You are on page 1of 2

Indonesia Masih Tergantung pada Energi Fosil

Albi Wahyudi
http://jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/24739/indonesia-masih-tergantung-pada-energi-
fosil

Indonesia saat ini masih belum mampu menyediakan listrik kepada seluruh rakyat di pelosok
tanah air, yang sudah selayaknya menjadi hak warga negara. Pasalnya Indonesia masih
tergantung kepada energi fosil yang masih cukup tinggi.

Hal ini dikatakan Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi Suber Daya Mineral (ESDM)
Maryam Ayuni dalam EECHI Public Award In Energi Efficiency, di Hotel Manhattan,
Jakarta, Sabtu (6/10).

Menurutnya, hampir 50% dari kebutuhan energi Indonesia masih disuplai oleh minyak bumi,
diikuti oleh gas dan batubara. Secara keseluruhan saat ini hampir 95% dari kebutuhan energi
Indonesia dipenuhi oleh energi fosil yang tidak terbarukan, sementara cadangan energi fosil
sangat terbatas dan laju pertumbuhan konsumsi energi kita cukup tinggi yaitu sekitar 7% per
tahunnya.

Secara keseluruhan saat ini hampir 95% dari kebutuhan energi kita dipenuhi oleh energi
fosil yang tidak terbarukan, sementara cadangan energi fosil kita sangat terbatas dan laju
pertumbuhan konsumsi energi kita cukup tinggi yaitu sekitar 7% per tahunnya, ujar
Maryam.

Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan akan berdampak negatif kepada kelestarian
lingkungan. Ungkap Maryam, hal ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang dihasilkan
pada proses pembakaran energi fosil yang berdampak kepada pemanasan global yang
menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim.

Di Indonesia, sektor energi menjadi salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca.
Berdasarkan laporan dari Second National Communication yang diterbitkan pada tahun 2009,
emisi dari sektor energi yang mencapai 302 juta ton-CO2-ekuivalen yang berada di urutan
kedua setelah sektor kehutanan.

Akan tetapi, menurutnya, dengan adanya penggundulan hutan, bersama dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang bertumpu pada sektor industri padat-
energi, sektor energi diproyeksikan menjadi kontributor terbesar emisi gas rumah kaca pada
tahun 2030.

Permasalahan tersebut membutuhkan solusi yang harus dilandasi prinsip sustainable
development, pembangunan berkelanjutan, yaitu prinsip pembangunan yang mengutamakan
keseimbangan pertumbuhan ekonomi dengan pemeliharaan lingkungan dan kemajuan sosial.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai regulator dalam sektor energi
memiliki komitmen yang kuat untuk mengubah paradigma manajemen energi, dimulai dari
perubahan supply-side management menjadi demand side management. Manajemen energi
berbasis suplai berfokus pada pemenuhan kebutuhan energi, sebagian besar menggunakan
energi tidak terbarukan, dengan upaya apapun, termasuk dengan memberikan subsidi.

Sedangkan manajemen berbasis permintaan, berfokus pada efisiensi energi dengan memenuhi
permintaan energi dengan energi yang bersih yang lebih mengedepankan penggunaan energi
baru dan terbarukan.

Perubahan paradigma ini bukanlah hal yang mudah. Ini merupakan pekerjaan yang besar
yang membutuhkan komitmen dari semua pihak, baik dari masyarakat maupun para
pimpinan.

Saya akan menjadi orang pertama yang mengakui bahwa Kementerian ESDM tidak mampu
untuk menjalankan pekerjaan ini sendirian dan memang kita tidak harus sendiri. Konservasi
energi adalah tanggung jawab bersama, tanggung jawab kita semua, untuk generasi penerus
bangsa yang menginginkan lingkungan yang lebih baik, tutup Maryam.

You might also like