You are on page 1of 9

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URIN
Di Cendana 5 RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Dasar









Disusun oleh :
RISTIA ANGGARINI
09/281900/KU/13168





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
2

I. KONSEP KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
A. PENGERTIAN
Konsep urine normalnya adalah pengeluaran cairan.proses pnegeluaran cairan ini
sangat tergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter
baldder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter
mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai
batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Anatomi fisiologi perkemihan
1. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua, panjangnya 12,5
cm dan tebalnya 2,5 cm. Beratnya kurang lebih 125 sampai 175 gram pada laki-
laki dan 115 sampai 155 gram pada perempuan. Ginjal terletak retro peritoneal
dalam rongga abdomen dengan bagian atas setinggi vertebra thorakal 11 dan 12.
ginjal dilindungi oleh otot-otot abdomen jaringan lemak dan kapsula adiposa.
Nefron merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Satu ginjal mengandung
1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine. Proses filtrasi, absorbsi
dan sekresi dilakukan oleh nefron.
Fungsi utama ginjal:
- Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion dan obat-obatan
- Mengatur jumlah zat kimia dalam tubuh
- Mempertahankan keseimbangan antra air dan garam-garam serta asam basa
- Menghasilkan renin
- Menghasilkan hormon eritopietin
- Membantu dalam pembentukan vitamin D
2. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu ke
baldder melalui ureter. Setelah meningggalkan ginjal, ureter berjalan kebawah
dibelakang peritoneum ke dinding bagian belakang kandung kemih. Lapisan
tengah ureter terdiri atas otot-otot yang distimulasi oleh transmisi impuls elektrik
berasal dari saraf otonom. Akibat gerakan peristaltik ureter maka urine didorong
ke kandung kemih.
3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine, terletak didasar
panggul pada daerah retroperitoneiumdan terdiri atas otot-otot yang dapat
3

mengecil. Kandung kemih terdiri atas 2 bagian yaitu fundus yang tersusun oleh
otot-otot lingkar, detrussor, dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan
uretra. Pada leher kandung kemih terdapat spingter interna yang dikontrol oleh
sistem saraf otonom. Kandung kemih dapat menampung 300-400 ml urin.
4. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar tubuh. Kontrol
pengeluaran terjadi karena adanya spingter kedua yaitu spingter ekterna. Panjang
uretra pada wanita lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada pria panjangnya 20
cm. Sehingga pada wanita lebih berisiko terjadi ISK. Bagina paling luar dari
uretra disebut meatus urinari. Pada wanita meatus terletak pada labia minora di
bawah klitoris dan diatas vagina.

B. NILAI-NILAI NORMAL
Pola eliminasi urine normal
Pola eliminasi sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah
bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sebanyak 5 kali.
Karakteristik urin normal
Warna urin normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.
Namun demikian warna urine tergantung intake cairan keadaan dehidrasi
konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan tertentu
seperti multivitamin dan preparat besi maka urin akan berubah menjadi kemerahan
sampai kehitaman. Bau urin normal adalah khas amoniak yang merupakan hasil
pemecahan urea oleh bakteri. Pengobatan juga akan berpengaruh pada bau urin. Urin
yang normal tidak mengandung glukosa, protein atau leukosit. Jumlah urine yang
dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada dewasa
150-600 ml per miksi atau 0,5-1 ml/kg BB/jam.
Tabel 1. Rata-rata pengeluaran urin tiap hari pada kelompok usia
Usia Jumlah (ml)
1-2 hari
3 10 hari
10 hari 2 bulan
2 bulan 1 tahun
1 3 tahun
3 5 tahun
5 m- 8 tahun
15 60
100 300
250 450
400 500
500 600
600 700
700 1000
4

8 14 tahun
14 tahun dewasa
Lanjut usia
800 1400
1500
1500

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
1. Pertumbuhan dan perkembangan Usia dan BB dapat berpengaruh pada
pengeluaran urine. Pada lansia volume baldder berkurang demikian juga wanita
hamil sehingga frekuensi berkemih menjadi sering.
2. Sosiokultural Budaya masyarakat dimana sebagian hanya dapat miksi pada
tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi
terbuka.
3. Psikologis keadaan stress dan cemas akan mingkatkan pola miksi.
4. Kebiasaan seseorang, misalnya kebiasaan kencing di toilet
5. Tonus otot Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, abdomen dan
pelvis untuk berkontraksi, jika ada gangguan tonus maka dorongan akan
menurun.
6. Intake cairan dan makanan Alkohol menghambat ADH untuk meningkatkan
pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat
meningkatkan pembuangan dan eksresi urine.
7. Kondisi penyakit keadaan demam akan menurunkan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit.
8. Pembedahan Penggunaan anestesi menurunkan filtasi glomerulus.
9. Pengobatan Pemberian diuretik akan meningkatkan urine output, sedangkan
obat antikolinergik dan antihipertensi akan menimbulkan retensi urine
10. Pemeriksaan diagnostik Cystocopy dapat menimbulkan edema lokal pada
uretra, spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
Masalah dalam eliminasi urine
1. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan baldder
dalam mengosongkannya. Penyebab distensi baldder adalah urine yang terdapat
dalam baldder melebihi 400 ml. Normalnya 200-400 ml.
2. Inkotinensia urine
Adalah ketidakmampuan otot spingter eksterna sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkotinensia: pertama stres
5

inkotinensia yang terjadi saat tekanan intra abdomen meningkat seperti pada
batuk dan tertawa. Yang kedua urge inkotinensia yaitu inkotinensia yang terjadi
saat klien terdesak ingin berkemih hal ini akibat ISK bagian bawah atau spasme
baldder.
3. Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna.
Perubahan pola berkemih
Frekuensi
Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan.
Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena
cystitis. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil. Nokturia adalah
meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini tidak akibat
meningkatnya intake cairan.
Urgency
Yaitu perasaan seseorang untuk berkemih. Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet
takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil
masih buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.
Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Dapat terjadi karena :
striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.
Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari,
tanpa adanya peningkatan intake cairan. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi
ADH, penyakit ginjal kronik. Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan
hilangnya berat badan.
Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine. Secara normnal urine diproduksi oleh
ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 120 ml/jam (720 1440 ml/hari)
dewasa. Urinari urgensi adalah keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine
kurang dari 100 ml/hari. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal
disebut oliguria misalnya 100 500 ml/hari. Penyebab anuria dan oliguria :
penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan shock.

6

C. PENGKAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URIN
1. Riwayat keperawatan
1. Pola berkemih : frekuensi, pernah berubah
2. Deskripsi urin: warna, bau dan jumlah
3. Diet : makanan yang mempengaruhi berkemih, makanan yang biasa dimakan,
makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak
4. Cairan : jumlah dan jenis minuman / hari
5. Stres : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau
bagaimana menerima
2. Pemeriksaan fisik
6. Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pemeriksaan ginjal nyeri tekan, tenderness, dan bising usus.
7. Genetelia wanita: tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, adanya secret
dari maeatus.
8. Genetalia laki-laki: kebersihan, tanda-tanda inflamasi, lesi, tenderness,
adanya pemebesaran skrotum.
3. Intake dan ouput cairan
a. Kaji intake dan ouput cairan dalam sehari.
b. Kebiasaan minum di rumah.
c. Intake cairan infus, oral, makanan, NGT.
d. Kaji perubahan volume urin.
e. Output urin dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy.
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisis : warna (N; jernih kekuningan), penampilan (N: jernih), Bau (N :
beraroma), pH (N : 4,5-8), BJ (N : 1,005 1,030), Glukosa (N : negative),
Keton (N : negative).
b. Kultur urin ( N : kuman patogen negatif).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan pola eliminasi urin b.d. obstruksi anatomis
2. Retensi urin
3. Risiko infeksi b.d. prosedur invasi


7

III. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan pola
eliminasi urin b.d.
obtruksi anatomis

Definisi: keadaan
dimana individu
mengalami atau berisiko
mengalami disfungsi
eliminasi urine.
Batasan karakteristik:
Inkontinensia
Retensi
Nokturia, disuria
Frekuensi, hesistancy
Urgensi
NOC: Eliminasi Urin
Setelah dilakukan perawatan
3x24 jam, klien menunjukkan
eliminasi urin yang adekuat
dengan indikator:
Pola eliminasi dalam batas
normal (dbn)
Bau urin dbn
Jumlah urin dbn
Keseimbangan intake dan
output cairan
Pengeluaran urin tanpa
disertai nyeri
Tidak ada darah dalam urin
NIC: Manajemen Eliminasi
Urin
Monitor eliminasi urin:
frekuensi, volume, warna,
bau, volume.
Monitor adanya tanda dan
gejala retensi urin
Ajarkan pada pasien
tentang tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
Laporkan jika ada tanda
dan gejala ISK
Anjurkan pasien untuk
minum 8 gelas/hari


2 Retensi Urin b.d.
tingginya tekanan
uretra karena
kekuatan destrusor
(yang merusak)

Definisi: pengosongan
kandung kemih yang
tidak lengkap.
Batasan karakteristik:
Distensi kandung
kemih
Keluaran urin sedikit
atau tidak ada
Disuria
Overflow incontinence
Ada urin sisa
NOC: Eliminasi Urin
Setelah dilakukan perawatan
3x24 jam, klien menunjukkan
eliminasi urin yang adekuat
dengan indikator:
Pola eliminasi dalam batas
normal (dbn)
Bau urin dbn
Jumlah urin dbn
Keseimbangan intake dan
output cairan
Pengeluaran urin tanpa
disertai nyeri
Tidak ada darah dalam urin

NOC: Kontinensia Urin
Setelah dilakukan perawatan
3x24 jam, klien mampu
mngontrol pengeluaran urin
menunjukkan dengan
indikator:
Mampu memulai dan
menghentikan miksi
Pengosongan kandung
kemih lengkap
NIC: Kateterisasi Urin
Jelaskan prosedur dan
rasional pemasangan
kateter.
Lakukan pemasangan
kateter sesuai dengan
prosedur.
Lakukan pemasangan
kateter dengan teknik
septik
Monitor intake dan output
cairan
Ajarkan pada klien atau
keluarga untuk menjaga
kebersihan kateter.

NIC: Perawatan Retensi Urin
Kaji sistem urinaria secara
komprehensif meliputi:
urin output, pola
pengeluaran urin, masalah
eliminasi urin yang
muncul.
Stimulasi refleks kandung
kemih dengan cara
8

Tidak ada sisa post void >
100-200 cc
Intake cairan dalam rentang
yang diharapkan
mendinginkan abdomen.
Minta keluarga untuk
melaporkan urin output.
Monitor intake dan output
cairan.
3 Risiko infeksi
berhubungan dengan
prosedur invansif dan
adanya insisi

Definisi : Peningkatan
resiko masuknya
organisme patogen

NOC : Kontrol Risiko
Setelah dilakukan perawatan
4x24 jam, klien mampu
mengontrol risiko infeksi
dengan indikator:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
TTV dalam batas
normal
Jumlah leukosit dalam
batas normal

NIC : Kontrol infeksi
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
Lakukan perawatan aseptik
pada semua jalur IV dan
insersi kateter
Berikan terapi antibiotik bila
perlu

NIC: Proteksi terhadap
infeksi
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Partahankan teknik aseptik
pada pasien yang beresiko
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
9

Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi

IV. DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Kozier, ERB, Oliveri. 1995. Fundamental of Nursing: Consepts Process and Practice.
California. USA: Addison-Wesley Publishing Company, Inc
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition
& Classification 2012-2014. Philadelphia
Bulecheck, G.N, Dochterman, J. M, 2004, Nursing Intervention Classification (NIC) ,
USA: Mosby-Year Book
Johnson, M, Maas, M., Moorhead, S. 2004. Nursing Outcomes Classification Fourth
Edition. Mosby, Inc : Missouri

You might also like