You are on page 1of 29

LONG CASE

HALAMAN JUDUL
NEONATUS PRETERM DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak

Pembimbing
dr. Anto Artsanto, Sp. A

Disusun oleh:
Wandi
NIM : 20090310202

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN
i

LONG CASE
NEONATUS PRETERM DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD Tidar Magelang

Disusun oleh:
Wandi
20090310202

Telah dipresentasikan pada tanggal

Februari 2014

Menyetujui,
Dokter Pembimbing

dr. Anto Artsanto, Sp. A

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas limpahan karunia Tuhan Yang Maha Esa, penulis telah
menyelesaikan Long Case yang berjudul NEONATUS PRETERM DENGAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi teman-teman sejawat yang sedang menempuh pendidikan kepanitraan
umum. Tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Martinus Anto Artsanto, Sp.A yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat selama penulis mengikuti kepaniteraan umum.
2. dr. Chrisna Hendarwati, Msi.Med, Sp.A yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
yang bermanfaat selama penulis mengikuti kepaniteraan umum.
3. Keluarga yang mendukung dengan doa.
4. Kolega bagian kesehatan anak di RSUD Tidar Magelang & RSB Budi Rahayu atas
bimbingannya.
5. Pihak-pihak lain yang membantu, namun tidak bisa disebutkan satu persatu.

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5
A.LAPORAN KASUS...............................................................................................................5
B. FOLLOW UP......................................................................................................................10
C. KUNJUNGAN RUMAH (Home visit)...............................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................12
A. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)....................................................................................12
1.

Definisi..........................................................................................................................12

2.

Klasifikasi.....................................................................................................................12

3.

Etiologi..........................................................................................................................12

4.

Permasalahan pada BBLR.............................................................................................14

5.

Penatalaksanaan............................................................................................................16

B. NEONATUS PRETERM..................................................................................................17
1.

Definisi..........................................................................................................................17

2.

Etiologi..........................................................................................................................17

3.

Masalah-masalah prematuritas......................................................................................18

4.

Gejala, Tanda dan Pemeriksaan Bayi Prematur............................................................19

5.

Komplikasi....................................................................................................................20

6.

Terapi.............................................................................................................................22

7.

Prognosis.......................................................................................................................25

8.

Pencegahan....................................................................................................................25

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................27


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................29
LAMPIRAN.............................................................................................................................30

iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. LAPORAN KASUS
o ANAMNESIS
Tanggal Anamnesis
Macam Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
-

Identitas Pasien

Nama

Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Nama Ibu
Usia Ibu
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Nama Ayah
Usia Ayah
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Agama
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar

: Tanggal 9 Januari 2014


: Alloanamnesis dengan orang tua pasien
: Bayi berat lahir rendah
: Bayi lahir kurang bulan
: By Imelda
: 9 Januari 2014
: Laki-laki
: Ny. Imelda
: 20 Tahun
: Tamat SMA
: IRT
: Tn. Rochmat Hidayat
: 23 Tahun
: Tamat SMA
: Buruh
: Islam
: Bagongan 4/2, Sukorejo, Mertoyudan, Magelang
: 9 Januari 2014, Pukul 05.00 WIB
: 11 November 2014

Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi laki-laki lahir SC a/i Oligohidramnion di RSB Budi Rahayu, ditolong oleh
dr.residen obsgyn dengan usia kehamilan 35 minggu pada tanggal 9 Januari 2014
pukul 11.30 WIB. Bayi lahir dengan Apgar skor 8-9-10, berat bayi lahir 2000 gram
dan panjang 41 cm. Keadaan umum saat lahir baik, menangis kuat, bergerak aktif,
dan berwarna pink kemerahan. Bayi diterima dibagian perinatal tanggal 9 Januari
2014 pukul 11.35 WIB.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Alergi

: disangkal
5

Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat Penyakit Jantung bawaan
Riwayat Batuk lama
Riwayat Kejang
Riwayat Hepatitis

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Alergi
Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat Penyakit Jantung bawaan
Riwayat Batuk lama
Riwayat Kejang
Riwayat Hepatitis

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat Kehamilan Ibu


Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 4x di bidan. Berat badan ibu sebelum
hamil 47 kg dan selama hamil meningkat 5 kg. Tinggi badan ibu 154 cm. Ibu
mengaku selama hamil nafsu makan berkurang dan makan dengan porsi yang
sedikit, maksimal 2x/sehari. Ibu tidak pernah memeriksakan kadar Hb maupun USG
selama kehamilan. Tekanan darah ibu selama hamil normal dan menjelang persalinan
110

/70 mmHg. Riwayat kehamilan ibu G1P1A0 , HPHT 09 Mei 2013, HPL 16 Februari

2014, Hamil 35 minggu.


o Riwayat Natal
Bayi dilahirkan SC ai Oligohidramnion dari ibu G1P1A0 dengan usia
o

kehamilan 35 minggu. Lahir di RSB Budi Rahayu dengan Apgar skor 8-9-10.
Riwayat Postnatal
Bayi dirawat di incubator di bagian perinatal RSB Budi Rahayu dengan
ASI eksklusif.

Riwayat Perkembangan
0 3 hari
: Bayi menangis kuat, gerak aktif, reflek Moro (+), reflek hisap
Kesimpulan

(+), reflek telan (+), reflek genggam (+), reflek routing (+)
: Perkembangan belum dapat dinilai
6

Riwayat Nutrisi
03
Kesimpulan

: bayi minum ASI, jumlah cukup


: kualitas dan kuantitas nutrisi cukup

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal di perkampungan berserta ayah, ibu, kakek, nenek di sebuah
rumah

sederhana,

dinding

tembok,

beratap

genting.

Lingkungan

rumah

diperkampungan dengan sanitasi dan kebersihan yang cukup. Air minum berasal dari
sumur. Pendapatan keluarga Rp. 1.000.000/ bulan.
Kesimpulan : pasien dan keluarga memiliki sosial ekonomi kelas bawah.
o PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 9 Januari 2014
Subjektif : Demam (-), gumoh (-), kejang (-), minum ASI cukup, BAB biasa, BAK biasa.
Objektif :
Keadaan Umum
: Baik
Tenang
Status gizi belum dapat dinilai
Tidak tampak dehidrasi
Wajah tidak khas, tidak sindrom down
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Nadi
: 116x/menit
Suhu
: 35,9 oC
RR
: 28x/menit
Antropometri
: Berat badan
: 2000 gram
Panjang badan
: 41 cm
Lingkar kepala
: 30 cm
Lingkar dada
: 27 cm
Lingkar lengan atas : 8 cm
Kepala
: Bentuk
: Mesochepal
Sutura
: Tidak melebar
Fontanella
: Tidak menonjol
Caput suksedaneum : (-)
Cephal hematom
: (-)
Rambut
: Hitam, dapat dipilah
Mata
: CA -/-, SI -/-, discharge (-)
Hidung
: Nafas cuping (-), discharge (-)
Telinga
: Kartilago blm terbentuk sempurna
Bibir
: Pink, labioskisis (-),Sianosis (-)
Leher
: Normocoli, limfenodi tak teraba, leher kaku (-), kaku kuduk (-)
Thorax

: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: simetris, retraksi (-), puting belum menonjol


: ketinggalan gerak (-)
: Sonor (+/+)
: vesikuler (+/+), ronki (-/-),
7

Ekstremitas

wheezing (-/-), S1/S2 reguler, bising (-)


: datar, jejas (-), tali pusat dbn
: peristaltic (+)
: Timpani
: supel, Hepar dan Lien tak teraba
: Akral dingin, rajah tangan dan kaki belum

terbentuk sempurna
Genital

: Jenis kelamin laki-laki, rugae skrotum belum

Abdomen

: Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

terbentuk sempurna,testis belum turun


Anus dan Rektum
: Paten
Kulit
: Lanugo banyak, turgor baik
Assesment : Bayi laki-laki, lahir SC ai Oligohidramnion, N Preterm,BBLR
Manajemen :
Inj.Vit K 1mg/im
gentamisin 1 ods
Bolus D 10% 6cc
Rawat inkubator

B. FOLLOW UP
Tanggal 10 Januari 2014

Tanggal 11 Januari 2014

S : Bayi laki-laki lahir SC ai Oligohidramnion,

S : Bayi laki-laki lahir SC ai

BB lahir 2000 gram, menangis kuat, gerak

Oligohidramnion, BB lahir 2000 gram,

aktif, warna pink

menangis kuat, gerak aktif, warna pink

O:N

: 117x/menit

O:N

: 120x/menit

: 35,8oC

: 36,2oC

GDS

: 28 mg/dl

GDS

: 120 mg/dl

Kepala

: Mesocephal

Kepala

: Mesocephal

Mata

: CA -/- , SI -/-

Mata

: CA -/- , SI -/-

Hidung

: nafas cuping hidung (-)

Hidung

: nafas cuping hidung (-)

Bibir

: sianosis (-)

Bibir

: sianosis (-)

Telinga

: Kartilago blm terbentuk

Telinga

: Kartilago blm terbentuk

sempurna

sempurna

Leher

: Normocolli, lnn ttb

Leher

: Normocolli, lnn ttb

Thorak

: simetris, retraksi (-)

Thorak

: simetris, retraksi (-)

Pulmo

: bronkovesikuler +/+

Pulmo

: bronkovesikuler +/+

Cor

: S1/S2 reguler

Cor

: S1/S2 reguler

Abdomen

: Supel, datar, BU (+)

Abdomen

: Supel, datar, BU (+)

Eks

: akral dingin

Eks

: akral dingin

A : Bayi laki-laki, lahir SC ai


Oligohidramnion, N. preterm
BBLR.
P : Inj.Vit K 1mg/im
gentamisin 1 ods
Bolus D 10% 6cc
Rawat inkubator

A : Bayi laki-laki, lahir SC ai Oligodramnion,


N. preterm, BBLR.
P : Inj.Vit K 1mg/im
gentamisin 1 ods
Bolus D 10% 6cc
Rawat inkubator
ASI eksklusif

C. KUNJUNGAN RUMAH (Home visit)


Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 28 Januari 2014. Pasien tinggal di
perkampungan dengan ayah, ibu, kakek dan neneknya tinggal di sebuah rumah sederhana,
9

dinding tembok, beratap genting, lantai keramik dan lantai dapur tanah, rumah bersebelahan
dengan tempat panglong kayu, serta terdapat kolam lele dibelakang rumah. Lingkungan rumah
diperkampungan dengan sanitasi dan kebersihan yang cukup . Air minum berasal dari sumur.
pendapatan keluarga Rp. 1.000.000,- setiap bulan.
Dari hasil anamnesis, sepulang dari perawatan di Budi Rahayu pasien tidak pernah
demam, kejang (-), sempat 1 kali BAB cair, kadang ada batuk, sering cegukan setiap habis netek
atau diganti pakaiannya. Nutrisi pasien dari ASI eksklusif, menetek kuat. Perawatan harian,
pasien dimandikan 2 kali sehari dengan air hangat, dihangatkan dengan lampu dan disinari
matahari 10 menit di pagi hari. Tanggal 20 januari 2014 dibawa ke posyandu, berat badan 2.300
gram, panjang badan 41 cm, belum mendapat imunisasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10

A. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)


1. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Prawirohardjo, 2010).
2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR :
a. Menurut harapan hidupnya :
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya :
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat lahir sesuai dengan berat lahir untuk masa gestasi atau biasa
disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat lahir kurang dari berat lahir
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
3. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat lahir rendah :
a.

Faktor Ibu
1) Penyakit

Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan


antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.

Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,


hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.


11

2) Ibu

Angka kejadian bayi lahir dengan berat lahir rendah tertinggi


adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1


tahun).

Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan Sosial Ekonomi

Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal


ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.

Aktivitas fisik yang berlebihan

b. Faktor Janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio

plasenta,

sindrom

tranfusi

bayi

kembar

(sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini.


d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Permasalahan pada BBLR


BBLR

memerlukan

perawatan

khusus

karena

mempunyai

permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan


kondisi tubuh yang belum stabil (Prawirohardjo, 2010).
a.

Ketidakstabilan Suhu Tubuh

12

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36C37C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan,
produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
b. Gangguan Pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping
itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
c. Imaturitas Imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal
melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan
substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa
kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi
terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita
infeksi.
d. Masalah Gastrointestinal dan Nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang
menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus,
menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,

13

meningkatnya

resiko

NEC

(Necrotizing

Enterocolitis).

Hal

ini

menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
e. Imaturitas Hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
f. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula
darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya

pemberian

glukosa.

Bayi

berat

lahir

rendah

dapat

mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40


mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun
sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat
pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi.
Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang
rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

5. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu.
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi.
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan
semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi
14

BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
dengan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
infeksi antara lain :
1. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan.
c. Pengawasan nutrisi/ASI.
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi
keduanya.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,
menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke
lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah
mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.
d. Penimbangan.
B. NEONATUS PRETERM
1. Definisi
Bayi prematur adalah bayi hidup yang dilahirkan sebelum minggu ke 37 dari
HPHT (WHO).
15

2. Etiologi
Umumnya tidak diketahui. Prematur biasanya dikaitkan dengan kondisi berikut :
-

Status sosio ekonomi yang rendah, yang bisa dinilai berdasarkan


pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, tempat tinggal, kelas sosial atau
pekerjaan.

Wanita berusia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun lebih sering


melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Penyakit ibu baik yang akut maupun yang kronis.

Kelahiran kembar.

Gangguan kelahiran terdahulu.

Faktor-faktor obstetri seperti malformasi uterus, trauma uterus, plasenta


previa, solusio plasenta, kelainan hipertensi, inkompetensi serviks, riwayat
operasi

serviks,

dan

amnionitis

juga

memberi

kontribusi

pada

prematuritas.
-

Kondisi fetus seperti IUGR

Infeksi dari serviks, uterus atau traktus urinarius, yang mungkin


disebabkan Penyakit Menular Seksual dan Streptococcus beta.

Penyalahgunaan tembakau, alkohol atau obat-obatan lainnya.

Nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan.

Perdarahan antepartum.

Pre-eklampsia

Stress

16

3. Masalah-masalah prematuritas
-

Kemampuan

menghisap,

menelan

dan

bernafas

dalam

keadaan

terkoordinasi belum tercapai sampai minggu ke 34-36 gestasi. Karenanya


pemberian makanan secara enteral harus dilakukan dengan menggunakan
sonde. Lebih lanjut lagi bayi prematur sering mengalami refluks esofageal
dan refleks cegukan yang belum matur, hal ini meningkatkan resiko
aspirasi makanan.
-

Ketidakmaturan

paru-paru.

defisiensi

surfaktan,

sering

disertai

ketidakmaturan struktural pada bayi dengan usia gestasi 26 minggu.


Kondisi ini diperumit dengan kombinasi dari paru-paru yang tidak
mengembang dan dinding dada yang mengembang.
-

Ketidakmaturan kontrol pernafasan, yang menyebabkan apneu dan


bradikardi.

Absorpsi substrat oleh traktus gastrointestinal yang rusak sehingga


mengganggu pengaturan nutrisi,

Fungsi ginjal yang belum matur mencakup fungsi filtrasi dan tubular,
pengaturan cairan serta elektrolit yang rumit.

Meningkatnya kerentanan terkena infeksi

Ketidak maturan proses metabolisme, merupakan predisposisi terjadinya


hipoglikemia dan hipokalsemia.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR). BBLR mengacu pada bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram. BBLSR menggambarkan bayi dengan berat kurang dari 1500
gram. BBLR dan BBLSR memiliki resiko yang lebih tinggi menderita
cerebral palsy, sepsis, penyakit paru kronis, dan kematian. Bayi-bayi ini
juga memiliki resiko yang lebih tinggi terkena hipotermia yang bisa sangat
berbahaya.
17

4. Gejala, Tanda dan Pemeriksaan Bayi Prematur


Gejala gejala:
Berat Bayi Lahir Rendah kurang dari 2500 gram.
Kulit yang tipis, halus, berkilat serta hampir transparan
Vena-vena mudah terlihat lewat kulit
Penampilan yang berkerut-kerut
Kartilago telinga yang lembut dan fleksibel
Rambut tubuh yang disebut lanugo
Pola bernafas yang irreguler
Tangisan lemah
Umumnya tidak aktif, dapat pula aktif segera setelah lahir
Refleks hisap dan menelan yang tidak efektif.
Klitoris yang membesar (bayi perempuan)
Skrotum yang kecil, halus tanpa rugae (bayi laki-laki)
Tanda-tanda dan pemeriksaan:
Bayi mungkin memiliki temperatur yang rendah, nafas cepat atau usaha
bernafas yang lemah. Pemeriksaan-pemeriksaan umum yang dilakukan pada bayi
prematur mencakup:
-

Foto Thorax untuk menetapkan maturitas paru dan permulaan dari Respiratory
Distress Syndrome
18

Analisis Gas Darah

Glukosa serum

Serum kalsium

Serum bilirubin

5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul mencakup:

Hyaline membrane disease (respiratory distress syndrome) Paru-paru bayi belum


berkembang sepenuhnya. Petugas kesehatan dapat memberi bayi ini tipe tertentu
steroid yang disebut kortikosteroid untuk membantu paru-paru matur lebih cepat.
Steroid ini juga dapat mengurangi resiko cedera otak. Kadang-kadang, memberi
paru-paru sedikit dorongan dalam perkembangannya dapat membantu bayi
bernafas lebih mudah, yang memungkinkan mereka menjadi lebih kuat. Petugas
kesehatan juga dapat memberi kortikosteroid kepada wanita yang beresiko
melahirkan bayinya sebelum 34 minggu masa gestasi, untuk mencoba mencegah
bayinya mengidap RDS.

Paru-paru kehilangan material penting. Agar paru-paru dapat bekerja dengan


baik, batasnya harus dilapisi sepenuhnya dengan lapisan berbusa licin yang
disebut surfaktan. Fetus yang sedang berkembang tidak memproduksi surfaktan
yang cukup untuk bernafas di luar kandungan sampai titik tertentu perkembangan.
Bayi-bayi yang dilahirkan prematur hanya memiliki sekitar 5 % dari surfaktan
yang dibutuhkan, yang menyebabkan mereka memiliki resiko yang tinggi
menderita RDS. Melalui penelitian yang dilakukan NICHD, bayi prematur
sekarang dapat menerima surfaktan pengganti untuk melapisi paru-paru mereka
dan memungkinkan untuk bernafas lebih mudah. Pada kasus tertentu,
mendapatkan surfaktan pengganti dapat mencegah timbulnya RDS sepenuhnya,
pada kasus lainnya, surfaktan pengganti menyelamatkan bayi dari kerusakan
jangka panjang.
19

Retinopati dan kebutaan atau kehilangan penglihatan yang terkait.


neovascularizing

disorder

mempengaruhi

bayi

prematur

yang

Retinal
dapat

menimbulkan kebutaan. Intervensi berkala dengan cryoterapi atau terapi laser


dapat

menurunkan

progresifitas

penyakit.

Pemeriksaan

inisial

yang

direkomendasikan adalah pada waktu bayi berusia 42 hari atau 32 minggu setelah
konsepsi.

Hiperplasia bronkopulmoner

Penyakit jantung

Inflamasi usus berat (necrotizing enterocolitis)

Jaundice

Infeksi atau septikemia

Anemia, anemia pada prematuritas timbul pada bayi BBLR 1-3 bulan setelah
dilahirkan dan dikaitkan dengan kadar hemoglobin di bawah 7-10 g/dl dan
bermanifestasi klinis antara lain pucat, apnue, kurangnya pertambahan berat,
aktivitas yang menurun, takipnue, takikardi dan gangguan pemberian makan.

Gula darah rendah (hipoglikemia)

Gangguan tumbuh kembang Bayi yang lahir prematur 3-5 minggu, dengan berat
yang cukup untuk masa kehamilan dan dengan komplikasi medis minimal
sepertinya memiliki perkembangan yang serupa dengan bayi aterm, walau
kadang-kadang lebih lambat, mungkin menunjukkan lebih banyak waktu statis.
Kelompok bayi prematur ini dapat mengejar ketertinggalannnya dalam waktu 1
tahun.

Retardasi mental dan gerak

Hypothyroxinemia

dari

bayi

prematur

mencerminkan

ketidakmaturan

hipotalamus-kelenjar pituitari-dan tiroid. Kita setuju dengan ide bahwa keadaan


ini adalah fisiologis untuk neonatus prematur karena lingkungan intrauterus akan
20

menghindarkan keadaan hipotiroksinemia dan sebagai hasil dari TSH yang tinggi
menyebabkan maturasi tiroid. Konsekuensi dari kontrasnya titik pandang ini agak
berbeda dengan tindakan terapi untuk menghindari hipotiroksinemia yang
biasanya diidentikan dengan gangguan perkembangan saraf.
6. Terapi
Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menghadapi bayi prematur
menunda kelahiran selama mungkin atau mempersiapkan kelahiran bayi prematur
dengan baik. Kedua cara ini dapat digunakan secara bersamaan.
Kelahiran prematur tidak selalu dapat dicegah. Bayi yang prematur dapat
menderita RDS. Untuk mencoba mengurangi resiko ini, ibu hamil diberi
glukokortikoid secara rutin. Glukokortikoid yang diberikan biasanya adalah
betametason atau dexametason.
Ketika kelahiran prematur berlangsung dan tidak dapat dihentikan secara
medis, rencana untuk penanganan bayi prematur dan ibunya dibuat, yang
mungkin mencakup transportasi ibu ke tempat dengan fasilitas perawatan bayi
prematur, seperti NICU.
Ketika lahir, perawatan yang dibutuhkan untuk membersihkan jalan nafas,
pernafasan pertama, perawatan tali pusar dan mata, serta pemberian vitamin K
adalah sama antara bayi-bayi prematur dengan bayi aterm. Pertimbangan lainnya
adalah kebutuhan untuk pengaturan suhu dan menjaga denyut jantung serta
respirasi, terapi oksigen dan perhatian khusus pada pemberian makanan.Untuk
menjamin keadaan sistem pernafasan dan jantung serta mengantisipasi masalah
umum lainnya berkaitan dengan prematuritas, evaluasi segera dan jika perlu
dilakukan resusitasi setelah kelahiran. Bayi akan dikirim ke perawatan bayi
beresiko tinggi dengan petugas terlatih dalam perawatan bayi prematur.
Bayi ditempatkan dibawah penghangat atau diisolasi dengan suhu yang
dikontrol dimana observasi dan perawatan dilakukan.Temperatur lingkungan yang
21

optimal untuk kehilangan panas minimal dan konsumsi oksigen minimal untuk
bayi yang tidak berpakaian adalah 36,5-37 C.
Menjaga kelembapan relafif 40-60% yang membantu menjaga temperatur
tubuh dengan mengurangi kehilangan panas pada temperatur ruangan yang lebih
rendah, mencegah kekeringan dan mencegah iritasi pada epitel jalan nafas
terutama selama pemberian oksigen dan selama atau setelah intubasi endotrakeal.
Tergantung dari derajat prematuritas, bayi mungkin tidak langsung bernafas
segera setelah lahir, atau usaha bernafas mungkin tidak cukup untuk
mengembangkan dada dan mengirim oksigen ke tubuh bayi. Pada kasus semacam
ini pipa untuk bernafas diselipkan ke trakea dari bayi, dan pernafasan buatan
diberikan dengan respirator.
Pemberian makanan dapat dilakukan dengan menyisipkan pipa ke dalam
lambung, karena bayi ini biasanya tidak mampu menghisap dan menelan sebelum
minggu ke 34 masa gestasi. Pemberian makanan dengan IVFD dapat diberikan
pada bayi yang sangat parah.
Kebutuhan cairan bervariasi tergantung dari masa gestasi, keadaan
lingkungan, dan tingkat penyakit. Memperkirakan kehilangan cairan minimal
dalam feces bayi yang tidak mendapatkan cairan secara oral, kebutuhan cairan
mereka sama dengan insensible water loss, ekskresi dari ginjal, pertumbuhan,
dan kehilangan cairan yang tidak biasa. Insensible water loss sangat erat terkait
dengan masa gestasi; bayi yang sangat prematur (<1000 gram) dapat kehilangan
2-3 ml/kg/hr, sebagian dikarenakan kulitnya yang belum matur, kekurangan
jaringan subkutan serta area besar permukaan yang terbuka. Bayi prematur yang
lebih besar (2000-2500 gram) yang dirawat dalam inkubator mungkin mengalami
insensible water loss sekitar 0,6-0,7 ml/kg/hr.
Intake cairan pada bayi aterm biasanya dimulai pada 60-70 ml/kg pada
hari pertama dan meningkat 100-120 ml/kg pada hari ke 2-3. Pada bayi prematur
yang lebih kecil mungkin perlu dimulai pada 70-80ml/kg pada hari pertama dan
22

ditingkatkan sampai 150 ml/kg/hari. Bayi dengan berat badan kurang dari 750
gram pada minggu pertama kehidupan memiliki kulit yang belum matur dan area
permukaan yang lebih luas yang menyebabkan kehilangan cairan secara
transdermal yang lebih banyak, sehingga membutuhkan cairan parenteral yang
lebih banyak. Berat perhari, urin, dan urea nitrogen serum dengan elektrolit harus
diperhatikan

baik-baik

untuk

menentukan

keseimbangan

cairan

dan

kebutuhannya.
Pemberian makanan intra vena harus dapat menyediakan cairan yang
mencukupi, kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk menjaga kelancaran
pertumbuhan bayi dengan berat lahir rendah. Tujuan pemberian makanan
parentral adalah untuk menyediakan kalori yang cukup dari glukosa, protein, dan
lemak untuk menunjang pertumbuhan. Cairan infus harus mengandung 2,5-3 g/dl
dari asam amino sintetis dan glukosa pada kisaran 10-15 g/dL dengan tambahan
sejumlah elektrolit, mineral dan vitamin. Jika vena perifer yang digunakan
disarankan untuk menjaga konsentrasi glukosa dibawah 12,5 g/dL. Jika vena
sental yang digunakan, konsentrasi glukosa setinggi 25g/dL dapat digunakan
kadang-kadang. Emulsi lemak intra vena seperti 20% Intralipid (2,2kcal/ mL)
dapat diberikan untuk persediaan kalori tanpa pemberian osmotik sehingga
menurunkan kebutuhan untuk memberikan cairan infuse glukosa pada kadar yang
lebih tinggi dan biasanya mencegah defisiensi asam lemak.
Setelah intake kalori lebih besar dari 100kcal/kg/24 jam, bayi dengan berat
lahir rendah dapat diharapkan untuk menambah beratnya sebesar 15 g/kg/24 jam,
dengan balans nitrogen yang positif dari 150-200 mg/kg/24 jam, jika tidak terjadi
sepsis, prosedur operasi atau stres berat lainnya. Penambahan berat ini dapt
diperoleh pada minggu pertama hidupnya dengan memberi infuse perifer 2,5-3,5
g/kg/24 jam dari campuran asam amino, 10 g/dL glukosa dan 2-3 g/kg/24 jam
intralipid.
Pemberian makanan secara oral tidak diperbolehkan pada bayi dengan
distress pernafasan, hipoksia, insufisiensi sirkulasi, sekresi yang berlebihan,
23

tersedak, sepsis, depresi sistem saraf pusat. Pada bayi-bayi ini kebutuhan cairan,
kalori dan elektrolit didapatkan lewat pemberian makanan secara parentral atau
pemberian makanan dengan sonde. Pada bayi preterm sekitar masa gestasi 34
minggu atau lebih pemberian makanan dilakukan dengan menggunakan botol atau
dengan pemberian ASI.
Perawatan diperlukan sampai bayi mampu menerima makanan secara oral,
menjaga suhu tubuh, dan menambah berat badan sekitar 2500 gram.
7.

Prognosis
Prematuritas adalah sebab utama kematian bayi. Teknik kedokteran serta
perawatan yang berkembang telah meningkatkan angka survival dari bayi
prematur. Kesempatan bertahan yang lebih besar dikaitkan dengan lamanya
kehamilan. Pada bayi yang dikandung selama 28 minggu kemungkinannya 80 %.
Prematuritas adalah bukan tanpa efek jangka panjang. Banyak bayi
prematur memiliki masalah medis yang menetap sampai masa kanak-kanak
bahkan permanen. Semakin bayi itu prematur dan semakin rendah berat bayi,
semakin besar resiko komplikasinya.

8.

Pencegahan
Satu dari langkah terpenting untuk mencegah prematuritas adalah memulai
perawatan prenatal sedini mungkin dan meneruskannya selama kehamilan.
Statistik menunjukkan perawatan prenatal yang baik menurunkan resiko kelahiran
prematur, melahirkan bayi kecil dan kematian selama persalinan serta dalam
masa neonatal.
Persalinan prematur kadang-kadang dapat diobati atau ditunda dengan
pengobatan yang menghambat kontraksi uterus.
Walaupun sejumlah obat-obatan dan intervensi lainnya telah digunakan
untuk mencegah persalinan preterm, tidak ada yang menunjukkan efektifitas
24

sepenuhnya. Karena itu American College of Obstetricians and Gynecologist telah


merekomendasikan tokolitik ketika terdapat kontraksi uterus regular disertai
perubahan serta dilatasi serviks.
Hal lain yang dilakukan untuk mencegah persalinan preterm adalah bed
rest, hidrasi dan sedasi, pemberian agonis beta adrenergic seperti ritodrin dan
terbutalin serta pemberian inhibitor prostaglandin.

25

BAB III
KESIMPULAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Klasifikasi BBLR :
1. Menurut harapan hidupnya :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
2.

Menurut masa gestasinya :


a. KMK (Kecil Masa Kehamilan)
b. SMK (Sesuai Masa Kehamilan)

Penyebab BBLR :
1.

Faktor Ibu

2.

Faktor Janin

3.

Faktor Placenta

4.

Faktor Lingkungan

Penatalaksanaan :
1.

Mempertahankan suhu

2.

Mencegah infeksi

3.

Pengawasan nutrisi/ASI

4.

Penimbangan

Neonatus preterm adalah bayi hidup yang dilahirkan sebelum minggu ke 37 dari HPHT.
26

Penyebab neonates preterm :


-

Status sosio ekonomi yang rendah

Usia ibu yang terlalu muda dan tua saat hamil

Penyakit ibu

Kelahiran kembar

Gangguan kelahiran dahulu

Faktor-faktor obstetric

Kondisi fetus

infeksi dari serviks

Nutrisi yang kurang saat hamil

Perdarahan antepartum
Penatalaksanaan neonates preterm :

Saat lahir : Membersihkan jalan nafas, perawatan tali pusar & mata, pemberian vit. k

Pengaturan suhu (bayi ditempatkan pada tempat dengan suhu yang dikontrol )

Menjaga denyut jantung serta respirasi, terapi oksigen

Menjaga kelembapan

Pemberian makanan
Perawatan diperlukan sampai bayi mampu menerima makanan secara oral, menjaga
suhu tubuh, dan bertambah berat badan sampai 2500 gram.
Pencegahan neonates preterm :
Satu dari langkah terpenting untuk mencegah prematuritas adalah memulai

perawatan prenatal sedini mungkin dan meneruskannya selama kehamilan. Statistik


menunjukkan perawatan prenatal yang baik menurunkan resiko kelahiran prematur,
melahirkan bayi kecil dan kematian selama persalinan serta dalam masa neonatal.

DAFTAR PUSTAKA
27

1. Arfin Behrman Kligman, Nelson (ed). Ilmu Kesehatan Anak, volume I, edisi 15. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1999
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis : Asfiksia. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI
3. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
4. Surasmi, A., S Handayani, & HN Kusuma. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta :
EGC
5. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan edisi ke 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiro Hardjo
6. Stell BJ. The High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 17 th edition. Dalam
Kliegman RM,editor. Philadelphia, USA: Saunders 2004; hal 547-559.
7. Cochran WD & Lee KG. Assesment of The New Born Identifying The High Risk New
Born and Evaluating Gestational Age, Prematurity, Postmaturity, Large for Gestational
Age, and Small for Gestational Age. Manual of Neonatal Care 5 th edition. Dalam
Cloherty JP & Richenwald EC, editor. Philadelphia: Lippincot Williams Wilkins 2004;
hal 33-51.
8. http://www.nichd.nih.gov/womenshealth/research/pregbirth/preterm.cfm
9. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001562.htm
10. Attar MA, Gates MR, Iatrow AM, Lang SW & Bratton SL. Barriers to Screening Infants
for Retinopathy of Prematurity after Discharge or Transfer from a Neonatal Intensive
Care Unit. Prematur Journal of Perinatology (2005) 25, 3640.
11. Wilson SL & Cradock MM. Review: Accounting for Prematurity in Developmental
Assessment and the Use of Age-Adjusted Scores. Journal of Pediatric Psychology 2004
29(8):641-649.

28

12. De Escobar GM. The Hypothyroxinemia of Prematurity. The Journal of Clinical


Endocrinology & Metabolism 1998 Vol. 83, No. 2: 713-715.
LAMPIRAN

29

You might also like