Professional Documents
Culture Documents
( SPM)
DAFTAR ISI
hal
1. Epilepsi dan Gangguan Kejang Lain ..........................................................................
2. Neurovaskular ............................................................................................................
3. Neuroinfeksi ...............................................................................................................
4. Fungsi Luhur ..............................................................................................................
5. Neuronkologi ..............................................................................................................
6. Nyeri ...........................................................................................................................
7. Sefalgia ......................................................................................................................
8. Movement Disorder ....................................................................................................
9. Neurotrauma ..............................................................................................................
10. Saraf Tepi, Otonom dan Otot .....................................................................................
11. Dekompresi ................................................................................................................
12. Neurointensif / Emergency .........................................................................................
13. Neuroimunologi ..........................................................................................................
14. Neurootologi ...............................................................................................................
15. Sleep Disorder ...........................................................................................................
16. Neuropediatri / Neurodevelopment ............................................................................
E P I L E P S I
ICD G40
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis:
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang berulang, yang timbul tanpa
provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah suatu manifestasi klinik yang disebabkan
oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama)
terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya timbul intermiten dan
'self-limited'.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang timbul
bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitan usia saat awitan, beratnya
penyakit, siklus harian dan prognosa)
Klasifikasi Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1989)
I. Berhubungan dengan lokasi
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign childhood epilepsy with centro-temporal spikes
2. Childhood epilepsy with occipital paroxysmal
3. Primary reading epilepsy
B. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Chronic progressive epilepsia partialis continua of childhood (Kojewnikow's
syndrome)
2. Syndromes characterized by seizures with specific modes of precipitation
3. Epilepsi lobus Temporal/ Frontal/ Parietal/ Ocipital
C. Kriptogenik
II. Umum
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign neonatal familial convulsions
2. Benign neonatal convulsions
3. Benign myoclonic epilepsy in infancy
4. Childhood absence epilepsy (pyknolepsy)
5. Juvenile absence epilepsy
6. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
7. Epilepsies with grand mal (GTCS) seizures on awakening
8. Others generalized idiopathic epilepsies not defined above
9. Epilepsies with seizures precipitated by specific modes of activation
B. Kriptogenik / Simptomatik
1. West syndrome (infantile spasms, blitz Nick-Salaamm Krampfe)
2. Lennox-Gastaut syndrome
3. Epilepsy with myoclonic-astatic seizures
4. Epilepsy with myoclonic absence
C. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Dengan etiologi yang Nonspesifik
a. Early myoclonic encephalopathy
b. Early infantile epileptic encephalopathy with suppression burst
c. Other symptomatic generalized epilepsies not defined above
2. Sindroma spesifik
a. Bangkitan epilepsy yang disebabkan oleh penyakit lain
III. Tidak dapat ditentukan apakah fokal atau umum
1. Campuran bangkitan umum dan fokal
a. Neonatal seizures
b. Severe myoclonic epilepsy in infancy
c. Epilepsy with continuous spike wave during slow-wave sleep
d. Acquired epileptic aphasia (Landau-Kleffner syndrome)
e. Other undetermined epilepsies
2. Campuran bangkitan umum atau fokal (sama banyak)
IV. Sindrom khusus
1. Bangkitan yang berhubungan dengan situasi
a. Febrile convulsion
b. Isolated seizures atau isolated status epilepticus
c. Seizures occurring only when there is an acute metabolic or toxic event, due to
factors such as alcohol, drugs, eclampsia, nonketotic hyperglycemia
Klasifikasi Bangkitan Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1981)
I. Bangkitan Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala-psikis
4. Disertai gejata autonomik
B. Parsial kompleks
1. Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa automatism
2. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa automatism
C. Parsial sederhana yang berkembang menjadi umum sekunder
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
II. Bangkitan Umum
A. Bangkitan Lena (absence) & atypical absence
B. Bangkitan Mioklonik
C. Bangkitan Klonik
D. Bangkitan Tonik
E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik
III. Bangkitan yang tidak terklasifikasikan
Laboratorium/ Pemeriksaan Penunjang:
1. EEG
2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
Atas indikasi
1. Penapisan dini racun/toksik
2. Pemeriksaan serologis
3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya
Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
1. Asam Amino
2. Asam Organik
3. NH3
4. Enzim Lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut
Lumbat Pungsi
Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan pilihan utama untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
5. Positron Emission Tomography (PET)
6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Gold Standard
1. EEG iktal dengan subdural atau depth EEG
2. Long term video EEG monitoring
Patologi Anatomi
Hanya khas pada keadaan tertentu seperti hypocampal sclerosis dan mesial temporal
sclerosis
DIAGNOSIS BANDING
1. Bangkitan Psychogenik
2. Gerak lnvolunter (Tics, headnodding, paroxysmalchoreoathethosisl dystonia, benign sleep
myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll.)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA, narkolepsi, attention
deficit)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion, sindroma psikotik
akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
7. Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic spells, cardiac
arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis, migren, dll)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan dan sindroma
epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal
dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek
samping OAE yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan pertama dibagi dalam 3 kategori:
1. Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan segera)
Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a. Tumor otak
b. AVM
c. Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes
Tanpa lesi struktural :
a. Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)
b. EEG dengan gambaran epileptik yang jelas
c. Riwayat bangkitan simpomatik
d. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP
e. Status epilepstikus pada awitan kejang
2. Possibly treat (kemungkinan harus dilakukan pengobatan)
Pada bangkitan yang tidak dicetuskan (diprovokasi) atau tanpa disertai faktor resiko diatas
3. Probably not treat (walaupun pengobatan jangka pendek mungkin diperlukan)
a. Kecanduan alkohol
b. Ketergantungan obat obatan
c. Bangkitan dengan penyakit akut (demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemia)
d. Bangkitan segera setelah benturan di kepala
e. Sindroma epilepsi spesifik yang ringan, seperti kejang demam, BECT
f. Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur
PEMILIHAN OAE BERDASARKAN TIPE BANGKITAN EPILEPSI
Tipe Bangkitan OAE lini pertama OAE lini kedua
Bangkitan parsial
(sederhana atau kompleks)
Fenitoin, karbamasepin
(terutama untuk CPS), asam
valproat
Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, ethosuximide,
felbamate, gabapentin,
lamotrigine, levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin,
phenobarbital, pirimidone
Bangkitan umum sekunder
Karbamasepin, phenitoin,
asam valproat
Idem diatas
Bangkitan umum tonik klonik
Karbamazepin, phenytoin,
asam valproat, phenobarbital
Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, ethosuximide,
felbamate, gabapentin,
lamotrigine, levetiracetam,
oxcarbazepine, tiagabin,
topiramate, vigabatrin, pirimidone
Bangkitan lena
Asam valproat, ethosuximide
(tidak tersedia di Indonesia)
Acetazolamide, clobazam,
clonazepam, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone
Bangkitan mioklonik
Asam valproat
Clobazam, clonazepam,
ethosuximide, lamotrigine,
phenobarbital, pirimidone,
piracetam
Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang, tergantung
dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita pasien (Dam,1997). Penghentian OAE
dilakukan secara perlahan dalam beberapa bulan.
STATUS EPILEPTIKUS
(ICD G 41.0)
(Epilepsy Foundation of America's Working Group on Status Epileptic)
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih bangkitan, dimana
diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai
dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.
PENANGANAN STATUS EPILEPTIKUS
Stadium Penatalaksanaan
Stadium I (0-10 menit) Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik,
Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi
Stadium II (0-60 menit) Memasang infus pada pembuluh darah besar
Mengambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab
Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20 mg iv (kecepatan
pemberian < 2-5 mg/menit atau rectal dapat diulang 15 menit
kemudian.
Memasukan 50 cc glukosa 40% dengan atau tanpa thiamin 250 mg
intravena
Menangani asidosis
Stadium III (0-60 - 90 menit) Menentukan etiologi
Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah pemberian diazepam
pertama, beri phenytoin iv 15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50
mg/menit
Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan
Mengoreksi komplikasi
Stadium IV (30-90 menit) Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien
ke ICU, beri Propofol (2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau
Thiopentone (100-250 mg bolus iv pemberian dalam 20 menit,
dilanjutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit), dilanjutkan
sampai 12-24 jam setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG
terakhir, lalu dilakukan tapering off.
Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan intracranial, memulai
pemberian OAE dosis maintenance
Tindakan:
1. Operasi
Indikasi operasi :
a. Fokal epilesi yang intraktabel terhadap obat obatan
b. Sindroma Epilepsi fokal dan simptomatik
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolic maupun degeneratif)
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi dikemudian hari
Kontraindikasi relatif:
a. Ketidak patuhan terhadap pengobatan
b. Psikosis interiktal
c. Mental retardasi
Jenis jenis operasi:
a. Operasi reseksi; pada mesial temporal lobe, neokortikal
b. Diskoneksi : korpus kalosotomi, multiple supial transection
c. Hemispherektomi
2. Stimulasi Nervus vagus
PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus-kasus baru pada umumnya baik, pada 70-80% kasus
bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama. Setelah bangkitan epilepsi
berhenti, kemungkinan rekurensinya rendah, dan pasien dapat menghentikan OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
KONSULTASI
Konsultasi: (atas indikasi)
1. Bagian Psikiatri
2. Bagian Interna
3. Bagian Anak
4. Bagian Bedah Saraf
5. Bagian Anestesi (bila pasien masuk ICU)
JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat :
1. Status Epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus Bangkitan Pertama
4. Epilepsi intraktabel
TENAGA:
1. Spesialis saraf
2. Epileptologist
3. Electro encephalographer
4. Psychologist
5. Teknisi EEG
LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus: pasien dirawat sampai diagnosis dapat ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan pasien kembali ke
keadaan sebelum status
S T R O K E
Definisi :
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik
fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena
berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan
(stroke perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologis :
1.1. Infark : aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarahnoid, Perdarahan
Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien keluarga atau pembawa pasien.
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale/ kwantitas/ kwalitas), tanda vital, status
generalis, status neurologist.
3. Alat Bantu scoring (skala) :
Siriraj Stroke Score ( SSS ), Algoritme Stroke Gajah Mada ( ASGM ).
4. Pemeriksaan penunjang :
Pungsi lumbal (bila neuroimejing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat, kesadaran baik/
terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat hipertensi (faktor risiko strok lainnya),
lamanya (onset), serangan pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.
Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke, resiko pemeriksaan, biaya,
kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor risiko, komplikasi, prognosa
dan pengobatan.
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu (GDS), Fungsi Ginjal
(Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), Protein darah (Albumin,
Globulin), Hemostasis, Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL), Homosistein, Analisa Gas
Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan cairan serebrospinal.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi maupun kelainan jantung
Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI kepala
Pemeriksaan Penunjang Lain :
EKG
Echocardiography (TTE dan atau TEE)
Carotid Doppler (USG Carotis)
Transcranial Doppler (TCD)
Golden Standard/ Baku Emas
CT-Scan kepala tanpa kontras
DIAGNOSIS BANDING
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologist / fungsional (contoh : kelainan jiwa)
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todds
4. Migren hemiplegik.
5. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor otak, AVM).
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multiple
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan elektrolit dan cairan,
gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol, cilostazol
- Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
- Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral :
Konservatif:
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah / mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif : Dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada fossa posterior.
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan ancaman herniasi
otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS > 7
Terapi Komplikasi
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Penatalaksanaan faktor risiko:
- Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi (dalam fase akut) dan Rehabilitasi medik
- Edukasi
KOMPLIKASI / PENYULIT
Fase akut :
- Neurologis :
Stroke susulan
Edema otak
Infark berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensi / hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Fase lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
KONSULTASI
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Ginjal/ Hipertensi, Endokrin), Kardiologi bila ada kelainan
organ terkait.
- Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemorhagis yang perlu dioperasi (aneurisma, SVM,
evakuasi hematom)
- Gizi
- Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3 bulan pertama pasca
onset)
JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke Unit atau Neurologic High Care Unit pada fase akut
Rawat jalan pasca fase akut
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat, Terapis
LAMA PERAWATAN
Stroke perdarahan : rata-rata 3-4 minggu (tergantung keadaan umum penderita)
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain.
PROGNOSIS
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah 1 tahun : 20-30%
SEREBRITIS & ABSES OTAK
ICD G 06.0
DEFINISI / ETIOLOGI
! Penumpukan material piogenik yang terlokalisir di dalam / di antara parenkim otak.
! Etiologi:
Bakteri (yang sering) : Staphylococcus aureus, streptococcus anaerob, S.beta hemolitikus,
S. alfa hemalitikus, E. coli Bacteroides.
Jamur : N. asteroids, spesies candida, aspergillus.
Parasit (jarang) : E. Histolitika, cystecircosis, schistosomiasis.
Patogenesis
Mikroorganisme (MO) mencapai parenkim otak melalui :
- Hematogen : dari suatu tempat infeksi yang jauh
- Perluasan di sekitar otak : sinusitis frontalis, otitis media.
- Trauma tembus kepala / operasi otak.
- Komplikasi dari kardiopulmoner, meningitis piogenik.
- 20 % kasus tak diketahui sumber infeksinya.
Lokasi :
- Hematogen paling sering pada substansia alba dan grisea.
- Perkontinutatum : daerah yang dekat dengan permukaan otak.
Sifat :
- Dapat soliter atau multiple. Yang multiple sering pada jantung bawaan sianotik karena ada
shunt kanan ke kiri.
Tahap-tahap :
- Awal : Reaksi radang yang difus pada jaringan otak (infiltrat leukosit, edema, perlunakan dan
kongesti) kadang disertai bintik-bintik perdarahan.
- Beberapa hari-minggu : Nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk rongga
abses. Astroglia, fibroblas, makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik sehingga terbentuk
abses yang tidak berbatas tegas.
- Tahap lanjut : fibrosis yang progresif sehingga terbentuk kapsul dengan dinding yang
konsentris.
Stadium:
- Serebritis dini (hari I III)
- Serebritis lanjut (hari IV IX)
- Serebritis kapsul dini (hari X XIII)
- Serebritis kapsul lanjut (> XIV hari)
KRITERIA DIAGNOSIS
Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda infeksi + TIK Khas bila terdapat trias :
gejala infeksi + TIK + tanda neurologik fokal.
Darah rutin : 50 60 % didapati leukositosis 10.000-20.000 / cm
2
70 95 % LED meningkat.
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensifitas.
Radiologi :
" Foto polos kepala biasanya normal.
" CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras bila abses berdiameter > 10 mm.
" Antiografi
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (leukosit, LED)
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas.
Rontgen : Foto polos kepala, CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai kontras, atau
angiografi.
DIAGNOSIS BANDING
Space occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma)
Meningitis
TATALAKSANA
Prinsipnya menghilangkan fokus infeksi dan efek massa.
Kausal:
" Ampisillin 2 gr/6 jam iv (200-400 mg/kgBB/hari selama 2 minggu).
" Kloramfenikol 1 gr/6 jam iv selama 2 minggu.
" Metronidazole 500 mg/8 jam iv selama 2 minggu.
" Antiedema : dexamethason/ manitol.
" Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter 2 cm.
PENYULIT
Herniasi
Hidrosefalus obstruktif
Koma
KONSULTASI
Bedah Saraf
TEMPAT PELAYANAN
Perawatan di RS A atau B
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 6 minggu
PROGNOSIS
Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal
Prognosis : tergantung dari : umur penderita, lokasi abses, dan sifat absesnya.
MENINGITIS TUBERKULOSA
ICD A 17.0
DEFINISI ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosa.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah, demam subfebris,
disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset subakut, riwayat
penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung.
Pemeriksaan Fisik
! Tanda-tanda rangsangan meninggal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue dan kernig.
! Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai.
Pemeriksaan Penunjang
! Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda tanda peninggian tekanan
intrakranial), pemeriksaan darah rutin kimia, elektrolit.
Pemeriksaan sputum BTA (+)
! Pemeriksan Radiologik
" Foto polos paru
" CT-Scan kepala atau MRI dibuat sebelum dilakukan pungsi lumbi bila dijumpai
peninggian tekanan intrakranial.
! Pemeriksaan penunjang lain:
" IgG anti TB (Untuk mendapatkan antigen bakteri diperiks counter-
immunoelectrophoresis, radioimmunoassay atau teknik ELISA).
" PCR
Pada Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial)
! Pelikel (+) / Cobweb Appearance (+)
! Pleiositosis 50-500/mm3, dominan set mononuklear, protein meningkat 100-200 mg%,
glukosa menurun < 50% - 60% dari GDS, kadar laktat, kadar asam amino, bakteriologis Ziehl
Nielsen (+), kultur BTA (+).
Pemeriksaan penunjang lain seperti IgG anti-TB atau PCR
DIAGNOSIS BANDING
! Meningoensefalitis karena virus
! Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
! Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus neoformans atau Toxoplasma
gondii), Sarkoid meningitis.
! Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma, leukemia, glioma,
melanoma, dan meduloblastoma.
TATALAKSANA
! Umum
! Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
INH
Pyrazinamida
Rifampisin
Etambutol
! Kortikosteroid
PENYULIT/KOMPLIKASI
! Hidrosefalus
! Kelumpuhan saraf kranial
! Iskemi dan infark pada otak dan mielum
! Epilepsi
! SIADH
! Retardasi mental
! Atrofi nervus optikus
KONSULTASI
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan.
PROGNOSIS
! Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya meninggalkan sekuele neurologis.
! Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal
R A B I E S
ICD A 82
DEFINISI/ ETIOLOGI:
Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies, bermanifestasi sebagai kelainan
neurologi yang umumnya berakhir dengan kematian.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigit, tercakar dengan anjing, kucing atau binatang lainnya yang :
Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, sebagainya)
Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan dll).
Gambaran Klinik
! Stadium prodromal (2-10 hari)
Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal rabies), sakit kepala, lemah,
anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi.
! Stadium kelainan neurologis (2-7 hari)
" Bentuk spastik : Peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot farings dan esofagus,
kejang, aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk, delirium, semikoma, meninggal setelah 3-5
hari.
" Bentuk demensia
" Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat melakukan tindakan
kekerasan, koma, mati.
" Bentuk paralitik (7-10 hari)
Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum diagnosis tegak, terdapat monoplegi atau
paraplegi flaksid, gejala bulbar, kematian karena kelumpuhan otot napas.
Pemeriksaan Penunjang
! Pemeriksaan laboratorium: Lekosit, hematokrit, Hb, Albumin urine, dan Lekosit urine, Likuor
Serebrospinal bila perlu.
! Pemeriksaan radiologik : Dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala untuk menyingkirkan
kausa lain.
! Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
Menunjang diagnosis bila ditemukan:
! Darah:
" Lekosit : 8.000-13.000/mm3
" Hematokrit : berkurang
" Hb : berkurang
! Urine:
" Albuminuria
" Sedikit lekosit
! CSF: Protein dan set normal atau sedikit meninggi.
DIAGNOSIS BANDING
! Intoksikasi obat-obatan
! Ensefalitis
! Tetanus
! Histerikal pseudorabies
! Poliomielitis
TERAPI
! Bila sudah timbul gejala prodromal prognosis infaust dalam 3 hari.
! Terapi hanya bersifat simptomatis dan supportif (Infus Dextrose, antikejang).
! Vaksin antirabies/serum antirabies : tidak diperlukan.
PENYULIT
Dehidrasi, gagal napas
KONSULTASI
Anestesi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan untuk menenangkan pasien
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Dirawat di kamar isolasi 1-10 hari (umumnya penderita meninggal dalam 1-2 hari perawatan)
PROGNOSIS
Infaust/ meninggal dunia
PENATALAKSANAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA DAN
POSITIF RABIES:
KRITERIA TERSANGKA RABIES SEBAGAI BERIKUT :
1. Anjing/hewan yang menggigit terbukti secara laboratorium adalah positif rabies.
2. Anjing atau hewan yang menggigit mati datam waktu 5 - 10 hari
3. Anjing atau hewan yang menggigit menghilang atau terbunuh
4. Anjing atau hewan yang menggigit dengan gejala rabies.
Catatan :
1. Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila :
a. hewan atau anjing yang menggigit positif rabies.
b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat diobservasi atau hewan tersebut dibunuh.
2. Penyuntikan VAR tidak dilanjutkan apabila hewan atau anjing yang menggigit penderita tetap
sehat selama observasi sampai dengan 10 hari.
3. Petugas (tenaga medis atau Perawat) harus memakai sarung tangan, pakaian dan masker.
4. Dokter/ Perawat harus terlebih dahulu memberikan penjelasan secukupnya tentang jumlah
kali pemberian vaksin anti rabies (VAR) / serum anti rabies (SAR), termasuk manfaat maupun
efek samping yang mungkin timbul.
5. Sebelum dilakukan vaksinasi dengan VAR/ pemberian serum anti rabies (SAR) terhadap
penderita terlebih dahulu dimintai persetujuan dari penderita ataupun keluarga terdekat
penderita atas pemberian vaksinasi/ serum tersebut. Dalam hal ini penderita atau keluarga
terdekat penderita harus menandatangani surat persetujuan (informed consent) disaksikan
oleh dua orang saksi termasuk dokter/ Perawat.
PENATALAKSANAAN PENDERITA TERGIGIT ANJING ATAU HEWAN TERSANGKA DAN
POSITIF RABIES
No I N D I K A S I T I N D A K A N Jenis VAR+Dosis Boster Keterangan
1. Luka Gigitan 1. Dicuci dengan air ---- -- # menunda
sabun (detergen) 5-10 penjahitan luka,
menit kemudian jika penjahitan
dibilas dengan air diperlukan
bersih. gunakan anti
2. Alkohol 40-70% serum lokal.
3. Berikan yodium, # bila diindikasikan
betadin solusio atau dapat diberikan
senyawa amonium Toxoid Tetanus,
kuartener 0,1% antibiotik, anti
4. Penyuntikan SAR inflamasi dan
secara infiltrasi analgetik
sekeliling luka
2. Kontak, tetapi --- ---- --- ---
tanpa lesi,
kontak tak
langsung, tak
ada kontak.
3. Menjilat kulit, Berikan VAR Imovax atau --- Dosis untuk semua
garukan atau # hari 0 : 2 x suntikan verorab umur sama
abrasi kulit, Intra muskuter 0,5 ml
gigitan kecil deltoideus kiri
(daerah dan 0,5 ml
tertutup), deltoideus
lengan, badan kanan
dan tungkai.
# hari 7 : 1 x suntikan 0,5 ml
Intra muskuler deltoideus kiri
atau kanan
# hari 21 : 1 x suntikan 0,5 ml
intra muskuler deltoideus kiri
atau kanan
4. Menjilat Serum anti rabies (SAR) Imovag rabies
mukosa, luka $
! dosis disuntikkan
gigitan besar secara infiltrasi 20 IU/kg BB
atau dalam, di sekitar luka
multipel, luka $ ! dosis yang sisa
pada muka, disuntikkan
kepala, leher, intramuskuler
jari tangan dan diregio glutea.
jari kaki. Vaksin anti rabies (VAR)
$ Sesuai poin 3A & B Imovag, verorab hari 90:
0,5 ml
im
pada
deltoid
kiri
atau
kanan
5. Kasus gigitan Berikan VAR hari 0 imovag, verorab ---- 0,5 mL IM
ulang SMBV deltoideus
A. Kurang dari 1 umur < 3th 0,1 ml
tahun IC flexor lengan
bawah
umur > 3 th 0,25
ml IC flexor lengan
bawah.
B. Lebih dari 1 Berikan SAR + VAR Imovax, Sesuai poin 1, 3, 4, 5
tahun secara lengkap verorab, SMBV,
Imogan rabies
6. Bila ada reaksi Berikan anti histamin
penyuntikan : sistemik atau lokal
reaksi lokal Tidak boleh diberikan
kemerahan, kortikosteroid.
gatal,
pembengkakan
7. Bisa timbul efek samping pemberian VAR berupa meningoensefalitis
Th/ - Kortikosteroid dosis tinggi
ENSEFALITIS VIRAL
ICD G 05
DEFINISI / ETIOLOGI
! Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim sistem saraf pusat yang
menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-tanda neurologis fokal.
! Etiologi:
" Virus DNA
- Poxviridae : Poxvirus
- Herpetoviridae : Virus Herpes Simpleks, Varicella Zoster, Virus Sitomegalik
" Virus RNA
- Paramiksoviridae : Virus Parotitis, Virus morbili (Rubeola)
- Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis, Echovirus
- Rhabdoviridae : Virus Rabies
- Togaviridae : Virus ensefalitis alpha, Flavivirus ensefalitis jepang B,
Virus demam kuning, Virus Rubi
- Bunyaviridae : Virus ensefalitis California
- Arenaviridae : Khoriomeningitis Limfositaria
- Retroviridae : Virus HIV
KRITERIA DIAGNOSIS
! Bentuk asimtomatik :
Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa diketahui penyebabnya.
Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan serebrospinal
! Bentuk abortif :
Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat infeksi saluran
napas bagian atas atau gastrointestinal.
! Bentuk fulminan :
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan kematian. Pada
stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis, kaku kuduk, disorientasi,
sangat qelisah dan dalam waktu singkat masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya
terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.
! Bentuk khas ensefalitis :
Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran napas bagian atas atau
gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda Kernig positif, gelisah, lemah, dan
sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya
kesadaran menurun sampai koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan
koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental.
! Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium
" Pungsi lumbal (bila tak ada kontra indikasi)
- Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal atau meningkat
- Fase dini dapat dijumpai peningkatan set PMN diikuti pleositosis limfositik, umumnya
kurang dari 1000/ul
- Glukosa dan Klorida normal
- Protein normal atau sedikit meninggi (80-200 mg/dl)
" Pemeriksaan darah
- Lekosit : Normal atau lekopeni atau lekositosis ringan
- Amilase serum sering meningkat pada parotitis
- Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis infeksiosa
- Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus, dan HIV
Pemeriksaan Radiologik
- Foto Thoraks
- CT scan
- MRI
Pemeriksaan Penunjang Lain
Bila tersedia fasilitas virus dapat dibiakkan dari cairan serebrospinal, tinja, urin, apusan
nasofaring, atau darah.
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
Abses otak
Lues serebral
Intoksikasi timah hitam
Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)
TERAPI
Perawatan Umum
Anti udema serebri : Deksamethason dan Manitol 20%
Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai 3 kali dengan
interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan fenitoin 100-200 mg/ 12 jam/ hari dilarutkan
dalam NaCI dengan kecepatan maksimal 50 mg/menit.
Terapi kausal : Untuk HSV : Acyclovir
PENYULIT / KOMPLIKASI
Defisit neurologis sebagai gejala sisa
Hidrosefalus
Gangguan mental Epilepsi
SIADH
KONSULTASI :
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap, segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Satu bulan bila tidak ada sequale neurologist
Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS
Beratnya sequele tergantung pada virus penyebab
MENINGITIS BAKTERIAL
ICD G 00
DEFINISI/ ETIOLOGI
Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis purulenta) adalah
suatu infeksi cairan likuorserebrospinalis dengan proses peradangan yang melibatkan
piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan otak dan medula
spinalis.
Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, H. Influenzae, Staphylococci,
Listerio monocytogenes, basil gram negatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 17 hari. Gejala berupa
demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang, perubahari status
mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologis fokal berupa
gangguan saraf kranialis
Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media, mastoiditis, pneumonia,
infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Lumbal pungsi
Pemeriksaan Likuor
Pemeriksaan kultur likuor dan darah
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan elektrolit darah
Radiologis
Foto polos paru
CT-Scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C Reactive Protein atau
PCR (Polymerase Chain Reaction).
Pemeriksaan Laboratorium diperoleh :
Lumbal pungsi: Mutlak dilakukan bila tidak ada kontraindikasi. Pemeriksaan Likuor : Tekanan
meningkat>180 mmH20,Pleiositosis lebih dari 1.000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3
terutama PMN, Protein meningkat lebih dari 150 mg/dLdapat>1.000 mg/dL, Glukosa menurun
< 40% dari GDS. Dapat ditemukan mikroorganisme dengan pengecatan gram.
Pemeriksaan darah rutin: Lekositosis, LED meningkat.
Pemeriksaan penunjang lain
Bila hasil analisis likuor serebrospinalis mendukung, tetapi pada pengecatan gram negatif maka
untuk menentukan bakteri penyebab dapat dipertimbangakn pemeriksaan antigen bakteri spesifik
seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus, Perdarahan Subarakhnoid, Meningitis khemikal, Meningitis TB, Meningitis
Leptospira, Meningoensefalitis fungal.
TATALAKSANA
Perawatan umum
Kausal: Lama Pemberian 10-14 hari
Usia Bakteri Penyebab Antibiotika
" 50 tahun S. Pneumonioe Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
N. Meningitidis atau Ceftriaxone 2 g/12 jam +
L. Monocytogenes Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg BB/IV/hari)
Chloramphenicol 1 g/6 jam + Chloramphenicol 1 g/6 jam +
Trimetoprim/sulfametoxazole 20 mg/kg BB/hari.
Usia Bakteri Penyebab Antibiotika
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/hari)
" 50 tahun S. Pneumonioe Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
H. Influenzae atau Ceftriaxone 2 g/12 jam +
Species Listeria Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg BB/IV/hari)
Pseudomonas aeroginosa
N. Meningitidis Bila prevalensi S. Pneumioniane Resiten
Cephalosporin # 2% diberikan:
Cefoxtaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1g / 12 jam / IV (max. 3g / hari)
Ceftadizime 2g / 8 jam / IV
Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris sesuai dengan
kelompok umur, harus segera dimulai
Terapi tambahan : Dianjurkan hanya pada penderita risiko tinggi, penderita dengan status
mental sangat terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan Deksametason 0,15
mg/ kgBB/ 6 jam/ IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum pemberian antibiotik.
Penanganan peningkatan TIK :
- Meninggikan letak kepala 30o dari tempat tidur
- Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol
- Hiperventilasi untuk mempertahankan pC02 antara 27-30 mmHg
PENYULIT
Gangguan serebrovaskuler
Edema otak
Hidrosefalus
Perdarahan otak
Shock sepsis
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
Disseminated Intravascular Coagulation
Efusi subdural
SIADH
KONSULTASI
Konsultasi dengan bagian lain sesuai sumber infeksi.
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
1-2 bulan di ruang perawatan intermediet
PROGNOSIS
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal.
T E T A N U S
ICD X : A 35
DEFINISI
Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme tonik persisten
dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS
! Hipertoni dan spasme otot
" Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding perut tegang,
anggota gerak spastik.
" Lain-lain : Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di sekitar luka
! Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
! Umumnya ada luka/ riwayat luka
! Retensi urine dan hiperpireksia
! Tetanus lokal
Pemeriksaan Penunjang
! Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. tetani.
! EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
! Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
DIAGNOSIS BANDING
! Kejang karena hipokalsemia
! Reaksi distonia
! Rabies
! Meningitis
! Abses retrofaringeal, abses gigi, sulbluksasi mandibula
! Sindrom hiperventilasi/ reaksi histeri
! Epilepsi/ kejang tonik klonik umum
TATA LAKSANA
! IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
! Kausal :
" Antitoksin tetanus:
a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m. selama 3-5 hari.
TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
b. Human Tetanus lmmunoglobulin (HTlG). Dosis 500-3.000 lU/I.M. tergantung beratnya
penyakit. Diberikan SINGLE DOSE.
" Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/ 8 jam drips i.v.
b. Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA).
Bila alergi terhadap Penilisin dapat diberikan :
- Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
- Tetrasiklin 500mg/6 jam/oral.
" Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H
2
O
2
.
! Simtomatis dan supportif
" Diazepam
- Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg i.v.
perlahan 2-3 menit. Dapat diulangi bila diperlukan.
- Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan infus (10-12 mg/KgBB/hari)
diberikan secara drips (syringe pump).
Untuk mencegah terbentuknya kristalisasi, cairan dikocok setiap 30 menit.
- Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul / IV perlahan selama 3-5 menit,
dapat diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila tak teratasi segera rawat
di ICU.
- Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan
secara bertahap 10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah intake
peroral memungkinkan maka diazepam diberikan peroral dengan frekuensi
pemberian setiap 3 jam.
" Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernapasan, sianosis.
" Nutrisi
Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring, atau cair. Bila perlu, diberikan melalui pipa
nasogastrik.
" Menghindari tindakan/ perbuatan yang bersifat merangsang, termasuk rangsangan suara
dan cahaya yang intensitasnya bersifat intermitten.
" Mempertahankan/ membebaskan jalan nafas : pengisapan lendir oro/ nasofaring secara
berkala.
" Posisi/ letak penderita diubah-ubah secara periodik.
" Pemasangan kateter bila teriadi retensi urin.
PENYULIT
! Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
! Pneumonia aspirasi
! Kardiomiopati
! Fraktur kompresi
KONSULTASI
! Dokter Gigi
! Dokter Ahli Bedah
! Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan
! Dokter Ahli THT
! Dokter Ahli Anestesi
JENIS PELAYANAN
Rawat segera, bila diperlukan, rawat di ICU
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum/ residen, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
minggu 1 bulan
PROGNOSIS / LUARAN
! Angka kematian tinggi bila
" Usia tua
" Masa inkubasi singkat
" Onset periode yang singkat
" Demam tinggi
" Spasme yang tidak cepat diatasi
! Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml IM.
TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval waktu 4 6 minggu.
MALARIA SEREBRAL
KRITERIA DIAGNOSIS
Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering disebabkan oleh P. falciparum. Diagnosis
ditegakkan pada penderita malaria (terbukti dari pemeriksaan apus darah) yang mengalami
penurunan kesadaran (GCS < 7) disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apus darah tebal : ditemukan parasit malaria
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
TERAPI
Antimalaria : Kinin dihidroklorida lV
Terapi suportif : antikonvulsan
antipirektika
penanganan hipoglikemia
menjaga keseimbangan cairan dan etektrolit
Pencegahan : Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum perjalanan ke daerah endemis
PENYULIT
Hipoglikemia, Asidosis, Edema paru, Syok hemodinamik, Gagal ginjal
KONSULTASI
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA RAWAT
Tergantung klinis
PROGNOSIS
Sequele jangka panjang : Ataksia, buta kortikal, kejang, hemiparesis
SINUS TROMBOFLEBITIS
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : adalah infeksi sinus venosus intrakranial yang disebabkan berbagai bakteria. Biasanya
berasal dari penjalaran infeksi sekitar wajah atas (furunkel) dan kepala (luka, mastoiditis dll).
Gejala tergantung sinus venosus mana yang terkena. Pada trombosis sinus cavernosus, bisa
didapat oftalmoplegi dan khemosis. Pada sinus sagitalis trombosis bisa didapat paraplegi.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : gambaran infeksi umum dan leukositosis.
Pemeriksaan penunjang lain : cari sumber infeksi wajah atau kepala
DIAGNOSIS BANDING
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Antibiotika seperti meningitis purulenta
KOMPLIKASI / PENYULIT
Meningitis purulenta
Abses otak
KONSULTASI : -
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Tergantung stadium pengobatan
MENINGITIS KRIPTOKOKKUS / JAMUR
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Diagnosis pasti : pemeriksaan sediaan langsung dan kultur dari CSS.
Predisposisi : gangguan imunitas berat (AIDS, penerima transplantasi jaringan atau sedang dalam
terapi keganasan)
Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi Lumbal : - Profit LCS menyerupai MTB
- Pengecatan Tinta India / Gram terhadap CSS
- Pemeriksaan serologis.
- Kultur Sabauraud.
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis serosa sebab lain
TATALAKSANA
- Terapi kausal : Amfoterisin B dan 5 Floro-sitosin IV (2 minggu) dilanjutkan Flukonazol 200
mg/hari
- Terapi simtomatik / suportif : Disesuaikan keadaan pasien.
PENYULIT
Herniasi
KONSULTASI
Atas indikasi ke Bag Ilmu Penyakit Dalam & Bag. Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat inap di ruang perawatan khusus
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Buruk
Nama Penyakit / Diagnosis
HIV-AIDS Susunan Saraf Pusat
DEFINISI / ETIOLOGI
Deflnisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien yang memenuhi kriteria A dan B
dibawah ini :
A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang menggunakan dua antigen yang
berbeda.
B. Salah satu dari kriteria yang dibawah ini :
1. - Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak diketahui sebabnya.
- Diare kronik selama 2 bulan terus menerus atau periodik.
2. Tuberkulosis milier atau menyebar.
3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan adanya kandidiasis mulut yang
disertai disfagia / odinofagia.
4. Gangguan neurologis disertai gangguan aktifitas sehari-hari, yang tidak diketahui
sebabnya.
5. Sarkoma kaposi.
Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan progresif sehingga setelah bertahun-
tahun tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia sekarang dapat memperpanjang
masa hidup dan kualitas hidup dengan cara memperlambat penurunan sistim imun dan mencegah
infeksi oportunistik. Terdapat variasi yang luas dari respon imun terhadap efek patologik HIV.
Karena itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup dan sehat dalam jangka panjang
sedangkan sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam wakru 10 tahun.
- Etiologi : Virus RNA (Retrovirus)
Patofisiologi infeksi HIV
HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual. Didalam tubuh HIV akan
menginfeksi set yang mempunyai reseptor CD4 seperti sel limfosit, monosit dan makrofag dan
beberapa sel tertentu lain, walaupun tidak mempunyai reseptor CD4 misalnya set-set glia dan sel
langerhans. Secara umum ada dua kelas sel dimana HIV ber-replikasi yaitu di dalam set T limfosit
dan didalam sel makrofag, karena itu disebut T-tropik atau syncytium inducing isolates dan
Makrofag-tropik atau non-syncytium inducing isolates. Isolat M-tropik lebih sering tertular, tetapi
isolat T-tropik terlihat pada 50% dari infeksi HIV stadium lanjut dan menimbulkan progresivitas
penyakit yang sangat cepat. Bahkan diketahui bahwa yang menimbulkan perbedaan tropisme
adalah kadar ko-reseptor yang penting yaitu CXCR4 dan CCR5.
Sebagai akibatnya akan terjadi dua kelompok gejala utama yaitu :
1. Akibat penekanan pada sistim kekebalan tubuh, sehingga mudah terjadi infeksi, kanyeri
kepalaer yang spesifik dan penurunan berat badan yang drastis.
2. Disfungsi neurologik baik susunan saraf pusat maupun susunan saraf perifer.
KRITERIA DIAGNOSIS
- Fase I - Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)
- Fase II - Penurunan imunitas dini (sel CD4 > 500 / l)
- Fase III - Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500 200 / l)
- Fase lV - Penurunan imunitas berat (sel CD4 < 200 / l)
Kriteria diagnosis presumtif untuk indikator AIDS :
a.
Kandidiiasis Esofagus : nyeri retrosternal saat menelan dan bercak putih diatas dasar
kemerahan.
b. Retinitis virus sitomegalo
c. Mikobakteriosis
d. Sarkoma Kaposi : bercak merah atau ungu pada kulit atau selaput mukosa.
e. Pnemonia Pnemosistis Karini : Riwayat sesak nafas/ batuk nonproduktif dalam 3 bulan
terakhir.
f. Toksoplasmosis otak
Pemeriksaan Penunjang:
! Enzym-linked immunosorbent assay (Eliza) dan aglutinasi partikel.
! Western Blot Analysis, indirect immunofluorescence assays (IFA) dan
radioimmunoprecipitation assays (RIPA)
! Biakan darah, urin dan sifilis
! Antigen/ antibody HIV
! Lymphosit cell CD 4 dan CD 8
! Viral load
! Serologi sifilis, antigen kriptokokus
! Lumbal Pungsi
! Pemeriksaan tinta India cairan serebrospinal.
! Brain CT scan , MRI
! Electromyograpky (EMG)
! Memory test
! Roentgen thorax
! Mikroskopis dan biakan dahak.
DIAGNOSIS BANDING
! Massa intrakranial
! TBC
! Polineuropathy kerena penyebab lain
! Demensia karena penyebab lain
TATALAKSANA
Dosis Anti Retroviral untuk ODHA dewasa (Pedoman Nasional 2004)
Gol / Nama obat Dosis
Nucleoside RTI
Abacavir (ABC) 300 mg setiap 12 jam
Didanoside (ddl) 400 mg sekali sehari
250 mg @ 12 jam (BB < 60kg)
Atau 250 mg sekali sehari bila diberi bersama TDF diberi
bersama TDF
Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam atau
300 mg sekali sehari
Stavudine (d4T) 30 mg @ 12 jam (BB < 60 kg)
Zidovudine (ZDV atau AZT) 300 mg @ 12 jam
Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari
Non-nucleoside RTIs
Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevirapine (NVP) 200 mg sekali sehari (14 hari) kemudian 200 mg @ 12 jam
Protease Inhibitors
Indinavir / Ritonavir (IDV/r) 800 mg / 100 mg @ 12 jam
Lopinavir / Ritonavir (LPV/r) 400 mg / 100 mg @ 12 jam
Nelfinavir (NFV) 1250 mg @ 12 jam
Squinavir / Ritonavir (SQV/r) 1000 mg / 100 mg @ 12 jam atau 1600 mg / 200 mg sekali sehari
Ritovanir (RTV/r) Capsule 100 mg
Larutan oral 400 mg / 5 ml
Infeksi Opportunistik
1. Sitomegalovirus pada HIV : Pada funduskopi = Retinitis sitomegalovirus Gansiklovir
5 mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari. Selanjutnya 5 mg/KgBB sekali sehari
dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100 sel/ml.
2. Ensefalitis Toksoplasma
Pirimetamin 50-75 mg perhari dengan Sulfadiazin 100 mg/KgBB/ hari
Asam Folat 10-20 mg perhari
Atau :
Fansidar 2-3 tablet per hari dan Klindamisin 4 x 600 mg perhari
Disertai leukovorin 10 mg perhari.
(Fansidar mengandung : Pirimetamine 25 mg + Sulfadoksin 500 mg) Untuk mencegah
kekambuhan : Kotrimoksazol 2 tab perhari.
3. Meningitis Cryptoccocus
Terapi primer fase akut : Amfoterisin B 0,7 mg/kgBB/hari iv 2 minggu.
Selanjutnya Fluconazale 400 mg per hari peroral selama 8-10 minggu.
Terapi pencegahan kekambuhan :
Fluconazole 100 mg perhari seterusnya selama jumlah sel CD4 masih dibawah 300 sel/mL
(Flow chart sesuai grafik gambar di belakang)
Antiretroviral rekomendasi WHO 2004
ARV first line :
d4T / 3TC / NVP (Stavudin / Lamifudin / Nevirapin)
d4T / 3TC / EFV (Stavudin / Lamifudin / Efavirens)
AZT / 3TC / NVP (Zidovudin / Lamifudin / Nevirapin)
AZT / 3TC / EFV (Zidovudin / Lamifudin / Efavirens)
PENYULIT / KOMPLIKASI
1. Drug toxicity
2. AIDP
3. CIDP
4. Mononeuropathy
5. Focal brain lesions
6. Distal Symmetric Polineuropathy
7. Inflammatory demyelinating polyneuropathy
8. Progressive polyradiculopathy
9. Mononeuritis multiplex
10. Spinal cord syndrome / vacuolar myelopathy
KONSULTASI :
Pokja HIV-AIDS RS Setempat, VCT Clinic
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap dan Rawat Jalan
TENAGA STANDAR :
Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Dalam, Perawat Terlatih
PROGNOSIS :
Angka kekambuhan tinggi
Angka kematian tinggi
Gambar 1 : Algoritme penatalaksanaan keluhan intraserebral pada penderita HIV/AIDS
Keluhan Intraserebral
MRI
CT Scan
Meningeal
enhanceme
Normal
Atrofi
Hidrosefalus
Lesi desak
ruang
Evaluasi CSF
Positif
Negatif
Observasi
Terapi
sesuai
Shunt
(kalau perlu)
Efek
massa (-)
Lesi massa
Gambar 2*
Gambar 2 : Algoritme penatalaksanaan lesi massa intracranial pada penderita HIV / AIDS
Steroid ?
+ -
Ancaman
Herniasi
Ya tidak
Lesi Masa Intrakranial
Alert-lethargic
Stabil
Stupor-coma
Perburukan cepat
Massa besar dengan
resiko herniasi
Lesi multipel
Lesi tunggal
Serologi
Toksoplasma
Obat
antitokplasma
Perbaikan
Obat Antitoksoplasma
seumur hidup
Biopsi
Stereotaktik
Terapi sesuai
etiologi
Dekompresi
biopsi terbuka
DEMENSIA ALZHEIMER
ICD F.00
DEFINISI DEMENSIA:
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan
deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari.
KRITERIA DIAGNOSIS
Probable Demensia Alzheimer
Demensia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan tes neuropsikologi (algoritma
penanganan demensia, MMSE, CDT, ADL, IADL, FAQ, CDR, NPI, Skala Depresi Geriatrik, Trial
Making test A dan B terlampir)
Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi terutama perburukan memori yang disertai
gangguan kognisi lain yang progresif
Tidak terdapat gangguan kesadaran
Awitan (onset) antara usia 40-90 tahun, sering setelah usia 65 tahun
Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit otak sebagai penyebab gangguan memori
dan fungsi kognisi yang progresif tersebut
Possible Demensia Alzheimer
Penyandang sindroma demensia tanpa gangguan neurologis, psikiatris dan gangguan sistemik
lain yang dapat menyebabkan demensia
Awitan, presentasi atau perjalanan penyakit yang bervariasi dibanding demensia Alzheimer
klasik
Pasien demensia dengan komorbiditas (gangguan sistemik/ gangguan otak sekunder) tetapi
bukan sebagai penyebab demensia
Dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian bila terdapat suatu defisit kognisi berat,
progresif bertahap tanpa penyebab tain yang teridentifikasi.
KLINIS
Awitan penyakit perlahan-lahan
Perburukan progresif memori (jangka pendek) disertai gangguan fungsi berbahasa (afasia),
ketrampilan motorik (apraksia), dan persepsi (agnosia) dan perubahan perilaku penderita yang
mengakibatkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
Bisa didapatkan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa Kelainan neurologis lain pada
tahap lanjut berupa gangguan motorik seperti hipertonus, mioklonus, gangguan lenggang jalan
(gait), atau bangkitan (seizure)
Gejala penyerta lain berupa depresi, insomnia, inkontinensia, delusi, ilusi, halusinasi,
pembicaraan katastrofik, gejolak emosional atau fisikal, gangguan seksual, dan penurunan
berat badan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radioimaging :
CT sken : Atrofi serebri terutama daerah temporal dan parietal
MRI : Atrofi serebri dan atrofi hipokampus
SPECT : Penurunan serebral blood flow terutama di kedua kortek temporoparietal
PET : Penurunan tingkat metabolisme kedua kortek temporoparietal
Laboratorium :
Urinalisis
Elektrolit serum
Kalsium
BUN
Fungsi hati
Hormon tiroid
Kadar asam Folat dan Vitamin B 12
Absorpsi antibodi treponemal flouresen pemeriksaan HIV pada pasien resiko tinggi
Pemeriksaan cairan otak untuk biomarker
EEG
Stadium awal : gambaran EEG normal atau aspesifik
Stadium lanjut : dapat ditemukan perlambatan difus dan kompleks periodik
BAKU EMAS (PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI) :
Ditemukan neurofibrillary tangles dan senile plaque
DIAGNOSA BANDING
Demensia Vaskuler
Demensia Lewi body
Demensia lobus frontal
Pseudodemensia (depresi)
PENATALAKSANAAN
Farmakotogi
Simptomatik :
# Penyekat Asetilkolinesterasa:
" Donepezil HCl tablet 5 mg, 1 x 1 tablet / hari
" Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2 x 1,5 mg sampai maksimal 2 x
6 mg
" Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2 x 4 mg sampai maksimal 2 x 16
mg
Gangguan perilaku :
# Depresi :
" Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama) : Sertraline tablet 1 x 50 mg, Flouxetine
tablet 1 x 20 mg
" Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors : Reversible MAO-A inhibitor (RIMA) :
Moclobemide
# Delusi / halusinasi / agitasi
" Neuroleptik atipikal
o Risperidon tablet 1 x 0,5 mg - 2 mg / hari
o Olanzapin
o Quetiapin tablet : 2 x 25 mg 100 mg
" Neuroleptik tipikal
o Haloperidol tablet : 1 x 0,5 mg 2 mg / hari
Non Farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
Fasilitasi aktivitas
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
Penanganan gangguan perilaku
Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga (menyanyi, ibadah, rekreasi dll)
Menghindari tugas yang kompleks.
Bersosialisasi
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak / ragu-ragu seperti presentasi klinik spesifik atau
terdapat progresitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua.
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmokologi spesiflk.
JENIS PELAYANAN
Poliklinik konsultatif
TENAGA
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
DEMENSIA VASKULER
ICD E01
DEFINISI:
Demensia Vaskuler (VaD) meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oteh gangguan
serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan sampai paling berat dan
meliputi semua domain, tidak harus prominen gangguan memori.
Dalam pembagian klinis dibedakan atas:
I. VaD pasca stroke / Post stroke demensia
Demensia infark strategik
MID (Multiple infark dementia)
Perdarahan intraserebral
II. VaD subkortikal
Lesi iskemik substansia alba
Infark lakuner subkortikal
Infark non takuner subkortikal
III. AD + CVD (VaD tipe campuran)
KRITERIA DIAGNOSIS VAD
PROBABLE VAD PASCA STROKE
1. Adanya demensia secara klinis dan test neuropsikologis (sesuai dengan demensia Alzheimer)
2. Adanya penyakit serebrovaskuler (CVD) yang ditandai dengan :
Defisit neurologik fokal pada pemeriksaan fisik sesuai gejala stroke (dengan atau tanpa
riwayat stroke)
CT sken atau MRI adanya tanda-tanda gangguan serebrovaskuler
3. Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas (1 atau lebih keadaan dibawah ini)
Awitan demensia berada dalam kurun waktu 3 bulan pasca stroke
Deteriorasi fungsi kognisi yang mendadak atau berfluktuasi, defisit kognisi yang progresif
dan bersifat stepwise.
PROBABLE VAD SUBKORTIKAL
1. Sindroma kognisi meliputi :
Sindroma Diseksekusi: Gangguan formulasi tujuan, inisiasi, perencanaan,
pengorganisasian, sekuensial, eksekusi, set-shifting, mempertahankan kegiatan dan
abstraksi
Deteriorasi fungsi memori sehingga terjadi gangguan fungsi okupasi kompleks dan sosial
yang bukan disebabkan oleh gangguan fisik karena stroke
2. CVD yang meliputi :
CVD yang dibuktikan dengan neuroimaging
Riwayat defisit neurologi sebagai bagian dari CVD : hemiparese, parese otot wajah, tanda
Babinski, gangguan sensorik, disartri, gangguan berjalan, gangguan ekstrapiramidal yang
berhubungan dengan lesi subkortikal otak
KLINIS :
a. Episode gangguan lesi UMN ringan seperti drifting, refleks asimetri, dan inkoordinasi
b. Gangguan berjalan pada tahap dini demensia
c. Riwayat gangguan keseimbangan, sering jatuh tanpa sebab
d. Urgensi miksi yang dini yang tidak berhubungan dengan kelainan urologi
e. Disartri, disfagi dan gejala ekstrapiramidal
f. Gangguan perilaku dan psikis seperti depresi, perubahan kepribadian, emosi labil, dan
retardasi psikomotor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah : hematologi faktor resiko stroke
Radiologis :
Foto thorak
Radioimaging
Computed Tomography
VaD pasca stroke
o Infark (kortikal dan/atau subkortikal)
o Perdarahan Intraserebral
o Perdarahan subarachnoid
VaD subkortikal
o Lesi periventrikuler dan substansia alba luas
o Tidak ditemukan adanya : infark di kortikal dan kortikolsubkortikal dan infark
watershed; perdarahan pembuluh darah besar; hidrosefalus tekanan normal (NPH)
dan penyebab spesifik substansia alba (multiple sklerosis, sarkoidosis, radiasi otak).
Magnetic Resonance Imaging VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan substansia alba atau multipel lakuner (>5) di substansia gresia
dalam dan paling sedikit ditemukan lesi substansia alba moderat
b. Tidak ditemukan infark di teritori non lakuner, kortiko-subkortikal dan infark watershed,
perdarahan, tanda-tanda hidrosefalus tekanan normal dan penyebab spesifik lesi substansia
alba (mis. multiple sklerosis, sarkoidosis, radiasi otak).
DIAGNOSA BANDING
Demensia Alzheimer (dengan menggunakan Hachinski score/ terlampir)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler
Terapi simptomatik terhadap gangguan kognisi simptomatik :
Penyekat Asetilkolinesterase:
i. Donepezil Hcl tablet 5 mg, 1 x 1 tablet / hari
ii. Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2 x 1,5 mg sampai maksimal 2 x
6 mg
iii. Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2 x 4 mg sampai maksimal 2 x
16 mg
Gangguan perilaku :
Depresi :
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama) : Sertraline tablet 1 x 50 mg, tablet 1 x
20 mg, Flbuxetine tablet 1 x 20 mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors: Reversible MAO-A inhibitor
(RIMA) : Moclobemide
Delusi/ halusinasi/ agitasi
Neuroleptik atipikal
Risperidon tablet 1 x 0,5 mg 2 mg / hari
Olanzapin
Quetiapin tablet : 2 x 25 mg 100 mg
Neuroleptik tipikal
Haloperidol tablet : 1x 0,5 mg 2 mg / hari
Non farmakolo$is
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
Fasilitasi aktivitas
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ ragu-ragu seperti presentasi klinik spesifik atau
terdapat progresitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua.
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmokologi spesifik.
RUJUKAN
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
JENIS PELAYANAN :
Poliklinik konsultatif
TENAGA :
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN :
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
TUMOR INTRAKRANIAL
ICD C 71
DEFINISI
Massa intrakranial -- baik primer maupun sekunder -- yang memberikan gambaran klinis
proses desak ruang dan atau gejala fokal neurologis.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala tekanan intrakranial yang meningkat :
% Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesic
% Muntah tanpa penyebab gastrointestinal
% Papil edema (sembab papil = choked disc)
% Kesadaran menurun / berubah
Gejala fokal :
% True location sign
% False location sign
% Neighbouring sign
Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya massa (SOL)
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos tengkorak
Neurofisiologi : EEG, BAEP
CT Scanning / MRI kepala + kontras
DIAGNOSIS BANDING
Abses serebri
Subdural hematom
Tuberkuloma
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
! Kausal
Operatif
Radioterapi
Kemoterapi
! Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial
Deksamethason
Manitol
Posisi kepala ditinggikan 20 300
! Simptomatik (bila diperlukan dapat dibicarakan) :
Antikonvulsan
Analgetik / anti peretik
Sedativa
Antidepresan bila perlu
! Rehabilitasi medik
PENYULIT / KOMPLIKASI
! Herniasi Otak
! Perdarahan pada Tumor
! Hidrosefalus
KONSULTASI
! Bedah Saraf
! Radiologi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS bila :
! Telah terdapat keluhan dan kelainan saraf yang berat
! Gangguan hormonal dan metabolik
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi).
PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis.
NEURALGIA TRIGEMINAL (TN)
ICD : G50.0
KRITERIA DIAGNOSIS
Serangan nyeri paroksismal, spontan, tiba-tiba, nyeri tajam, superfisial, seperti ditusuk, tersetrum,
terbakar pada wajah atau frontal (umumnya unilateral) beberapa detik sampai < 2 menit, berulang,
terbatas pada > 1 cabang N. trigeminus (N.V).
Nyeri umumnya remisi dalam jangka waktu bervariasi. Intensitas nyeri berat. Presipitasi dapat dari
trigger area (plika nasolabialis dan/ pipi) atau pada aktivitas harian seperti bicara, membasuh
muka, cukur jenggot, gosok gigi (triggerd factors). Bentuk serangan masing-masing pasien sama.
Diantara serangan umumnya asimtomatis. Umumnya tidak ada defisit neurologik.
Klasifikasi TN :
1. TN idiopatik
2. TN simtomatik (lesi primer menekan N.V : tumor, sklerosis multipel)
Pemeriksaan penunjang
MRI pada TN simtomatik, MRA
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri wajah atipikal.
TERAPI
Terapi Farmakologik :
Antikonvulsan : karbamasepin, okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam valproat,
baklofen.
Terapi Non-farmakologik : TENS
Bedah : bila terapi farmaka adekwat gagal
Terapi Kausal : pada TN simtomatik
Catatan : terapi simtomatik sama pada neuralgia yang lain
PENYULIT : -
KONSULTASI
Bag. Bedah saraf (atas indikasi pada TN simtomatik)
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf
PROGNOSIS
TN idiopatik : baik
TN simtomatik : tergantung kausal
NEURALGIA PASCA HERPES
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada area distribusi ruam setelah menderita herpes zoster. Timbul tanpa ataupun dengan
interval bebas nyeri (umumnya satu bulan). Rasa nyeri seperti panas, kesetrum, menyentak, dan
timbul alodinia dan hiperestesi.
KLINIS
Pada area bekas ruam :
Anestesia dolorosa, dengan rangsang raba terasa nyeri (alodinia)
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI
Populasi serabut saraf bergeser, banyak mengandung serabut saraf diameter kecil yang tidak
bermielin dan bermielin dan hilangnya serabut saraf diameter besar. Atropi kornu dorsalis medula
spinalis.
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
Antikonvulsan : gabapentinoid, karbamasepin, fenitoin, Na valporat
Lain-lain : Meksiletin, klonidin
Topikal : Krim kapsaisin, jeli lidoderm, aspirin dalam kloroform
Nonmedikamentosa :
TENS
Ice-pack
Terapi behaviour
Pada Nyeri Zoster Akut :
Asetaminofen , NSAID, ketorolak, tramadol
Kombinasi amitriptilin dan flufenasin
Infiltrasi ruam : triamsinolon 0,2 % dalam NaCI 0,9 %
PENCEGAHAN NPH
Asiklovir 5 dd 800 mg/ hari (dimulai dalam 72 jam awitan ruam zoster) selama 7-10 hari.
KONSULTASI
Bag. Kulit Kelamin
JENIS PELAYANAN
Instalasi Rawat jalan
TENAGA
Dokter umum, Dokter Spesialis Saraf\
LAMA PERAWATAN : -
NYERI PUNGGUNG BAWAH
ICD : M54
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah
dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di
daerah punggung bawah (referred pain).
KLINIS
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya (red flags)
neoplasma / karsinoma
infeksi
fraktur vertebra,
sindrom kauda ekwina
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifiK
Sekitar > 90 % NPB akut atau kronik (> 3 bulan) merupakan NPB non-spesifik
LABORATORIUM
Atas indikasi :
- laju endap darah
- darah perifer lengkap
- C reaktif protein (CRP)
- faktor rematoid
- fosfatase alkali / asam
- kalsium, fosfor serum
- urinanalisa
- likwor serebrospinal
NEUROFISIOLOGI
Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan sindroma radikuler dan mungkin NPB dengan
tanda bahaya :
- Kecepatan hantar saraf (NCV) : MNCV dan SNCV
- Elektromiografi (EMG)
- Respon lambat : gelombang F dan reflek H
- Cetusan potensial somato-sensorik (SEP)
- Cetusan potensial motorik (MEP)
NEURORADIOLOGI
- Foto polos : tidak rutin, terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang
- Mielografi.
- Computer Tomography scan. (CT-scan)
- Mielogram CTscan.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI-ANATOMI
Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya
DIAGNOSIS BANDING:
Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Kausal : terutama kasus NPB dengan tanda bahaya (red flags)
NPB AKUT :
Medikamentosa
" Asetaminofen, ASA, NSAID
" Relaksan otot : eperison, tizanidin, diazepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : - Reassurance,
- Kembali aktivitas normal dini dan bertahap,
- Mengenal dan menanangani Yellow flags (faktor biop-sikososial)
- Heat-wrap therapy
Tindakan : Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma radikuler
NPB KRONIK
Medikamentosa : antidepresan, antikonvulsan.
Nonmedikamentosa :
- Edukasi
- Terapi Perilaku
- Intensive exercise therapy
PENYULIT
Terutama pada NPB dengan tanda bahaya (red flags) dan NPB dengan sindroma radikuler
KONSULTASI :
Bag. Ortopedi
Bag. Bedah saraf
Unit Rehabilitasi Medik
Psikologi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat Inap
TENAGA
Dokter umum : NPB nonspesifik
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN
Lama rawat 0-3 hari pada NPB nonspesifik
SINDROMA TOLOSA-HUNT
ICD: G.52.8
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai dengan paralisis salah satu atau
lebih dari N.III, N.IV, dan N.VI serta nyeri di daerah N.V1 dan 2. Dapat sembuh spontan tetapi
dapat relaps kembali.
Dihubungkan dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, kontinyu atau intermiten tanpa faktor
pemicu.
KLINIS
- Nyeri unilateral episodik di daerah orbita dan area N.V1,2 8 minggu bila tanpa pengobatan
- Penglihatan ganda, juling
- Parese N.III, N.IV, N.VI
LABORATORIUM : -
RADIOLOGi
MRI : terutama untuk eksklusi penyebab lain
GOLD STANDAR : -
PATOLOGI ANATOMI
Jaringan granuloma di sekeliling A.karotis interna bagian intrakavernosus
DIAGNOSIS BANDING :
- Lesi vaskuler : aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL) / tumor di fissura orbitalis superior, area parasela, fossa posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Nonmedikamentosa : -
PENYULIT : -
KONSULTASI
Bag. Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat inap
TENAGA
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN
Sesuai lama pemberian steroid dan diagnostik
NYERI NEUROPATI DIABETIKA
ICD : G63.2, G59
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Neuropati Diabetika ditandai dengan rasa terbakar, ditusuk, ditikam, kesetrum, disobek,
diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang dalam kantong,
hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan > 50 % penderita diabetes lama menderita neuropati diabetika
KLINIS
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
- Tes Laseque, Reverse Laseque, tes Tinel, tes Phalen
- Tes saraf otonom
LABORATORIUM
Kadar gula darah :
Plasma Vena Sewaktu : > 200 mg / dl. Puasa : > 140 mg / dl dl. 2 jam PP : > 200 mg / dl
Darah kapiler : > 200 mg / dl > 120 mg / dl > 200 mg / dl
HbA1c
NEUROFISIOLOGI
Indikasi terutama adanya gejala dan tanda otonom murni atau hanya ada nyeri
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSA BANDING :
Neuropati oleh sebab lain selain DM
PENATALAKSANAAN
Kausal
Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar HbA1c dipertahankan 7%
Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik : meksiletin
- Topikal : krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa :
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS
PENYULIT
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
KONSULTASI
Bag. penyakit dalam
PERAWATAN
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN
Tergantung kasus
SINDROMA TEROWONGAN KARPAL
ICD : G56.0
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel syndrome/ CTS ) berupa kesemutan,
rasa terbakar dan baal di jari tangan I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV terutama malam
atau dini hari akibat jebakan N. Medianus di dalam terowongan karpal. Pada keadaan berat rasa
nyeri dapat menjalar kelengan atas dan atrofi otot tenar.
KLINIS
Tes Provokasi : tes Tinel, tes Phalen, tes Wormser (Reverse Phalen) positif
LABORATORIUM
Atas indikasi. Sesuai dengan penyakit medik yang mendasarinya : Laju Endap darah, Gula darah,
Rhematoid factor, Asam urat
NEUROFISIOLOGI
Studi Konduksi Saraf (NCV)
RADIOLOGI
Foto polos pergelangan tangan, MRI
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Suntikan lokal (steroid dan anestesi)
Analgetik ajuvan
Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerakan berulang pergelangan tangan Immobilsasi, splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam 6 bulan atau nyeri membandel STK akut dan berat
PENYULIT : -
KONSULTASI
Atas indikasi, Bag. Bedah
PERAWATAN
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN : -
NYERI SENTRAL
ICD ; R52.1
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri spontan berupa rasa panas seperti terbakar, diiris, ngilu, tersobek, ditusuk jarum, disestesi
dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan sensorik lesi susunan saraf pusat seperti
pada sklerosis multipel, pasca stroke, siringomieli, mielopati toksik, infeksi SSP kelainan
degenerasi. Nyeri sedang sampai berat dan sering diperburuk bila melakukan aktivitas ringan,
aktivitas viseral seperti berkemih, perubahan cuaca dan stres emosional.
KLINIS
Riwayat / ditemukan lesi di otak atau medula spinalis
Biasanya ada defisit neurologik
Nyeri umumnya spontan, kontinyu dan meningkat bertahap
LABORATORIUM
Darah rutin
Cairan likuor serebrospinalis
NEUROFISIOLOGI
Evoked Potensial
Quantitative Sensory Testing
RADIOLOGI
Foto polos
Mielografi- CT scan, CT scan
MRI, MRA
DIAGNOSIS BANDING :
Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behaviour
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
PENYULIT : -
KONSULTASI :
Bag. Bedah Saraf bila diputuskan tindakan bedah
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
TENAGA :
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN :
Tergantung etiologi
MIGREN
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Migren tanpa aura (G43.0) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan manifestasi
serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai. sedikitnya 2 karakteristik berikut :
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik.
b. Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah, fotofobia dan
fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Migren dengan aura (G43.1) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan nyeri kepala berulang yang didahului gejala
neurologi fokal yang reversibel secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari
60 menit.
b. Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini yang reversibel seperti : gangguan visual,
gangguan sensoris, gangguan bicara disfasia.
c. Paling sedikit dua dari karakteristik berikut :
1. gejala visual homonim dan / atau gejala sensoris unilateral.
2. paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan / atau jenis aura
yang lainnya > 5 menit.
3. tiap gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit
d. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Status Migrenous (G43.2):
a. Serangan migren dengan intensitas berat yang berlangsung > 72 jam (tidak hilang dalam
72 jam).
b. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi, untuk
menyingkirkan penyebab sekunder).
Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Gold Standard : kriteria diagnostik nyeri kepala kelompok studi nyeri kepala perdossi
2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksik, gangguan
metabolik / elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural hematom, neoplasma, dll
3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia
TATALAKSANA
1. Hindari faktor pencetus
2. Terapi abortif :
- Nonspesifik : analgetik I NSAIDs, Narkotik analgetik, adjunctive therapy (mis :
metoklopramide)
- Obat spesifik : Triptans, DHE, obat kombinasi (mis : aspirin dengan asetaminophen
dan kafein), obat gol.ergotami.
- Bila tidak respon : Opiat dan analgetik yang mengandung butalbital.
Algoritme Penanganan Status Migren
PENYULIT
adanya penyakit penyerta misalnya stroke, infark miokard, epilepsi ansietas, penderita hamil (efek
teratogenik).
KONSULTASI
tergantung kasus: interna, THT, mata, gigi mulut, psikiatri.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan respon terhadap
pengobatan).
Status Migren
JK obat bebas gagal / tdk terobati JK obat anti migren gagal /
Jk muntah shg dehidrasi terobati
Muntah (-)
Muntah (+)
MRS
Tx dg po, nasal, rectal, SC
DHE inj / intranasal (jk tx
kontra indiks dg po, rectal
atau inj phenothiazine/
metoklopramide
Kontrol, inj metoklopramide /
rectal / inj phenothiazine +
inj nasal / rectal triptan atau
inj narkotik jk di atas gagal
Rehidrasi, kontrol muntah dg
inj-phenothiazine/metoklo
pramide
Abortif
Penggunaan triptan parental
bisa diberikan tanpa ergot di
24 jam. Diulang 3x per
24jam jk diperlukan dan tdk
hilang
DHE 8-12 jam
sesudah dosis
terakhir dari triptan
TENSION-TYPE HEADACHE (TTH)
ICD : G44.2
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi untuk menyingkirkan
penyebab sekunder)
Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder).
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi Nxeri kepala Perdossi 2005
yang diadaptasi dari I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik :
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksik, gangguan
metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Nyeri kepala servikogenik
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin
5. Antiansietas : got. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol-diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
Terapi fisik
PENYULIT
rebound headache (efek paradoksikal obat analgesik), adanya penyakit penyerta seperti ansietas,
depressi yang dapat memperberat atau menyebabkan TTH.
KONSULTASI
tergantung kasus : interna, THT, gigi mulut, psikiatri
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter REsiden, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
PROGNOSIS
Baik
NYERI KEPALA KLASTER
G44.0
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat hebat sekali di
orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral, berlangsung 15-180 menit bila tak
diobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :
dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Laboratorium : darah rutin
Radiologi : CT-scan/MRI (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria diagnosis Nyeri Kepala Kelompok studi Nyeri kepala Perdossi 2005
yang diadaptasi dari I H S (Intrenational Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma kelenjar pituitari, aneurisma
arteri karotis, kanker nasofaring.
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Serangan akut (terapi abortif) :
1. Inhalasi 02 100% (masker muka) 7 l/menit selama 15 menit
2. Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3. Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24 jam.
4. Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
5. Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
6. Indometasict (rektal suppositoria)
7. Opioids
8. Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%
9. Gabapentin atau topiramat
10. Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes saputangan dan inhale selama
beberapa detik.
Tindakan : - Penyuntikan dan blokade saraf
- Operatif pada intraktabel
PENYULIT
self-injury, efek samping pengobatan, potensi penyalahgunaan medikamentosa (drug abuse),
medication overuse headache.
KONSULTASI
Bedah saraf atas indikasi
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA
Dokter Special Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
4.1. Nyeri kepala Akut Pasca Trauma
G44.880
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Nyeri kepala, tidak khas
a. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala terjadi dalam 7 hari setelah trauma kepala
atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali.
b. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma kepala.
4.2. Nyeri kepala Kronik Pasca Trauma
(G44.3)
a. Nyeri kepala, tidak khas
b. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala timbul dalam 7 hari sesudah trauma atau
sesudah kesadaran penderita pulih kembati
c. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan setelah trauma kepala
" Laboratorium : darah rutin, kimia darah, LCS (atas indikasi)
" Radiologi : Foto tengkorak, Neuromaging CT scan/ MRI
" Gold Standard : Kriteria diagnostic Nyeri Kepala Kelompok studi Nyeri kepala Pardossi
2005 yang diadaptasi dari kepala HIS (International Headache Society)
" Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksis, gangguan
metabolic/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Peredaran Intrakranial (subdural, subarahnoid, intrkranial)
3. Psikosomatis.
TATALAKSANA
Medikamentosa : tergantung jenis/tipe nyeri kepala
Tindakan : atas indikasi
PENYULIT
Kelainan struktural di otak
KONSULTASI
Tergantung kasus : Bedah, Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat Inap.
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
5. NYERI KEPALA YANG BERKAITAN DENGAN SUATU SUBSTANSI
ATAU PROSES WITHDRAWALNYA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Nyeri kepala akibat induksi Monosodium Glutamat (G44.83)
a. Nyeri kepala dengan paling tidak satu karakteristik di bawah :
1. Bilateral
2. Lokasi fronto-temporal
3. Diperberat aktivitas fisik.
b. Mengkonsumsi MSG
c. Nyeri kepala timbul satu jam setelah mengkonsumsi MSG
d. Nyeri kepala sembuh 72 jam setelah mengkonsumsi sekali saja.
Nyeri kepala akibat induksi Kokain (G44.83)
a. Nyeri kepala dengan sekurang
-
kurangnya satu karakteristik di bawah ini:
1. Bilateral
2. Lokasi frontotemporal
3. Berdenyut
4. Diperberat dengan aktivitas fisik.
b. Pengguna Kokain
c. Nyeri kepala timbul satu jam setelah menggunakan kokain
d. Nyeri kepala sembuh dalam 72 jam setelah penggunaan sekali/pertama
Laboratorium : Darah rutin, kimia darah, urine, tes Narkoba.
Radiologi : Atas indikasi menyingkirkan penyebab lain
Gold Standar : Kriteria diagnostikNyerikepalaKelampokstudi Nyeri Kepala Perdossi 2005
yang, diadaptasi dari I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksik, gangguan
metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Migren
3. TTH
4. Psikosomatis
TATALAKSANA
Terapi nyeri kepala oleh karena MSG sama seperti nyeri kepala migren.
1. Preventif : hindari makanan yang mengandung MSG
2. Non Spesifik : - analgetik : parasetamol, asam asetil salisilat, NSAIDs
- Isometheptene
- antiemetik : domperidon, metoklopramid
3. Spesifik : Triptans
Terapi nyeri kepala akibat induksi kokain:
1. Simptomatis (analgetik)
2. Dopamin agonis
3. Betabloker
4. Terapi behaviour
PENYULIT
Gangguan psikiatri
KONSULTASI
Bagian psikiatri bila diperlukan
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Umum, Perawat.
Lama Perawatan :
Tergantung kondisi klinis
6. NYERI KEPALA YANG BERKAITAN DENGAN KELAINAN KRANIUM,
LEHER, MATA, TELINGA, HIDUNG, SINUS, GIGI, MULUT ATAU
STRUKTUR FACIAL ATAU KRANIAL LAINNYA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Nyeri Kepala Servikogenik (Cervicogenic headache) (G44.841)
a. Deskripsi :
1. Nyeri kepala atau muka unilateral dan menetap atau bilateral
2. Lokasi nyeri pada oksipital, frontal, temporal atau orbital
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Serangan intermitten nyeri beberapa jam sampai beberapa hari, nyeri konstan atau nyeri
konstan yang disertai dengan serangan nyeri.
5. Nyeri kepala biasanya terasa dalam dan tidak berdenyut, nyeri akan berdenyut jika
disertai serangan migren.
6. Nyeri, kepala dicetuskan oleh gerakan leher, postur tertentu dari leher, penekanan
dengan jari pada suboksipital, daerah C2, C3 atau C4 atau di atas daerah nervus
oksipitalis; valsava, batuk, bersin juga dapat merupakan pemicu CH.
7. Pengurangan gerakan leher baik aktif maupun pasif; kaku kuduk.
8. Tanda dan simptom ikutan dapat menyerupai dengan migren yaitu berupa nausea,
vomitus, fotofobia, dizziness; dan penglihatan kabur ipsilateral, lakrimasi dan kemerahan
pada konjungtiva, atau nyeri tengkuk, bahu, lengan.
b. Nyeri bersumber dari daerah tengkuk/leher, dapat menyebar ke depan lebih dari 1 regio
kepala dan wajah
c. Terbukti secara klinik, laboratorium, dan imaging adanya gangguan atau lesi di servikal spinal
atau jaringan ikat di daerah leher yang bisa dianggap penyebab nyeri kepala.
d. Adanya bukti kaitan nyeri dengan kelainan di leher atau lesi lain di leher yang paling tidak
satu kriteria di bawah ini :
1. menunjukkan gejala klinik adanya sumber nyeri di leher
2. nyeri kepala akan menghilang setelah dilakukan blokade memakai plasebo atau zat
lainnya terhadap struktur servikal atau saraf-saraf servikal.
3. Nyeri akan berkurang dalam 3 bulan sesudah keberhasilan pengobatan terhadap
penyebab.
Laboratorium Radiologi : Darah rutin, kimia darah
Radiologi : Rontgen foto servikal, MRI atas indikasi (menyingkirkan penyebab
lain).
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi Nyeri kepala Perdossi
2005 yang diadaptasi dari I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor Fossa posterior
2. Chiari malformation
3. AVM (intrakranial atau perispinal)
4. Vasculitis (giant cell arteritis)
5. Vertebral artery dissection
6. Cervical spondylosis atau arthropathy
7. Herniated cervical disk
8. Spinal nerve compression atau tumor
TATALAKSANA
Medikamentosa :
- antidepressan trisiklik
- obat anti epilepsy
- relaksan otot
- NSAID
Tindakan: Blokade anestesi , operasi sesuai indikasi
PENYULIT
Adanya kelainan struktural di leher
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
7. NEURALGIA KRANIAL DAN PENYEBAB SENTRAL NYERI FASIAL
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Neuralgia Trigeminal Klasik (G44.847)
a. Serangan nyeri paroksismal beberapa detik sampai dua menit melibatkan satu atau lebih
cabang N. Trigeminus
b. Memenuhi-paling sedikit satu karakteristik berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
d. Tidak ada defisit neurologik
e. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Neuralgia Trigeminal Simptomatik (G44.847)
a. Serangan nyeri paroksismal selama beberapa detik sampai dua menit dengan atau tanpa
nyeri persisten di antara serangan paroksismal, melibatkan satu atau lebih cabang/divisi
N. Trigeminus.
b. Memenuhi paling sedikit satu karaktgristik nyeri berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
d. Lesi penyebab adalah selain kompresi pembuluh darah, juga kelainan struktural yang
nyata terlihat pada pemeriksaan canggih dan atau eksplorasi fossa posterior.
Neuralgia Oksipital (G44.847)
a. Nyeri yang paroksismal pada daerah distribusi nervus oksipitalis mayor atau minor,
dengan atau tanpa rasa nyeri persisten diantara serangan paroksismal, yang kadang-
kadang diikuti berkurangnya sensasi atau dysaesthesia pada area yang terkena.
b. Nyeri tekan pada saraf yang bersangkutan
c. Nyeri akan berkurang sementara dengan pemberian blokade local anestesi terhadap
saraf yang bersangkutan.
Laboratorium : Darah rutin, kimia darah
Radiologi : CT / MRI atasindikasi (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala Master
3. Gangguan pada Gigi-mulut
4. Nyeri kepala servikogenik
TATALAKSANA
Terapi terhadap neuralgia trigeminal klasik
Medikamentosa : Karbamasepin, Okskarbasepin, Gabapentin, Fenitoin, Lamotrigin, Baklofen
Tindakan : Operasi pada kasus intraktabel
Terapi terhadap Neuralgia trigeminal simptomatik
1. Kausal
2. Terapi farmaka : sama dengan neuralgia trigeminal idiopatik
3. Terapi bedah : menghilangkan kausal seperti angkat tumor
Terapi terhadap Neuralgia Oksipital
1. Analgetik NSAIDs mis : got. Diklofenak
2. Fisioterapi, kompres panas lokal, traksi servikal
3. injeksi lidokain 0,5-2 cc blokade saraf servikal
4. Gabapentin
5. Bedah dekompressi saraf C2 a C3 atas indikasi
PENYULIT
Lesi struktural
KONSULTASI
Bedah saraf (atas indikasi)
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
8. NYERl KEPALA AKIBAT PENGGUNAAN OBAT YANG BERLEBIH
(MEDICATION OVERUSE= MOH)
8.1. Nyeri kepala akibat penggunaan berlebihan analgesik
KRITERIA DIAGNOSTIK
Klinis:
a) Nyeri kepala timbul > 15 hari/bulan diikuti paling sedikit satu dari gejala di bawah ini:
1. Bilateral
2. Kualitas seperti menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitas ringan atau sedang
b) Pemakaian analgesik ringan >15 hari/bulan selama 3 bulan
c) Nyeri kepala makin bertambah buruk selama penggunaan berlebihan analgesik
d) Nyeri kepala membaik atau kembali ke pola sebelumnya dalam waktu 2 bulan setelah
penghentian analgesik.
Laboratorium : Darah rutin, kimia darah,urine.
Radiologi : atas indikasi menyingkirkan penyebab lain
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala Kelompok studi Nyeri Kepala Perdossi
2005 yang diadaptasi dari IHS (International Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS BANDING
1. TTH
2. Psikosomatis
TATALAKSANA :
Medikamentosa & Tindakan
PENYULIT :
Adanya lesi struktural
KONSULTASI :
Psikiatri
JENIS PELAYANAN :
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA :
Dokter Saraf, Dokter Umum, Perawat
LAMA PERAWATAN :
Tergantung kondisi Klinis.
PENYAKIT PARKINSON (ICD: G 20)
DEFINISI :
PENYAKIT PARKINSON : adalah bagian dari parkinsonism yang patologis ditandai dengan
degenerasi ganglia basalis terutama di pars compacta substansia nigra diserta dengan inklusi
sitoplasmik eosinofilik (Lewy's bodies)
PARKINSONISM : adalah sindroma yang ditandai dengan tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya releks postural akibat penurunan dopamine karena beberapa sebab.
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Umum :
- gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson)
- tremor saat istirahat
- tidak didapatkan gejala neurologis lain
- tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologis.
- perkembangan penyakit lambat.
- respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit.
Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat.
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
- kedipan mata berkurang
- wajah seperti topeng
- hipotonia
- hipersalivasi
- takikinesia
- tulisan semakin kecil kecil
- cara berjalan langkah kecil kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motorik lain :
- distonia
- rasa kaku
- sulit memulai gerak
- palilalia
Perjalanan Minis penyakit Parkinson dilihat berdasar tahapan menurut Hoehn dan Yahr
1. Stadium I :
- gejala dan tanda pada satu sisi
- gejala ringan
-
gejala yang timbul mengganggu tapi tidak menimbulkan cacat
- tremor pada satu anggota gerak
- gejala awal dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II :
- gejala bilateral
- terjadi kecacatan minimal
- sikap / cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- gerakan tubuh nyata lambat diri
- gangguan keseimbangan saat berjalan / berdiri
- disfungsi umum sedang
4. Stadium IV:
- gejala lebih berat
- keterbatasan jarak berjalan
- rigiditas dan bradikinesia
- tidak mampu mandiri
- tremor berkurang
5. Stadium V :
- stadium kakeksia
- kecacatan kompleks
- tidak mampu berdiri dan berjalan
- memerlukan perawatan tetap
LABORATORIUM :
Tidak ada
RADIOLOGIS :
CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain
GOLD STANDARD :
Tidak ada
PATOLOGI ANATOMI :
Degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta dan adanya Lewys Body
DIAGNOSIS BANDING:
1. Progresif Supranuc(ear palsy
2. Multiple System Atrophy
3. Corticobasal degeneration.
4. Hutington Disease
5. Primary Pallidal Atrophy
6. Diffuse Lewy Body Disease
7. Parkinson sekunder : Toxic, infeksi SSP, drug induced, vaskuler
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Amantadin
Antikholinergik : Benztropin mesilat, biperidin, trihexyphenidil
Dopaminergik : Carbidopa dan levodopa Benserazide dan levodopa
Dopamin Agonis : Bromokriptin mesilat, pergolide mesilat, pramipexole, rupinirol, lysuride
COMT inhibitor : Entacapone, tolcapone
MAO-B inhibitor : Selegiline, lazabemide
Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam ascorbat,betacaroten
Botulinum toksin
Propanolol.
B. Non medikamentosa :
Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan stimulasi otak
Rehabilitasi medis
Psikoterapi.
PENYULIT :
Fluktuasi obat (fenomena off on)
Hipotensi postural
Perubahan tingkah laku : dementia, depresi,sleep disorder, psikosis
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
Psikiater
JENIS PELAYANAN :
Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Physiatrist
Psikiater
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS :
Biasanya berlangsung kronis progresif.
DISTONIA
DEFINISI :
Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter, terus-menerus,
dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang berulang-ulang sehingga
menyebabkan gerakan / posisi tubuh yang abnormal.
KLASIFIKASI
1. FOKAL : Blepharospasme, Distonia Oromandibular, Distonia Spasmodik, Distonia
servikal, Writer's Cramp.
2. SEGMENTAL : Axial ( leher, tubuh ), satu lengan dan satu bahu, dua bahu, brachial dan
crural.
3. MULTIFOKAL : dua atau lebih dua bagian tubuh yang berbeda.
4. GENERAL : Kombinasi crural distonia dan segmen yang lain
5. HEMIDISTONIA : lengan dan tungkai sesisi.
1. DISTONIA FOKAL PRIMER
1.A. BLEPHAROSPASME :
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Gerakan involunter pada penutupan kedua mata berupa kontraksi spasmodik dari otot
orbikularis okuli di pretarsal, preseptal dan periorbital.
Biasanya disertai distonia dari kelopak mata, paranasal, wajah, bibir,lidah, pharing, laring
dan otot leher.
Blephorospasme dipicu oleh cahaya yang menyilaukan, polusi udara dan air, aktifitas dan
stress. Blepharospasme diawali dengan kontraksi klonik kelopak mata, secara bertahap
memberat sehingga mata tertutup kuat. Kadang penderita mengalami kesulitan
membaca, melihat TV, mengendarai dan aktifitas sehari hari yang melibatkan
penglihatan.
B. LAB : Tidak ada
C. RADIOLOGIS : Tidak ada
D. GOLD STANDARD : Tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : Tidak ada
DIAGNOSIS BANDING : Tidak ada
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Anticholinergic, benzodiazepine, baclofen dan tetrabenasin. Biasanya hasilnya kurang
memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan.
B. Non medikamentosa :
Operasi myectomi atau pemotongan saraf fasial selektif.
Rehabilitasi medis.
PENYULIT : ptosis, ecchymosis, dip(opia, ectropion, blurred vision, dry eyes.
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN :
Poliktinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Psychiatrist
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS :
Sulit disembuhkan.
1.B. DISTONIA OROMANDIBULER
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Gerakan involunter berupa spasme pada dagu, mulut dan otot lidah sehingga dagu
menutup rapat, gigi tergigit rapat, trismus dengan akibat kerusakan gigi, sendi tempo
romandibular. Adanya gerakan involuntary pada lidah menyebabkan kesulitan mengecap,
berbicara dan mencucu.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING :
1. Hemimasticatory spasm
2. Hemifacial spasm
3. Temporomandibular syndrome
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Toksin botulinum, Benzodiazepin, Anti cholinergic, Baclofen biasanya kurang bermanfaat.
Non medikamentosa : speech terapy, operasi
PENYULIT : Nyeri lokal, kesulitan mengunyah dan berbicara
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, bedah saraf
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : Sulit disembuhkan
1.C. DISTONIA SERVIKAL
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Tortikolis, rotasi kepala kelateral, laterokolis, retrokolis dan anterokolis.
Sepertiga penderita mengalami scoliosis, nyeri lokal akibat spasme otot dan spondilotik
radikulomyelopati.
Dipicu oleh kondisi stress dan kelelahan.
Kadang disertai dengan tremor tangan dan kepala.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING : distonia karena keracunan obat metoklopramide, neroleptik.
TATALAKSANA :
Medikamentosa : biasanya tidak banyak bermanfaat.
# Obat pilihan : triheksiphenidil, injeksi toksin botulinum.
# Bensodiazepin bisa mengurangi nyeri.
# Haloperidol jangan digunakan karena dapat menyebabkan tardive dyskinesia.
Non medikamentosa :
# Hypnosis, biofeedback, relaksasi, psikoterapi, tusuk jarum, brace.
# Terapi ini tidak banyak membantu.
PENYULIT : distonia generalista
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, psikiater
PROGNOSIS :
20 % remisi spontan, eksaserbasi terjadi beberapa bulan kemudian. Sebagian besar mengalami
distonia sepanjang hidup dan sebagian menjadi distonia generalista.
1.D. DISTONIA LARINGEAL (DISPHONIA SPASMODIK)
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Latar belakang penderita : guru dan penyanyi.
Distonia pada laring menyebabkan 2 tipe kelainan yaitu tipe adductor oleh karena
hiperadduksi korda vokalis dan tipe abductor oleh karena kontraksi m. krikoaritenoid
posterior selama berbicara sehingga abduksi korda vokalis terganggu. Keluhan berupa
suara serak, berat, bergetar.
B. LABORATORIUM : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI: tidak ada
DIAGNOSIS BANDING :
Psychogenic voice disorder, tremor esensial, kelainan korda vokalis, radang korda vokalis.
TATALAKSANA :
A. Medikamentosa : tidak banyak membantu. Toksin botulinum hrs digunakan secara hati hati,
oleh karena dapat menyebabkan aphonia, disfagi
B. Non medikamentosa : terapi vocal, tindakan operasi .
PENYULIT : aphonia dan disfagi
KONSULTASI : Rehabilitasi medis, dr. Bedah leher dan kepala.
JENIS PELAYANAN : rawat jalan dan rawat inap
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
Spesialis Bedah Kepala dan Leher
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : biasanya sulit disembuhkan.
1.E. LIMB DISTONIA
KRITERIA DIAGNOSIS:
A. KLINIS :
Ada 2 bentuk yaitu :
a. idiopatik : biasanya diawali dengan aksi distonia.
b. sekunder :
Oleh karena lesi saraf sentral dan perifer. Gejala biasanya muncul saat istirahat. Gejala
distonia fokal berupa cramp yang berkaitan dengan pekerjaan (graphospasm, Writer's
cramp) pada distonia idopatik sedangkan pada yang sekunder berupa distonia spesifik
yang muncul saat menulis, mengetik,makan, olahraga atau saat bermain musik. Kadang
kadang disertai dengan tremor esensial.
B. LAB : tidak ada
C. RADIOLOGIS : tidak ada
D. GOLD STANDARD : tidak ada
E. PATOLOGI ANATOMI : tidak ada
DIAGNOSIS BANDING : Parkinson dan parkinsonism.
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Trihexyphenidil, benztropin. Biasanya hasilnya kurang memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan.
B. Non medikamentosa :
Operasi.
Rehabilitasi medis.
PENYULIT : segmental atau general distonia.
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN : Poliklinik dan rawat inap.
TENAGA :
Spesial Saraf
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : Sulit disembuhkan.
PENYAKIT HUNTINGTON
DEFINISI :
Penyakit Huntington (PH) adalah penyakit neurodegenerasi progresif genetik autosomal dominan,
yang muncul pada dewasa umur pertengahan. Manifestasi klinis triad adalah movement disorders
(chorea), demensia. Pada PH a (subkortikal demensia) dan gangguan psikiatri atau tingkah laku.
KLINIS :
1. Manifestasi Minis onset tidak pasti (insidious), umur 35-40 tahun, prevalensi 4-8/ 100.000
penduduk, diturunkan secara 100% autosomal dominal (triplet expansi CAG pada chromosom
4).
2. Chorea timbul pada 90% PH adalah gerakan yang tidak disadari, spontan, mendadak,
berlebihan, ireguler, kasar, berubah-ubah arah, random.
3. Dalam perjalanan PH progresif dan memburuk chorea dapat berubah menjadi dystonia,
gambaran Parkinson seperti rigiditas, bradikinesia, gangguan postural, myoclonus, ataxia,
gangguan gerakan mata sakadik lambat, memanjangnya respon latensi, stadium lanjut
dysphagia.
4. Subkortikal demensia pada PH dengan ciri khas bradyphrenia, gangguan atensi dan
sequencing tanpa disertai apraxia, agnosia atau aphasia. Registrasi informasi baru dan
immediate memory dan recall masih utuh, meskipun retrieval recent dan remote momory
terganggu.
5. Gangguan Psikatri dan tingkah laku, kadang psikosis, dengan halusinasi visual dan
pendengaran, mania, apatis, tingkah laku obsesif dan depresi.
LABORATORIUM :
Bila memungkinkan laboratorium genotyping khusus untuk PH (triplet expansi CAG pada
chromosom 4).
RADIOLOGIS :
Pada CT atau MRI terlihat atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi sedang globus
pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus
GOLD STANDARD : tidak ada
PATOLOGI ANATOMI :
Pada PH atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi sedang globus pallidus, kortek,
substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus
DIAGNOSA BANDING, Klasifikasi chorea :
Primary chorea Secondary chorea Others
- Huntington's diseases
- Neuroacanthocytosis - Sydenham's chorea - Metabolic disorders
- Dentato-rubral-pallido- - Drug induced chorea - Vitamine deficiency
luysian atrophy - Immune mediated chorea (B1 dan B12)
- Benign hereditary chorea - Infectious chorea - Exposure to toxin
- Wilson's diseases - Vascular chorea - Paraneoplastic syndromes
- PKAN / Halllerverden- - Hormonal disorders - Postpump
Spatz Syndrome choreoathetosis
- Senile chorea
- Paroxysmal choreoatNetose
TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA :
- Remacide dan Coenzyme Q10 600 mg/hari dapat menghambat progresivitas
- Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan (amitriptylin atau imipramine, nortriptylin),
SSRI (fluoxetine atau sertraline)
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mglhari,
- Dopamine blocking agent
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
- Emosi tak terkontrol, iritabel diberikan Clonazepam, Carbamazepin atau Valproic Acid
ditambah dengan antidepresan.
- Gangguan psikiatri seperti delusion diberikan neuroleptik, haloperidol atau thioridazin
- Psikosis dapat diberikan Quetiapine dan Clozapine
B. TINDAKAN : Tidak ada
PENYULIT :
- Gangguan Psikiatri dan tingkah laku
- Parkinsonism seperti rigiditas, bradikinesia, gangguan postural, dystonia, myoc(onus, ataxia,
dysphaqia
KONSULTASI : Dokter spesialis jiwa
JENIS PELAYANAN :
- Ringan rawat jalan
- Berat rawat inap
TENAGA : Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS :
PH adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif berakhir fatal, Sebab kematian biasanya
aspirasi pneumonia atau trauma sekunder akibat jatuh.
SYDENHAM'S CHOREA
KRITERIA DIAGNOSA :
A. DEFINISI :
Sydenham's chorea (SC) adalah komplikasi lambat dari infeksi AR Haemolytic streptococcal
dan merupakan kriteria mayor acute rheumatic fever, dengan ciri khas chorea, kelemahan otot
dan beberapa gejala neuropsikiatri, akibat penyakit autoimun.
KLINIS :
1. Didahului adanya infeksi A(3 Haemolytic streptococcal ( 20 - 30%)
2. Umur 5-15 tahun
3. Perempuan predominan.
4. Chorea general, simetris, gerakan lebih cepat dibanding chorea dari Huntington
5. Perubahan tingkahlaku , gangguan obsesif-kompulsif dan iritabel
6. Sembuh sendiri 5-16 minggu.
LABORATORIUM :
Kadar ASTO (Anti Streptolisin 0 ) meningkat
RADIOLOGIS : -
MRI lesi di nucleus caudatus dan putamen
PATOLOGI ANATOMI : tidak ada data
DIAGNOSA BANDING :
Secondary chorea
- Sydenham's chorea
- Immune mediated chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders
- Drug induced chorea
- Infectious chorea :
Bacterial
Sydenham's (post streptococcal)
Sub-acute bacteria endocarditis
Neurosyphilis
Tuberculosis
Viral
Measles
Mumps
Influenza
Cytomegalovirus
Subocute sclerosing panencephalitis
Human immune deficiency virus Epstein-Barr virus (mononucleosis)
Borrelia burgdorferi (Lyme disease)
Varicella
Prion
Creutzfeldt-Jakob disease
TATALAKSANA :
A. MEDIKAMENTOSA :
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
B. TINDAKAN : -
KONSULTASI : -
JENIS PELAYANAN : Ringan rawat jalan
TENAGA : Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : sembuh sendiri
TREMOR ESENSIAL
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS :
Tremor Essential (TE) berdasarkan Core And Secondary Criteria (Lihat Tabel)
Kriteria Inti Kriteria Sekunder
- Tremor saat kerja bilateral di tangan dan
lengan bawah
Lama > 3 tahun
- Tidak ada kelainan neurologis lain, kecuali
cogwheel phenomenon
Riwayat keluarga positip
- Tremor kepala dengan / tanpa dystonia Ada respon terhadap alkohol
Onset usia rata-rata TE : 45 tahun Bisa unilateral atau bilateral Tremor bisa meluas sampai
kepala dan leher, kira-kira 50-60% TE mengenai kepala
Tremor suara (Voice Tremor) terjadi pada 30% pasien
TE jarang pada tubuh dan kaki
TE cenderung prpgesif dan sama dengan bertambahnya usia
Alkohol memperbaiki tremor pada 70% pasien selama tidur miring.
Performance test : pasien menulis, menggambar, mengambil benda, minum dengan gelas
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PA : tidak ada keluhan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson, MS, Wilson disease, Huntington
Cerebellar degenerative diseas
Efek samping obat : obat asma, anti depresan
Toksin logam berat : timah, merkuri
Thypoid disease
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Obat Dosis awal Dosis Tx Efek Samping
Propanolol 30 mg/hr 160 - 320 mg/hr Kelelahan, impoten, depresi, sesak
nafas, bradycardia
Primidone 12,5 -25 mg/hr 62,5 - 350 mg/hr Sedasi, nausea, muntah
Gabapentine 300 mg/hr 1200 - 3600 mg/hr Drowsines, kelelahan, nausea, dizzine
sempoyongan
Alprazolam 0,75 mg/hr 0,74 - 2,75 mg/hr Sedasi, kelelahan
To piramate 25 mg/hr 100 - 300 mg/hr Parestesia, BB menurun, batu ginjal
Nimodipine 120 mg/hr 120 mg/hr Hipotensi ortostatik
Theophyllin 150 - 300 mg/hr 15 - 300 mg/hr Insomnia, restlessness, sakit kepala
B. Tindakan
Bedah : continuos deep brain stimulation with electrode implanted pada ventral
intermediate nucleus of the thalamus dan thalamotomy
Physical terapi : speech terapi
PENYULIT
Stres, kopi, alcohol
KONSULTASI :
Bedah
Rehab medik
JENIS PELAYANAN :
Rawat Jalan
TENAGA :
Dokter Spesialis Saraf
Fisioterapis
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : baik
PROGRESSIVE SUPRANUCLEAR PALSY
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS
Usia 50-60 tahun
Gejala meliputi : gangguan keseimbangan (imbalance), gangguan penglihatan, disartri,
disfagi, gangguan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, atau insomnia. Tidak semua
gejala ada pada setiap pasien, tetapi sebagian besar muncul selama perjalanan penyakit.
Biasanya dimulai dengan gangguan visual, gangguan postur dan gaya berjalan yang
tampak pada awal penyakit. Pada fase dini penderita sering tiba tiba terjatuh tanpa
penyebab yang jelas (paroxysmal disequi(brium). Sebagian besar cenderung jatuh ke
belakang, tetapi bisa jatuh ke segala arah.
Ciri khasnya hipokinesia dan rigiditas otot-otot axial dan anggota gerak
Gangguan gerakan ocular pursuit, khususnya kearah bawah, biasanya tampak pada saat
pertama kali memeriksakan diri. Paresis menimbulkan pergerakan kepala pasif
mengaktifkan reflek oculocephalic (supronuc(ear). Pasien kesulitan apabila menuruni
tangga, membaca atau mengambil makanan dari piring.
Gangguan bicara dan menelan, kadang tercekik
Ditemukan horizontal square-wave jerk, saccadic lambat dan hipometrik, dan paresis
gerakan keatas. Paresis lateral gaze terjadi pada tahap lanjut dari penyakit.
Apraxia gerakan kelopak mata dan blepharospasme sering terjadi.\
Tremor jarang ditemukan
Gangguan mental sering ditemukan, sering kali berupa perubahan kepribadian, emotional
incontinence, atau depresi. Demenasia biasanya sama dengan penyakit Labous Frontalis.
Kombinasi disartria, disfagia dan disabilitas menyebabkan kematian karena aspirasi
Respon terapi terhadap levodopa buruk
B. PENUNJANG
MRI otak untuk menyingkirkan dementia multi-infark dan hidrosefalus.
Single photon emission computed tomography (PET) scan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson's disease idiopatik. Sulit dibedakan apabila gerakan bolamata masih normal
Degenerasi corticobasal ganglionic, multiple system atrophy.
Normal pressure hydrocephalus
Multiple cerebral infark
TATALAKSANA
A. Medikamentosa
Terapi PSP masih belum memuaskan. Pada 1/3 pasien Levodopa memperbaiki
bradikinesia dan rigiditas. Bila tidak ditemukan perbaikan motor dengan levodopa, obat di
stop
Amantadin dan amitriptilin, tetapi penggunaannya terbatas karena efek sampingnya.
Zolpidem memperbaiki keseimbangan dan abnormalitas pergerakan balamata
Terapi wicara untuk manajemen disartri dan disfagi.
Blepharospasme memberi respon baik terhadap injeksi toksin botufinum. Mata kering
akibat jarang berkedip diberi lubricant topikal.
B. Tindakan : -
PENYULIT
Aspirasi pneumoni
Mata kering
KONSULTASI : -
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Paru
DEFINISI :
Mioklonus adalah gerakan tidak disadari tiba-tiba, sebentar, jerky, shocklike, akibat kontraksi otot
(positip mioklonik), disebabkan gangguan di CNS timbul di anggota, wajah atau badan.
KLINIS
KLASIFIKASI : berbagai klasifikasi
Berdasarkan distribusi mioklonus : fokal, segmental, general
Berdasarkan neurofisiologi : kortikal, batang otak, spinal
Berdasarkan waktu : ireguler, ritmik, osilatori, mioklonus bisa saat istirahat atau saat kerja
Mioklonus bisa reflektoris atau sensitif terhadap stimulus sensoris atau suara
Marsdens membagi mioklonus :
- Fisiologik - Esensial - Epileptik - Simptomatik
1. Fisiologik mioklonus : timbulnya gerakan mendadak sekelompok otot saat mulai tidur,
biasanya sesudah aktivitas berat, emosi atau stress Hiccup bisa dimasukkan jenis ini.
2. Essentrial Mioklonus : Onset dekade kedua, laki dan perempuan sama, timbul gerakan
mioklonus, saat kerja, hilang saat tidur, meningkat saat emosi.
3. Epileptik Mioklonus : adalah fenomena epilepsy terutama anak-anak, tipe progresif multifokal
atau mioklonus general, ditandai dengan timbulnya kelainan neurologs seperti ataxia,
spastisitas, demensia, tuli.
4. Simptomatik Mioklonus : dihubungkan dengan infeksi, degenerasi, metabolic, toxic,
ecenfalopati.
Klasifikasi berdasar Etiologi dan patologi :
1. Kortikal Mioklonus : lesi di kortek sensorimotor dan cetusan abnormal
a. Lesi fokal kortikal : tumor, angioma, encefalkitis, contoh lesi kortikal : Epilepsia partical
continua. Dapat juga lesi subkortikal seperti : Atropi Multi System, CorticobosalGanglionic
degenerasi
b. Cortikal myoklonus timbul saat gerakan sadar atau stimulasi somatosensoris
2. Mioklonus batang otak : cirinya general dan timbul saat stimulasi suara atau sensoris
kepala / leher
Diawali aktivasi sternokleidomastoid, diikuti otot wajah, masseter baru badan dan anggota
3. Spinal mioklonus : cetusan abnormal dimulai di motor neuron: Spinal mioklonus segmental :
gerakan jerky, berulang-ulang, ritmik, setinggi segmen myelum saat tidur masih timbul 0,5-2
Hz.
4. Palatal mioklonus : lesi di Guillain Mollaret triangle , dekat nukleus dentatus, kontralateral
sentral tegmentum dan oliva inferior, timbul hiperplasia nukleus oliva inferior
Etiologi mioklonus :
1. Drug induced mioklonus :
Antikonvulsan, Levodopa, Lithium, Clozapine, Penicillin, Vigabatrin, Cyclosporin, Tricyclic
Antidepressan, MAO inhibitor.
2. Opsoklonus-mioklonus sindrome :
Viral, Ca Ovarii, Melanoma, Lymphoma, Hipoglikemia
3. Asterixis : Metabolik Ecefalopati (misal Hepatik), Lesi Thalamus, putamen, lobus parietal
4. Kortikal mioklonus : Tumor, angioma, encefalitis
5. Palatal mioklonus : Idiopathic, Stroke, MS, neurodegenerasi
6. Spinal mioklonus : mielopati inflamasi, Cervical spondilosis, Tumor, Ischemik
7. Post Anoxic encefalopati
8. Progressive Myoclonic Ataxia (Ramsay Hunt Syndrome)
9. Trauma
10. Metal Toxic : Mangan, besi
11. MPTP
ELEKTROFISIOLOGI :
1. EMG : untuk menentukan aktivitas otot segmental
2. SSEP
3. MRI otak, spinal
4. Elektron mikroskop pada kulit, konjungtiva dan otot
RADIOLOGIS : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSA BANDING :
- Chorea
- Tics
TATALAKSANA
A. Medika Mentosa:
- Cari faktor etiologi dan diobati
- Klonazepam : 4-10 mg/hr
- Sodium Valproat : 250-4500 mg/hr
- Lisirude
- Asetasolamide (Sindrom Ramsay Hunt)
- Karbamazepin
- Pada post hipoksi mioklonus bisa ditambahkan 5-hidroksi tryptophan dan carbidopa
- Asteriksis ( negative -mioklonus) bisa dipakai ethosuximide dan koreksi metabolit
B. Tindakan : -
PENYULIT : -
KONSULTASI : -
JENIS PELAYANAN : Rawat inap / Jalan
TENAGA : Medis, paramedic
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : Tergantung penyebab
SINDROMA TOURETTE
KRITERIA DIAGNOSIS
DEFINISI :
Sindroma Tourette (ST) adalah sindroma waxing, waning tik motorik baik simpel atau komplek,
disertai minimal satu vokal tics (phonic tics), disertai obsesive-compulsive disorders tetapi
gangguan tingkah laku bukan kriteria untuk diagnosis, tetapi penting untuk pasien.
KLINIS
Onset Sindroma Tourette pada umur antara 5-20 tahun, dengan ratio laki-laki : perempuan 4 : 1.
1. TICS
a. Singkat, mendadak, timbul irregular dan berulang dari gerakan maupun suara. Dua
bentuk tiks adalah motor dan fokal, selanjutnya masing-masing dibagi dalam bentuk
simpel dan kompleks
b. Simpel motor Tics muncul tiba-tiba, tidak bertujuan, mengenai kelompok-kelompok otot,
misalnya agkat bahu, kedipan mata, jerking kepala.
c. Simpel motor Tics sering tampak lebih lambat, terus menerus dan gerakan-gerakan tonik
yang menyerupai ditonia (disebut distonic tics)
d. Complex motor Tics : gerakan koordinatif dan berurutan yang menyerupai gerakan
motorik normal atau gerakan badan yang kurang tepat dalam intensitas dan waktunya.
Gerakan menyentuh, melempar, memukul dan melompat lompat. Contoh Lain Complex
motor Tics adalah menunjukkan alat genitalia atau echopraxia.
e. Tics suara dihasilkan dari mulut, tenggorokan maupun hidung
f. Tics suara sederhana suara yang tidak terartikulasi; sedangkan yang komplek antara lain,
kata, elemen musik.
g. Kata kata kotor (Koprolalia)
h. Tics motor dan phonik bisa muncul selama tidur.
2. Gangguan Tingkah Laku (GTL)
a. Manifestasi timbul beberapa tahun bersama onset tics
b. Tingkah laku abnormal atau adanya Obsesive Compulsive Disorder (OCD) : pikiran-
pikiran obsesive, gerakan kompulsif, Attension Defisit Hyperactivity Disorders (ADHD),
disleksia, depresi, fobi, tingkah laku anti sosial dan kelainan kepribadian.
c. Obsesi adalah fikiran, ide-ide, bayangan2, impuls keinginan, juga perasaan kekurangan,
keseimbangan, ketakutan yang mengganggu keluarga atau sekitarnya.
d. Compulsions adalah tingkah laku sadar, berulang-ulang respons dari obsesinya, seperti :
kebiasaan mengulangi perintah/ kebiasaan, menghitung, mengecek pintu, cuci tangan
berulang-ulang dsb.
e. ADHD adalah tingkahlaku impulsive dan hiperaktif dengan menurunnya atensi. ADHD
timbul pada 50% ST , onset ADHD pada umur 4-5 tahun dan 2-3 tahun mendahuli tics.
LABORATORIUM : tidak ada
RADIOLOGIS : tidak diperlukan, ST hanya diagnosa klinis saja
GOLDEN STANDARD : tidak ada
Tes Neuro-psychiatric diperlukan pada OCD dan ADHD.
PATOLOGI ANTOMI : tidak spesifik, lesi di ganglia basalis terutama nucleus caudatus, kortek
inferior parietal
DIFERENTIAL DlAGNOSA
1. TICS : Distonia, korea, mioklonus, hiperefleksia
2. Kelainan TICS sesaat : serangan pada anak
3. Kelainan TICS motorik primer
4. Kelainan TICS multipel kronis
5. TICS pada huntington disease, parkinson
6. Kelainan perumbuhan anak
7. Rheumatoid Heart Disease
TATALAKSANA
a. Medikamentosa : starting dose
Dopamine-receptors blockers : (mglday)
- Fluphenazine 1.0
- Pimozide 2.0
- Haloperidol 0.5
- Risperidone 0.5
- Ziprasidone 20.0
- Trifluperazine 1.0
- Molindone 1.0
CNS Stimulus for ADHD
- Methylphnidate 5.0
- Pemoline 18.7
- Dextroamphetamine 5.0
Noradrenaline drugs for impuls control and ADHD
- Clonidine 0.1
- Guanfacine 1.0
Serotonergic drugs for OCD
- Fluoxetin 20-60
- Sertralin 50-200
- Paroxin 20-60
- Clomipramin 25
- Fluvoxamin 50
- Venlafazin 25
- Tripthopan
- MAOI, mianserin, benzodiazepine
b. Tindakan
- TICS : Psiko terapi
- Hipnotis
- Kelainan tingkah laku operasi bedah: Thalamotamy, tracheotomy, cingulotomy
PENYULIT : -
KONSULTASI :
- Spesialis saraf
- Spesialis jiwa
- Psikolog
JENIS PELAYANAN : - Rawat Jalan
TENAGA :
- Dokter Spesialais Saraf
- Dokter Spesialis Jiwa
- Psikologi
LAMA PERAWATAN : tidak ada data
PROGNOSIS : baik
CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)
Definisi
Cedera Otak (CO) adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara
langsung (kerusakan primer/ primary effect) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder/
secondary effect). Cedera otak yang terjadi sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat
kekerasan (rudapaksa), karena kecelakaan talu lintas, dan sebagian besar (84%) menjalani terapi
konservatif dan sisanya sebanyak 16% yang membutuhkan tindakan operatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
* Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam:
2). Minimal = Simple Head Injury (SHI)
- nilai Skala Koma Glasgow 15 (normal)
- kesadaran baik
- tidak ada amnesia
3). Cedera Otak Ringan (COR)
- nilai Skala Koma Glasgow 14 atau
- nilai Skala Koma Glasgow 15, dengan
- amnesia pasca cedera < 24 jam, atau
- hilang kesadaran < 10 menit
- dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah, sakit kepala atau vertigo
4). Cedera Otak Sedang (COS)
- nilai Skala Koma Glasgow 9 13
- hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
- dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologist
- amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negatif)
5). Cedera Otak Berat (COB)
- nilai Skala Koma Glasgow 5-8
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologist
- amnesia pasca cedera > 7 hari
6). Kondisi Kritis
- nilai Skala Koma Glasgow 3-4
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologist
* Perdarahan Epidural
- lusid interval
- anisokori pupil
- hemiparesis yang terjadi kemudian
- refleks Babinski yang terjadi kemudian
* Fraktur Basis Kranii
- keluar cairan otak lewat hidung (rinorea) atau telinga (otorea)
- hematoma 'kacamata' atau hematoma retroaurikular (Battle's sign)
Laboratorium
- Darah Perifer Lengkap
- Gula Darah Sewaktu
- Ureum / Kreatinin
- Analisa Gas Darah (ASTRUP)
- Elektrolit
Radiologi
- Foto Kepala Polos, posisi AP/Lat/Tangensial (sesuai indikasi)
- Skening Kepala, gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan, edema, fraktur tulang
kepala
StandarBaku
- Skening Kepala (CT-Scan kepala)
Patologi Anatomi
- Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan fungsional (Simple Head Injury (SHI) dan
Komosio)
- Kontusio
- Perdarahan
- Edema
- Iskemia
- Infark
- Frakturtulang tengkorak
TATALAKSANA
Tergantung derajat beratnya cedera.
1). Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat - istirahat dirumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda tanda perdarahan epidural,
seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai turun-gejala lucid interval)
2). Cedera Otak Ringan (Komosio Serebri)
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- observasi di rumah sakit 2 hari
- keluhan hilang, mobilisasi
- simptomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
- antibiotika (atas indikasi)
3). Cedera Otak Sedang dan Berat (Kontusio Serebri)
a. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun
- Lakukan Resusitasi
- Bebaskan jalan nafas (Airway), jaga fungsi pernafasan (Breathing), Circulation (tidak
boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg), nadi, suhu
(tidak boleh sampai terjadi pireksia)
- Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup, dengan kalori 50% lebih
dari normal
- Jaga keseimbangan gas darah
- Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang kateter
- Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
- Rubah rubah posisi untuk cegah dekubitus
- Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
- Pasang selang nasogastrik pada hari ke 2, kecuali kontra indikasi yaitu pada fraktur
basis kranii
- Infus cairan isotonis
- Berikan Oksigen sesuai indikasi
b. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
- Mengatasi tekanan tinggi intrakranial, berikan Manitol 20%
- Simptomatis : analgetik, anti emetik, antipiretik
- Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi pasca cidera
- Antibiotika diberikan atas indikasi
- Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi:
- Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
- Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan kebutuhan
PENYULIT
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat menimbulkan gejala sisa
yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi kerusakan otak
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah Lainnya sesuai indikasi
- Neuroemergensi
- Neurobehavior
- Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
- Rawat Jalan
- Rawat Inap
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan perawatan
khusus karena kecacatan yang cukup berat
CEDERA MEDULA SPINALIS
Definisi
Cedera Medula Spinalis (CMS) atau cedera spinal adalah cedera pada tulang belakang yang
menyebabkan penekanan pada medula spinalis sehingga menimbulkan myelopati dan merupakan
keadaan darurat neurologi yang memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk
mengurangi kecacatan. Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu :
a). beratnya defisit neurologis yang timbul dan
b). lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan tindakan dekompresi CMS merupakan kasus
emergensi neurologi dan perlu mendapat perhatian lebih, oleh karena satu kali medulla spinalis
rusak, sebagian besar fungsinya tidak dapat kembali normal.
GEJALA DAN TANDA KLINIS
Cedera Medula Spinalis mempunyai gambaran klinik yang berbeda tergantung letak dan luas lesi,
secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :
Tabel : Sindroma Mayor Cedera Spinal
Tabel : Sindroma Mayor Cedera Spinal
Sindroma Kausa Utama Gejala & Tanda Minis
Hemicord (Brown
Sequard
syndrome)
Sindroma Spinalis
Anterior
Sindroma Spinalis
Sentral
Sindroma Spinalis
Posterior
Cedera tembus, kompresi
ekstrinsik
Infark a.spinalis anterior
watershed' (T4-T6), Iskemik
akut, , HNP
Syrinqomyelia, Hypo[ensive
spinal cord ischemic, Trauma
spinal (fleksi-ekstensi) Tumor
Spinal
Trauma, Infark a.spinalis
posterior
Gg sensorik kontralateral, parese ipsilateral, gg
propioseptif ipsilat, rasa raba normal
Ggn sensorik bilateral, propioseptif normal,
parese UMN dibawah lesi, parese LMN setinggi
lesi, disfungsi sphincter
Parese LMN pada lengan, parese tungkai
(bervariasi tk kelumpuh annya), dan
spastisitas. Nyeri hebat dan hiperpati, gg
sensorik pada lengan, disfungsi sphincter atau
retensio urin.
Ggn propioseptif bilateral, nyeri dan parestesi
pada leher, punggung dan bokong, parese
ringan
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Perifer Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu, Ureum dan Kreatinin
2. Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/LAT dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi
b. CT Scan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi 3. Neurofisiologi Klinik - EMG, NCV,
SSEP
PENATALAKSANAAN
1. Umum
a). Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis, segera pasang kerah fiksasi
leher, jangan gerakkan kepala atau leher
b). Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkut pasien dalam keadaan tertelungkup,
lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
c). Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal
d). Kerusakan medula spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun karena
paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat menurunnya tekanan darah. Beri
infus, bila mungkin plasma atau darah, dextran-40 atau eskpafusin. Sebaiknya jangan
diberi caitan isotonik seperti NaCI 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg
adrenalin s.k, boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali/menit, berikan
sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e). Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain. Jaga
jalan nafas tetap lapang.
f). Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis, usahakan suhu
badan tetap normal.
g). Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan jika ada gangguan
defekasi, berikan laksan / klisma.
2. Medikamentosa
a). Berikan metil-prenisolon 30 mg/kgBB, i.v perlahan-lahan selama 15 menit. 45 menit
kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid
dan peningkatan sekunder asam arakidonat.
b). Bila terjadi spastisitas otot :
* diazepam 3 x 5-10 mg / hari
* baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg / hari c).
c). Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :
* Analgetika
* antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg / hari
* antikonvulsan : neurontin 3 x 300 mg / hari
d). Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi > 180/100 mmHg),
pertimbangkan pemberian obat antihipertensi.
3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
* ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla spinalis
* gambaran neurologis progresif memburuk
* fraktur, dislokasi yang labil
* terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan medulla spinalis
PENYULIT
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit (lewat 'waktu emas' ), tidak dapat sembuh
sempurna
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah lainnya tergantung indikasi
- Neuroemergensi
- Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
- Rawat Inap
- Rawat Jalan
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan, biasanya 7 hari
sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan membutuhkan perawatan
khusus karena kecacatan yang cukup berat
NEUROPATI
Definisi :
Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses demielinisasi atau
degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Sususan saraf perifer mencakup saraf otak, saraf spinal
dengan akar saraf serta cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan
saraf otonom.
Etiologi :
1. Metabolik
* Neuropati diabetic :
- Polineuropati : komplikasi diabetes melitus yang paling sering terjadi
Gejala & tanda : - gangguan motorik tungkai lebih sering terkena daripada
tangan
- gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan berupa
gangguan rasa nyeri & suhu, vibrasi serta posisi.
- Otonom neuropati :
Gejala & tanda : keringat berkurang, hipotensi ortostatik, nokturnaldiare,
inkontinensi alvi, konstipasi, inkontinensi Et retensio urin,
gastroparesis dan impotensi.
- Mononeuropati :
Gejala & tanda : terutama mengenai nervi kranialis (terutama nervi untuk
pergerakan bola mata) dan saraf tepi besar dengan gejala
nyeri.
* Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis (gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda : - gangguan sensorimotor simetris pada tungkai & tangan
- rasa gatal, geli Et rasa merayap pada tungkai dan paha
memberat pada malam hari, membaik bila kaki digerakkan
(restless leg syndrome).
2. Nutrisional
* Polineuropati defisiensi :
1. Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid (INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati optika
2. Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin > a intake asam folat yang kurang
3. Niasin : pada pasien defisiensi multiple
* Polineuropati alkoholik : Neuropati karena defisiensi multivitamin dan thiamin
Gejala & tanda : gangguan sensorimotor simetris terutama tungkai tahap lanjut
mengenai tangan.
3. Toksik:
* Arsenik : keracunan arsen secara kronik (akumulasi kronik)
Gejala &tanda : - gangguan sensoris berupa nyeri & gangguan motorik yang
berkembang lambat
- gangguan GIT mendahului ganggauan neuropati oleh karena intake
arsen.
* Merkuri : .
Gejala & tanda : menyerupai keracunan arsen
4. Drug induced
* Obat antineoplasma : (Cisplastin, carboplastin, vincristin)
Gejala &tanda : - Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati setelah beberapa
minggu terapi seperti parestesia
- Gangguan proprioseptif, vibrasi sering terganggu sampai mengenai
kolum posterior
- Gangguan motorik tertutama tungkai bawah
* Antimikrobial :
- INH : simetrikal polineuropati
- Kloramfenikol & metronodazole : gangguan sensoris ringan/ akral parestesia,
kadang optik neuropati.
5. Keganasan / paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda : - Banyak dalam bentuk distal simetrikal sensorimotor polineuropati
akibat remote effect keganasan seperti: mieloma multipel, limfoma
- Gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut kelumpuhan.
6. Trauma : neuropati jebakan.
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis : - gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan rasa raba,
vibrasi dan posisi.
- gangguan motorik : kelemahan otot-otot
- reflek tendon menurun
- fasikulasi
* Laboratorium :
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12 darah, kadar
logam berat, fungi hormon tiroid
- Lumbal pungsi : sesuai indikasi
* Gold Standard :
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
DIAGNOSIS BANDING :
- miopati
- motor neuron disease
- multipel sklerosis
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Simptomatis : analgetik, antiepileptik
- Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
- Fisioterapi
PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas & komplikasinya
- Perawatan & fisioterapi yang kurang cermat menimbulkai atrofi, dekubitus, infeksi saluran
kencing dan kontraktur.
KONSULTASI
- Penyakit dalam (sesuai penyakit dasar)
- Bedah saraf / bedah lainnya (sesuai kausa)
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat inap : sesuai penyakit dasar
TENAGA
- Perawat, dokter umum & dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- antara 2 minggu s/d 1 bulan bila dirawat
- kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna
SINDROM TEROWONGAN KARPAL
Definisi :
Jebakan n. medianus di dalam terowongan karpal
Etiologi :
- Penyempitan ruangan di dalam terowongan
- Peningkatan sensibilitas saraf terhadap tekanan
- Gangguan endokrin
- Gerakan berulang-ulang pada pergelangan tangan
- Idiopatik
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :
- Parestesia dan nyeri pada pergelangan, tangan & bagian volar 3 jari sering kali hanya pada
ujung jari, terutama pada malam hari
- Tanda Tinnel +
- Tes Phallen +
* Laboratorium :
- Hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi ginjal, tiroid.
* Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan (osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard :
- ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Radikulopati servikal
- Rematik non artrikuler
TATALAKSANA
* Medikamentosa : - antiinflamasi, analgetik
* Tindakan : - release n. medianus
- splint
* Terapi kausa
PENYULIT
- Penyakit dasar
- Komplikasi atrofi otot thenar penekanan jangka panjang
KONSULTASI
- Penyakit dalam : penyakit sistemik yang mendasari
- Fisioterapi
- Ortopedi : release n. medianus
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
TENAGA
- Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan
NEUROPATI ULNAR
NEUROPATI ULNAR PADA SIKU
Definisi :
Jebakan n. Ulnaris pada berbagai sisi di siku akibat berbagai macam etiologi
Etiologi:
- Deformitas siku - Metabolik
- Trauma - Leprosi
- Penekanan eksternal - Idiopatik
- Tumor
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis : - Gangguan sensoris jari ke-5 dan ! lateral jari ke 4 bagian dorsal dan
palmar
- Kelemahan pada fleksor karpi ulnaris, abduktor digiti minim
- Tahap lanjut atrofi m. Hipothenar, claw hand (jari 4, 5)
- Tes fleksi siku +
* Laboratorium : - hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi tiroid
* Radiotogi : Rongent artikulus kubiti (osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik
- Gangguan pleksus brakialis
- ALS
- Syringomieli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
- Tindakan : Cubital tunnel decompression
KONSULTASI
- Penyakit dalam : sesuai kausa
- Bedah ortopedi
- Kulit : leprosy - Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
TENAGA
- paramedik, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan
SINDROM KANALIS GUYON
Definisi :
Jebakan n. ulnaris di dalam kanalis Guyon
Etiologi :
- tumor ( gangglion, lipoma dll)
- artritis rematoid
- tekanan eksternal
- gerakan berulang pada pergelangan tangan
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis : - gangguan sensoris pada jari 5 & 1/2 lateral jari ke 4 bagian dorsal &
palmar
- kelemahan otot intrinsik ulnaris
- claw hand (jari ke-4 & 5)
* Laboratorium : - Hematologi rutin, gula darah puasa
* Radiologi : - Rongent pergelangan tangan: artritis, fraktur
- CT scanning pergelangan tangan: gangglion, tumor
* Gold standard : - ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik
- ALS
- Gangguan pleksus brakialis
- Syringomyeli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa : antiinflamasi, analgetik
- Tindakan pembedahan
PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas penyakit
- Perawatan fisioterapis yang tidak tepat menimbulkan : trofl dan kontraktur
KONSULTASI
- Bedah ortopedi / bedah onyeri kepalaologi
- Penyakit dalam
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN :
Rawat jalan
TENAGA
- Paramedik, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN :
1 bulan
CERVICAL SYNDROME
Definisi
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang menjalar,
spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna vertebra servikalis akibat
perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, pada ligamentum flavum, facet joints.
Kausa antara lain:
Spondylosis cervicalis :
- Myelopathy
Mekanik:
- Neck Strain
- Herniasi diskus
Infeksi:
- Osteomyelitis
- Meningitis
Referred
- Thoracic Outlet Syndrome
- Pancoasts tumor
Neurologik:
- Brachialis plexitis
- Jebakan saraf perifer
Rheumatologik:
- Rheumatoid arthritis
- Fibromyalgia
Neoplasma
- Multiple myeloma
- Syringomyelia
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang berlangsung sampai
beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh rotasi lateral leher secara
bersamaan (Spurling manuver)
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan intradiskal seperti batuk,
bersin, mengedan, atau manuver valsava.
Pemeriksaan Penunjang
Intermitted test
Foto cervikal AP / lateral dan oblik
EMNG
Myelografi
CT-Myelo
DIAGNOSIS BANDING
HNP
Menginitis TBC Servikal
TATALAKSANA
! Konservatif 3-6 minggu, berupa:
Istirahat servikal $ Neck Collar bila perlu
NSAID
Suntikan lokal
Fisioterapi
! Operatif bila ada penyulit
PENYULIT
! Nyeri neuropatik
! Kelumpuhan anggota gerak
KONSULTASI
! Internist bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun penyerta penyakit.
! Psikiater bila tidak ditemukan kelainan lain.
! Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
! Rawat jalan
! Rawat inap bila nyeri tidak tertahan nyeri kepalaan (obat tak menolong) bila diduga ada
penyebab lain.
TENAGA
! Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf / Ortopedi
LAMA PERAWATAN
! Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS
! Umumnya baik, biasanya diperlukan fisioterapi lanjutan
STRAIN LUMBO-SACRAL
Definisi
Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri ke tungkai, hanya menjalar ke
bokong serta paha belakang.
Kausa
Nyeri timbul akibat peregangan atau trauma pada ligamen, otot-tendon tanpa adanya ruptur atau
avulsii pada cedera ringan. Sedangkan pada cedera berat dapat terjadi robekan pada otot.
Merupakan 60-70 % penyebab NPB
KRITERIA DIAGNOSIS
Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti mengangkat benda berat atau dalam posisi
yang salah mencabut tanaman, trauma langsung atau terjatuh.
Terasa nyeri setempat, mula-mula tidak begitu hebat dan pinggang kaku
Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah, bahkan dapat menimbulkan skoliosis.
Pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologi dan otonom normal
Foto lumbosakral mungkin dijumpai kurva lurus atau skoliosis
Pada strain kronik dijumpai akibat sikap tubuh yang salah dan otot kurang adekuat. Dijumpai
pada pekerja kasar, buruh, sering mengangkat beban, duduk bungkuk seharian.
Terasa pegal difus yang bertambah saat bermulti para aktifitas dan berkurang atau menetap
pada saat berbaring.
Pemeriksaan Penunjang
Foto lumbosakral
EMNG
DIAGNOSIS BANDING
Ischialgia : kelainan-kelaianan organ abdomen, organ rongga pelvis
Spondilolistesis
TATALAKSANA
NSAID
Relaksan otot
Suntikan anestesi lokal + steroid pada nyeri lokal hebat
Fisioterapi : pasif (masase es) atau panas (mandi hangat) dapat mengurangi nyeri dan
spasme.
Untuk Strain akut, tirah baring cukup 2 hari lalu diikuti latihan fisik aktif yang terprogram.
Untuk Strain kronik, pengaturan sikap tubuh dalam aktivitas harian serta latihan yang
terprogram untuk memperkuat otot batang tubuh. Perubahan sikap tubuh memerlukan
waktu minimal enam bulan sampai gejala berkurang.
PENYULIT
-
KONSULTASI
Obgin, Internist, bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun penyerta penyakit.
Psikiater.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahankan (obat tak menolong) di rumah, diduga ada penyebab
lain, yang harus dieksplorasi
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Perbaikan fase akut terjadi dalam 2 minggu. Pada umumnya 90 % pasien akan sembuh dalam
2 bulan. Sepuluh persen menjadi kronik dan mungkin diperlukan dukungan psikiatrik atau
rehabilitasi vokasional.
M I O P A T I
ICD 359
Definisi / Etiologi
Suatu kelainan yang ditandai oleh abnormalnya fungsi otot (merupakan perubahan patologik
primer) tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan klinik, histologik atau neurofisiologi.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis :
Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
Kedutan otot, kram otot, nyeri, dan pegal pada otot-otot
Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot, kekuatan otot dan cara
berdiri / berjalan
Pemeriksaan refleks tendon
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium : Kadar enzim creatinin kinase (CK), lactic dehydorogenose
(LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium plasma
Pemeriksaan EMG
Pemeriksaan biopsi otot
A. DISTROFIA MUSKULER TIPE DUCHENE
Hampir selalu laki-laki karena diturunkan secara x-linked resesif.
Timbulnya gejala pada usia sekitar 2 tahun, anak sering jatuh waktu berjalan, usia 5
tahun tidak pandai berlari, Gower sign" dan "Wadding gait" dapat ditemukan.
Kelemahan otot terutama bagian proksimal dan lebih dahulu timbul pada otot pinggang
daripada otot-otot bahu dan terdapat pseudohypertrofi pada otot gastroknemius.
Kelemahan, atrofi, kontraktor dan deformitas otot skelet terjadi dengan cepat sehingga
umumnya penderita memerlukan kursi roda pada usia 12-13 tahun.
Kenaikan enzim-enzim serum terutama pada waktu penderita masih mobile. Di antara
enzim-enzim tersebut maka CPK terbukti paling mudah dikerjakan dan hasilnya tepat
(70-80 %).
Progresifitas penyakit cepat dan biasanya meninggal dalam 15 tahun sesudah onset.
B. DISTROFI MUSKULER TIPE BECKER
Diturunkan secara x-linked resesif dengan pola kelemahan otot mirip tipe Duchene
hanya lebih ringan.
Onset umur 5-25 tahun.
Progresifitas penyakit lambat, penderita dapat hidup lebih dari 40 tahun.
C. DISTROFI MUSKULER TIPE LIMB GIRGLE
Diturunkan secara autosomal resesif atau dominan atau sporadik.
Onset umur 10-30 tahun.
Distribusi kelemahan otot bermula otot-otot pinggang atau gelang bahu kemudian
meluas pada otot-otot yang lain.
Progresifitas penyakit lambat, mungkin memerlukan kursi roda setelah usia 40 tahun.
D. DISTROFI MUSKULER FASIOSKAPULOHUMERAL
Ditemukan secara autosomal dominan
Onset umur 10-20 tahun
Distribusi kelemahan otot awalnya pada wajah dan gelang bahu kemudian otot
pinggang dan tungkai bawah.
Progresifitas lambat, banyak kasus memperlihatkan distabilitas ringan.
E. MIOTONIA
Diturunkan secara autosomal dominan.
Kontraksi otot berkepanjangan mengikuti kontraksi volunter, pukulan (mekanik) atau
pacuan elektrik pada otot tersebut.
Onset umur 20-40 tahun.
Distribusi pada otot-otot wajah dan sternokleidomastoideus dan otot-otot ekstremitas
distal.
F. POLIOMISITIS DAN DERMATOMIOSITIS
Dapat terjadi pada setiap umur.
Kelemahan otot proksimal, simetris dan progresif dimulai dari otot panggul.
Pada dermatomiosotis perubahan warna kulit pada kelopak mata atas, eritema kulit dan
atrofi.
G. PARALISIS PERIODIK
Diturunkan secara autosomal dominan.
Onset umur 10-25 tahun.
Berhubungan dengan kadar kalium dalam plasma darah terdapat 3 tipe : hipokalemi,
hiperkalemi, dan normokalemi.
Penderita terserang setelah periode istirahat sehabis latihan otot berat setelah bangun
tidur pagi hari.
Tanda awal berupa nyeri otot, sangat haus disusul kelemahan otot, dimulai pada
ekstremitas bawah lalu ekstremitas atas, badan, dan leher.
DIAGNOSIS BANDING
Poliomietitis
Motor neuron disease
TATALAKSANA
! Pencegahan : genetic counseling
! Pengobatan
Sesuai kausa
Rehabilitasi medik
Terapi suportif : Pemberian prednison
* Distrofi muskuler : 1 mg / kgBB / hr selama 6 bulan
* Poliomisitis : 1 mg / kgBB / hr selama 3 bulan
* Dapat diberikan "continuosly" atau "alternating"
- Obat sitostatika misalnya metotreksat, siklofosfamid, azatioprin, klorambusil.
- Penggantian plasma
Bedah
PENYULIT
Disfagia, pneumonia aspirasi, penyakit akan memburuk secara bertahap sampai timbulnya
komplikasi kardiopulmonal.
KONSULTASI
Bagian PA
Bagian Bedah
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Bervariasi sesuai dengan jenis miopati dan komplikasi / penyulit yang terjadi.
PROGNOSIS
Umumnya kurang baik untuk distrofi muskuler.
M I E L O P A T I
ICD G 95.9
Definisi / Etiologi
Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh adanya lesi komplit atau
inkomplit.
Etiologi
- Vaskuler - Tumor
- Obat-obatan - Demielinisasi
- Radiasi - Trauma
- Infeksi - Tidak diketahui
- Degenerasi
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis: Lemah / lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air besar,
gangguan sensibilitas.
Fisis : parese / plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai gejala UMN atau
campuran UMN dan LMN), hipestesi / anestesi segmental, gangguan fungsi otonom.
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat : kokain, heroin
Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik :
Foto polos vertebra AP / Lateral / Oblik
Mielografi
CT mielografi
Pemeriksaan penunjang lain :
EMNG
Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia :
SSEP / VEP
Bone Scanning
MRI
DIAGNOSIS BANDING
Polineuropati
TATALAKSANA
Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
PENYULIT
Bronkopneumoni, dekubitus, kontraktur sendi, atrofi otot, infeksi saluran kemih
KONSULTASI
Bedah Saraf
Bedah Ortopedi
Bagian lain yang terkait
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung dalam hitungan minggu
hingga bulan.
PROGNOSIS
Tergantung etiologi dan berat penyakit
BELL'S PALSY
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : Penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus fasialis (N.VII) perifer.
Etiologi idiopatik. Gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah unilateral.
Terjadinya akut (dalam 48 jam). Sering disertai nyeri aurikuler posterior, penurunan sekresi air
mata, gangguan rasa kecap, hiperakusi.
Pemeriksaan penunjang
EMG, Bila curiga parese N. VII simtomatik seperti :
Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
Foto mastoid
DIAGNOSIS BANDING
Parese N. VII perifer simtomatik
TERAPI
Terapi Farmaka : Prednison 1 mg / kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab / hari sampai 10 hari
(stadium akut)
Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri
Terapi-Non Farmakologi : Fisioterapi setelah hari ke 4 awitan
KOMPLIKASI
Infeksi mata (keratitis, konjuktivitis)
Tick fasialis
KONSULTASI
Bila curiga parese N. VII simtomatik seperti Bag. THT
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter spesialis saraf
PROGNOSA
85 % sembuh dalam 3 minggu. 15 % sembuh dalam 3 6 bulan.
PERIODIK PARALISIS
KRITERIA DIAGNOSTIK
Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit otosomal dominan. Disebabkan gangguan
pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai dengan : awitan akut dengan gejala
kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin menurun. Tidak ada
gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan bila tidak diterapi dapat menetap
sampai 36 jam.
Faktor presipitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin.
Kadar kalium darah 2-3 mEq. Laboratorium lain dalam batas normal Pria lebih banyak daripada
wanita
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : kalium darah
EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
DIAGNOSA BANDING
Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
TERAPI
Terapi Farmaka :
Fase Akut : Pemberian K secara peroral atau parenteral
Profilaksis : Diet tinggi Katium, rendah Na, rendah karbohidrat
Aldakton 100 mg po / hari
Tiamin HCl 50 mg / hari
Terapi hipertiroidsm
PENYULIT
Gangguan jantung
KONSULTASI
Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang
PROGNOSIS
Ad bonam
D E K O M P R E S I
Definisi / Etiologi
Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan
gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah/ jaringan akibat penurunan tekanan sekitar.
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala klinis muncul setelah melakukan penyelaman, dapat berupa:
1. Tipe I (Pain only bends, Joint bends, Decompression arthralgia)
Nyeri terutama di daerah persendian anggota gerak atas dan atau bawah.
Gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahan pada kulit.
Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak setempat (obstruksi aliran limfe) : parotis, mamma
Rasa letih, malaise, anoreksia, yang tidak sesuai dengan berat aktivitas.
2. Tipe II (Serious decompression sickness)
2.1. Gejala Neurologis:
Lesi Serebrum : afasia, gangguan penglihatan/lapangan pandang, gangguan saraf
kranialis, hemiparese/hemiplegi, sensorik, sakit kepala, kejang, gangguan kesadaran.
Lesi Serebelum : ataksia, gangguan koordinasi, hipotoni, dismetri, asinergia, tremor,
disdiadokokinesia, dan nistagmus.
Lesi Medulla Spinalis : paraestesi/ hipestesi/ anestesia kedua tungkai, paraparesis/
paraplegia-tetraparesis/ tetraplegia, retensi urine-alvi.
2.2. Gejala jantung dan paru (chokes):
Rasa kurang enak dan nyeri substernal saat inspirasi maupun ekspirasi, kemudian
sesak napas disertai batuk kering.
2.3. Gejala gastro intestinal:
Anoreksia, nausea, muntah, atau perut rasa kram dan diare, hematemesis, melena.
2.4. Gejata telinga dalam :
Tinitus, tub sensorineural (kerusakan kokhlea), vertigo, mual, muntah (gangguan
vestibular)
2.5. Syok setelah dekompresi (bends shock)
Gelembung gas masuk ke seluruh pembuluh darah (AGE : arterial gas embolism)
dan dapat berakhir dengan kematian.
Pemeriksaan Penunjang
! Pemeriksaan laboratorium : Darah rutin, urine rutin, kimia darah.
! Pemeriksaan radiologik : Foto toraks, CT Scan bila diperlukan.
! Pemeriksaan penunjang lain : EKG, EEG bila diperlukan
DIAGNOSIS BANDING
Stroke, Trauma SSP, Infeksi SSP
TATALAKSANA
! Kausal : Segera terapi oksigen hiperbarik setelah diagnosis ditegakkan
! Medikamentosa
Koreksi cairan dan elektrolit
Antiplatelet : ASA 2 x 80 mg.
Kortikosteroid : Dexametasone 2 ampul / IV kemudian 1 ampul / 6 jam / IV
Gliserol (bila kontraindikasi dengan kortikosteroid)
Digitalis (bila ada indikasi)
Diazepam (bila ada indikasi)
KOMPLIKASI / PENYULIT
Osteonekrosis disbarik (Divers bone disease, Avascular necrosis of bone, Aseptic bone
necrosis, Bone necrosis, Bone rot, Caisson disease of bone).
Keracunan oksigen
KONSULTASI
-
JENIS PELAYANAN
5 hari (rawat inap)
Follow up : untuk mencegah delayed form of DCS (Dysboric Osteonecrosis) dianjurkan:
Screening X-ray 2-4 minggu setelah menderita penyakit dekompresi
Penyelam berisiko tinggi dianjurkan screening X-ray interval 5 tahun.
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis.
LAMA PERAWATAN
5 hari
PROGNOSIS
Tergantung cepatnya mendapat terapi OHB
Sembuh sempurna
Cacat fisik
Meninggal
KESADARAN MENURUN DAN COMA
ICD R40
DEFINISI
Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya.
Gangguan Kesadaran : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya
Ketidakmampuan :
Ringan $ berat : ada derajat / tahapan
- Obtundity
- Stupor
- Semi Koma
- Koma
! Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru terbangun dan mengikuti perintah bila
ada rangsangan
! Stupor : Penderita tidur terus
Ada gerakan spontan
Ada respon dengan rangsang
Dengan rangsang berurutan ada waktu bebas respon
! Semi koma : Hanya dengan rangsang sakit ada respon
! Koma : Tak ada respon dengan rangsang nyeri
ETIOLOGI
I. Lesi Struktural
a. Lesi Supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus / epilepsy
b. Lesi Infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : stroke, tumor, abses serebri
II. Non Struktural / Metabolik
A. Primer
1. Penyakit pada substansia grisea : Pick's Disease, Alzhoimer's disease
2. Penyakit pada substansia alba : Leukodistropi
B. Sekunder
Hipoksia penurunan kadar dan tekanan oksigen darah : penyakit paru-paru, penurunan
tekanan atmosfir oksigen
Penurunan kadar oksigen darah namun tekanan normal : anemia, keracunan CO
Iskemia :
Penurunan CBF karena kardiac out put menurun : cardiac arrest, aritmia kordis, Adam
Stokes Syndrom, infark miokard, gagal jantung kongestif
Penurunan CBF karena tahanan perifer dalam sirkulari sistemik menurun :
Sinkop, ortostatik hipotensi, vasofagal refleks.
Penurunan CBF karena peningkatan tahanan vaskuler :
Encephalopati hipertensi, sindroma hiperventilasi, polisitemia.
Hipo / Hiperglikemia
Defisiensi Kofaktor : defisiensi tiamin
Gangguan Fungsi Ginjal
Gangguan Fungsi Hati
Gangguan Elektrolit : K, Na, Ca, Mg
Bahan Toksik : alkohol
Obat-obatan : Barbiturat, opiat
Enzim Inhibitor : logam berat
Toksin : meningitis, encephalitis
Kelainan regulasi suhu : hipotermia
KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis / Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, diabetes, gagal ginjal, gangguan fungsi hati,
pengguna obat-obat narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran : nyeri kepala, muntah-muntah
3. Menggunakan obat-obat sebelum terjadi gangguan kesadaran : obat diabet, narkotik
Pemeriksaan fisik umum
1. Vital Sign : tekanan darah, nadi dan respirasi.
2. Pemeriksaan luka terutama luka di kepala dan leher : bottle sign, perdarahan hidung,
perdarahan kelopak mata, krepitasi tulang tengkorak.
3. Pemeriksaan suhu badan dan suhu rektal.
4. Pemeriksaan bau nafas dan badan : fetor hepaticum, bau nafas alkohol, bau nafas
faeces
5. Pemeriksaan warna dan turgor kulit : sianosis, kepucatan, ikterik.
Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Neurologi umum : tanda-tanda rangsang meningeal, pemeriksaan motorik,
pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan nervi kranialis
2. Pemeriksaan Glassgow Coma Scale : perneriksaan yang bersifat kwantitatif dan
kwalitatif pada gangguan kesadaran.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batang otak meliputi :
a. Gerakan bola mata
b. Refleks kornea
c. Refleks mata boneka / refleks kalori
d. Reaksi pupil terhadap cahaya
e. Refleks muntah / batuk
4. Pola Pernafasan : Hubungan pola pernafasan dengan letak lesi
a. Eupnea : diencephalons atas
b. Cheyne stokes : lesi di diencephalon bawah
c. Hiperventilasi neurogenik sentral lesi di mesencephalon
d. Ataxic breathing : lesi di pons
e. Apneutic breathing : lesi di pons bawah / medulla oblongata
f. Apnea : lesi di medulla oblongata
5. Pupil : Hubungan reaksi pupil terhadap letak lesi :
a. Pupil kecil reaktif tehadap cahaya : korteks / diencephalons
b. Pupil besar normal di tengah mesencephalon
c. Pupil kecil di tengah pons
d. Pupil sedikit melebar di tengah tectum
e. Isokor :
- Pint point : lesi pons,overdosis morphin
- Kecil reaktif : ensefalopati metabolik
- Sedang reaktif : ensefalopati metabolik; tidak reaaktif terhadap cahaya, lesi
thalamus
- Besar / Midriasis : antidepressan, ekstasi, cholinesterase inhibitor
f. Anisokor :
- Besar / tidak reaktif : N.III parese
- Kecil reaktif : Horner Syndrome
6. Kedudukan bolo mata : Hubungan kedudukan bola mata dengan letak lesi
a. Deviasi Conjugee : lesi hemispherinum serebri besar
b. Strabismus konvergen dan pupil kecil : thalamus
c. Pupil kecil di tengah : lesi di pons
d. Pupil besar di tengah kesulitan melihat ke samping : lesi di cerebellum
e. Pupil anisokor refleks cahaya (-) : herniasi tentorial
7. Refleks sephalic batang otok termasuk disini adalah :
a. Refleks pupil
b. Doll's eye movement
c. Oculo auditory refleks
d. Oculo vestibulo refleks
e. Refleks Kornea
f. Refleks muntah
8. Reaksi Motorik
a. Reaksi Abduksi dan fleksi terhadap rangsang nyeri , lesi pada hemispehrium cerebri
b. Reaksi Adduksi dan ekstensi terhadap rangsang nyeri, lesi pada batang otak
c. Postur Dekortikasi / hiperekstensi ekstermitas bawah dan fleksi ekstermitas atas,
lesi di korteks cerebri.
d. Postur Decerebrasi hiperekstensi ekstermitas atas dan bawah, lesi di batang otak.
9. Observasi umum lainnya
Ada gerakan automatisme seperti menguap, membasahi bibir, berarti fungsi batang otak
masih baik.
Ada gerakan miokolonik jerk berarti ada lesi hemispherium cerebri yang diffus.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tidur : keadaan non patologis dimana ada penurunan kesadaran yang dengan mudah
dibangunkan.
2. Akinetik mutisme : penderita dalam keadaan bangun, mata terbuka, tapi sangat lamban
berespon terhadap pertanyaan yang diajukan.
3. Sindroma locked-in : Penderita dengan mata terbuka / sadar dengan komunikasi
terganggu, ada sedikit gerakan terutama gerakan mata melirik ke atas ke bawah.
4. Status kotatonik : sadar penuh fungsi motorik normal tapi tidak bisa berkomunikasi
dengan baik.
TATALAKSANA
Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat medis untuk itu perlu penanganan
yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat darurat sampai ke ruang perawatan
intensif. Penanganan terbagi atas dua bagian besar yaitu :
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun dilihat / dinilai
Jalan Nafas
Pernafasan
Tekanan Darah
Cairan tubuh (asam basa, elektrolit)
Posisi tubuh
Pasang Naso Gastrik Tube
Katheter Urine
1. Jalan Nafas
Dilihat :
- Agitasi : Kesan hipoksemia
- Gerakan nafas : dada
- Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada sumbatan
Di raba :
- getaran ekspirasi
- getaran di leher
- fraktur mandibuler
Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
- Lidah / epiglotis
- Muntahan, darah, sekret benda asing
- Trauma mandibula / maksila
Alat yang dipakai
- Jalan nafas orofaringeal
- Jalan nafas nasofaringeal
- Jalan nafas definitif
# Intubasi
# Pembedahan
Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
- Eupnea
- Cheyne Stoke
- Sentral Neurogenik Hiperventilasi
- Apnea
Lesi Perifer
- Nafasinterkostal
- Nafas diagfragma (dinding perut)
2. Perhatikan aliran darah
- Perfiusi : Perifer
Ginjal : produksi urin
- Nadi : Ritme, Rate, Pengisian
- Tekanan Darah
Diusahakan :
Hemodinamik stabil (tidak naik turun)
Kondisi tensi normal
Dihindari : Hipertensi / meninggi, shock
Jenis Shock :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Sepsis
- Penimbunan vena perifer (polling)
3. Cairan Tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan Hipotonik, Hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
- Hindari Hiponatremia
4. Gas darah dan Keseimbangan Asam Basa
- Alat Bantu Oximeter untuk mengetahui oksigenasi diusahakan SaO
2
> 95 dan PaO
2
>
80 mg (dengan analisa gas darah)
- PO
2
dibuat sampai 100 - 150 mmhg dengan cara diberi O
2
- FaCO
2
: 25 - 35 mm dengan hiperventilasi
5. Pasang Naso Gastric Tube
Pengeluaran isi Lambung berguna :
- Mencegah aspirasi, intoksikasi
- Nutrisi parenteral
6. Posisi
- Hindari posisi Trendelemberg
- Posisi kepala 30 lebih tinggi
- Pada Koma yang lama hindari :
* Dekubitus : sering alih posisi
* Vena dalam Thrombosis : pakai stocking
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
- Mencegah kebocoran urin
- Berguna pada gangguan kencing
B. Therapi Kausatif / Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai beberapa hari
sebelumnya sangat mungkin primerinfeksi (meningitis, encefalitis) di otak bila gangguan
kesadaran tanpa kaku kuduk sangat mungkin primer infeksi bukan di otak.
2. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas sangat mungkin perdarahan
subarahnoid.
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala neurologis fokal (hemiparesis,
heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intracranial.
4. Gangguan kesadaran disertai tanda-tanda tekanan intrakranial meninggi : (muntah-
muntah proyektil, parese N. III, kaku kuduk, penglihatan kabur secepatnya diberi manitol,
dexamethason, dibuat hiperventilasi.
5. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku kuduk atau / dan gejala neurologis fokal,
bradikardi sangat mungkin penyebabnya metabolik.
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intrakranial (anisokor, isokor miosis /
midrasis dengan tetraparesis) termasuk gawat darurat secepatnya perlu tindakan.
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat diterapi spesifik untuk
penyebab :
- Hipoglikemi : Glukosa
- Overdosis Opiat : Nalokson
- Overdosis Benzodiazepin : Flumazenil
- Wernicke Ensephalopaty : Thiamin
PENYULIT :
- Tenaga kurang Profesional
- Peralatan kurang lengkap
- Ruang perawatan intensif belum memadai
KONSULTASI :
- Bagian bedah Saraf
- Bagian Penyakit Dalam
- Bagian Anestesi
- Bagian Kardiologi
- Bagian Pulmonologi
TENAGA
Perawat, Dokter umum, Dokter spesialis saraf
JENIS PELAYANAN
Jenis Pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan cepat, tepat dan akurat dan
perlu dirawat di ruang pelayanan intensif
LAMA PERAWATAN
1-5 hari
Sindroma Guillain Barre
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
- Kelemahan ascenden dan simetris.
- Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota gerak atas. Kelemahan otot proksimal
lebih dulu terjadi dari otot distal kelemahan otot trunkal, bulbar dan otot pernafasan juga
terjadi.
- Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegi dan gangguan nafas.
- Puncak defisit dicapai 4 minggu
- Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
- Gangguan sensorik biasanya ringan
- Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi sejenis
- Gangguan N. cranialis bisa terjadi : facial drop, diplopia, disartria, disfagi
- Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
- Gangguan otonom dari takikardi, bradikardi, flushing paroxysmal, hipertensi ortostatik dan
anhidrosis
- Retensio urin dan ileus paralitik
- Gangguan pernafasan :
dyspnoe
nafas pendek
sulit menelan
bicara serak
gagal nafas
Pemeriksaan Fisik :
Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper extremitas, facial
Reflex : absen atau hiporefleksi
Reflex patologi : -
Penunjang :
Laboratorium :
LCS :
- Disosiasi sitoalbumin
- Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa peningkatan dari sel < 10
lymposit / mm3
- Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu bernilai
- Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV / micoplasma membantu penegakan etiologi
untuk manfaat epidemiologi
- Antibodi glycolipid
- Antibodi GMI
Ro : CT / MRI untuk mengeksklusi diagnosa lain seperti myelopati
EMG
DIAGNOSIS BANDING
- Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
- Tetraparesis penyebab lain
- Hipokalemi
- Miasthenia gravis
TATALAKSANA
- Tidak ada drug of choice
- Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
- Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
- Roboransia saraf parenteral
- Perlu NGT bila kesulitan mengunyah / menelan
- Kortikosteroid masih kontroversial, bila terjadi paralisis otot berat maka perlu kortikosteroid
dosis tinggi
- Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama kasus akut
- Plasma 200-250 ml / kg BB dalam 4-6x pemberian sehingga waktu sehari diganti cairan
kombinasi garam + 5 % albumin.
- Imunoglobulin intravena (expert consensus) : IVIG direkomendasikan untuk terapi GBS 0,4
g / kgBB / tiap hari untuk 5 hari berturut-turut ternyata sama efektifnya dengan penggantian
plasma. Expert consensus merekomendasikan IVIG sebagai pengobatan GBS
PENYULIT
- Gangguan otot pernafasan $ respiratory failure
- Konsultasi : IPD, Anastesi, Paru
- Jenis pelayanan : Urgent & emergency
- Lama perawatan : 2-4 minggu
Miastenia Gravis
ICD G 70.7
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Kelemahan / kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan secara umum.
2/3 pasien : Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan berbicara
10% :
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progressif
- Setelah 15-20 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala :
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang :
Laborat :
- Pemeriksaan edrophonium cloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
Penunjang :
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : -
Radiologis : -
DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple sclerosis
- Symptomatic myasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik
ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia gravis lebih besar dari yang lain.
Pyrido stigmuno bromide (Mestinon) dan Neustigramin Bromide (Prostigmin). Tidak ada
penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE inhibitor sangat bervariatif.
- Thymectomy : Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang diharapkan muncul 2-5
tahun post OP. Thymectomy pada usia > 60 th jarang menunjukkan kesembuhan.
- Kortikosteroid : Prednison 1,5-2 mg / kg / BB
Multiple Sclerosis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Gejala & tanda obyektif penyakit tersebar
Memiliki fase remisi & eksaserbasi
Neuritis optik, neuritis retro bulbar
Skotoma sentral, kepucatan fundus bitemporal, strabismus
Hilangnya refleks kulit dan abdomen
Meningginya refleks fisiologi pada tungkai
Tanda-tanda spastisitas, klonus & Babinsky sign
Tremor nistagmus, ataksia
Gangguan bicara
Kelainan emosional
Penunjang
Laboratorium
LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS
Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik (> 5 sel per mm3) umumnya sel mononuklear jarang
polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi jumlah sel.
Kadar protein : dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar gamma globulin meningkat.
Fundus : kepucatan fundus bitemporal
EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo / nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang tidak terlihat mata telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi ! -2 cm
MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 defisiensi
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute diseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
TATALAKSANA
Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan :
- Stabilisasi Blood Brain Barrier
- Mengurangi inflamasi & oedem
- Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imune
INF %, IL 2 %, Antibody immunosupresan, NK cell %
Amyotropic Lateral Sclerosis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Progressive
Kelemahan otot asimetrik, atropi otot, fasikulasi, hiperrefleksia.
Ekstremitas bawah gejala awal kram, kaku bila berjalan / lari
Ekstremitas atas kesulitan beraktifitas mengancingkan baju, mengangkat benda ringan, bicara
parau atau penurunan volume fasikulasi anggota gerak dan lidah, nyeri sendi gangguan menelan
siallorhea (salivasi berlebih)
Ketakutan, kecemasan dan depresi. Gangguan emosi berlebih tertawa dan menangis bergantian,
kakhexia yang sulit dijelaskan, atropi otot atau faktor nutrisi.
Diagnosis :
Atropi, fasikulasi, kelemahan progresif, hiperrefleksia.
Pemeriksaan perlu diulang-ulang untuk membuktikan perkembangan hiperefleksi, fasikulasi dan
keterlibatan upper & lower motor neuron.
Laboratorium
- Tak ada test yang pathognomonic
- Serum protein, logam berat pada tiroid dan paratiroid
- High titer anti CN, antibodies
Radiologi : Myelogram of Cervical Spine
Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Spinal Cord Lesion
- Spinal Bone Lesion
- Infection
- Gg. Endokrin
- Toksin
- Post-polio Syndrom, Huntington disease, Freiderich Ataxia, Multiple Sclerosis,
Polimyositis, Myasthenia gravis, Muscular Distrohyi
TATALAKSANA
Medikamentosa
- Simptomatik
Spastisitas dikurangi dengan Baclofen (Lioneral) 10-25 gram 3 x sehari Valium 2-15 mg 3 x 1
Diazepam, Dextrolena (Dentrium) 50-100 gram 4 x sehari
- Pain
NSAID & antikonvulsi
Karbamazepin 200 g 3 x 1
Amytriptilin 50-150 malam
- Obat terbaru untuk ALS
Riluzole (Rilutek) : terbukti menurunkan pelepasan glutamate 100 mg / hari
Adverse reaction : Asthenia, nausea, dizziness, elevation of liver enzyme, granulacytopenia
- Suportive therapy (Fisioterapi)
* Physical terapi dimulai awal, exercise meningkatkan kekuatan, range of motion dan
endurance
* Diatermi, Massage, TENS
* Occupational terapi
* Speech terapi
VERTIGO
Definisi
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oteh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Klasifikasi :
Vestibulogenik :
a. Primer : motion sickness, benign paroxysmal positional vertigo, Meniere disease,
neuronitis vestibuler, drug-induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma akustik.
Nonvestibuler : Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms) dan objektif (signs)
dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
! Gejala subjektif
Pusing, rasa kepala ringan
Rasa terapung, terayun
Mual
! Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat / diprovokasi perubahan posisi kepala.
! Dapat disertai gejala berikut:
Kelainan THT
Kelainan Mata
Ketainan Saraf
Kelainan Kardiovaskular
Kelainan Penyakit Dalam lainnya
Kelainan Psikis
Konsumsi obat-obat ototoksik
A. Anamnesis
Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb.
Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
Profil waktu : Akut, paroksismal, kronik.
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru.
Adanya nyeri kepala.
Adanya kelemahan anggota gerak.
B. Pemeriksaan Fisik
Umum : Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan tegak, nadi, jantung, paru,
abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum :
Kesadaran
Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot wajah, pendengaran,
dan menelan.
C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi, parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan perifer.
Fungsi vestibuler / serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.
Pemeriksaan Radiologi : Foto tulang tengkorak leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
Pemeriksaan Neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG), elektromiografi (EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging : CT Scan kepala, pnemoensefalografi, Tronscronial Doppler.
TATA LAKSANA
! Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
! Terapi simptomatik :
Pengobatan simptomatik vertigo :
Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung sebagai depresor
labirin):
Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory; monoaminergik dengan
akibat inhibisi n. vestibualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x
50 mg/hr.
Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis) : Betahistine
(Merislon) 3 x 8 mg.
Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M. oblongata):
Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr
Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n. vestibutaris) 3 x
2-5 mg/hr
Antiepileptik : Carbamazepine (Tegretol) 3 x 200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3 x 100 mg
(bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG)
Campuran obat-obat di atas.
Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) :
Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3 x 10 mg/hr
! Terapi rehabilitasi
Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Galt Exercise
PENYULIT
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
KONSULTASI
THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.
JENIS PELAYANAN
Rawat jatan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Tergantung penyebab
MANUVER NYLEN BARANY
(HALLPIKE MANOUVRE)
lalah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo/ nistagmus posisional paroksismal dan
membedakan vertigo sentral dan perifer.
Cara:
1. Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat berbaring terlentang dengan
kepala tergantung (disanggah dengan tangan pemeriksa) di ujung meja dan cepat-cepat
kepala disuruh menengok kekiri (10-20), pertahankan sampai 10-15 detik, lihat adanya
nistagmus.
2. Kemudian kembali ke posisi duduk dan lihat adanya nistagmus (10-15 detik).
3. Ulangi pemeriksaan dengan kepala menengok ke kanan.
Hasil :
Orang normal dengan manuver tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.
Tipe Perifer Tipe Sentral
Bangkitan vertigo Lebih mendadak, intermitten Lebih lambat, konstan
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala Otonom (mual, muntah, keringat) (++) (+)
Gangguan pendengaran (tinnitus, tuli) (+) (-)
Tanda fokal otak (-) (+)
Nistagmus Selalu ada Dapat hilang
HIPERSOMNIA
INSUFFICIENT SLEEP (Sleep Restriction l Deprivation)
Hipersomnia karena kurang tidur, atau pembatasan tidur
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis : 1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7 jam
(6 jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan psikomotor.
b. Laboratorium : Tidak diperlukan
c. Radiologis : Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
Hipersomnia sebab lain
TATA LAKSANA
a. Non Medikamentosa :
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih. Kadang kadang dibutuhkan
perubahan pola hidup dan pekerjaan.
b. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat stimulan jangka
pendek (Methylphenidote, Ritalin