1 AUDIT PENGADAAN BARANG / JASA POKOK BAHASAN Sekilas mengenai Audit. Sekilas mengenai Perpres 54/2010 KKN PBJ 2 PENGERTIAN AUDIT Audit adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk meyakinkan tingkat kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari suatu entitas dgn kriterianya, dilakukan oleh auditor yg kompeten dan independen dgn mendapatkan dan mengevaluasi bukti- bukti pendukungnya secara sistematis, analitis, kritis, dan selektif, guna memberikan pendapat atau simpulan dan rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan. 3 Kegiatan secara sistematis. Dapatkan dan evaluasi bukti. Meyakinkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan. Mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak yang berwenang. 4 Auditing AUDIT ATAS PENGADAAN BARANG / JASA KRITERIA YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN : Undang-undang No. 17 tahun 2003 (UU Keuangan Negara) Undang-undang No.1 tahun 2004 (UU Perbendaharaan) Peraturan Pemerintah No. 21 dan 22 th 2004 (rencana kerja pemerintah berdasar prestasi kerja) Perpres No. 54 tahun 2010. UU dan Peraturan terkait lainnya. Undang-undang No.31 th 1999 (UU TPK) 5 Tujuan audit Tujuan Audit : apa yg ingin dicapai ?? Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku Menilai kesesuaian dengan pedoman akuntansi yg berlaku Menilai pelaksanaan kegiatan apakah dilaksanakan secara : Ekonomis Efisien Efektivitas Mendeteksi adanya kecurangan. 6 JENIS AUDIT Audit Ketaatan (Compliance Audit) Audit Keuangan (Financial Audit) : Simpulan dan rekomendasi Pemberian Pendapat Akuntan (WTP,WDP, TW,TMP) Audit Operasional (Operational Audit) Audit komprehensive, performance audit Manajemen audit, program audit Audit Khusus (Special Audit / Fraud Audit) 7 Kode Etik dan Standar Audit KODE ETIK AUDIT, mengatur perilaku auditor : Sesuai dengan tuntutan organisasi Dalam interaksi dengan sesama auditor Dalam interaksi dengan pihak-pihak yang terkait
STANDAR AUDIT, mengatur : Standar Umum Standar Koordinasi dan Kendali Mutu Standar Pelaksanaan Standar Pelaporan Standar Tindak Lanjut 8 BUKTI AUDIT Semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat, atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. 9 SYARAT BUKTI AUDIT Relevan RE Secara logis ada hubungan dgn permasalahan Kompeten KO Berkaitan dgn sumber, cara men- dapatkan & kelengkapan persya- taran yuridis bukti. Cukup CU Berkaitan dgn jumlah & nilai kese- luruhan bukti yg diperoleh/diuji Material MA Mempunyai nilai yg cukup berarti dan penting dlm mempengaruhi pertimbangan logis auditor. 10 JENIS BUKTI AUDIT Bukti Fisik Diperoleh melalui pengamatan langsung/ inventarisasi yg dituangkan dlm media/BA Bukti Dokumen Dalam bentuk kertas/berkas yg mengan- dung informasi, huruf & angka Bukti Kesaksian Dari pihak ke 3 yg didapat karena diminta oleh auditor dan didokumentasikan (konfirmasi, bukti lisan, spesialis). Bukti Analis Diperoleh dgn melakukan analisis atas data auditan, dgn metode yg diakui (rasio, bukti SPI, perhitungan) 11 SPI SEBAGAI BUKTI AUDIT SPI yang baik akan menjaga ketelitian dan kehandalan data akuntabilitas. Semakin baik (kuat) pengendalian internal yang diciptakan, semakin sedikit bukti lain yg diperlukan dalam audit. Kuat lemahnya pengendalian internal auditan berpengaruh terhadap bukti audit yang diperlukan. 12 PENGERTIAN Prosedur Audit Urutan Langkah utk mendapatkan bukti dgn menggunakan teknik audit yang sesuai.
Teknik Audit Cara-cara yg ditempuh auditor utk mendapatkan bukti-bukti yg diperlukan 13 JENIS/MACAM TEKNIK AUDIT 1. Analisis 2. Observasi/pengamat an 3. Permintaan Informasi 4. Evaluasi 5. Investigasi 6. Verifikasi 7. Cek 8. Uji/test 9. Footing 14 10. Cross Footing 11. Vouching 12. Trasir 13. Scanning 14. Rekonsiliasi 15. Konfirmasi 16. Bandingkan 17. Inventarisasi/Opname 18. Inspeksi AUDIT UNIVERSE Adalah peta komprehensif tentang auditan dan berbagai variabel terkait dengan auditan menyangkut kepentingan audit, yg dibangun auditor berkenaan dgn seluruh proses audit dan sesuai dgn tujuan audit, yg memungkinkan auditor untuk melaksanakan perencanaan audit, strategi audit, pendekatan audit, penerapan teknik audit, perancangan output audit, pengendalian risiko audit, dan kepentingan audit lainnya. Tertuang dalam PROFILE, dikenal luas sebagai profile audit universe, yg dikembangkan sesuai tujuan, sasaran dan cakupan audit 15 Unsur Temuan Pemeriksaan. (arti pentingnya tergantung tingkat material & frekuensi kejadiannya) Kondisi : Merupakan FAKTA apa yang SEBENARNYA terjadi. Kriteria : Merupakan apa yang SEHARUSNYA ada yang digunakan sebagai pembanding dari kondisi. Akibat : Merupakan apa yang ditimbulkan dari PERBEDAAN antara kondisi dengan kriteria (efisien, ekonomis, efektif). Penyebab : Mengapa sampai terjadi kondisi yang tidak sesuai kriteria. 16 Kriteria Digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai kondisi : Peraturan perundang-undangan Pedoman administrasi atau Standar Bestek bangunan Rasio pemakaian bahan baku (bahan bakar) Rasio keberhasilan (bibit tumbuh, dll) Keekonomisan Keefisienan 17 Kriteria Tujuan : Untuk menilai bidang atau kegiatan yang diaudit, dan merupakan ukuran/standar untuk menilai pelaksanaan dan pengendalian kegiatan. Syarat : realistis dapat dipercaya bebas pengaruh ==> obyektif mengarah ke temuan & simpulan dirumuskan secara jelas dapat dibandingkan ==> konsisten diterima semua pihak lengkap ==> identifikasi seluruh kriteria penting memperhatikan adanya rentang waktu. 18 Auditor menilai & menyimpulkan apakah kriteria telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat penilai Ekonomis, efisien, & efektif Ekonomis = berkaitan dengan harga/nilai input penghematan bila harga/nilai input lebih murah dari yang diharapkan, kalau lebih mahal = pemborosan. Efisien = berkaitan antara input dengan output yang diharapkan. Bila output < berarti inefisiensi Bila output > berarti efisien Efektif = hubungan antara output dengan manfaat Bila bermanfaat = efektif Bila tidak bermanfaat = tidak efektif. 19 Pembuktian Temuan Pemeriksaan 20 KONDISI
PENYEBAB AKIBAT KRITERIA PEMBUKTIAN RE-KO-CU-MA KELEMAHAN PENENTUAN KONDISI Kondisi kurang didukung fakta pembuktian yg kuat Kondisi yang dikemukakan lebih tepat bila dikatego-rikan sebagai akibat atau sebagai penyebab. Kondisi kurang berarti bila dikaitkan dgn kegiatan organisasi auditan, baik ditinjau dari segi materialitas- nya atau frekuensi kejadiannya. Akibat yang ditimbulkan dari kondisi yang diungkap tidak jelas tampak atau kurang material. 21 PENENTUAN SEBAB Kegiatan yang tidak/kurang dilaksanakan, ketentuan yang belum ada atau sudah tidak sesuai/tidak dilaksa- nakan mengakibatkan timbulnya suatu penyimpangan. Dapat diidentifikasi pihak yang bertanggungjawab atas kelemahan pelaksanaan kegiatan suatu organisasi
Mengapa terjadi ketidaksesuaian antara kondisi dgn kriteria. Pengungkapan sebab yg sering terjadi : Diungkapkan kurang jelas Belum merupakan sebab yang hakiki.
Hakiki : dapat merumuskan yang akan memperbaiki masalah yang ditemukan. 22 PENENTUAN AKIBAT Akibat menentukan arti penting atau bobot temuan audit Materialitas akibat harus diuji dan didukung oleh fakta pembuktian yang cukup Materi akibat berupa : Ketidakekonomisan Ketidakefisienan Ketidakefektifan Ciri akibat : Ada pihak yang jelas dirugikan Kerugian material dapat di kuantifikasi jumlahnya Kinerja yg dicapai dapat dibandingkan secara langsung dgn tujuan yang diharapkan Dampak lingkungan yang timbul dan bentuknya jelas atau dapat dibuktikan secara ilmiah. 23 KELEMAHAN PENENTUAN AKIBAT AKIBAT YANG DIUNGKAP : Tidak jelas atau tidak didukung oleh bukti yang memadai Justru lebih tepat apabila dijadikan kondisi Ternyata mengulang kondisi dengan susunan kalimat yang berbeda Bersifat umum Masih bersifat potensial, belum pasti atau masih dapat dipertanyakan terjadinya dimasa datang
24 Rekomendasi. Merupakan tindakan yang harus diambil yang akan menghilangkan atau mengubah faktor penyebab, dgn memperhatikan faktor cost & benefit. Dgn demikian diharapkan akibat yang terjadi tidak akan terulang. Kepada siapa ; yang meminta dilakukan audit, yang mempunyai tanggungjawab utama atas obyek audit, pejabat tertinggi dalam obyek audit/instansi bersangkutan. Kapan mengajukannya ; Apabila hasil audit memberikan indikasi perlunya tindakan perbaikan atau koreksi kekurangan apabila tindakan tersebut belum dilaksanakan sepenuhnya pada saat LHA disiapkan, walaupun tindakan korektif sudah dijanjikan atau dimulai. 25 Apa yang direkomendasikan Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi yang perlu perbaikan. Rekomendasi harus mengetengahkan keuntungan praktis, agar diperoleh manfaat seluas mungkin. Apabila rekomendasi harus dilaksanakan segera, maka konsekuensi penundaannya harus diuraikan dengan jelas. Apabila temuan menyangkut kekurangan, maka rekomendasi harus dirancang guna mengoreksi sebab dari kekurangan dan cara mengatasinya. Perlunya merekomendasikan untuk memperkuat pengendalian manajemen sebagai tindakan perlindungan. Rekomendasikan tindakan guna memperbaiki situasi bukan hanya agar mentaati peraturan yang berlaku. 26 Komunikasi Laporan. Penilaian hasil audit dilakukan berdasarkan mutu laporan yang dihasilkan. Informasi yang disampaikan ke pemakai laporan harus ; berguna, tepat waktu, menyarankan perbaikan. Komunikasi Hasil Audit : Lisan, Tertulis ; Laporan, Study oleh staff, Korespondensi ; memuat temuan dan rekomendasi, baik temuan negatif maupun temuan positif sebagai faktor penyeimbang. 27 Gambaran keadaan saat ini . MENURUT WB. 28 PROCUREMENT FRAUD 29 HARGA KUANTITAS WAKTU KUALITAS TEMPAT KUANTITAS fraud Pengurangan kuantitas. Kuantitas (volume) yang diterima lebih rendah (kurang) dari kuantitas yang dibayar (kontrak).
Spesifikasi dalam kontrak ?. Aanwijzing : penjelasan pekerjaan Ketelitian panitia penerima barang ?. ? ? ?. 30 HARGA KUANTITAS KUALITAS fraud Penurunan kualitas. Kualitas (mutu) yg diterima lebih rendah dari kualitas yg dibayar/disepakati dalam kontrak.
Spesifikasi dalam kontrak ?. Aanwijzing : penjelasan pekerjaan Ketelitian panitia penerima barang ?. ? ? ?. 31 HARGA KUALITAS TEMPAT & WAKTU FRAUD 32 TEMPAT WAKTU Menghabiskan anggaran yang tersedia. Mendapatkan komisi/discount/rabat. Manipulasi ongkos angkut. Membebani biaya penyimpanan. Menanggung risiko kerusakan. HARGA WAKTU TEMPAT KERUGIAN FOKUS AUDIT PBJ Pengadaan sesuai kebutuhan. Harga/kualitas wajar (menguntungkan/murah) Prosedur pengadaan sesuai aturan Penerimaan B/J sesuai kontrak Pembayaran tepat waktu Penggunaan sesuai kebutuhan Pencatatan B/J akurat dan up to date. Pertanggungjawaban sesuai kenyataan. 33 PERENCANAAN AUDIT PBJ PEMILIHAN/PENETAPAN AUDITAN : Profil Audit Universe. Besarnya anggaran auditan. Tingkat penyerapan anggaran. Tingkat pencapaian target fisik. Lingkungan pengendalian. Informasi awal. PERSIAPAN PEMERIKSAAN : Rencana Kerja. Program Kerja Audit. 34 PELAKSANAAN AUDIT Evaluasi Sistem Pengendalian. Organisasi/personil pengadaan Kebijakan pengadaan Perencanaan pengadaan Prosedur pengadaan Pencatatan dan pelaporan pengadaan Pengumpulan dan Pengujian informasi : Sesuai ketentuan (kriteria) Terdapat penyimpangan : Positif Negatif Disengaja atau Tidak disengaja. 35 PENGEMBANGAN TEMUAN Pengembangan Temuan Hasil Audit. Kondisi Kriteria Penyebab Akibat/dampak Draft Rekomendasi Tanggapan auditan Komentar auditor Rekomendasi (final) Perumusan Rekomendasi : Memperbaiki pengelolaan. Menghilangkan penyebab hakiki. 36 Alur 1, Pelaksanaan Audit 37 ST PENGUMPULAN DATA Data Anggaran/realisasi Data Kinerja Data Persediaan/lainnya ANALISIS Pahami Aktivitas Obdit. Analisis Kinerja Analisis Segmen Audit KETUA TIM ANG. TIM TENTUKAN PRIO- RITAS SEGMEN AUDIT : Materialitas Audit Risk DAPAT DILAKSANAKAN DALAM 1-2 HARI PEMBICARAAN AWAL BAHAS DENGAN SUPERVISOR Alur 2, Pelaksanaan Audit 38 LAKUKAN PENGUJIAN SECARA SAMPLING, JIKA HASILNYA (-) HITUNG WAKTU PERLUASAN UJI PRIORITAS SEGMEN AUDIT TERPILIH KETUA TIM ANG. TIM EVALUASI SPI SUSUN SIMPULAN HASIL AUDIT KONSULTASI/BAHAS BERSAMA SUPERVISOR LAKSANAKAN SESUAI WAKTU YANG DIRENCANAKAN WAKTU PERLUASAN PENGUJIAN KOMUNIKASIKAN SECARA DINI ?
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KKN Praktek ini yang sering terjadi ! Sebab terjadinya KKN pada proses pengadaan pemerintah akibat dari terjadinya 10 Tindak Korupsi (PBB) PEMBERIAN SUAP/Sogok (Bribery) Pemberian dalam bentuk Uang, Barang, fasilitas dan Janji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang akan berakibat membawa untung terhadap diri sendiri atau pihak lain, yang berhubungan dengan jabatan yang dipegangnya pada saat itu. Penggelapan (Embezzlement) Perbuatan menggambil tanpa hak oleh seorang yang telah diberi kewenangan, untuk mengawasi dan bertanggungjawab penuh terhadap barang milik negara, oleh pejabat publik maupun swasta. Pemalsuan suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau organisasi, dengan maksud untuk keuntungan dan kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Penyalahgunaan Jabatan atau Wewenang (Abuse of Discretion) Mempergunakan kewenangan yang dimiliki, untuk melakukan tindakan yang memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau perseorangan, sementara bersikap diskriminatif terhadap kelompok atau perseorangan lainnya. Pertentangan Kepentingan/Memiliki Usaha Sendiri (Internal Trading) melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan milik pribadi atau keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan dan jabatan yang dimilikinya untuk memenangkan kontrak pemerintah Pemerasan (extortion) memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang atau barang, atau bentuk lain, sebagai ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik ataupun kekerasan. Nepotisme (Nepotism) tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota partai politik yang sefaham, dalam penunjukkan atau pengangkatan staf, panitia pelelangan atau pemilihan pemenang lelang. Pilih Kasih (Favoritisme) memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan hubungan keluarga, afiliasi partai politik, suku, agama dan golongan, yang bukan kepada alasan objektif seperti kemampuan, kualitas, rendahnya harga, profesionalisme kerja. Menerima Komisi (Commission) Pejabat Publik yang menerima sesuatu yang bernilai, dalam bantuan uang, saham, fasilitas, barang dll, sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan atau hubungan bisnis dengan pemerintah. Kontribusi atau Sumbangan Ilegal (Illegal Contribution) Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang sedang berkuasa pada waktu itu menerima sejumlah dana sebagai suatu kontribusi dari hasil yang dibebankan kepada kontrak- kontrak pemerintah. KKN dapat terjadi di ke 15 tahap pengadaan barang pemerintah RENCANA PENGADAAN YANG DIARAHKAN PENYAKIT 1B PENGGELEMBUNGAN ANGGARAN (MARK UP) PENYAKIT 1A REKAYASA PEMAKETAN UNTUK KKN PENYAKIT 1C PENENTUAN JADWAL PENGADAAN YANG TIDAK REALISTIS PENYAKIT 1D PERENCANAAN PENGADAAN 1 PENDEKATAN ANGGARAN BUKAN KEBUTUHAN RIIL SISTEM ANGGARAN 1 TAHUN MENJADI KENDALA PEMBENTUKKAN PANITIA 2 INTEGRITAS PANITIA LEMAH PENYAKIT 2B PANITIA TIDAK TRANSPARAN PENYAKIT 2A PANITIA YANG MEMIHAK PENYAKIT2C PANITIA TIDAK INDEPENDEN PENYAKIT 2D SERTIFIKAT AHLI PAKTA INTEGRITAS PENGUMUMAN AWAL TAHUN TG JAWAB/WEWENANG PROCUREMENT AUDIT DOKUMEN ADMINISTRATIF ASPAL PENYAKIT 3B DOKUMEN ADMINISTRATIF TIDAK MEMENUHI SYARAT PENYAKIT 3A LEGALISASI DOKUMEN TIDAK DILAKUKAN PENYAKIT 3C EVALUASI TIDAK SESUAI KRITERIA PENYAKIT 3D PRAKUALIFIKASI PERUSAHAAN 3 PRA & PASCA KUALIFIKASI LANGSUNG PADA SAAT PENGADAAN OLEH PANITIA PENGADAAN. PROSES SEDERHANA PENYUSUNAN DOKUMEN LELANG 4 REKAYASA KRITERIA EVALUASI PENYAKIT 4B SPESIFIKASI YANG DIARAHKAN PENYAKIT 4A DOKUMEN LELANG NON-STANDAR PENYAKIT 4C DOKUMEN LELANG YANG TIDAK LENGKAP PENYAKIT 4D DOKUMEN LELANG SEDERHANA TIDAK PERLU DOKUMEN PENDUKUNG PERIZINAN DISEDERHANAKAN EVALUASI SEDERHANA. PROCUREMENT AUDIT PENGUMUMAN LELANG 5 JANGKA WAKTU PENGUMUMAN TERLALU SINGKAT PENYAKIT 5B PENGUMUMAN LELANG YANG SEMU ATAU FIKTIF PENYAKIT 5A PENGUMUMAN LELANG TIDAK LENGKAP PENYAKIT 5C PENGUMUMAN PENGADAAN PADA AWAL TAHUN ANGGARAN PENGGUNAAN e- PROCUREMENT PROCUREMENT AUDIT PENGAMBILAN DOKUMEN LELANG 6 WAKTU PENDISTRIBUSIAN DOKUMEN TERBATAS PENYAKIT 6B DOKUMEN LELANG YANG DISERAHKAN TIDAK SAMA (INKONSISTEN) PENYAKIT 6A LOKASI PENGAMBILAN DOKUMEN SULIT DICARI PENYAKIT 6C e-PROCUREMENT DOKUMEN LELANG DISEDERHANAKA N PROCUREMENT AUDIT PENGGELEMBUNGAN (MARK-UP) UNTUK KEPERLUAN KKN. PENYAKIT 7B GAMBARAN NILAI HARGA PERKIRAAN SENDIRI DITUTUP-TUTUPI PENYAKIT 7A HARGA DASAR YANG TIDAK STANDAR (DALAM KKN) PENYAKIT 7C PENENTUAN ESTIMASI HARGA TIDAK SESUAI ATURAN PENYAKIT 7D PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI 7 HPS TIDAK RAHASIA HPS DISUSUN SECARA AHLI PROCUREMENT AUDIT PENJELASAN /AANWIJZING 8 INFORMASI & DESKRIPSI TERBATAS PENYAKIT 8B PRE BID MEETING YANG TERBATAS PENYAKIT 8A PENJELASAN YANG KONTROVERSIAL PENYAKIT 8C TIDAK TERDAPAT PEMBATASAN WILAYAH PESERTA PELELANGAN HPS BUKAN RAHASIA E-PROCUREMENT PROCUREMENT AUDIT PENYERAHAN & PEMBUKAAN PENAWARAN 9 PENERIMAAN DOKUMEN PENAWARAN YANG TERLAMBAT PENYAKIT 9B RELOKASI TEMPAT PENYERAHAN DOKUMEN PENAWARAN PENYAKIT 9A PENYERAHAN DOKUMEN FIKTIF PENYAKIT 9C KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN PENAWARAN PENYAKIT 9D PENYEDERHANAAN DOKUMEN PENAWARAN PENGUMUMAN SECARA TERBUKA. PROCUREMENT AUDIT PENGGANTIAN DOKUMEN PENYAKIT 10B KRITERIA EVALUASI CACAT PENYAKIT 10A EVALUASI TERTUTUP DAN TERSEMBUNYI PENYAKIT 10C PESERTA LELANG TERPOLA DALAM RANGKA BERKOLUSI PENYAKIT 10D EVALUASI PENAWARAN 10 DOKUMEN DITELITI HANYA UNTUK CALON PEMENANG TERPILIH TIDAK ADA PEMBATASAN WILAYAH PESERTA LELANG PROCUREMENT AUDIT PENGUMUMAN CALON PEMENANG 11 TANGGAL PENGUMUMAN SENGAJA DITUNDA PENYAKIT 11B PENGUMUMAN SANGAT TERBATAS PENYAKIT 11A PENGUMUMAN YANG TIDAK INFORMATIF PENYAKIT 11C e-PROCUREMENT EVALUASI RINCI HANYA PADA 3 CALON PEMENANG TERSEDIA WAKTU UNTUK MEMAHAMI PENGUMUMAN PROCUREMENT AUDIT SUBSTANSI SANGGAHAN TIDAK DITANGGAPI PENYAKIT 12B TIDAK SELURUH SANGGAHAN DITANGGAPI PENYAKIT 12A SANGGAHAN PROFORMA UNTUK MENGHINDARI TUDUHAN TENDER DIATUR PENYAKIT 12C PANITIA KURANG INDEPENDEN DAN AKUNTABEL PENYAKIT 12D SANGGAHAN PESERTA LELANG 12 PROCUREMENT AUDIT SURAT PENUNJUKAN YANG SENGAJA DITUNDA PENGELUARANNYA PENYAKIT 13B SURAT PENUNJUKAN YANG TIDAK LENGKAP PENYAKIT 13A SURAT PENUNJUKAN YANG DIKELUARKAN DENGAN TERBURU BURU PENYAKIT 13C SURAT PENUNJUKAN YANG TIDAK SAH PENYAKIT 13D PENUNJUKKAN PEMENANG LELANG 13 PROCUREMENT AUDIT PENANDATANGAN KONTRAK YANG DITUNDA-TUNDA PENYAKIT 14B PENANDATANGANAN KONTRAK YANG KOLUTIF PENYAKIT 14A PENANDATANGANAN KONTRAK SECARA TERTUTUP PENYAKIT 14C PENANDATANGANAN KONTRAK TIDAK SAH PENYAKIT 14D PENANDATANGANAN KONTRAK 14 SYARAT TANDA TANGAN ATASAN LANGSUNG PIMPRO ..????... 100% TANGGUNGJAWAB PENGGUNA BARANG JASA. PROCUREMENT AUDIT PENYERAHAN BARANG/JASA 15 KRITERIA PENERIMAAN BARANG BIAS PENYAKIT 15A-2 KUALIFIKASI BARANG TIDAK SESUAI SPESIFIKASI PENYAKIT 15A-1 VOLUME BARANG TIDAK SAMA DENGAN YANG TERTULIS DI DOKUMEN LELANG PENYAKIT 15A-3 JAMINAN PASCA JUAL PALSU PENYAKIT 15A-4 15-A PENYERAHAN BARANG PROCUREMENT AUDIT KRITERIA PENERIMAAN HASIL KERJA KONSTRUKSI BIAS PENYAKIT 15C-2 VOLUME KONSTRUKSI TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIMINTA SPESIFIKASI/BOQ PENYAKIT 15C-1 PERINTAH PERUBAHAN VOLUME DALAM RANGKA KKN/CONTRACT CHANGE ORDER PENYAKIT 15C-3 VOLUME KONSTRUKSI TIDAK SESUAI DALAM RANGKA KKN PENYAKIT 15C-4 KRITERIA PENERIMAAN KARYA KONSULTAN BIAS PENYAKIT 15B-2 REKOMENDASI PALSU PENYAKIT 15B-1 DATA LAPANGAn DIPALSUKAN PENYAKIT 15B-3 DESIGN PLAGIATE (TANPA DUKUNGAN DESIGN NOTE) PENYAKIT 15B-4 15-C PENYERAHAN JASA KONSTRUKSI 15-B PENYERAHAN JASA KONSULTAN BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA PENGADAAN BARANG/JASA 1. TAHAP PELAKSANAAN LELANG Kecenderungan kontraktor memenangkan lelang dengan tujuan untuk memperoleh uang muka yang akan digunakan untuk kegiatan di luar proyek Pengadaan barang dan jasa yang seharusnya melalui pelelangan dilaksanakan dengan pemilihan langsung atau penunjukkan langsung dengan menunda-nunda pelelangan sehingga waktunya terdesak dan membuat alasan pekerjaan spesifik Melakukan proses penunjukkan langsung setelah pelelangan pertama gagal dengan alasan waktu yang mendesak Pekerjaan yang menurut nilainya harus dilaksanakan dengan lelang, ternyata diserahkan kepada rekanan tertentu dengan penunjukkan langsung BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA PENGADAAN BARANG/JASA 2. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN Sebagian atau seluruh pekerjaan yang diborongkan dilaksanakan oleh pihak intern pemberi kerja Dalam kontrak harga satuan, terdapat upaya untuk mendapatkan pekerjaan tambah untuk jenis pekerjaan yang unit price-nya tinggi dan upaya mendapatkan pekerjaan kurang untuk jenis pekerjaan yang unit price-nya rendah dengan maksud menaikkan nilai realisasi kontrak Pekerjaan yang dicantumkan dalam kontrak tidak dilaksanakan, tetapi dalam berita acara dianggap selesai sehingga terjadi pembayaran fiktif Pengadaan barang yang dilakukan melalui perantara (tidak langsung kepada agen tunggal produk yang dibeli) sehingga harganya terlalu mahal BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA PENGADAAN BARANG/JASA 2. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN Konsultan menawarkan tenaga ahli asing, dan tenaga ahli asing yang ditawarkan menggunakan alamat suatu negara yang tidak benar agar tarifnya tinggi Pelaksanaan pekerjaan terhambat disebabkan ketidakmampuan konsultan melaksanakan kontraknya pelimpahan pekerjaan kepada konsultan lain, pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tornya, dan tenaga ahli yang tercantum dalam dokumen usulan ternyata tidak ada Addendum perpanjangan wkatu direkayasa untuk melindungi rekanan dari pengenaan denda Realisasi tenaga asing lebih kecil dari yang tertuang dalam dokumen pengadaannya Permintaan eskalasi harga dari rekanan didukung dengan analisis harga satuan yang di-eskalasi dengan rekayasa BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA PENGADAAN BARANG/JASA 4. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan jadwal (mundur) akan tetapi dalam perhitungan eskalasi menggunakan indeks harga pada waktu pelaksanaan Mencantumkan pos biaya contingencies untuk menampung kenaikan harga yang mungkin terjadi selama pelaksanaan pekerjaan yang seharusnya tidak diperbolehkan Evaluasi terhadap hasil kerja konsultan lemah Terjadi pekerjaan kurang Pekerjaan di-sub kontrakan tanpa izin pemberi kerja Pengawasan pekerjaan di lapangan lemah Terjadi pekerjaan tambah yang berakibat tambahnya nilai kontrak dan tidak didukung dokumen tertulis BEBERAPA KASUS PENYIMPANGAN PADA PENGADAAN BARANG/JASA 3. TAHAP PEMANFAATAN & PEMELIHARAAN Terdapat slow moving material yang cukup besar nilainya, karena pengadaan tidak berdasarkan kebutuhan di lapangan. Realisasi pengadaan berdasarkan tersedianya anggaran Terdapat pengadaan barang yang ternyata tidak dapat dimanfaatkan Selesainya proses pengadaan barang melampaui jadwal kebutuhan