You are on page 1of 3

Kitosan ditemukan pertama sekali oleh C.

Rouget pada tahun 1859 dengan


cara merefluks kitin dengan kalium hidroksida pekat. Kitosan adalah suatu
polisakarida yang diperoleh melalui deasetilasi kitin. Perbedaan di antara kitin dan
kitosan terdapat dalam derajat deasetilasinya. Kitosan mempunyai derajat
deasetilasi 8090%, akan tetapi kebanyakan publikasi menggunakan istilah
kitosan apabila derajat deasetilasi lebih besar 70%.
Kitosan biasanya ditemukan di alam sebagai kitin, yang secara natural
merupakan komponen makromolekul berupa polisakarida yang dibentuk dari n-
asetil-2-amino-2-deoksi-d-glukosa melalui ikatan -(1,4) glikosida. Kitosan
terbentuk ketika beberapa gugus asetil dihilangkan dari kitin. Pada tiga dekade
terakhir kitosan digunakan dalam proses detoksifikasi air. Apabila kitosan
disebarkan diatas permukaan air, mampu menyerap lemak, minyak, logam berat,
dan zat yang berpotensi sebagai toksik lainnya (Kumar 1998).
Kitosan tidak larut dalam air tapi larut dalam pelarut asam dengan pH di
bawah 6,0. Pelarut yang umum digunakan untuk melarutkan kitosan adalah asam
asetat 1%, dengan pH sekitar 4,0. Pada pH di atas 7,0 stabilitas kelarutan kitosan
sangat terbatas. Pada Ph tinggi, cenderung terjadi pengendapan dan larutan
kitosan membentuk kompleks polielektrolit dengan hidrokoloid anionik
menghasilkan gel.
Biasanya produk dengan nilai derajat deasetilasi lebih dari 60% dapat
dilarutkan dalam larutan asam yang disebut kitosan. Kitosan mempunyai gugus
amin yang reaktif dan gugus hidroksil yang banyak serta kemampuannya
membentuk gel maka kitosan dapat berperan sebagai komponen yang reaktif,
pengkelat, pengikat, pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film, penjernih, flokulan
dan koagulan.
Kitosan dapat digunakan sebagai antibakteri dengan mekanisme kitosan
dapat berikatan dengan protein membran sel, diantaranya glutamat yang
merupakan komponen membran sel. Menurut Simpson (1997), hal ini dapat
ditunjukan pada Staphylococcus aureus dan Enterobacteri aeruginosa. Selain
berikatan dengan protein membran, terutama phosphatidil colin (PC) sehingga
menyebabkan permeabilitas inner membrane (IM) menjadi meningkat dan dengan
meningkatnya permeabilitas IM memberi jalan yang mudah untuk keluarnya
cairan sel, khususnya pada Eschericia coli setelah 60 menit komponen enzim -
galaktosidase dapat terlepas. Hal ini menunjukan bahwa cairan sel dapat keluar
dari sitoplasma dengan membawa komponen metabolit lain dan menyebabkan
terjadi lisis. Adanya peningkatan lisis ini menyebabkan terhentinya pembelahan
sel (regenerasi) dan menyebabkan bakteri mati.
Kitin dan kitosan dapat digunakan sebagai bahan pemercepat penyembuhan
luka bakar, lebih baik dari yang terbuat dari tulang rawan. Selain itu juga sebagai
bahan pembuatan garam-garam glukosamin yang mempunyai banyak manfaat di
bidang kedokteran. Misalnya untuk menyembuhkan influenza, radang usus dan
sakit tulang.
Dalam bidang farmasi, banyak jenis makromolekul yang telah digunakan
untuk mengontrol sifat obat di dalam berbagai bentuk dosis. Baru-baru ini telah
dikembangkan bahwa kitosan digunakan sebagai bagian dari drug delivery system
(sistem penyampaian obat) karena kitosan dan turunannya bersifat biocompatible
dan biodegradable. Kitin dan kitosan menunjukan aktivitas antibakteri,
antimetastatik dan immunoadjuvant (stimulator non spesifik respon imun) yang
menunjukan potensi besar dalam meredakan dan mencegah penyakit atau
memberi kontribusi terhadap kesehatan yang baik. Material yang dapat terurai dan
nontoksik dapat mengaktifkan pasien menahan mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Biokompatibilitas in vitro dari pembalut luka
dalam term toksisitas untuk fibroblast telah dinilai dan dibandingkan dengan tiga
pembalut luka komersial yang dibuat dari collagen, alginat dan gelatin. Kitosan
metil pirrolidin dan collagen adalah bahan yang paling kompatibel.
Kitosan dan turunannya dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, pasta
gigi, krim badan dan tangan serta produk perawatan rambut. Biopolimer ini juga
telah diteliti sebagai bahan formulasi kosmetik khususnya untuk kulit yang
sensitif. Kitosan dapat mempengaruhi kelembaban kulit serta memberi
perlindungan terhadap kerusakan mekanik serta efek anti elektrostatik pada
rambut, tergantung pada berat molekul dan derajat deasetilasinya. Kitosan dengan
berat molekul tinggi akan meningkatkan resistensi air terhadap emulsi, sehingga
memberi perlindungan terhadap irradiasi dan meningkatkan kemampuan
membentuk film. Krim kosmetik yang ditambahkan 1,0% kitosan akan
meningkatkan bioaktifasi unsur-unsur lipofilik seperti vitamin, sehingga dapat
meresap lebih baik pada permukaan kulit. Kapasitas pembentukan film dan sifat
antiseptik kitosan melindungi kulit dari kemungkinan infeksi mikroba. Lagipula,
glukosamin dari kitosan, mempengaruhi perkembangan struktur
glikosaminoglikan dan glukoprotein yang menguntungkan dalam matriks
ekstraselular kulit.
Cairan dan pasta gigi yang mengandung kitosan, akan menurunkan
permeabilitas dentin. Kitosan yang dimasukkan ke dalam produk tertentu,
membentuk hidrogel yang dapat memperkuat gigi dan melindunginya dari infeksi
mikroba sambil tetap mempertahankan difusi dari ion-ion dan air. Efek ini
ditingkatkan dengan adanya kemampuan buffer dari kitosan.
Kitosan dengan DD sebesar 83,9 % dibubuhkan pada luka kulit yang
terbelah. Hal ini menunjukan bahwa larutan kitin-kitosan memiliki efisiensi yang
tinggi dalam penutupan luka pada kulit karena kemampuan hidrofiliknya dan
biodegradabilitasnya sebagai zat penyembuh luka. Kitin dan kitosan keduanya
memiliki bahan dan struktur biologi yang mampu memberikan manfaat untuk
memperbaiki luka. Keduanya memiliki pengaruh pada tahapan penyembuhan luka
yang berbeda dalam percobaan hewan (Howling et al. 2001). Menurut Brown
(2003) dalam Shahidi (2007), pendarahan pada luka arteri juga dapat dihentikan
dalam beberapa menit ketika penutupan luka dengan kitosan diaplikasikan pada
bagian luka. Mientka (2003) dalam Shahidi (2007) melaporkan bahwa
penggunaan penutup luka sudah diakui oleh FDA sejak November 2002. Mereka
menyebut penutup luka kitosan shrimp bandage yang mengandung kitosan.
Penutup luka dari kitosan memiliki kemampuan untuk menghentikan pendarahan
pada rata-rata 600 mL/menit. Selain itu, tidak ada tanda-tanda alergi setelah
penggunaan penutup luka ini pada tentara yang memiliki alergi terhadap udang.

You might also like