You are on page 1of 73

DIKLAT SUBSTANSI

AUDIT PENGADAAN BARANG/JASA


1
AUDIT
PENGADAAN BARANG / JASA
POKOK BAHASAN
Sekilas mengenai Audit.
Sekilas mengenai Perpres 54/2010
KKN PBJ
2
PENGERTIAN AUDIT
Audit adalah proses kegiatan yang bertujuan
untuk meyakinkan tingkat kesesuaian antara
suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari
suatu entitas dgn kriterianya, dilakukan oleh
auditor yg kompeten dan independen dgn
mendapatkan dan mengevaluasi bukti-
bukti pendukungnya secara sistematis,
analitis, kritis, dan selektif, guna memberikan
pendapat atau simpulan dan rekomendasi
kepada pihak yang berkepentingan.
3
Kegiatan secara sistematis.
Dapatkan dan evaluasi bukti.
Meyakinkan tingkat kesesuaian dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
Mengkomunikasikan hasil audit kepada
pihak yang berwenang.
4
Auditing
AUDIT ATAS PENGADAAN BARANG / JASA
KRITERIA YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :
Undang-undang No. 17 tahun 2003
(UU Keuangan Negara)
Undang-undang No.1 tahun 2004
(UU Perbendaharaan)
Peraturan Pemerintah No. 21 dan 22 th 2004
(rencana kerja pemerintah berdasar prestasi
kerja)
Perpres No. 54 tahun 2010.
UU dan Peraturan terkait lainnya.
Undang-undang No.31 th 1999 (UU TPK)
5
Tujuan audit
Tujuan Audit : apa yg ingin dicapai ??
Menilai ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Menilai kesesuaian dengan pedoman
akuntansi yg berlaku
Menilai pelaksanaan kegiatan apakah
dilaksanakan secara :
Ekonomis
Efisien
Efektivitas
Mendeteksi adanya kecurangan.
6
JENIS AUDIT
Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Audit Keuangan (Financial Audit) :
Simpulan dan rekomendasi
Pemberian Pendapat Akuntan
(WTP,WDP, TW,TMP)
Audit Operasional (Operational Audit)
Audit komprehensive, performance
audit
Manajemen audit, program audit
Audit Khusus (Special Audit / Fraud
Audit)
7
Kode Etik dan Standar Audit
KODE ETIK AUDIT, mengatur perilaku
auditor :
Sesuai dengan tuntutan organisasi
Dalam interaksi dengan sesama auditor
Dalam interaksi dengan pihak-pihak
yang terkait

STANDAR AUDIT, mengatur :
Standar Umum
Standar Koordinasi dan Kendali Mutu
Standar Pelaksanaan
Standar Pelaporan
Standar Tindak Lanjut
8
BUKTI AUDIT
Semua media informasi yang digunakan oleh
auditor untuk mendukung argumentasi,
pendapat, atau simpulan dan
rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat
kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya.
9
SYARAT BUKTI AUDIT
Relevan
RE
Secara logis ada hubungan dgn
permasalahan
Kompeten
KO
Berkaitan dgn sumber, cara men-
dapatkan & kelengkapan persya-
taran yuridis bukti.
Cukup
CU
Berkaitan dgn jumlah & nilai kese-
luruhan bukti yg diperoleh/diuji
Material
MA
Mempunyai nilai yg cukup berarti
dan penting dlm mempengaruhi
pertimbangan logis auditor.
10
JENIS BUKTI AUDIT
Bukti
Fisik
Diperoleh melalui pengamatan langsung/
inventarisasi yg dituangkan dlm media/BA
Bukti
Dokumen
Dalam bentuk kertas/berkas yg mengan-
dung informasi, huruf & angka
Bukti
Kesaksian
Dari pihak ke 3 yg didapat karena diminta
oleh auditor dan didokumentasikan
(konfirmasi, bukti lisan, spesialis).
Bukti
Analis
Diperoleh dgn melakukan analisis atas
data auditan, dgn metode yg diakui
(rasio, bukti SPI, perhitungan)
11
SPI SEBAGAI BUKTI AUDIT
SPI yang baik akan menjaga ketelitian dan
kehandalan data akuntabilitas.
Semakin baik (kuat) pengendalian internal
yang diciptakan, semakin sedikit bukti lain yg
diperlukan dalam audit.
Kuat lemahnya pengendalian internal auditan
berpengaruh terhadap bukti audit yang
diperlukan.
12
PENGERTIAN
Prosedur Audit Urutan Langkah utk mendapatkan
bukti dgn menggunakan teknik
audit yang sesuai.

Teknik Audit Cara-cara yg ditempuh auditor utk
mendapatkan bukti-bukti yg
diperlukan
13
JENIS/MACAM TEKNIK AUDIT
1. Analisis
2. Observasi/pengamat
an
3. Permintaan Informasi
4. Evaluasi
5. Investigasi
6. Verifikasi
7. Cek
8. Uji/test
9. Footing
14
10. Cross Footing
11. Vouching
12. Trasir
13. Scanning
14. Rekonsiliasi
15. Konfirmasi
16. Bandingkan
17. Inventarisasi/Opname
18. Inspeksi
AUDIT UNIVERSE
Adalah peta komprehensif tentang auditan dan
berbagai variabel terkait dengan auditan
menyangkut kepentingan audit, yg dibangun
auditor berkenaan dgn seluruh proses audit
dan sesuai dgn tujuan audit, yg memungkinkan
auditor untuk melaksanakan perencanaan
audit, strategi audit, pendekatan audit,
penerapan teknik audit, perancangan output
audit, pengendalian risiko audit, dan
kepentingan audit lainnya.
Tertuang dalam PROFILE, dikenal luas sebagai
profile audit universe, yg dikembangkan
sesuai tujuan, sasaran dan cakupan audit
15
Unsur Temuan Pemeriksaan.
(arti pentingnya tergantung tingkat material & frekuensi kejadiannya)
Kondisi :
Merupakan FAKTA apa yang SEBENARNYA
terjadi.
Kriteria :
Merupakan apa yang SEHARUSNYA ada yang
digunakan sebagai pembanding dari kondisi.
Akibat :
Merupakan apa yang ditimbulkan dari
PERBEDAAN antara kondisi dengan kriteria
(efisien, ekonomis, efektif).
Penyebab :
Mengapa sampai terjadi kondisi yang tidak
sesuai kriteria.
16
Kriteria
Digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai
kondisi :
Peraturan perundang-undangan
Pedoman administrasi atau Standar
Bestek bangunan
Rasio pemakaian bahan baku (bahan
bakar)
Rasio keberhasilan (bibit tumbuh, dll)
Keekonomisan
Keefisienan
17
Kriteria
Tujuan :
Untuk menilai bidang atau kegiatan yang diaudit, dan
merupakan ukuran/standar untuk menilai pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan.
Syarat :
realistis
dapat dipercaya
bebas pengaruh ==> obyektif
mengarah ke temuan & simpulan
dirumuskan secara jelas
dapat dibandingkan ==> konsisten
diterima semua pihak
lengkap ==> identifikasi seluruh kriteria
penting
memperhatikan adanya rentang waktu.
18
Auditor menilai
& menyimpulkan
apakah kriteria telah
memenuhi syarat
untuk digunakan
sebagai alat
penilai
Ekonomis, efisien, & efektif
Ekonomis = berkaitan dengan harga/nilai input
penghematan bila harga/nilai input lebih murah dari
yang diharapkan,
kalau lebih mahal = pemborosan.
Efisien = berkaitan antara input dengan output yang
diharapkan.
Bila output < berarti inefisiensi
Bila output > berarti efisien
Efektif = hubungan antara output dengan manfaat
Bila bermanfaat = efektif
Bila tidak bermanfaat = tidak efektif.
19
Pembuktian Temuan Pemeriksaan
20
KONDISI


PENYEBAB AKIBAT
KRITERIA
PEMBUKTIAN
RE-KO-CU-MA
KELEMAHAN PENENTUAN KONDISI
Kondisi kurang didukung fakta pembuktian yg kuat
Kondisi yang dikemukakan lebih tepat bila dikatego-rikan
sebagai akibat atau sebagai penyebab.
Kondisi kurang berarti bila dikaitkan dgn kegiatan
organisasi auditan, baik ditinjau dari segi materialitas-
nya atau frekuensi kejadiannya.
Akibat yang ditimbulkan dari kondisi yang diungkap tidak
jelas tampak atau kurang material.
21
PENENTUAN SEBAB
Kegiatan yang tidak/kurang dilaksanakan, ketentuan
yang belum ada atau sudah tidak sesuai/tidak dilaksa-
nakan mengakibatkan timbulnya suatu penyimpangan.
Dapat diidentifikasi pihak yang bertanggungjawab atas
kelemahan pelaksanaan kegiatan suatu organisasi

Mengapa terjadi ketidaksesuaian antara kondisi dgn
kriteria. Pengungkapan sebab yg sering terjadi :
Diungkapkan kurang jelas
Belum merupakan sebab yang hakiki.

Hakiki : dapat merumuskan yang akan memperbaiki
masalah yang ditemukan.
22
PENENTUAN AKIBAT
Akibat menentukan arti penting atau bobot temuan audit
Materialitas akibat harus diuji dan didukung oleh fakta
pembuktian yang cukup
Materi akibat berupa :
Ketidakekonomisan
Ketidakefisienan
Ketidakefektifan
Ciri akibat :
Ada pihak yang jelas dirugikan
Kerugian material dapat di kuantifikasi jumlahnya
Kinerja yg dicapai dapat dibandingkan secara langsung
dgn tujuan yang diharapkan
Dampak lingkungan yang timbul dan bentuknya jelas atau
dapat dibuktikan secara ilmiah.
23
KELEMAHAN PENENTUAN AKIBAT
AKIBAT YANG DIUNGKAP :
Tidak jelas atau tidak didukung oleh bukti
yang memadai
Justru lebih tepat apabila dijadikan kondisi
Ternyata mengulang kondisi dengan
susunan kalimat yang berbeda
Bersifat umum
Masih bersifat potensial, belum pasti atau
masih dapat dipertanyakan terjadinya dimasa
datang

24
Rekomendasi.
Merupakan tindakan yang harus diambil yang akan
menghilangkan atau mengubah faktor penyebab, dgn
memperhatikan faktor cost & benefit. Dgn demikian
diharapkan akibat yang terjadi tidak akan terulang.
Kepada siapa ;
yang meminta dilakukan audit,
yang mempunyai tanggungjawab utama atas obyek
audit,
pejabat tertinggi dalam obyek audit/instansi
bersangkutan.
Kapan mengajukannya ;
Apabila hasil audit memberikan indikasi perlunya tindakan
perbaikan atau koreksi kekurangan apabila tindakan tersebut
belum dilaksanakan sepenuhnya pada saat LHA disiapkan,
walaupun tindakan korektif sudah dijanjikan atau dimulai.
25
Apa yang direkomendasikan
Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna
memperbaiki kondisi yang perlu perbaikan.
Rekomendasi harus mengetengahkan keuntungan
praktis, agar diperoleh manfaat seluas mungkin.
Apabila rekomendasi harus dilaksanakan segera, maka
konsekuensi penundaannya harus diuraikan dengan jelas.
Apabila temuan menyangkut kekurangan, maka
rekomendasi harus dirancang guna mengoreksi sebab
dari kekurangan dan cara mengatasinya.
Perlunya merekomendasikan untuk memperkuat
pengendalian manajemen sebagai tindakan
perlindungan.
Rekomendasikan tindakan guna memperbaiki situasi
bukan hanya agar mentaati peraturan yang berlaku.
26
Komunikasi Laporan.
Penilaian hasil audit dilakukan berdasarkan
mutu laporan yang dihasilkan.
Informasi yang disampaikan ke pemakai
laporan harus ;
berguna, tepat waktu, menyarankan
perbaikan.
Komunikasi Hasil Audit :
Lisan,
Tertulis ; Laporan, Study oleh staff,
Korespondensi ; memuat temuan dan
rekomendasi, baik temuan negatif maupun
temuan positif sebagai faktor penyeimbang.
27
Gambaran keadaan saat ini . MENURUT WB.
28
PROCUREMENT FRAUD
29
HARGA
KUANTITAS
WAKTU
KUALITAS
TEMPAT
KUANTITAS fraud
Pengurangan kuantitas.
Kuantitas (volume) yang
diterima lebih rendah
(kurang) dari kuantitas yang
dibayar (kontrak).

Spesifikasi dalam kontrak ?.
Aanwijzing : penjelasan
pekerjaan
Ketelitian panitia penerima
barang ?.
? ? ?.
30
HARGA
KUANTITAS
KUALITAS fraud
Penurunan kualitas.
Kualitas (mutu) yg diterima
lebih rendah dari kualitas
yg dibayar/disepakati dalam
kontrak.

Spesifikasi dalam kontrak
?.
Aanwijzing : penjelasan
pekerjaan
Ketelitian panitia penerima
barang ?.
? ? ?.
31
HARGA
KUALITAS
TEMPAT & WAKTU FRAUD
32
TEMPAT
WAKTU
Menghabiskan anggaran yang tersedia.
Mendapatkan komisi/discount/rabat.
Manipulasi ongkos angkut.
Membebani biaya penyimpanan.
Menanggung risiko kerusakan.
HARGA
WAKTU
TEMPAT
KERUGIAN
FOKUS AUDIT PBJ
Pengadaan sesuai kebutuhan.
Harga/kualitas wajar
(menguntungkan/murah)
Prosedur pengadaan sesuai aturan
Penerimaan B/J sesuai kontrak
Pembayaran tepat waktu
Penggunaan sesuai kebutuhan
Pencatatan B/J akurat dan up to date.
Pertanggungjawaban sesuai kenyataan.
33
PERENCANAAN AUDIT PBJ
PEMILIHAN/PENETAPAN AUDITAN :
Profil Audit Universe.
Besarnya anggaran auditan.
Tingkat penyerapan anggaran.
Tingkat pencapaian target fisik.
Lingkungan pengendalian.
Informasi awal.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN :
Rencana Kerja.
Program Kerja Audit.
34
PELAKSANAAN AUDIT
Evaluasi Sistem Pengendalian.
Organisasi/personil pengadaan
Kebijakan pengadaan
Perencanaan pengadaan
Prosedur pengadaan
Pencatatan dan pelaporan pengadaan
Pengumpulan dan Pengujian informasi :
Sesuai ketentuan (kriteria)
Terdapat penyimpangan :
Positif
Negatif Disengaja atau Tidak disengaja.
35
PENGEMBANGAN TEMUAN
Pengembangan Temuan Hasil Audit.
Kondisi
Kriteria
Penyebab
Akibat/dampak
Draft Rekomendasi
Tanggapan auditan
Komentar auditor
Rekomendasi (final)
Perumusan Rekomendasi :
Memperbaiki pengelolaan.
Menghilangkan penyebab hakiki.
36
Alur 1, Pelaksanaan Audit
37
ST
PENGUMPULAN DATA
Data Anggaran/realisasi
Data Kinerja
Data Persediaan/lainnya
ANALISIS
Pahami Aktivitas Obdit.
Analisis Kinerja
Analisis Segmen Audit
KETUA TIM
ANG. TIM
TENTUKAN PRIO-
RITAS SEGMEN
AUDIT :
Materialitas
Audit Risk
DAPAT DILAKSANAKAN DALAM 1-2 HARI
PEMBICARAAN
AWAL
BAHAS DENGAN
SUPERVISOR
Alur 2, Pelaksanaan Audit
38
LAKUKAN PENGUJIAN
SECARA SAMPLING,
JIKA HASILNYA (-)
HITUNG WAKTU
PERLUASAN UJI
PRIORITAS
SEGMEN
AUDIT
TERPILIH
KETUA TIM
ANG. TIM
EVALUASI SPI
SUSUN
SIMPULAN
HASIL
AUDIT
KONSULTASI/BAHAS BERSAMA SUPERVISOR
LAKSANAKAN SESUAI WAKTU YANG DIRENCANAKAN
WAKTU PERLUASAN PENGUJIAN KOMUNIKASIKAN SECARA DINI
?

PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
KKN
Praktek
ini yang
sering
terjadi !
Sebab terjadinya KKN pada
proses pengadaan pemerintah
akibat dari terjadinya 10 Tindak Korupsi (PBB)
PEMBERIAN SUAP/Sogok
(Bribery)
Pemberian dalam bentuk Uang,
Barang, fasilitas dan Janji untuk
melakukan atau tidak melakukan
sesuatu perbuatan yang akan
berakibat membawa untung
terhadap diri sendiri atau pihak
lain, yang berhubungan dengan
jabatan yang dipegangnya pada
saat itu.
Penggelapan (Embezzlement)
Perbuatan menggambil tanpa hak
oleh seorang yang telah diberi
kewenangan, untuk mengawasi
dan bertanggungjawab penuh
terhadap barang milik negara,
oleh pejabat publik maupun
swasta.
Pemalsuan
suatu tindakan atau perilaku
untuk mengelabui orang lain
atau organisasi, dengan
maksud untuk keuntungan
dan kepentingan dirinya
sendiri maupun orang lain.
Penyalahgunaan Jabatan atau Wewenang
(Abuse of Discretion)
Mempergunakan kewenangan
yang dimiliki, untuk melakukan
tindakan yang memihak atau pilih
kasih kepada kelompok atau
perseorangan, sementara bersikap
diskriminatif terhadap kelompok
atau perseorangan lainnya.
Pertentangan Kepentingan/Memiliki Usaha
Sendiri (Internal Trading)
melakukan transaksi publik dengan
menggunakan perusahaan milik
pribadi atau keluarga, dengan cara
mempergunakan kesempatan dan
jabatan yang dimilikinya untuk
memenangkan kontrak pemerintah
Pemerasan (extortion)
memaksa seseorang untuk
membayar atau memberikan
sejumlah uang atau barang, atau
bentuk lain, sebagai ganti dari
seorang pejabat publik untuk
berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Perbuatan tersebut
dapat diikuti dengan ancaman
fisik ataupun kekerasan.
Nepotisme (Nepotism)
tindakan untuk mendahulukan
sanak keluarga, kawan dekat,
anggota partai politik yang
sefaham, dalam penunjukkan atau
pengangkatan staf, panitia
pelelangan atau pemilihan
pemenang lelang.
Pilih Kasih (Favoritisme)
memberikan pelayanan yang
berbeda berdasarkan alasan
hubungan keluarga, afiliasi partai
politik, suku, agama dan golongan,
yang bukan kepada alasan objektif
seperti kemampuan, kualitas,
rendahnya harga, profesionalisme
kerja.
Menerima Komisi (Commission)
Pejabat Publik yang menerima
sesuatu yang bernilai, dalam
bantuan uang, saham, fasilitas,
barang dll, sebagai syarat untuk
memperoleh pekerjaan atau
hubungan bisnis dengan
pemerintah.
Kontribusi atau Sumbangan Ilegal (Illegal
Contribution)
Hal ini terjadi apabila partai politik
atau pemerintah yang sedang
berkuasa pada waktu itu
menerima sejumlah dana sebagai
suatu kontribusi dari hasil yang
dibebankan kepada kontrak-
kontrak pemerintah.
KKN dapat terjadi di ke 15
tahap pengadaan barang
pemerintah
RENCANA PENGADAAN
YANG DIARAHKAN
PENYAKIT 1B
PENGGELEMBUNGAN ANGGARAN
(MARK UP)
PENYAKIT 1A
REKAYASA PEMAKETAN UNTUK KKN
PENYAKIT 1C
PENENTUAN JADWAL PENGADAAN
YANG TIDAK REALISTIS
PENYAKIT 1D
PERENCANAAN
PENGADAAN
1
PENDEKATAN ANGGARAN
BUKAN KEBUTUHAN RIIL
SISTEM ANGGARAN 1
TAHUN MENJADI KENDALA
PEMBENTUKKAN
PANITIA
2
INTEGRITAS PANITIA LEMAH
PENYAKIT 2B
PANITIA TIDAK TRANSPARAN
PENYAKIT 2A
PANITIA YANG MEMIHAK
PENYAKIT2C
PANITIA TIDAK INDEPENDEN
PENYAKIT 2D
SERTIFIKAT AHLI
PAKTA INTEGRITAS
PENGUMUMAN AWAL
TAHUN
TG JAWAB/WEWENANG
PROCUREMENT AUDIT
DOKUMEN ADMINISTRATIF
ASPAL
PENYAKIT 3B
DOKUMEN ADMINISTRATIF
TIDAK MEMENUHI SYARAT
PENYAKIT 3A
LEGALISASI DOKUMEN
TIDAK DILAKUKAN
PENYAKIT 3C
EVALUASI TIDAK SESUAI KRITERIA
PENYAKIT 3D
PRAKUALIFIKASI
PERUSAHAAN
3
PRA & PASCA
KUALIFIKASI LANGSUNG
PADA SAAT PENGADAAN
OLEH PANITIA
PENGADAAN.
PROSES SEDERHANA
PENYUSUNAN
DOKUMEN LELANG
4
REKAYASA KRITERIA EVALUASI
PENYAKIT 4B
SPESIFIKASI YANG DIARAHKAN
PENYAKIT 4A
DOKUMEN LELANG NON-STANDAR
PENYAKIT 4C
DOKUMEN LELANG YANG TIDAK LENGKAP
PENYAKIT 4D
DOKUMEN LELANG
SEDERHANA
TIDAK PERLU DOKUMEN
PENDUKUNG
PERIZINAN
DISEDERHANAKAN
EVALUASI SEDERHANA.
PROCUREMENT AUDIT
PENGUMUMAN
LELANG
5
JANGKA WAKTU PENGUMUMAN
TERLALU SINGKAT
PENYAKIT 5B
PENGUMUMAN LELANG YANG
SEMU ATAU FIKTIF
PENYAKIT 5A
PENGUMUMAN LELANG TIDAK LENGKAP
PENYAKIT 5C
PENGUMUMAN PENGADAAN
PADA AWAL TAHUN ANGGARAN
PENGGUNAAN e-
PROCUREMENT
PROCUREMENT AUDIT
PENGAMBILAN
DOKUMEN LELANG
6
WAKTU PENDISTRIBUSIAN DOKUMEN
TERBATAS
PENYAKIT 6B
DOKUMEN LELANG YANG DISERAHKAN
TIDAK SAMA (INKONSISTEN)
PENYAKIT 6A
LOKASI PENGAMBILAN DOKUMEN SULIT
DICARI
PENYAKIT 6C
e-PROCUREMENT
DOKUMEN
LELANG
DISEDERHANAKA
N
PROCUREMENT AUDIT
PENGGELEMBUNGAN (MARK-UP)
UNTUK KEPERLUAN KKN.
PENYAKIT 7B
GAMBARAN NILAI HARGA PERKIRAAN
SENDIRI DITUTUP-TUTUPI
PENYAKIT 7A
HARGA DASAR YANG TIDAK STANDAR
(DALAM KKN)
PENYAKIT 7C
PENENTUAN ESTIMASI
HARGA TIDAK SESUAI ATURAN
PENYAKIT 7D
PENYUSUNAN
HARGA PERKIRAAN
SENDIRI
7
HPS TIDAK
RAHASIA
HPS DISUSUN
SECARA AHLI
PROCUREMENT AUDIT
PENJELASAN
/AANWIJZING
8
INFORMASI & DESKRIPSI
TERBATAS
PENYAKIT 8B
PRE BID MEETING YANG TERBATAS
PENYAKIT 8A
PENJELASAN YANG KONTROVERSIAL
PENYAKIT 8C
TIDAK TERDAPAT
PEMBATASAN WILAYAH
PESERTA PELELANGAN
HPS BUKAN RAHASIA
E-PROCUREMENT
PROCUREMENT AUDIT
PENYERAHAN
& PEMBUKAAN
PENAWARAN
9
PENERIMAAN DOKUMEN
PENAWARAN YANG TERLAMBAT
PENYAKIT 9B
RELOKASI TEMPAT PENYERAHAN
DOKUMEN PENAWARAN
PENYAKIT 9A
PENYERAHAN DOKUMEN FIKTIF
PENYAKIT 9C
KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN
PENAWARAN
PENYAKIT 9D
PENYEDERHANAAN
DOKUMEN PENAWARAN
PENGUMUMAN SECARA
TERBUKA.
PROCUREMENT AUDIT
PENGGANTIAN DOKUMEN
PENYAKIT 10B
KRITERIA EVALUASI CACAT
PENYAKIT 10A
EVALUASI TERTUTUP DAN
TERSEMBUNYI
PENYAKIT 10C
PESERTA LELANG TERPOLA DALAM
RANGKA BERKOLUSI
PENYAKIT 10D
EVALUASI
PENAWARAN
10
DOKUMEN DITELITI
HANYA UNTUK CALON
PEMENANG TERPILIH
TIDAK ADA PEMBATASAN
WILAYAH PESERTA
LELANG
PROCUREMENT AUDIT
PENGUMUMAN
CALON PEMENANG
11
TANGGAL PENGUMUMAN
SENGAJA DITUNDA
PENYAKIT 11B
PENGUMUMAN SANGAT TERBATAS
PENYAKIT 11A
PENGUMUMAN YANG TIDAK
INFORMATIF
PENYAKIT 11C
e-PROCUREMENT
EVALUASI RINCI HANYA
PADA 3 CALON
PEMENANG
TERSEDIA WAKTU
UNTUK MEMAHAMI
PENGUMUMAN
PROCUREMENT AUDIT
SUBSTANSI SANGGAHAN
TIDAK DITANGGAPI
PENYAKIT 12B
TIDAK SELURUH
SANGGAHAN DITANGGAPI
PENYAKIT 12A
SANGGAHAN PROFORMA UNTUK
MENGHINDARI TUDUHAN TENDER DIATUR
PENYAKIT 12C
PANITIA KURANG INDEPENDEN
DAN AKUNTABEL
PENYAKIT 12D
SANGGAHAN
PESERTA LELANG
12
PROCUREMENT AUDIT
SURAT PENUNJUKAN YANG SENGAJA
DITUNDA PENGELUARANNYA
PENYAKIT 13B
SURAT PENUNJUKAN YANG
TIDAK LENGKAP
PENYAKIT 13A
SURAT PENUNJUKAN YANG DIKELUARKAN
DENGAN TERBURU BURU
PENYAKIT 13C
SURAT PENUNJUKAN YANG TIDAK SAH
PENYAKIT 13D
PENUNJUKKAN
PEMENANG
LELANG
13
PROCUREMENT AUDIT
PENANDATANGAN KONTRAK
YANG DITUNDA-TUNDA
PENYAKIT 14B
PENANDATANGANAN KONTRAK
YANG KOLUTIF
PENYAKIT 14A
PENANDATANGANAN KONTRAK
SECARA TERTUTUP
PENYAKIT 14C
PENANDATANGANAN KONTRAK TIDAK SAH
PENYAKIT 14D
PENANDATANGANAN
KONTRAK
14
SYARAT TANDA TANGAN
ATASAN LANGSUNG PIMPRO
..????...
100% TANGGUNGJAWAB
PENGGUNA BARANG JASA.
PROCUREMENT AUDIT
PENYERAHAN
BARANG/JASA
15
KRITERIA PENERIMAAN BARANG
BIAS
PENYAKIT 15A-2
KUALIFIKASI BARANG TIDAK SESUAI
SPESIFIKASI
PENYAKIT 15A-1
VOLUME BARANG TIDAK SAMA DENGAN
YANG TERTULIS DI DOKUMEN LELANG
PENYAKIT 15A-3
JAMINAN PASCA JUAL PALSU
PENYAKIT 15A-4
15-A
PENYERAHAN BARANG
PROCUREMENT AUDIT
KRITERIA PENERIMAAN HASIL KERJA
KONSTRUKSI BIAS
PENYAKIT 15C-2
VOLUME KONSTRUKSI TIDAK SESUAI
DENGAN YANG DIMINTA SPESIFIKASI/BOQ
PENYAKIT 15C-1
PERINTAH PERUBAHAN VOLUME DALAM
RANGKA KKN/CONTRACT CHANGE ORDER
PENYAKIT 15C-3
VOLUME KONSTRUKSI TIDAK SESUAI
DALAM RANGKA KKN
PENYAKIT 15C-4
KRITERIA PENERIMAAN KARYA
KONSULTAN BIAS
PENYAKIT 15B-2
REKOMENDASI PALSU
PENYAKIT 15B-1
DATA LAPANGAn DIPALSUKAN
PENYAKIT 15B-3
DESIGN PLAGIATE (TANPA DUKUNGAN
DESIGN NOTE)
PENYAKIT 15B-4
15-C
PENYERAHAN JASA
KONSTRUKSI
15-B
PENYERAHAN JASA
KONSULTAN
BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA
1. TAHAP PELAKSANAAN LELANG
Kecenderungan kontraktor memenangkan lelang dengan
tujuan untuk memperoleh uang muka yang akan digunakan
untuk kegiatan di luar proyek
Pengadaan barang dan jasa yang seharusnya melalui
pelelangan dilaksanakan dengan pemilihan langsung atau
penunjukkan langsung dengan menunda-nunda pelelangan
sehingga waktunya terdesak dan membuat alasan pekerjaan
spesifik
Melakukan proses penunjukkan langsung setelah pelelangan
pertama gagal dengan alasan waktu yang mendesak
Pekerjaan yang menurut nilainya harus dilaksanakan dengan
lelang, ternyata diserahkan kepada rekanan tertentu dengan
penunjukkan langsung
BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA
2. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sebagian atau seluruh pekerjaan yang diborongkan
dilaksanakan oleh pihak intern pemberi kerja
Dalam kontrak harga satuan, terdapat upaya untuk
mendapatkan pekerjaan tambah untuk jenis pekerjaan yang
unit price-nya tinggi dan upaya mendapatkan pekerjaan
kurang untuk jenis pekerjaan yang unit price-nya rendah
dengan maksud menaikkan nilai realisasi kontrak
Pekerjaan yang dicantumkan dalam kontrak tidak
dilaksanakan, tetapi dalam berita acara dianggap selesai
sehingga terjadi pembayaran fiktif
Pengadaan barang yang dilakukan melalui perantara (tidak
langsung kepada agen tunggal produk yang dibeli) sehingga
harganya terlalu mahal
BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA
2. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
Konsultan menawarkan tenaga ahli asing, dan tenaga ahli
asing yang ditawarkan menggunakan alamat suatu negara
yang tidak benar agar tarifnya tinggi
Pelaksanaan pekerjaan terhambat disebabkan
ketidakmampuan konsultan melaksanakan kontraknya
pelimpahan pekerjaan kepada konsultan lain, pelaksanaan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan tornya, dan tenaga ahli
yang tercantum dalam dokumen usulan ternyata tidak ada
Addendum perpanjangan wkatu direkayasa untuk
melindungi rekanan dari pengenaan denda
Realisasi tenaga asing lebih kecil dari yang tertuang dalam
dokumen pengadaannya
Permintaan eskalasi harga dari rekanan didukung dengan
analisis harga satuan yang di-eskalasi dengan rekayasa
BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA
4. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan jadwal (mundur)
akan tetapi dalam perhitungan eskalasi menggunakan
indeks harga pada waktu pelaksanaan
Mencantumkan pos biaya contingencies untuk menampung
kenaikan harga yang mungkin terjadi selama pelaksanaan
pekerjaan yang seharusnya tidak diperbolehkan
Evaluasi terhadap hasil kerja konsultan lemah
Terjadi pekerjaan kurang
Pekerjaan di-sub kontrakan tanpa izin pemberi kerja
Pengawasan pekerjaan di lapangan lemah
Terjadi pekerjaan tambah yang berakibat tambahnya nilai
kontrak dan tidak didukung dokumen tertulis
BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA
3. TAHAP PEMANFAATAN & PEMELIHARAAN
Terdapat slow moving material yang cukup besar
nilainya, karena pengadaan tidak berdasarkan
kebutuhan di lapangan. Realisasi pengadaan
berdasarkan tersedianya anggaran
Terdapat pengadaan barang yang ternyata tidak
dapat dimanfaatkan
Selesainya proses pengadaan barang melampaui
jadwal kebutuhan

You might also like