You are on page 1of 21

Modul Distosia

SKENARIO
Wanita, 29 tahun, hamil anak kedua datang ke kamar bersalin jam 17.00 dengan keluhan sakit
perut tembus ke belakang sejak tadi pagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital batas
normal, tinggi fundus 3 jari dibawah processus xiphoideus, punggung di kiri ibu, bagian
terendah kepala dan penurunan 3/5.Denyut jantung janin 130x/menit.HIS 2x dalam 10 menit
dengan durasi 30-35 detik.Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 4 cm, ketuban utuh
dan bagian terdepan kepala. Pemeriksaan 4 jam kemudian didapatkan denyut jantung janin
155x/menit, HIS 2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik, pembukaan dan penurunan
tetap dan ketuban utuh.

KATA SULIT
HIS adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri
dimana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang didapatkan
dari pacemaker yang terdapat pada dinding uterus daerah tersebut.

KATA KUNCI
1. Wanita, 29 tahun
2. Hamil anak kedua
3. Keluhan sakit perut termbus ke belakang
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda vital normal
b. Tinggi fundus 3 jari dibawah processus xiphoideus
c. Punggung dikiri ibu
d. Bagian terendah kepala dan penuruna 3/5
5. DJJ 130x/menit
6. HIS 2x dalam 10 menit, durasi 30-35 detik
7. Pembukaan 4 cm
8. Ketuban utuh
9. Penunjuk depan kepala
10. 4 jam kemudian
a. DJJ 155x/menit
b. HIS 2x menit dalam 10 menit durasi 30-35 detik
c. Pembukaan dan penurunan tetap
d. Ketuban utuh

PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi jalan lahir?
2. Jelaskan faktor-faktor dalam persalinan normal?
3. Kenapa terjadi proses persalinan?
4. Sebutkan tanda-tanda inpartu?
5. Jelaskan mekanisme persalinan normal? Bedakan antana nullipara dan multipara ?
6. Jelaskan proses pemeriksaan dan pemantauan partus?
7. Sebutkan tanda-tanda distosia?
8. Jelaskan penyebab distosia?
9. Bagaimana pengaruh distosia terhadap ibu dan janin?
10. Penanganan distosia sebelum di rujuk?
11. Sebutkan komplikasi dari distosia?
12. Jelaskan pencegahan distosia?

JAWABAN

1. Anatomi jalan lahir
Prinsip Dasar
Jalan lahir terdiri atas bagian tulang dan jalan lahir bagian lunak. Jalan lahir bagian tulang
terdiri atas tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya, sedang bagian lunak terdiri atas otot-
otot, jaringan, dan ligamen-ligamen. Dalam proses persalinan per vaginam janin harus
melewati jalan lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan
ukuran rata-rata normal serta ukuran janin pun normal, maka dengan kekuatan yang normal
pula persalinan per vaginam akan berlangsung tanpa kesulitan.
Penolong persalinan harus mampu mengenal panggul normal dalam kehamilan, serta mampu
pula mengenal penyimpangan dari keadan normal. Kelainan panggul bawaan atau karena
sesuatu penyakit pada umumnya jarang, dan kalau pun ada mudah dikenal secara klinis.
Jalan lahir bagian tulang
Tulang-tulang panggul terdiri dari os koksa disebelah depan dan disamping dan os sacrum
dan os koksigis disebelah belakang. Os koksa terdiri dari 3 bagian, yaitu os ilium, os iskhium,
dan os pubis.
Sendi panggul
Terdapat empat sendi panggul yakni simfisis pubis,sendi sakroiliaka kiri dan kanan dan
sendi sakrokoksigeus. Pada kehamilan dan persalinan artikulasio ini dapat bergeser sedikit dan
lebih longgar.
Ligamen-ligamen penggul
Ligamen yang menghubungakan os sacrum dengan os ilium pada articulation sakroiliaca
merupakan yang terkuat diseluruh tubuh.
Ligamnetum sacrotuberosum mengikat sacrum dengan tuber iskhii, sedang lingamen
sakrospinosum menghubungkan sacrum dan spina iskhiadica. Kedua ligamen ini membentuk
dinding posterior dari pintu bawah panggul.
Pelvis mayor dan pelvis minor
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis disebut juga false
pelvis . Pelvis minor adalah terletak di bawah linea terminalis atau di sebut true pelvis.
Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan
(sumbu Carus).
a. Pintu atas panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus
vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir-atas simfisis. Panjang jarak dari
pinggir-atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm, disebut konjugata vera. jarak
ter
j
auh garis melintang pada pintu-atas panggul lebih kurang 12,5-13 cm, disebut diameter
transversa. Bile ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara
diameter transversa dan kon
j
ugata vera clan diteruskan ke Linea innominata, ditemukan
diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm.
Cara mengukur kon
j
ugata vera ialah, jari tengah clan telun
j
uk dimasukkan
ke dalam vagina untuk meraba promontorium;
j
arak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa
konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dipotong 1,5 cm. Selain kedua konjugata ini,
dikenal pula konjugata obstetrika, yaitu jarak dari bagian dalam tengah ke promontorium.
Sebenarnya, konjugata ini yang paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata
vera sedikit sekali.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933), yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.
1) Jenis ginekoid: panggul paling balk untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita.
2) Jenis android: bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis
seperti ini, panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan
tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sacrum. Dengan demik
i
an, bagian belakangnya
pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan
pada 15% wanita.
3) Jenis antropoid: bentuk pintu atas panggul agak lon
j
ong, seperti telur.
Panjang diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis
ini ditemukan pada 35% wanita.
4) Jenis platipelloid: Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arch
muka belakang. Ukuran melintang
j
auh lebih besar daripada ukuran muka belakang. jenis
ini ditemukan pada 5% wanita.
Tidak jarang dijumpai jenis kombinasi ke empat jenis klasik ini. Di sinilah
letak kegunaan pelvimetri rontgen, untuk mengetahui jenis, bentuk, dan ukuran-
ukuran pelvis secara tepat. Untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis
pelvis bagian belakang dahulu, kemudian bagian depan. Misalnya, jenis android-
ginekoid; itu berarti jenis pelvis bagian belakang adalah jenis android dan bagian depan
adalah ginekoid. Dapat di sini dikemukakan bahwa pelvimetri rontgen itu hanya
dilakukan pada indikasi tertentu, misalnya adanya dugaan ketidak seimbangan antara
janin dan panggul (feto-pelvic disproportion), adanya riwayat trauma atau penyakit
tuberkulosis pada tulang panggul, bekas seksio sesarea dan akan direncanakan partus
per vaginam pada letak sungsang, presentasi muka, atau kelainan letak lain.
Pembatasan pemakaian sinar rontgen berdasarkan pengaruhnya terhadap sel -sel kelamin
janinyang masih amat muda itu serta ovaria ibu. Dewasa ini dapat digunakan
MRI (Magnetic Resonance Imaging).
b. Ruang panggul
Seperti telah dikemukakan, ruang panggul di bawah pintu-atas panggul
mempunyai ukuran yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan setinggi
kedua Spina iskiadika. Jarak antara kedua spina ini (distansia interspinarum) normal 10,5
CM. Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan bentuk
ossakrum, apakah seperti normal melengkung baik dari alas ke bawah dan ke samping cekung
ke belakang, dan selanjutnya bagaimanakah bentuk rongga panggul seluruhnya. Dinding
samping pada panggul ginekoid misalnya umumnya lurus dari atas ke bawah. Dari bentuk dan
ukuran berbagai bidang rongga panggul tampak rongga inimerupakan saluran yang tidak sama
luasnya di antara tiap-tiap bidang. Bidang yang terluas dibentuk pada pertengahan
simfisis dengan os sakral 2-3, sehingga kepala janin dimungkinkan bergeser melalui
pintu-atas panggul masuk ke dalam ruang panggul. Kemungkinan kepala dapat lebih
mudah masuk ke dalam ruang panggul diperbesar jika sudut antara sakrum dan lumbal, yang
disebut inklinasi, lebih besar.



c. Pintu bawah panggul
Seperti telah dijelaskan, pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang
datar, tetapi tersusun atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segi tiga,
yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii dengan ujung
cis sakrum dan segi tiga lainnya yang alasnya
j
uga garis antara kedua tubera ossis
iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir-bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut (arkus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini 90 atau lebih
sedikit. Bila kurang sekali dari 90, maka kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena
memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Dalam hal ini perludi
p
erhatikan apakah ujung os
sakrum tidak menonjol ke depan hingga kepala janin adak dapat dilahirkan. Jarak antara
kedua tuber ossis iskii (distansia tuberum) diambil dari bagian dalamnya adalah 10,5
cm. Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke u
j
ung sakrum
(diameter sagittalis posterior) harus cukup panjang agar bayi normal dapat dilahirkan.
Ukuran ukuran luar panggul
Pengukuran ini bertujuan untuk menentukan jenis ukuran, bentuk, dan garis besar dari
panggung. Yang di ukur adalah :
a. Distansia spinarum(24-26 cm), jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan
dextra.
b. Distansia kristarum (28-30 cm), jarak terpanjang anta dua tempat yang simetris pada Krista
ilaka sinistra dan dextra.
c. Distansia oblikua eksterna, jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior
superior dextra dan dari spina iliaka posterior dextra ke spina iliaka anterior superior sinistra.
Kedua ukuran ini bersilang.
d. Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua tronkanter mayor.
e. Konjugata eksterna (18 cm),jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5.
f. Distansia tuberum(10,5 cm), jarak antara tuber iski kanan dan kiri.
Jalan lahir bagian lunak
a. Pada persalinan SBR, serviks, dan vagina ikut membentuk jalan lahir bagian lunak.
b. Jalan ;ahir bagian lunak lainnya yang berperan dalam proses persalinan adalah otot-otot,
jaringan ikat, ligament-ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat urogenital.
c. Muskulus levator ani merupakan otot yang paling penting disamping otot-otot lainnya. Ke
dapan muskulus levator ani berhubungan dengan bagian lateral os pubis, ke belakang dengan
spina ischiadika dan os koksigis, dan ke lateral dengan fasia obturatoria. Kedua muskulus
levator ani dibagian depan membentuk trigonum urogenitalis. Kedua, didalam trigonum ini
terdapat berada di uretra, vagian dan rectum.
d. Bagian luar dari dasar panggul terdiri utamanya dari jaringan otot, antara lain m. transverses
perinea, m. iskhiokavernosus, m.bulbokavernosus, m. sfingter ani externus.
e. Bagian dalam dasar panggul merupakan dasar kavum abdomen yang dilapisi oleh peritoneum.
Serviks, vagina bagian atas, kandung kemih dan rectum tertutup oleh peritoneum, dikelilingi
oleh jaringan ikat. Fasia jaringan ikat disamping uterus dikenal sebagai parametrium, yang
bergabung dengan fasia ligament transversus servikalis dan dengan serabut muskulus levator
ani.
2. Factor-faktor yang berperan dalam persalinan
a. Power (Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu)
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular
respirasi metabolik ibu.
b. Passage (Jalan lahir)
Keadaan jalan lahir
c. Passanger (Janin)
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik
mayor).
3. Penyebab terjadi proses persalinan
a. Pengaruh hormonal
Penurunan fungsi plasenta karena plasenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan. Villi
koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun
mendadak. Akibatnya, nutrisi janin dari plasenta berkurang. Penurunan kadar kedua hormone
tersebut terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron merupakan
penenang bagi otot-otot uterus.
Pengaruh prostaglandin. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga
aterm meningkat, lebih-lebih saat partus. Dua teori pada proses persalinan, yaitu :
1) Corticotropin-releasing hormone (CRH) yang diproduksi oleh plasenta disekresikan ke sirkulasi
janin. Hal tersebut menstimulasi sekresi corticotropin dari hipofisis anterior janin. CRH
plasenta, melalui ACTH janin, menstimulasi kelenjar adrenal janin untuk memproduksi
cortisol, yang berikatan dengan reseptor glucocorticoid placental untuk memblok efek
inhibitor dari progesterone, yang selanjutnya menstimulasi produksi CRH yang mestimulasi
persalinan.
2) Poros Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal janin belum berfungsi selama separuh pertama masa
kehamilan karena penekanannya oleh influx kortisol ibu, tetapi sepanjang separuh kedua masa
kehamilan, peningkatan kadar estrogen menyebabkan peningkatan enzim plasenta 11b-
hydroxysteroid dehydrogenase, menyebabkan cortisol diubah menjadi metabolit inaktif,
kortisol. Umpan balik negatif glucocorticoid pada hipofisis janin (kurangnya cortisol dari ibu ke
janin) akan mengakibatkan peningkatan sekresi ACTH, cortisol dan DHEA sulfate janin,
menghasilkan maturasi janin dan menstimulasi proses persalinan.




b. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak di belakang serviks,
menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
c. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya
kontraksi.
d. Peningkatan beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
rangsangan untuk proses persalinan
4. Tanda-tanda in partu
1. Si Ibu akan merasakan sakit yang datang lebih kuat, dan perasaan sakit itu akan sering dan
juga menjadi lebih teratur.
2. Pada bagian alat genital juga akan keluar lendir dan bercampur darah. Ini disebabkan oleh
karena robekan yang terjadi di servix akibat daripada penurunan bayi ke bagian bawah.
3. Cairan ketuban akan pecah dengan sendirinya pada kebiasaannya.
4. Pada pemeriksaan dalam akan terlihat serviks yang mendatar dan telah terjadi pembukaan
serviks sebagai persediaan untuk pengeluaran bayi.
5. Mekanisme persalinan normal
a. Kala I (Kala Pembukaan Serviks)
Dimulainya proses salinan yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat,
dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Kala I terdiri
dari dua fase, yaitu :
1) Fase laten, yaitu pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
2) Fase aktif, yaitu pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
a) fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b) fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c) fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala I, yaitu :
1) keluar lendir/darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks,
dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2) ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3) selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
b. Kala II (Kala Pengeluaran)
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap. Berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban
mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2, yaitu :
1) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2) Ibu timbul perasaan/refleks ingin mengejan yang makin berat.
3) Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu
putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala, yaitu :
a) Kepala masuk pintu atas panggul, yaitu sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu
atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior/posterior).
b) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah fundus
ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c) Fleksi, yaitu kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
d) Rotasi interna (putaran paksi dalam), yaitu selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
e) Ekstensi, yaitu setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung,
mulut, dagu.
f) Rotasi eksterna (putaran paksi luar), yaitu kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis,
kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g) Ekspulsi, yaitu setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul/trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.




c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta/Uri)
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta.Kelahiran
plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta
dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi/marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi
karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat
kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras,
fundus setinggi sekitar/di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
d. Kala IV (Observasi Pascapersalinan)
Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit
Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah plasenta lahir
lengkap. Hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan, atau penolong persalinan masih mendampingi
wanita selesainya bersalin, sekurang-kurangnya 1 jam postpartum. Dengan cara ini diharapkan
kecelakaan-kecelakaan karena perdarahan postpartum dpt dikurangi atau dihindarkan.
Sebelum meninggalkan wanita postpartum, 7 pokok penting harus diperhatikan:
1) Kontraksi uterus harus baik
2) Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan-perdarahan dalam alat genitalia lainnya
3) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma
6) Bayi dalam keadaan baik
7) Ibu dalam keadaan baik. Nadi dan tekana darah normal, tidak ada pengaduan sakit kepala.
Adanya frekuensi nadi yang menurun dengan volume yang baik adalah suatu gejala baik.
6. Proses pemeriksaan dan pemantauan partus
Anamnesis yang perlu dilakukan adalah :
a. Riwayat menstruasi
Hari pertama haid terakhir
Lama dan regularitas siklus menstruasi
Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
b. Riwayat Medis
Riwayat pembedahan terutama prosedur ginekolog
Masalah anaestesi kesulitan intubasi
Tranfusi darah ( dimana, kapan dan mengapa )
Alergi
Gangguan medik
Obat obat dan alergi obat
Tromboemboli
Kesehatan mental
c. Riwayat keluarga
Hipertensi
Diabetes
Kelainan kongenital
Kehamilan kembar
Trombo emboli
d. Riwayat sosial
Situasi rumah , keluarga dan lingkungan
Status perkawinan
Status pekerjaan
Alkohol
Merokok
Penyalahgunaan obat
5. Riwayat Obstetrik
Riwayat kehamilan, persalinan , nifas pada kehamilan yang telah lalu
Riwayat hasil kehamilan , jumlah anak , usia dan gender
Menentukan status kehamilan sekarang :
Usia gestasi : usia kehamilan yang dinyatakan dalam minggu dan dihitung sejak hari pertama
haid terakhir (HPHT).
Usia janin : usia kehamilan yang dihitung sejak saat implantasi.
Gravid : hamil dan graviditas adalah jumlah total kehamilan (normal atau tak normal).
Paritas : jumlah persalinan mati atau hidup.
Graviditas dan paritas dalam kasus kehamilan/persalinan dinyatakan dalam :
o Jumlah persalinan aterm
o Jumlah persalinan prematur/immatur
o Jumlah abortus
o Jumlah anak hidup
Pemeriksaan yang diperlukan dalam persalinan adalah :
a. Pengawasan Persalinan
Segara setelah dirawat dirumah sakit, periksalah jantung, paru-paru dan apakah ada indikasi
kontra untuk pemberian nakrosis. Nadi, suhu, dan pernapasan dicatat tiap 4 jam. Kalau
persalinan lebih 24 jam atau timbul panas, pencacatan tiap 2 jam. Tensi dicatat tiap 6 jam,
tetapi pada penderita per-eklampsia pencatatan lebih sering.
b. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan sama seperti pada kunjungan antenatal, hanya perlu ditekankan penentuan
letak, posisi, dan berta janin, serta denyut jantung janin. Dengan pengawasan denyut jantung
dapat dimonitor keadaan janin. Dalam kala I pengawasan dilakukan satiap 3 jam. Semakin
maju persalinan, pengawasan lebih sering. Pada kala II pengawasan tiap 5-10 menit.
Pemeriksaan Leopold (I-IV)
Leopold I, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian teratas janin,
Leopold II, menentukan letak punggung janin,
Leopold III, menentukan bagian terendah janin,
Leopold IV, menentukan seberapa jauh kepala janin telah memasuki Pintu Atas Panggul/PAP.
Pemeriksaan perlimaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan seberapa
jauh bagian terendah janin masuk Pintu Atas Panggul (PAP)/ Derajat desensus janin:
5/5 jika seluruh kepala janin dapat diaraba dengan kelima jari di atas symphisis pubis dan
dapat digerakkan.
4/5 jika hanya sebagian kecil dari kepala janin masuk PAP
3/5 jika hanya 3 dari 5 jari yang dapat meraba seluruh kepala janin
2/5 jika hanya 2 dari 5 jari yang dapat meraba kepala janin di atas sympisis pubis.
1/5 jika hanya 1 jari yang dapat meraba kepala janin.
0/5 jika kepala sudah tidak dapat diraba lagi yang berarti seluruh bagian terendah bayi
(kepala) sudah masuk dasar panggul (Hodge IV)


Pemeriksaan palpasi abdomen, harus mampu menjawab 6 pentanyaan penting:
1) Apakah tinggi fundus sesuai dengan perkiraan umur kehamilan?
2) Apakah janin berada pada letah memanjang?

3) Bagaimana presentasi janin dalam uterus ?
Presentasi adalah bagian terendah janin yang menempati bagian bawah uterus.Pada
kehamiolan sekitar 30 minggu , 25%janin berada pada presentasi sungsang.Setelah kehamilan
32 minggu, janin normal akan berada pada presentasi kepala.

4) Apakah janin berada pada presentasi vertex ( belakang kepala) ?
Fleksi kepala sempurna
Dagu menempel bagian depan dada
Bagian terendah subocciput
Presentasi normal pada persalinan fisiologis per vagina.
Kelainan sikap defleksi : Hiperekstensi kepala
Bagian terendah janin muka
Denominator : dagu
Pada dagu posterior tidak mungkin terjadi persalinan spontan pervaginam pada janin aterm
5) Bagaimana posisi janin ?
Posisi adalah hubungan antara bagian terendah janin (denominator ) dengan panggul
ibu. Bila janin pada posisi posterior ( occiput berputar kearah sacrum dan muka janin berputar
kedepan ) maka persalinan akan berlangsung lebih lama. Pada presentase belakang kepala
(vertex) yang terjadi pada proses persalinan normal per vaginam maka ubun ubun kecil berada
dibagian anterior.
6) Apakah kepala sudah engagement?

Yang dimaksud dengan engagement adalah desensus diamater biparietal melalui pintu atas
panggul. Cara paling mudah untuk menentukan jumlah bagian kepala yang masih berada diatas
pintu atas panggul adalah dengan menilai berapa jari bagian kepala janin masih diatas simfisis.
Bila kepala sudah engage, maka bagian kepala yang masih ada diatas simfisis adalah 2 jari (
2/5 ) atau kurang. Engagement biasanya terjadi saat inpartu dan apakah bagian terendah
sudah masuk dalam pintu atas panggul atau belum dan sampai berapa jauh masuknya bagian
terendah janin (presentasi) dalam pintu atas panggul digunakan pemeriksaan Leopold IV.
Bagian terendah janin sudah masuk PAP Bagian terendah janin masih belum masuk PAP
c. Pemeriksaan Rectal
Pemeriksaan rectal mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak memasukan kuman
kedalam jalan lahir, tidak perlu disinfektan. Kerugiannya tidak dapat member informasi yang
akurat mengenai pembukaan dan presentasi janin.
d. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan kebidanan yang terpenting karena mempunyai
beberapa keuntungan:
1) Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan in partu
2) Untuk menentukan factor janin dan panggul
3) Menetukan ramalan persalinan
Indikasi Pemeriksaan Dalam
1) Primipara, kehamilan 36 minggu bagian bawah janin belum masuk PAP. Kejadian ini mungkin
disebabkan karena panggul yang sempit.
2) Menentukan kemajuan persalinan.
3) Ketuban pecah sedang bagian bawah janin masih tinggi. Karena bagian bawah janin tidak
menutup pintu atas panggul pada waktu ketuban pecah., ditakutkan ada bagian janin atau tali
pusat yang menumbung.
4) Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam
1) Keadaan Perinium
Pada primipara perineum utuh dan elastic, sedang pada multipara tidak utuh, longgar dan
lembek. Untuk menentukannya dilakukan dengan menggerakannya jari dalam vagina ke bawah
dan ke samping vagina. Dengan cara ini dapat diketahui pula levator ani. Pada keadaan normal
akan teraba elastic seperti kalau kita meraba tali pusat.
2) Sistokel dan rektokel
a. Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan kelemahan dinding
belakang kendung kemih. Ukurannya mungkin kecil atau kadang-kadang sebesar bola tenis.
b. Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang disebabkan persalinan yang
berulang, terutama kalau ada robekan perineum, atau bersamaan prolaps uteri.
3) Pengeluaran pervaginam
a. Cairan berwarna putih kekuningan sebagai akibat radang serviks atau monilia vaginitis, cairan
hijau kekuningan karena trichomoniasis.
b. Lender bercampu darah. Adanya show karena pembukaan serviks.
c. Cairan ketuban karena selaput ketuban pecah.
4) Serviks
a. Perlu diperhatikan: pembukaan, penipisin , robekan serviks dan kekakuan serviks.
b. Pada persalinan serviks akan membuka dan menipis. Pembukaan dapat ditentukan dan diukur
dengan kedua jari yang dimasukkan pada pemeriksaan dalam. Kalau pembukaan lebih dari 6
cm lebih mudah diukur dari forniks lateralis dengan cara berapa cm lebar serviks yang masih
tersisa. Bila masih tersisi cm menandakan bahwa pembukaan sudah 9 cm.
c. Untuk menentukan penipisan kadang-kadang agak sukar, terutama kalau serviks menempel di
bagian bawah janin. Dalam hal semacam ini tekanlah bagian bawah janin keatas dan rabalah
tepi serviks. Pada primipara serviks masih utuh dan pembukaan akan berupa lingkaran, sedang
pada multipara sering porsio takk utuh lagi, dan dalam mengukur pembukaan dicari tempat
yang tidak robek.
d. Kekakuan serviks dapat dirasakan sewaktu jari dimasukkan ke lliang pembukaan. Dalam
keadaan normal serviks lembut dan elastic. Pada serviks yang kaku terasa sekeras hidung.
5) Ketuban
a. Tentukan ketuban utuh atau tidak. Pada akhir kehamilan serviks masih tertutup atau kadang-
kadang dapat dimasukan 1 jari. Untuk menentukan selaput ketuban utuh atau tidak dapat
diketahui bila pemeriksaan selagi ada his. Pada waktu his, ketuban akan mengelembung dan
melemah. Bila sudah pecah penonjolan tidak ada lagi.
b. Bagaimana keadaan ketuban. Pada proses persalinan ketuban berfungsi sebagai menbantu
membuka serviks. Dengan adanya kenaikan tekanan hidrostatis dalam rongga rahim yang
diteruskan ke SBR, serviks akan membuka. Bila ketuban tidak menonjol, mungkin disebabkan
ketuban melekat pada SBR atau oligohidramnion. Untuk memperlancar persalinan ketuban
harus dilepaskan dari dasarnya dengan jari-jari atau kalau tidak berhasil lebih baik dipecahkan.
Pada solusio plasenta, ketuban terus-menurus tegang dan menonjol yang disebabkan adanya
perdarahan retroplasental.
c. Menetukan apakah cairan yang keluar betul-betul air ketuban. Kadang-kadang kalau belum ada
pembukaan serviks, kita ragu-ragu dalam penentuan, apakah benar cairan yang keluar adalah
air ketuban tau bukan. Oleh karena itu, pakai indikator lakmus atau nitrazin. Percobaan ini
berdasarkan pengetahuan bahwa pH vagina antara 4.5-5.5, sedang pH air ketuban antara 7-
7.5. KERTAS LAKMUS atau nitrazin berubah warnanya pada pH tertentu, sehingga warna kertas
itu menentukan apakah sifat cairan tersebut asam atau basa (air ketuban).
6) Presentasi, titik penunjuk dan posisi
a. Presentasi merupakan bagian terbawah janin, yang akan lebih mudah diketahui bila ketuban
sudah pecah. Presentasi kepala dapat diketahui bila terdapat bagian yang bulat dan keras:
tulang parietal; sutura sagitalis; ubun-ubun besar atau ubun-ubun kecil.
b. Titik penunjuk. Untuk menentukan posisi perlu diperhatikan titik penunjuk. Pada presentasi
belakang kepala sebagai titik penunjuk ialah ubun-ubun kecil sedang pada presentasi bokong
ialah sacrum.
c. Posisi kepala. Yang perlu ditentukan ialah dimana letak ubun-ubun kecil terhadap panggul ibu.
Pada posisi ubun-ubun kecil kiri depan, teraba sutura sagitalis searah jam 2-8 dan ubun-ubun
kecil di kiri depan.
7) Turunnya kepala
Menentukan sampai dimana turunnya kepala dapat diperkirakan dengan pemeriksaan luar
dan dapat dipastikan dengan pemeriksaan dalam. Pada proses persalinan kadang-kadang
terdapat caput suksedanium yang mengganggu. Untuk menentukan sampai dimana turunnya
kepala ditentukan dengan bidang Hodge yaitu ( H1-II-III-IV). Hodge adalah suatu bagian
panggul yang berada pada rongga panggul yang sifatnya antara satu dengan yang lainnya
sejajar, ditentukan pada pinggir atas symphisis.
Hodge I : Bidang yang dibentuk pada PAP dengan bagian atas sympisis dengan
promontorium.
Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi bagian bawah sympisis.
Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I dan II terletak setinggi spina
ischiadika kiri dan kanan.
Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang hodge I, II, dan III setinggi os coxygis.
Ada cara lain menentukan turunnya kepala ialah dengan istilah station. Kemudian disebut
station 0 (Station Zero ) bila turunnya kepala anak setinggi spina ischiadika. Bila diatas spina
ischiadika dipakai istilah minus (-1 cm, -2cm, -3 cm atau floating). Bila di bawah spina
ischiadika dengan istilah plus.
8) Pemeriksaan Panggul
Dalam pemeriksaan panggul yang perlu diperhatikan ialah bentuk dan ukuran panggul. Untuk
ukurannya perlu diperhatikan hal berikut :
a. Apakah promontorium teraba, kalau teraba ukurlah jarak tepi bawah simfisis sampai
promontorium (konjugata diagonal) dengan begitu konjugata vera dapat ditentukan.
b. Apakah linea terminalis teraba seluruhnya, sebagian atau beberapa bagian; kalau teraba
seluruhnya berarti penggul sempit seluruhnya, kalau hanya sebagian dari linea innominata
teraba tetapi tepi promontorium teraba maka panggul adalah panggul picak.
c. Apakah kecekungan os.sacrum cukup.
d. Spina ischiadika runcing atau tumpul.
e. Arcus pubis sudutnya runcing atau tumpul (normal >90
0
).
f. Keadaan dasar panggul apakah kaku, tebal atau elastis.
9) Tumor jalan lahir
Perlu diperhatikan apakah ada tumor pada jalan lahir yang kiranya mengganggu proses
persalinan. Tumor dapat bersifat neoplastik atau tumor radang.
Pemeriksaan perlimaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh
bagian terendah janin masuk Pintu Atas Panggul (PAP).
5/5 jika seluruh kepala janin dapat diaraba dengan kelima jari di atas symphisis pubis dan
dapat digerakkan.
4/5 jika hanya sebagian kecil dari kepala janin masuk PAP
3/5 jika hanya 3 dari 5 jari yang dapat meraba seluruh kepala janin
2/5 jika hanya 2 dari 5 jari yang dapat meraba kepala janin di atas sympisis pubis.
1/5 jika hanya 1 jari yang dapat meraba kepala janin.
0/5 jika kepala sudah tidak dapat diraba lagi yang berarti seluruh bagian terendah bayi
(kepala) sudah masuk dasar panggul (Hodge IV)
Pemantauan Persalinan Partograf
Untuk memantau kemajuan persalinan seorang ibu, dapat digunakan suatu alat pencatatan
informasi yang didasarkan pada observasi atau riwayat serta pemeriksaan fisik ibu selama
proses persalinan yang dinamakan partograf. Dengan partograf, kita dapat menilai 1)
perubahan penipisan dan pembukaan, 2) menilai kesesuaian antara pembukaan dengan
penurunan, 3) menilai kondisi ibu, 4) nilai kondisi janin.
Halaman depan partograf
a. Informasi tentang ibu
Nama, umur
GPA
Nomor catatanmedik/nomor puskesmas
Tanggal dan waktu mulai dirawat
b. Waktu pecahnya selaput ketuban
c. Kondisi Janin
DJJ, dilakukan sama seperti saat melakukan pemeriksaan fisik, nilai dan catat setiap 30 menit
(lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini bernilai 30 menit.
Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika
selaput ketuban pecah. Gunakan lambang berikut : U (Ketuban utuh), J (ketuban jernih), M
(air ketuban bercampur mekonium), D (air ktuban bercampur darah) dan K (air ketuban
kering).
Molase (Penyusupan kepala janin)
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih, tapi masih bisa dipisahkan
4 : tulang kepala tumpah tindih dan tidak dapat dipisahkan.
d. Kemajuan persalinan
Pembukaan serviks , dengan metode yang sama dengan pemeriksaan fisik, nilai dan catat
pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda penyulit) dan beri
tanda X pada partograf.
Penurunan bagian terbawah dan presentasi jani, dilakukan ketika pemeriksaan dalam vagina
(setiap 4 jam) dan beri tanda O.
Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju 1 cm/jam.
e. Jam dan waktu
Waktu mulainya fase katif persalinan
Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan
f. Kontraksi uterus
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit.

g. Obat-obat dan cairan yang diberikan
h. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Nadi, TD, dan temperature tubuh
Nadi, dicatat setiap 30 ment selama fase aktif. Beri tanda titik pada kolom.
TD, diukur dan dicatat setiap 4 jam selama fase aktif persalunan. Beri tanda panah ().
Nilai dan catat temperature tubuh ibu setiap 2 jam.
Volume urin, protein dan aseton
Diukur sedikitnya tiap 2 jam.
7. Tanda-tanda distosia
1.Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu (perpanjangan fase laten).
2.Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per menit dan kurang dari 40 detik
(inersi uteri).
3.Terjadi inersia uteri sekunder (berhentinya kontraksi otot-otot uterus secara sekunder
diagnose CPD ). Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II.
4.Adanya edema serviks, fetal dan maternal distress. Terdapat tanda ruptur uteri imminens
(karena ada obstruksi)
5.Pembukaan serviks lengkap tetapi kepala tetap pada posisinya ( dalam vagina) walau ibu
mengedan sekuat mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).
6.Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia bahu)
7.Turtle Sign kepala terdorong keluar tetapi kembali ke dalam vagina setelah kontraksi atau
ibu berhenti mengedan
8. Penyebab distosia
Gangguan pada powers = kontraksi uterus dan usaha meneran ibu
Gangguan pada passenger = janin (posisi, presentasi, dan ukuran)
Gangguan pada passage = rongga pelvis dan jaringan lunak pada jalan lahir
9. Pengaruh distosia terhadap ibu dan janin
a. Pengaruh pada ibu
Infeksi intrapartum. Infeksi dapat menjadi komplikasi yang memperlama proses persalinan
dan dapat memberikan efek serius terhadap janin dan ibu. Setelah membran ruptur, bakteri
dapat memasuki cairan amnion, melewati amnion, dan menginvasi pembuluh darah desidua
dan plasenta, sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Selain
itu pemeriksaan serviks menggunakan jari harus dikurangi saat terjadi distosia karena dapat
menjadi salah satu jalan masuknya infeksi.
Ruptur uteri. Penipisan abnormal pada segmen bawah rahim dapat membahayakan selama
proses persalinan terutama pada wanita dengan tingkat paritas tinggi. Ketika terjadi
disproporsi antara kepala janin dengan pelvis sehingga tidak terjadi penguncian atau
penurunan, segmen bawah uterin mengalami pemelaran yang dapat diikuti terjadinya
robekan.
Pembentukan fistul. Ketika bagian tebawah janin mengungkit bagian bawah pelvis namun
tidak terjadi kemajuan persalinan seiring berjalannya waktu, jaringan pada jalan lahir
mengalami penekanan yang luar biasa. Karena sirkulasi yang terganggu, nekrosis dapat terjadi
dan beberapa hari setelah melahirkan, akan timbul fistula vesikovaginal, vesikorektal, dan
vesikoserviks.
Cedera panggul. Selama proses kelahiran bayi, lantai panggul terekspos oleh penekanan
kepala janin yang diperkuat oleh usaha mengedan ibu. Tekanan yang kuat ini dapat menggeser
otot, saraf dan jaringan ikat. Pergeseran ini dapat menimbulkan tanda tanda inflamasi.
b. Efek terhadap janin.
Caput succedaneum. Jika pelvis mengalami kontraktur, selama persalinan terjadi perubahan
bentuk kepala janin yang luar biasa. Yang apabila berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan otak pada janin.
Kepala janin menyusut (molding). Jika terlalu lama molding terjadi pada janin maka dapat
menyebabkan fraktur tulang kepala bahkan dapat merusak otak.
10. Penanganan distosia
Penanganan inersia uteri
Periksa keadaan serviks, presentase dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan
keadaan panggul. Kemudian buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan
dikerjakan, misalnya letak kepala :
1. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dektrosa 5% dimulai dengan 12 tetes
permenit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai 40 50 tetes permenit.
2. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak memperkuat his setelah
pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan dianjurkan beristirahat. Pada malam
harridan berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat diulangi lagi
pemberian oksitosin drips.
3. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio
sesarea.
4. Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada gunanya memberikan oksitoksin
drips; sebaiknya partus segera diselesaikan dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetric
lainnya (ekstraksi vakum atau forsep atau seksio sesarea). Penanganan tetani uteri :
1. Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya, asal janin tidak akan lahir dalam
waktu dekat (4-6 jam) kemudian
2. Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan seksio
sesarea. Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba
tiba dan cepat
Penanganan kelainan posisi (positio occipito posterior persistensi)
Umunya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi, dapat dipilih antara ekstraksi vakum
atau forseps. Ekstraksi dengan forceps
1. Anak dilahirkan dengan oksiput tetap dibelakang terutama dilakukan jika ada faktor
faktor yang menyukarkan rotasi ke deapan seperti panggul anthropoid atau android
2. Anak dilahirkan dengan oksiput sebelah depan. Dilakukan jika tidak adanya faktor yang
menghalangi rotasi sangat sukar. Oleh karena itu, dalam praktik baiknya forceps dipasang
biparietal dan dilakukan tarikan. Jika kepala dengan oksiput di belakang. Namun, jika ternyata
waktu menarik kepala ada kecenderungan untuk memutar ke depan, kita bantu dengan forsep.
Cara yang dilakukan adalah menurut teknik scanzoni
Ekstraksi dengan vakum. Pada ekstraksi dengan vakum ekstator kita ikuti arah putaran ubun-
ubun kecil dengan hanya dilakukan penarikan kepala ke bawah dengan arah tarikan yang
disesuaikan dengan tingkat turunnya kepala
Presentasi oksiput posterior
Penanganan : a. Persalinan akan terganggu (lama) bila rotasi spontan tidak terjadi (90% akan
terjadi rotasi spontan menjadi oksiput anterior.) b. Pecahkan ketuban
c. Bila kepala tdk turun (teraba > 3/5 diatas PAP) lakukan seksio sesarea d. Bila pembukaan
serviks belum lengkap, tdk ada tanda2 obstruksi drips oksitosin
e. Pembukaan lengkap & Kala II lama & tdk ada tanda2 obstruksi drips oksitosi f. Syarat2
terpenuhi ekstraksi vakum atau forsep
Presentasi puncak kepala
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian
terendah. Penanganan : a. dapat ditunggu kelahiran spontan b. episiotomy
c. bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul, maka
dilakukan ekstraksi forcep.
Presentasi dahi
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang dahi merupakan bagian
terendah. Terjadi pada 1 dari 400 kelahiran. Biasanya akan berubah menjadi presentasi muka
atau belakang kepala
Penanganan :
a. bayi kecil maka bisa lahir spontan b. jika pada kala 1 kepala belum masuk ke dalam rongga
panggul, dapat diusahakan dengan melakukan perasat Thorn (10% bisa menjadi presentasi
muka/ belakang kepala jika tidak berhasil lakukan SC. c. jalan persalinan tak
lancar/pembukaan belum lengkap/janin besar dan sukar melewati PAP kemudaian terjadi
molage hebat maka lakukan Sectio caesaria d. jika janin mati lakukan pembukaan lengkap dan
lakukan kraniotomi dan jika pembukaan tidak lengkap lakukan SC. Presentasi muka
Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang muka merupakan bagian
terendah. Terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran.Penanganan : a. periksa apakah ada CPD jika
positif ada maka lakukan SC dan jika negatif dan kondisi baik lakukan persalinan pervaginam b.
dalam kehamilan, bila terjadi posisi mentoposterior (dagu berada di belakang) perasat Schatz
c. dalam persalinan 1. konservatif dan aktif : tidur miring kesebelah dagu, bila
mentoanterior lahir spontan, bila mentoposterior ubah menjadi mentoanterior dengan perasat
Thorn atau forsep jika tidak berhasil lakukan SC. 2. janin mati embriotomi
Letak sungsang
Adalah keadaan janin dimana letaknya memanjang dgn bagian terbawah bokong dengan atau
tanpa kaki. Angka kejadian mencapai 3 % dari kelahiran.Klasifiaksi : Ada 4 presentasi yaitu
a. presentasi bokong murni, kedua kaki menjungkit ke atas terletak dekat kepala
b. presentasi bokong kaki, kedua kaki disamping bokong dsb sempurna, bila hanya satu kaki
dsb tidak sempurna. c. presentasi kaki, bgn terendah 2 kaki dsb presentasi kaki sempurna, bila
hanya 1 dsb presentasi kaki tidak sempurna. d. presentasi lutut, bgn terendah 2 lutut dsb
sempurna, bila hanya 1 dsb tidak sempurna
Penanganan :
a. Dalam kehamilan, Bila ditemui pada primigravida hendaknya diusahakan versi luar yang
dilakukan antara 34 dan 38 minggu. Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus
pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Perlu diingat kotraindikasi versi luar
ialah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa.
c. Dalam persalinan, Untuk menolong persalinan letak sungsang ini diperlukan ketekunan dan
kesabaran. Pertama-tama tentukan apakah ada kelainan yang mengindikasikan untuk seksio
sesarea. Apabila tidak ada, dan diperkirakan dapat dilahirkan pervaginam maka hendaknya
pengawasan dilakukan secara seksama. Setelah bokong lahir, jangan menarik atau mengadakan
dorongan secara Kristeller karena dapat menyulitkan kelahiran lengan dan bahu. Untuk
melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih perasat Bracht. Sedangkan untuk melahirkan lengan
dan bahu dapat dipakai cara klasik yaitu Mueller / Loevset. Kepala janin dapat dilahirkan
secara Mauriceau
Presentasi rangkap
Penanganan :
a)Pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang
mengganggu jalannya persalinan dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan ditarik
sehingga tidak lagi mengganggu jalannya persalinan.
b)Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan kepala
kedalam jalan lahir secara bersamaan.
Letak lintang
Keadaan di mana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu -
Knee-chest position, Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan
posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi
lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi
lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai
persalinan


Presentasi ganda
Menumbungnya satu ekstremitas disisi bagian terbawah janin dan kedua bagian ini sekaligus
berada didalam panggul.
Penanganan :
-Jika lengan menumbung disamping kepala, keadaan tersebut harus diawasi ketat apakah
lengan keluar bersama dengan penurunan bagian terbawah janin. Jika gagal mengikuti
penurunan tersebut/bila tampaknya menghalangi penurunan kepala, lengan yang menumbung
tersebut secara perlahan-lahan harus didorong ke atas dan bersamaan dengan itu, kepala akan
turun karena tekanan fundus uteri. -Indikasi section caecarea hanya pada : a)Janin I letak
lintang. b)Terjadi prolaps tali pusat. c)Plasenta praevia.
d)Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak satu letak sungsang dan anak II letak
kepala.-Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum; berikan
suntikan sinto-metrin yaitu l0 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin
intravena. Hidrocephalus
Adalah pengumpulan cairan cerebrospinai di dalam ventrikel otak. Jumlah cairan berkisar 500-
1500 ml. Hidrosefalus sering ditemui dalam keadaan letak sungsang. Bagaimnapun letaknya
hidrosefalus menyebabkan CPD.
Penanganan :
a)awasi secara seksama resiko ruptur uteri terutama saat pembukaan belum legkap
b)presentasi kepala pengecilan kepala : dilakukan pada pembukaan 3 cm ke atas, dengan
jarum punksi besar dan panjang dilakukan pada kepala janin,cairan keluar,kepala
mengecil,bahaya regangan segmen bawah rahim berkurang kepala masuk ke panggul persalinan
spontanc)presentasi bokong pengecilan kepala : dilakukan setelah badan janin lahir buat
sayatan pada kulit, otot, ligamentum pada batas antara kepala dan tulang leher dengan
perforatorium,kepala ditembus melalui foramen magnum,cairan keluar,kepala
mengecild)setelah janin lahir lakukan eksplorasi kavum uteri e)bisa dilakukan dengan seksio
sesar, atas indikasi : indikasi maternal, bayi dalam keadaan letak lintang yang tidak mudah
diputar, ketidakberhasilan dekompresasi/penurunan kepala, keraguan diagnosis sementara
bayinya masih hidup
Prolapsus fonikuli
Adalah suatu keadaan dimana bagian kecil janin berada di samping/di bawah besar janin dan
bersama-sama memasuki jalan lahir. Penanganan: a)ketuban utuh, berbaring dengan posisi
trendelenburg, dengkul-dada, dengkul-siku b)ketuban sudah pecah, a.pada kepala tangan,
persalinan spontan bisa terjadi, jika terjadi gangguan putaran pada paksi dalam maka bisa
dilakukan ekstraksi forsep b.pada kepala lengan, dilakukan reposisi, kalau kepala sudah masuk
jauh panggul reposisi tidak bisa dilakukan dan diganti dengan ekstraksi forsep, kalau gagal
lakukan SC c.kepala kaki, reposisi,SC
11. Komplikasi distosia
Komplikasi maternal
Perdarahan pasca persalinan
Fistula Rectovaginal
Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral neuropathy
Robekan perineum derajat III atau IV
Rupture Uteri
Komplikasi Fetal
Brachial plexus palsy
Fraktura Clavicle
Kematian janin
Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
Fraktura humerus
12. Pencegahan distosia

o Status gizi ibu saat hamil Status gizi harus baik, dengan demikian tenaga saat persalinan
akan bagus
o Senam hamil secara teraturSenam hamil perlu untuk melemaskan otot otot, belajar
bernafas selama persalinan dan memperkenalkan posisi
o Mengotrol kehamilan (4x selama kehamilan
Trimester I : 1x
Trimester II : 1x
Trimester III : 2x

You might also like