayariC, %ar FAmmar, 5et. I, -=-<
1?-88<.
Al-%asuCi, &uhammad Ibn Ahmad. "asyiyah 0ala al-:yarh al-6air, *eirut3 %ar al-(utub
al-Filmiyah, 5et.I, -=-< 1?-88/ &
Al-2airuBabadi, &ajduddin. al-/amus al-!uhit# (airo3 %ar al-1adis, tt
Al-urafi, Ahmad Ibn Idris. al-4uruq fi ,nwar al-5uruq fi ,nwai al-4uruq, &ansyurat
&uhammad Ali *aidhun, *eirut3 %ar al-(utub al-Filmiyah, 5et. I, -=-I 1? -88I &
Al-Syaukani, 9ail al-,uthar :yarh !untaqa al-,khar# &esir3 &ustafa al-*abi al-1alabi,
-.I7 1
15 Ibn Abidin, >addu al-!ukhtar 0 ala al-.urri al-!ukhtar, *eirut3 %ar al-(utub al-Filmiyah, 5et. I,
-=-01?-88=&, hal. 0?-=7, &uhammad Ibn Ahmad al-%asuCi, "asyiyah 0ala al-:yarh al-6air, *eirut3 %ar
al-(utub al-Filmiyah, 5et.I, -=-< 1?-88/ &, hal.=?6=7.
20
Al-;aila!i, )sman Ibn Ali. Tayin al-haqoiq :yarh 6anzu al-.aqaiq# (airo3 %ar al-(itab al-
Islami, 5et. II, -887
%jojodirdjo, &.A &oegni. Peruatan !elawan "ukum# :akarta3 Pradnya Paramita, -8<8
2uady, &unir. Peruatan !elawan "ukum# *andung3 P4. 5itra Aditya *akti# 6770
Ichsan, Achmad. "ukum Perdata# :akarta3 P4. Pembimbing &asa, -8/8
&uhammad, Abdulkadir. "ukum Perdata )ndonesia# *andung3 P4. 5itra Aditya *akti, 6777
Siraj, &uhammad Ahmad. .haman al-03dwan fi al-4iqh al-)slami (.irsah 4iqhiyah
!uqranah i ahkm al-masuliyah al-Taqshiriyah fi al-qanun'# al-&uassasah al-
:ami!iyyah li al-%irHsat wa al-$asyr wa al-4auBi!.
;aman, &ariam %arus *adrul. "ukum Perdata# &edan3 2akultas 1ukum )S), -8<=

You might also like