You are on page 1of 10

Nama : Galih Nugraha

Nim : 04121401078
Daftar Pustaka :

1. Wright KW. Visual Development and Amblyopia. In Handbook of Pediatric Strabismus and
Amblyopia. Clevent : Mosby, 2006; 102-122
2. Liesegang TJ, et al. Pediatric Ophtalmology and Strabismu. San Fransisco : American
Academy of Ophtalmology. 2009-2010; 67-75
3. Clurfrreda KJ, Levi D.M, Selenow.A. Amblyopia Basic and Clinical Aspects. Butterworth
Heinemann. 1991
4. Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC : Jakarta.


SKENARIO
Seorang anak berumur 7 tahun dibawa ibunya berobat ke Poli Klinik Mata dengan
keluhan melihat ganda dan sering menonton televisi telalu dekat.
Pemeriksa oftalmologi :
Mata kanan dan kiri (ODS) tenang, kedudukan bola mata ortopia, gerakan bola mata baik
kesegala arah.AVOD : 6/9 denganShperis (+) 0,75 D menjadi 6/6. AVOS : 5/60 dengan lensa
Shperis (+) 3.00 D menjadi 6/30. Tes crowding Phenomena (+) maju satu baris Snellen chart.
(OS). Pupil distance 45 mm. Segmen Anterior : dalam batas normal. Permeriksaan funduskopi
(oftalmoskopik) tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan WFDT (Worth Four Dot Test)
didapatkan 5 lampu (diplopia).




ANALISIS MASALAH
a. Kalimat 1 : Seorang anak berumur 7 tahun dibawa ibunya beobat ke Poli Klinik Mata
dengan keluhan melihat ganda dan sering menonton televition telalu dekat.

1. Bagaimana fisiologi dari mata ?

















Sinyal syaraf meninggalkan retina melalui nervus optikus. Di kiasma optikum, serabut
nervus optikus di bagian nasal retina menyeberangi garis tengah, tempat serabut
nervus optikus bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal
retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-serabut dari setiap
traktus optikus bersinaps di nucleus genikulatum lateralis dorsalis pada thalamus, dan
dari sini, serabut-serabut genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus (traktus
Sumber cahaya
Melewati pupil yang lebanya diatu oleh iris
Masuk ke mata melalui kornea
Dibiaskan oleh lensa
Terbentuknya bayangan di retina yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil
Sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optik
Otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina
Objek terlihat sesuai dengan aslinya
genikulolalkarina), menuju korteks penglihatan primer yang terletak di fisura kalkarina
lobus oksipitalis. Persepsi seluruh aspek bentuk, warna, dan penglihatan sadar lainnya
diatur disini.

b. Pemeriksaan Oftalmologi :
1. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan oftalmologi ?
2. Apa patogenesis dari kasus ini?

a. Patogenesis Hipermetropia
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
makula lutea.
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek.
Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang
retina. Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas :
A. hipermetropia sumbu atau aksial : merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
B. Hipermetropia kurvatur : dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
C. Hipermetropia indeks refraktif : dimana terdapat indeks bias yang kurang pada
sistem optik mata.


b. P a t o g e n e s i s Amb l i o p i a
Segala sesuatu yang mengganggu penglihatan pada mata selama periode kritis sejak
lahir sampai usia 6 tahun dapat menyebabkan ambliopia. Penyebab ambliopia yang
paling sering adalah.

a. Adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yaitu satu mata normal dan
tidak membutuhkan ensa koreksi sementara mata yang lain menderita
myopia atau hypermtropia tinggi.
Kondisi ini disebut anisometropia. Konsekuensi dari kondisi ini, mata yang
membutuhkan lensa koreksi akan memproyeksikan gambaran yang kabur ke
retina dan otak akan menerima gambaran yang kabur tersebut dari retina. Mata
kemudian menjadi ambliopia. Kondisi ini disebut ambliopia retraktif. Ambliopia
anisometropia ini jarang terdeteksi, karena anak tampaknya normal. Terapi
biasanya terlambat karena orang tua jarang mengetahui anaknya menderita
ambliopia dan tidak memeriksa anaknya secara berkala.
b. Terdapat perbedaan kedudukan antara kedua mata. Kondisi ini disebut
strabismu. Bila kedua mata tidak sejajar, otak akan menerima dua gambaran
yang berbeda dari kedua mata dan untuk mengoreksi penglihatan kembar ini
(diplopia) otak akan menekan salah satu gambaran untuk memperoleh
penglihatan tunggal. Penekanan ini akan menyebabkan penurunan
penglihatan dan mengakibatkan terjadinya ambliopia.
c. Adanya Ambliopia deprivasi, ketika kedua mata menerima informasi atau
gambaran yang sangat berbeda, maka kemungkinan terjadinya ambliopia
sangat besar. Contohnya bila seseorang anak lahir dengan katarak maka
hanya satu mata yang menerima gambaraan yang jernih dan mata dengan
katarak menerima gambaran yang kabur, sehingga mata yang katarak akan
menjadi ambliopia.




TEMPLATE

a. Penatalaksanaan :
- Hipermetropia : Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung untuk
mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di berikan
koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih
memberi tajam penglihatan maksimal.

- Amblyopia :
1. Menjernihkan media optik
2. Koreksi terhadap kelainan refraksi
3. Menggunakan cara/tehnik yang memaksa penderita melihat dengan mata
ambliopia
4. Meluruskan posisi bola mata sebaik mungkin

b. Patogenesis
1. Patogenesis Hipermetropia
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang
makula lutea.
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek.
Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang
retina. Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas :
a. hipermetropia sumbu atau aksial : merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur : dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
c. Hipermetropia indeks refraktif : dimana terdapat indeks bias yang kurang pada
sistem optik mata.


2. P a t o g e n e s i s Amb l i o p i a
Segala sesuatu yang mengganggu penglihatan pada mata selama periode kritis sejak
lahir sampai usia 6 tahun dapat menyebabkan ambliopia. Penyebab ambliopia yang
paling sering adalah.

d. Adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yaitu satu mata normal dan
tidak membutuhkan ensa koreksi sementara mata yang lain menderita
myopia atau hypermtropia tinggi.
Kondisi ini disebut anisometropia. Konsekuensi dari kondisi ini, mata yang
membutuhkan lensa koreksi akan memproyeksikan gambaran yang kabur ke
retina dan otak akan menerima gambaran yang kabur tersebut dari retina. Mata
kemudian menjadi ambliopia. Kondisi ini disebut ambliopia retraktif. Ambliopia
anisometropia ini jarang terdeteksi, karena anak tampaknya normal. Terapi
biasanya terlambat karena orang tua jarang mengetahui anaknya menderita
ambliopia dan tidak memeriksa anaknya secara berkala.
e. Terdapat perbedaan kedudukan antara kedua mata. Kondisi ini disebut
strabismu. Bila kedua mata tidak sejajar, otak akan menerima dua gambaran
yang berbeda dari kedua mata dan untuk mengoreksi penglihatan kembar ini
(diplopia) otak akan menekan salah satu gambaran untuk memperoleh
penglihatan tunggal. Penekanan ini akan menyebabkan penurunan
penglihatan dan mengakibatkan terjadinya ambliopia.
f. Adanya Ambliopia deprivasi, ketika kedua mata menerima informasi atau
gambaran yang sangat berbeda, maka kemungkinan terjadinya ambliopia
sangat besar. Contohnya bila seseorang anak lahir dengan katarak maka
hanya satu mata yang menerima gambaraan yang jernih dan mata dengan
katarak menerima gambaran yang kabur, sehingga mata yang katarak akan
menjadi ambliopia.



HIPOTESIS
Seorang anak berumur 7 tahun diduga menderita gangguan penglihatan hipermetropia ODS dan
amblyopia OS.


LEARNING ISSUE

c. Amblyopia

Patofisiologi:
Ambliopia disebabkan oleh kelainan stimulasi visual saat periode perkembangan visual, yang
berujung pada terjadinya kelainan pusat visual di otak. Bila satu mata dapat melihat jelas dan
mata lain kabur, otak dapat menghambat mata dengan kekaburan tersebut. Otak akan menekan
satu mata untuk menghindari penglihatan kembar. Secara umum ambliopia itu disebabkan karena
stimulasi fovea retina perifer yang tidak adekuat dan atau interaksi binokular abnormal yang
menyebabkan perbedaan input visual dari fovea. Proses penghambatan tersebut dapat
menyebabkan penurunan visus permanen pada mata yang kabur yang tidak dapat dikoreksi
dengan kacamata, lensa, ataupun bedah lasik.
1,2
Suatu studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita mendukung
konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam berkembangnya keadaan ambliopia. Periode
kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap keadaan
abnormal yang diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang
signifikan. Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya ambliopia ketika periode kritis lebih singkat
pada rangsangan deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisometropia.

Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masih sangat belum jelas. Studi
eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium
pada manusia dengan ambliopia telah memberikan masukan. Pada binatang percobaan
menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan
pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada kortek visual primer dapat kehilangan kemampuan
dalam menanggapi rangsangan pada satu mata atau kedua mata dan sel yang masih responsif
fungsinya akhirnya dapat menurut. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral.
Keterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.
2

1. Segala sesuatu yang mengganggu penglihatan pada mata selama periode kritis sejak
lahir sampai usia 6 tahun dapat menyebabkan ambliopia. Penyebab ambliopia yang
paling sering adalah.1,2
1. Adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yaitu satu mata normal dan
tidak membutuhkan ensa koreksi sementara mata yang lain menderita myopia
atau hypermtropia tinggi.
Kondisi ini disebut anisometropia. Konsekuensi dari kondisi ini, mata yang
membutuhkan lensa koreksi akan memproyeksikan gambaran yang kabur ke
retina dan otak akan menerima gambaran yang kabur tersebut dari retina. Mata
kemudian menjadi ambliopia. Kondisi ini disebut ambliopia retraktif. Ambliopia
anisometropia ini jarang terdeteksi, karena anak tampaknya normal. Terapi
biasanya terlambat karena orang tua jarang mengetahui anaknya menderita
ambliopia dan tidak memeriksa anaknya secara berkala.
2. Terdapat perbedaan kedudukan antara kedua mata. Kondisi ini disebut
strabismu. Bila kedua mata tidak sejajar, otak akan menerima dua gambaran
yang berbeda dari kedua mata dan untuk mengoreksi penglihatan kembar ini
(diplopia) otak akan menekan salah satu gambaran untuk memperoleh
penglihatan tunggal. Penekanan ini akan menyebabkan penurunan
penglihatan dan mengakibatkan terjadinya ambliopia.
3. Adanya Ambliopia deprivasi, ketika kedua mata menerima informasi atau
gambaran yang sangat berbeda, maka kemungkinan terjadinya ambliopia
sangat besar. Contohnya bila seseorang anak lahir dengan katarak maka
hanya satu mata yang menerima gambaraan yang jernih dan mata dengan
katarak menerima gambaran yang kabur, sehingga mata yang katarak akan
menjadi ambliopia.
Klasifikasi
Klasifikasi ambliopia dapat dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan atau kelainan
yang menjadi penyebabnya.
1. Ambliopia strabismik
Ambliopia dapat terjadi pada pasien-pasien dengan tropia konstan yang menunjukan
adanya kecenderungan fiksasi kuat pada satu mata dan penghambatan konstan aktivitas
kortikal dari mata yang terdeviasi.
Mekanisme dari terjadinya ambliopia strabismik adalah karena penghambatan kortikal
konstan yang merusak koneksi neuronal pada mata yang terdeviasi. Ambliopia strabismik
terjadi pada sekitar 50% pasien dengan esotropia kongenital (tropia konstan).

2. Ambliopia anisometropik
Merupakan ambliopia terbanyak kedua setelah ambliopia strabismik. Kebanyakn pasien
dengan ambliopia anisometropik memiliki mata yang lurus dan terlihat normal, yang
membuat satu-satunya jalan mengidentifikasi kelainan pada pasien ini adalah dengan
screening penglihatan.
2

Ambliopia ini terjadi karena adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang
menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus. Jika bayangan di
fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan karena kelainan
refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan maka terjadi rintangan untuk fusi. Lebih-
lebih fovea maata yang lebih ametropik akan menghalangi pembentukan bayangan.
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan kabur pada
perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat, dan sebagian lagi akibat
kompetisi interokular atau inhibisi yang serupa dengan yang terjadi pada ambliopia
strabismik.
Derajat ringan anisometropia hipermetropia atau astigmatisma (1-2 D) dapat
menyebabkan ambliopia ringan. Miopia anisometrpia ringan (< -2 D) biasanya tidak
menyebabkan ambliopia, tapi myopia tinggi unilateral (- 6 D ) sering menyebabkan
ambliopia berat.
2. Ambliopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi,
yang ukurannya hampir sama pada kedua mata.

Walaupun telah dikoreksi dengan baik
tidak akan langsung memberikan hasil penglihatan normal. Tajam penglihatan membaik
sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa bulan). Khas untuk
ambliopia tipe ini yaitu hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi
penglihatan, karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab.
Mekanismenya karena akibat bayangan retina yang kabur.

Pada ambliopia isometropia
bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama halnya kejelasan/kejernihan dan
ukuran.
3. Ambliopia deprivasi atau istilah lama ambliopia ex anopsia atau disuse ambliopia
merupakan ambliopia yang disebabkan kekeruhanmedia kongenital atau dini yang
menyebabkan terjadinya penurunan pembntukan bayangan yang akhirnya menimbulkan
ambliopia.

You might also like