You are on page 1of 5

BIOGRAFI TOKOH

Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H.




Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H. (lahir di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, 21
Juni 1962; umur 52 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia periode
2013-2016, menggantikan Akil Mochtar yang di berhentikan karena terlibat kasus
suap sengketa pilkada Kabupaten Lebak, Banten. Ia juga pernah menjabat sebagai
salah satu pengurus di Partai Bulan Bintang.
Masa kecil
Hamdan Zoelva lahir dari pasangan TG. KH. Muhammad Hasan, BA, yang
merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin di Bima, dan Hj. Siti
Zaenab Hamdan menghabiskan masa kecil di Desa Parado, sekitar 50 kilometer
dari Kota Bima. Ia dibesarkan dalam tradisi keluarga santri dan disekolahkan di
Madrasah Ibtidaiyah. Menginjak kelas 4, ia dipindahkan ke Sekolah Dasar Negeri
No. 4 Salama Nae Bima pada 1974, sambil menjalani pendidikan agama di
Madrasah Diniyah. Setelah lulus SD, ia melanjutkannya ke Madrasah Tsanawiyah
Negeri Padolo Bima pada 1977, dan menamatkan pendidikan tingkat atasnya di
Madrasah Aliyah Negeri Saleko Bima pada tahun 1981.
Pendidikan
Gelar Sarjana Hukumnya ia dapatkan dari Universitas Hasanuddin, Makassar, di
mana ia mengambil jurusan Hukum Internasional. Saat menjalani kuliah di
Universitas Hassanuddin, ayahnya meminta Hamdan untuk mengambil
pendidikan tinggi di bindang agama untuk melanjutkan tradisi keluarganya yang
berlatar belakang pesantren. Karena itu, Hamdan memutuskan untuk mendaftar ke
Fakultas Syari'ah IAIN Alaudin, Makassar (1981-1984) . Semasa mahasiswa,
Hamdan aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, salah satunya adalah
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di organisasi tersebut, ia menjabat sebagai
Ketua Badan Koordinasi HMI Indonesia Timur. Karena kegiatannya mengurus
organisasi, ia memilih untuk melepas pendidikannya di IAIN Alaudin meski
sudah berkuliah selama tiga tahun dan hampir mendapatkan gelar Sarjana Muda.
[

Ia juga sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Pelita
Harapan, Jakarta (1998-2001), yang juga tidak diselesaikan. Pada tahun 2004, ia
berhasil mendapatkan gelar Magister Hukum dari Universitas Padjajaran,
Bandung, dan meraih gelar doktor S3 di bidang Ilmu Hukum Tata Negara dari
universitas yang sama pada tahun 2010, dengan disertasi berjudul "Pemakzulan
Presiden di Indonesia."
Karir
Awal karir

Hamdan memulai
karirnya ketika dengan
menjadi asisten dosen di
Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin
serta Fakultas Syariah
IAIN Makassar (1986-
1987). Ia sempat
melamar menjadi dosen,
namun ditolak. Atas
saran dosen
pembimbingnya, ia merantau ke Jakarta dan bekerja selama tiga tahun sebagai
Asisten Pengacara & Konsultan Hukum pada Law Office OC. Kaligis &
Associates Jakarta, yang secara khusus menangani bidang Non Litigasi,
pembuatan kontrak & perjanjian - perjanjian dagang, investasi PMA, perburuhan,
negosiasi dan lain-lain sebelum akhirnya mendirikan kantor hukum sendiri,
SPJH&J Law Firm.
[4][3]
Pada tahun 1989, diangkat dan dilantik sebagai pengacara
dalam lingkungan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Di tahun 1997, Hamdan
memutuskan untuk memisahkan diri dan membangun kantor advokat Hamdan,
Sujana, Januardi, dan Partner (HSJ&P) hingga dibubarkan tahun 2004.


Karir politik
Saat reformasi terjadi di tahun 1998-1999, ia bersama sejumlah rekannya di
Forum Ukuwah Islamiyah (FUI) mendirikan partai baru, Partai Bulan Bintang
(PBB), dan ditunjuk sebagai Wakil Sekretaris Jendral. Di Pemilihan Umum 1999,
ia ikut dalam pemilihan calon anggota legislatif dan akhirnya terpilih sebagai
anggota DPR mewakili daerah kelahirannya, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berkat pengalaman organisasinya, ia juga dipercaya menjadi Sekretaris Fraksi
PBB di DPR dan kemudian duduk di badan Musyawarah (Bamus) DPR, sekaligus
menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR bidang Hukum dan Politik.
Posisinya di DPR tersebut menjadikannya terlibat langsung merumuskan berbagai
kebijakan negara yang penting dan strategis, termasuk pemilihan calon presiden
dan wakil presiden serta proses pemakzulan presiden. Pada periode 1999-2002,
Hamdan menjadi satu-satunya wakil Fraksi PBB di Panitia Ad Hoc (PAH) I MPR
yang membidani perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Ia juga menjadi salah
satu tokoh yang turut melahirkan MK lewat perannya sebagai anggota Panitia
Khusus penyusun Rancangan Undang-Undang MK. Dalam posisi ini, ia terlibat
langsung merumuskan berbagai hal mengenai MK, baik organisasi maupun
hukum beracara di MK. Ia juga terlibat sebagai salah satu anggota DPR yang
terlibat dalam uji kelayakan dan kepatutan calon Hakim Konstitusi periode
pertama dari unsur DPR.
Karir di Mahkamah Konstitusi
Setelah MK terbentuk, ia bergabung dalam Forum Konstitusi (FK), organisasi
yang didirikan para pelaku perubahan UUD 1945, sebagai sekretaris dan bekerja
sama dengan MK melakukan sosialisasi dan peningkatan pemahaman tentang
UUD 1945 ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk lewat buku naskah
Komprehensif Perubahan UUD RI 1945 yang diterbitkan MK. Selain buku
tersebut, ia juga menerbitkan buku Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi untuk
siswa tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah, SMP/Madrasah Tsanawiyah, dan
SMA/Madrasah Aliyah. Ia juga mengikuti sidang-sidang penting di MK dengan
berbagai kedudukan, antara lain mewakili DPR dalam sidang pengujian undang-
undang dan berkali-kali menjadi saksi ahli di ruang sidang MK.
Pada tahun 2004, ia bersama Januardi S. Hariwibowo mendirikan kantor hukum
Hamdan & Januardi Law Firm, ya ia tutup ketika ia diangkat menjadi hakim
konstitusi di awal tahun 2010. Dengan usia 47 tahun, ia merupakan hakim
konstitusi termuda pada periode tersebut. Selain berhenti menjadi advokat,
Hamdan juga meninggalkan semua aktivitas politiknya untuk menghindari konflik
kepentingan.
Sebagai ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Hamdan Zoelva diangkat menjadi ketua Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia menggantikan Akil Mochtar, yang diberhentikan pada 5 Oktober 2013
karena ditetapkan sebagai tersangka kasus suap sengketa pemilihan kepala daerah,
gratifikasi, serta pencucian uang. Hamdan terpilih melalui mekanisme
pemungutan suara dua putaran. Pemilihan ini diikuti 8 hakim konstitusi, yaitu
Hamdan, Harjono, Arief Hidayat, Anwar Usman, Ahmad Fadhil Sumadi, Patrialis
Akbar, Muhammad Alim, dan Maria Farida Indriarti, serta dipimpin oleh Hamdan
Zoelva sendiri. Proses voting atau pemungutan suara dipimpin oleh Hamdan
dengan disaksikan oleh Sekretaris Jenderal MK Janedjri M Gaaffar dan para
pegawai MK.
Pada putaran pertama, Hamdan mengantongi 4 suara, hakim konstitusi Arief
Hidayat mengantongi 3 suara, dan Ahmad Fadhil Sumadi dengan 1 suara. Karena
tidak ada yang mencapai perolehan 5 suara sebagai batas minimal (setengah dari
jumlah hakim), maka pemungutan suara putaran kedua digelar. Pada putaran
pertama, Hamdan mengantongi 4 suara, hakim konstitusi Arief Hidayat
mengantongi 3 suara, dan Ahmad Fadhil Sumadi dengan 1 suara. Karena tidak
ada yang mencapai perolehan 5 suara untuk memenuhi ketentuan harus meraih
suara dari setengah jumlah hakim, maka pemungutan suara putaran kedua digelar.
Pada putaran kedua, Hamdan memenangi pemilihan setelah mengantongi 5 suara.
Sementara itu, Arief hanya mengantongi 3 suara. Dengan hasil ini, Hamdan
Zoelva diangkat menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan
dilantik pada 1 November 2013. Posisi Wakil Ketua MK yang sebelumnya
ditempati Hamdan menjadi kosong, sehingga dilakukan pemilihan lagi beberapa
waktu kemudian.
Pengangkatan Hamdan Zoelva sebagai ketua Mahkamah Konstitusi sempat
mengalami polemik mengingat statusnya sebagai mantan politisi Partai Bulan
Bintang (PBB). Hamdan sendiri menyatakan bahwa ia telah melepas semua posisi
dan kegiatan politiknya semenjak menjabat menjadi hakim konstitusi di tahun
2010.
Kehidupan pribadi
Hamdan Zoelva menikah dengan R.A. Nina Damayanti S.H. dan dikaruniai tiga
orang anak, yaitu Muhammad Faris Aufar, Ahmad Arya Hanafi, A. Adib Karamy.
Hamdan memiliki hobi bermain golf dan menguasai bahasa Inggris aktif serta
bahasa Arab pasif.
Kegiatan Sosial Politik Kemasyarakatan
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang periode
2005 2010
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang tahun 2000 2005
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang
tahun 1999 2000
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Bulan Bintang periode 1998 2005
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia
periode 1998 - 2000
Vice Chairman ASEAN Moeslem Youth Secretariat.
Ketua Umum Partai Bintang Bulan 2005 - sekarang
Ketua Dewan Direktur The Regional Autonomy Center 2006- sekarang

You might also like