You are on page 1of 10

1

LAPORAN PENDAHULUAN
LOW BACK PAIN (LBP)

A. Anatomi
Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus
invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ
dalam disekitar pelvis, abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
a. Vertebrae cervicales 7 buah
b. Vertebrae thoracalis 12 buah
c. Vertebrae lumbales 5 buah
d. Vertebrae sacrales 5 buah
e. Vertebrae coccygeus 4-5 buah
Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true
vertebrae. Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :
a. Musculus trapezius
b. Muskulus latissimus dorsi
c. Muskulus rhomboideus mayor
d. Muskulus rhomboideus minor
e. Muskulus levator scapulae
f. Muskulus serratus posterior superior
g. Muskulus serratus posterior inferior
h. Muskulus sacrospinalis
i. Muskulus erector spinae
j. Muskulus transversospinalis
k. Muskulus interspinalis
Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah
ekstrremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.Otot pada
punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis, pelvis dan
ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka mungkin dapat menyebabkan
terjadinya low back pain.

2

B. Definisi
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di
daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki.
Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan
lumbal atau area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan. Low Back Pain
adalah sensi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1
yang merupakan gangguan muskuloskeletal akibat dari mobilisasi yang salah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma
atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari
nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang
belakang.

C. Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan klinisnya, low back pain (LBP) atau nyeri
punggung bawah dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau
sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.
Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada
daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
b. Cronic Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi
karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
3

Berdasarkan etiologinya, low back pain diklasifikan menjadi :
1. LBP viserogenik
2. LBP neurogenik
3. LBP vaskulogenik
4. LBP psikogenik
5. LBP spondilogenik

D. Etiologi
Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP
adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang
kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat
menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis,
rematik. Selain itu, low back pain dapat disebabkan karena:
a. Proses degeneratif, meliputi : spondilosis, HNP, stenosis spinalis, osteoartritis.
b. Penyakit inflamasi
c. Osteoporotik
d. Kelainan kongenital
e. Gangguan sirkulatorik
f. Tumor
g. Toksik
h. Infeksi
i. Problem psikoneurotik

E. Patofisiologi dan Web of Caution
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain
oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain
tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada
saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat
4

beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung
tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

Web of Caution



















Spasme otot Proses degeneratif Gangguan sirkulatorik
Penonjolan diskus
atau kerusakan sendi
Low Back Pain
L
Proses degenerasi
Kolumna vertebralis
Diskus invertebralis,
lumbal bawah L4-L5
dan L5-S6
Masalah psikoneurotik
Kurang pengetahuan
Nyeri
Hambatan mobilitas
fisisk
Penekanan pada saraf
Resiko kerusakan
integritas kulit
5

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari low back pain atau nyeri punggung bwaha adalah :
a. Perubahan dalam gaya berjalan
Berjalan terasa kaku, tidak bisa memutar pinggang, dan berjalan pincang.
b. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti, pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan, tetapi mengalami sensasi yuang lebih kuat
pada daerah yang tidak dirangsang. BAB dan BAK tidak terkontrol.
c. Nyeri
Nyeri punggung akut atau kronius lebih dari dua bulan. Nyeri dirasakan saat
berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri pada otot dalam, serta nyeri
menyebar kebagian bawah belakang kaki. Nyeri yang disertai panas dirasakan
pada paha bagian belakang atau betis. Selain itu, nyeri dapat dirasakan pada
pertengahan bokong dan nyeri akan meningkat pada bagian kaki.

G. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya low back pain atau nyeri punggung bawah, antara
lain :
a. Faktor resiko secara fisiologi
Umur (20-50 tahun), kurangnya latihan fisik, postur yang kurang anatomis,
kegemukan, skoliosis parah, HNP, spondilitis, spinal stenosis (penyempitan
tulang belakang), dan osteoporosis.
b. Faktor resiko dari lingkungan
Duduk terlalu lama, terlalu lama berada pada getaran, keseleo atau terpelintir,
olahraga (golf, tenis, gymnastik, dan sepak bola)
c. Faktor resiko dari psikososial
Ketidaknyamanan kerja, depresi, dan sterss.

H. Penatalaksanaan Medis
a. Tirah baring
Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6
minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus
tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2
6

sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal
lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk
lututnya atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk dan tungkai
dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari
karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk
penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
b. Medikamentosa
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik
narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan
penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami
spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
c. Fisioterapi
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi
bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah,
kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi ,
gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas.
Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah
kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer
massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat
meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
d. Psikoterapi
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.


7

e. Akupuntur
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
f. Terapi Operatic
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata,
atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun
adanya gangguan spinger

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b. Lumbal Pungsi
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin
yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
c. Pemeriksaan Radiologis
1. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-
kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis,
perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
2. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada
pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat
fiksasi metal.
3. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat
dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis
pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan
direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal
vertebralis.
8

4. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila:
1. Vertebra dan level neurologis belum jelas
2. Kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
3. Menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
4. Kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
d. Elektromiuografi (EMG)
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis
sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan
untuk:
1. Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
2. Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
3. Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-ivasif, Motor Unit
Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks terlihatvsebagai:
1. Potensial yang polifasik
2. Amplitudo yang lebih besar
3. Durasi potensial yang lebih panjang, pada oto-otot dari segmen yang
terkena
Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut diatas,
juga ditemukan aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di
otot-otot segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal dari miotoma
yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG untuk mendeteksi penderita
radikulopati lumbal sebesar 92,47%.

EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah onset
defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa
radikulopati, fleksopati ataupun neuropati.
e. Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer
tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve
9

Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran
dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada
gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun
bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.

J. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Pengkajian
1. Biodata Klien
a) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena
biasanya laki-laki lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat
kecelakaan bermotor, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat dilakukan pengkajian
yang ditulis dengan singkat dan jelas.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan
menggunakan PQRST.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat trauma,
riwayat penyakit tulang seperti osteoporosis, osteomalacia, osteomielitis.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga klien terdapat
penyakit keturunan ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit yang
karena lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif pada
kesehatan anggota keluarga termasuk klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

10

a) Motorik
1) Berjalan dengan menggunakan tumit
2) Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit
3) Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)
b) Sensorik
1) Nyeri dalam otot
2) Rasa gerak
c) Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
terjadinya lesi pada saraf spinal.
d) Test-test
1) Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0 ) didorong
ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40
dan sejauh 90.
2) Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada
sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi,
eksorotasi dan ekstensi.
3) Test Kebalikan Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi,
dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick
positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.

K. Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurangnya paparan informasi
4. Resiko kerusakan integritas kulit dengan faktor resiko immobilisasi fisik

You might also like