You are on page 1of 56

1

LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO A BLOK 25
KESEHATAN LINGKUNGAN




Tutor: dr. Ardehlia Arin


Kelompok B6
Nur Suci Trendy Asih 04111401016
Shelvia Chalista 04111401024
Retno Tharra H 04111401029
Eliya 04111401031
M Ariama D Putra 04111401039
Salsabil Dhia Adzhani 04111401041
Lisa Yunita 04111401049
Niken Kasati 04111401065
Mahardika Yantara 04111401078
Kristian Sudana Hartanto 04111401085
Sharanjit Kaur Autar Singh 04111401090










PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
2




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan
tugas tutorial skenario A Blok 25 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dr.
Ardelia selaku tutor kelompok 6 yang telah membimbing kami semua dalam
pelaksanaan tutorial kali ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan tugas tutorial ini
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun
lakukan.


Palembang, May 2014,

Kelompok B6


















3

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok IKM yang berada dalam
blok 25 pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan
datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep
dari skenario ini.


















4


BAB I I
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Ardelia
Moderator : Lisa Yuniarti
Sekretaris : Sharanjit Kaur Autar Singh
: Mahardika Yantara
Hari, Tanggal : Senin, 12 Mei 2014
Rabu, 14 Mei 2014
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan.
2. Dilarang makan dan minum.






















5

Skenario A Kesehatan Lingkungan

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir, yakni di
Desa Mjt. Komunitas di sini terdiri atas sekita 500 KK dengan populasi sekitar 2.000
orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan.
Pertanian terutama padi sawah dan karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai
dengan kemampuan ekonmi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya
dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih
banyak yang telanjang kaki.
Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan;
juga dari air rawa, yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki
sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan aladah
listrik; untuk masak-memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagin
kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah langka, penduduk
kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan LPG.
Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.
Pada bulan Januari-Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada
bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat
sampai berminggu-minggu.
Pelayanan kesejatan di desa ini dilakukan oleh Pustu, sedangkan Puskes ada di
kota kecamatan sekitar 15km ke arah Palembang.
Petugas kesehatan yang ada di desa adalah mantri dan bidan desa. Tapi jumlah
kelahiran yang ditolong oleh dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun
masih cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.
Di desa pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masign rumah tangga, tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitas desa banyak
rawa, maka ini menjadi tempat ideal unutk membuang sampah.
Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang
terdeteksi di desa ini adalah:
ISPA;
Gastrointestinal dan diare;
Kulit;
6

Malaria;
DHF;
Tuberkulosis;
Asthma;
Gigi dan mulut;
Hipertensi;
Cidera karena kecelakaan lalu lintas.

Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan, yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
proponsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun
2009, yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut
studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi
dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) yang tinggi.
Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan
narkoba.

1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
Parameter Hasil Uji
E. coli 2.000/100 cc
Total Coliform 1.000/100 cc
Arsen 0,05 mg/L
Flourida 1,4 mg/L
Total Kromium 0,03 mg/L
Kadmium 0,001 mg/L
Nitrit 2 mg/L
7

Nitrat 25 mg/L
Sianida 0,07 mg/L
Selenium 0,01 mg/L

2. Kualitas Udara
Parameter Waktu
Pengukuran
Hasil Uji
SO
2
24 jam 500 g/Nm
3

CO 24 jam 30.000 g/Nm
3

NO
x
24 jam 200 g/Nm
3

O
3
1 jam 200 g/Nm
3

Hidrocarbon 3 jam 100 g/Nm
3

Total Suspended
Particulate (TSP)
24 jam 500 g/Nm
3

Pb 24 jam 5 g/Nm
3



I. Klarifikasi Istilah
1. Desa : perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
soial, ekonomi politik, kulutral setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal
balik daerah lain
2. Populasi: sekumpulan orang yang mempunya karakteristik yang sama yang
hidup di suatu tempat.
3. Komunitas: sebuah kelompok social dari beberapa organisme atau makhlik
hidup yang berbagi lingkungan umumnya memiliki ketertarikan dan habitat
yangn sama
4. Pertanian: kegiatan pemanfataan sumber hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan dan sumber-sumber energy untuk mengelola
lingkungan hidupnya.
5. Pertukangan: pekerjaan yang mengandalkan kepandaian di suatu pekerjaan
tangan dengan alat atau bahan seperti batu, besi, kayu
6. Semen: zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan
bangunan lainnya
8

7. Rumah: bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga
8. Kebutuhan domestik: keubutuhan individu untuk MCK, minum, dan masak.
9. Sumur: sebuah sumber ar yang digali
10. Sungai: aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-
menerus dari hulu atau sumber menuju hilir atau muara.
11. Mantri: nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas khusus
di bidang kesehatan.
II. Identifikasi Masalah
1. Kondisi penduduk
Lokasi desa di pinggir Jalan Raya Lintas Timur Sumatera
Mata pencaharian utama pertanian dan pertukangan
Rumah beragam dari semen, kayu, dan ada yang berlantai tanah
Banyak penduduk yang telanjang kaki
2. Sumber air
Air berasal dari Sungai Ogan, air rawa dari sawah sekitar desa
Sebagian besar memiliki sumur sendiri, tetapi kering di musim kemarau
3. Kualitas udara
Januari-Agustus kualitas udara sangat baik
September-Desember sering kabut asap berminggu-minggu
Indoor air quality tidak cukup baik akibat penggunaan bahan bakar kayu
dan briket arang serta ventilasi dapur yang tidak baik
4. Petugas kesehatan
Dukun masih merupakan garis pertama yang melayani orang sakit
Untuk 2.000 penduduk, hanya ada mantri dan bidan desa
5. Pengolahan sampah
Tidak ada organisasi desa yang mengelola sampah
Rawa dijadikan tempat ideal untuk membuang sampah
6. Keracunan makanan
Selama 2010/2011 terjadi dua kali keracunan makanan pada pesta
perkawinan
7. Kebiasaan masyarakat
9

Harga karet alam naik, warga banyak membeli motor yang menyebabkan
tingkat kecelakaan yang cukup tinggi
Penduduk desa mulai minum minuman keras dan narkoba

III. Analisis Masalah

1. Apa pengaruh letak desa yang terletak di pinggir jalan raya dalam
kesehatan lingkungan?
- Tingkat kebisingan
Suara adalah sensasi atau rasa yang dihasilkan oleh organ pendengaran
manusia ketika gelombang-gelombang suara dibentuk di udara sekeliling manusia
melalui getaran yang diterimanya. Gelombang suara merupakan gelombang
longitudinal yang terdengar sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada
frekuensi 20 20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang dapat didengar (audible
sound).
Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak
dikehendaki dan mengganggu manusia. Sehingga seberapa kecil atau lembut suara
yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut kebisingan.
Alat standar untuk pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM).
SLM dapat mengukur tiga jenis karakter respon frekuensi, yang ditunjukkan dalam
skala A, B, dan C. Skala A ditemukan paling mewakili batasan pendengaran manusia
dan respons telinga terhadap kebisingan, termasuk kebisingan akibatlalu lintas, serta
kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Skala A dinyatakan
dalam satuan dBA.
Pemerintah Indonesia, melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup
No: Kep. 48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang kriteria batas
tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan
maksimum untuk outdoor adalah sebesar 55 dB(A).
Kebisingan Lalu Lintas
Bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas adalah bunyi yang tidak konstan
tingkat suaranya. Tingkat gangguan kebisingan yang berasal dari bunyi lalu lintas
dipengaruhi oleh tingkat suaranya, seberapa sering terjadi dalam satu satuan waktu,
serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara
10

yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot,
serta akibat interaksi antara roda dengan jalan,kendaraan berat (truk, bus) dan mobil
penumpang.
Pengaruh bising terhadap kesehatan
Gangguan Fisiologis
TD , nadi , basal metabolisme , konstriksi pembuluh darah kecil terutama
pada bagian kaki pucat, gangguan neurovaskular
Gangguan Psikologis
Rasa tidak nyaman, kurang kosentrasi, susah tidur, emosi.
Gangguan keseimbangan
Gejala: sakit kepala, mual, vertigo
Gangguan Komunikasi
Pekerjaan terganggu, terjadi kesalahan pekerjaan mutu & produktivitas
menurun.
tidak mendengan alarm tanda bahaya kecelakaan kerja
Gangguan pendengaran (tuli)
Tuli sementara (Temporary Treshold Shift =TTS)
Akibat pemaparan bising intesitas tinggi + waktu singkat -> istirahat secara
cukup -> daya dengarnya akan pulih kembali sempurna.
Tuli menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Akibat waktu paparan yang lama (kronis)
Noise Induced Hearing Loss( NIHL)
Penurunan fungsi indera pendengaran akibat terpapar oleh bising dengan intensitas
yang berlebih terus- menerus dalam waktu lama (>85dB)
Lampiran KepmenNaKer No. 51 tahun 1999







11

- Partikel debu
Pengaruh Partikel Terhadap Manusia
Partikel debu dapat menggangu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi
pada mata, alergi, gangguan pernapasan dan kanker paru-paru. Efek debu terhadap
kesehatan sangat tergantung pada : Solubity (mudah larut), komposisi kimia,
konsentrasi debu dan ukuran partikel debu (Pudjiastuti, 2002)
Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah
masuknya partikel-partikel baik berbentuk padat maupun cair, kedalam paru-paru.
Bulu-bulu hidung akan mencegah masuknya partikel-partikel berukuran besar,
sedangkan partikel yang berukuran lebih kecil akan dicegah masuk oleh membran
mukosa yang terdapat disepanjang sistem pernafasan dan merupakan permukaan
tempat partikel menempel.
Menurut Pudjiastuti (2002) ukuran debu sangat berpengaruh terhadap
terjadinya penyakit pada saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut
dapat mencapai organ target sebagai berikut:
1. 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian atas.
2. 2-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah.
3. 1-3 mikron hinggap dipermukaan/ selaput lendir sehingga menyebabkan
vibrosis paru.
4. 0,1-0,5 mikron melayang di permukan alveoli.
Partikel-partikel yang masuk dan tertinggal di dalam paru-paru mungkin
berbahaya bagi kesehatan karena tiga hal penting, yaitu:
Partikel tersebut mungkin beracun karena sifat-sifat kimia dan fisiknya.
Partikel tersebut mungkin bersifat inert (tidak beraksi) tetapi tinggal di dalam
saluran pernafasan dapat menggangagu pembersihan bahan-bahan lain yang
berbahaya.
Partikel-partikel tersebut mungkin dapat membawa molekul-molekul gas yang
berbahaya, baik dengan cara mengabsorbsi atau mengadsorbsi, sehingga
molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di bagian paru-
paru yang sensitif. Karbon merupakan partikel yang umum dengan kemampuan
yang baik untuk mengabsorbsi molekul-molekul gas pada permukaannya
(Fardiaz, 1992)
12


Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang
tinggi dari saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup
lama. Tingkat bahaya semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap
bercampur dengan uap air. PM10 tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke
paru-paru. Jika partikel tersebut terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan
peradangan saluran pernapasan, gangguan penglihatan dan iritasi kulit (Anonimous,
2002)
Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran
0,1-5 atau ukuran 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang
membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Pneumokoniosis disebabkan oleh
debu mineral membentuk jaringan parut (slicosis, anthrakosilikosis, asbestosis).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tangal 26 Mei 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional, menyatakan bahwa
kadar debu partikel 10 mikron di udara yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi
dari 150
3
g/m
2. Berapa luas minimal daerah untuk populasi 2000 orang?
- Menurut Profil Kesehatan 2007: rasio puskesmas adalah 3,65 per 100.000 penduduk
pada tahun 2007
- Suatu desa dapat dikatakan ideal apabila kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
selengkapnya. Pada hakekatnya elemen lingkungan yang dibutuhkan di dalam
kehidupan dapat dijabarkan menjadi lima unsur komponen pokok, yaitu: meliputi
1. Kebutuhan perumahan yang layak.
2. Karya, yaitu suatu lapangan kegiatan kerja dimana masyarakat desa mencari
nafkah.
3. Marga, yaitu lingkungan perumahan yang harus mudah dicapai dengan jaringan
jalan dan jembatan yang berfungsi menghubungkan satu desa dengan desa
lainnya .
4. Suka, yaitu komponen kegiatan untuk memenuhi kebutuhan penduduk desa akan
hiburan, bersantai beristirahat.
5. Penyempurna, yaitu komponen kegiatan yang penting untuk memenuhi
kebutuhan lahir dan bathin.
- Kelima unsur pokok ini akan merupakan kerangka dasar didalam pembentukan
lingkungan desa. Dari uraian di atas jelaslah kiranya bahwa unsur kelima komponen
kegiatan hidup tersebut merupakan kerangka dasar dari terbentuknya suatu
13

lingkungan desa yang lengkap dan menyeluruh. Lingkungan pemukiman desa
mempunyai ciri-ciri :
1. Fisik lingkungan mencerminkan pola kehidupan dan budaya masyarakat
setempat.
2. Jalan masuk lingkungan tidak ada pemisah antara lalu lintas kendaraan dan
pejalan kaki.
3. Ada identitas tertentu.
3. Bagaimana keterkaitan pekerjaan penduduk setempat dengan
kesehatan?
Penyakit yang berhubingan dengan pekerjaan petani yang diderita oleh petani
seperti sakit pinggang (karena alat cangkul yang tidak ergonomis), gangguan
kulit akibat sinar ultraviolet dan gangguan agrokimia. Penggunaan agrokimia
khususnya pestisida merupaka factor risiko penyakit yang paling sering
dibicarakan. Kondisi kesehatan awal petani berpengaruh terhadap penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Seperti, penderita anemia
karena kekurangan gizi disebabkan kecacingan di sawah atau perkebunan
maupun kurang pasokan makanan, kemudian dapat diperburuk dengan
keracunan organofospat.
1. Malaria
Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria , habitat utama
di persawahan dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan
berkembang biak dalam butir darah merah sehingga seseorang yang terkena
malaria akan menderita demam dan anemia sedang hingga berat. Anemia dan
kekurangan hemoglobin dapat mengganggu kesehatan tubuh serta stamina
petani. Seseorang yang menderita anemia akan memiliki stamina yang rendah,
loyo, cepat lelah, dan tentu saja tidak produktif.
2. Tubekulosis
Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani
adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC
adalah golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi
lemah tersebut. TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk,
rumah tanpa ventilasi dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab,
pengap, yang akan memperpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman
TBC dalam lingkungan.
14

Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan
produktivitas rendah, dan akan membebani keluarga.
3. Kecacingan dan Gizi Kerja
Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari
pasokan makanan. Namun makanan yang diperoleh dengan susah payah dan
seringkali tidak mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit menular
dan kecacingan. Masalah lain yang dihadapi ankgatan kerja petani adalah
kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat berupa kekurangan kalori untuk
tenaga maupun zat mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat pengetahuan yang
rendah dan kemiskinan.
4. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar merupakan salah satu factor risiko utama timbulnya penyakit-
penyakit infeksi baik yang akut seperti kolera, hepatitis A, disentri, Infeksi
Bakteri Coli maupun penyakit kronik lainnya.
4. Apa makna pekerjaan padi sawah dan karet terhadap kesehetan
masyarakat?
Kadar arsen diatas batas normal, Arsenik merupakan elemen yang ditemukan
di alam dan pada produk buatan manusia termasuk pestisida yang biasa
digunakan oleh petani sawah dan kebun karet bisa menyebabkan keracunan
akut dengan gejala muntaber disertai darah, bisa menyebabkan koma dan jika
dibiarkan bisa menyebabkan kematian. Secara kronik. Racun arsenik juga
dapat menyebabkan anoreksia,kolik,mual,diare atau konstipasi,ikterus, kanker
kulit iritasi,alergi dan cacat bawaan .Daerah persawahan dan hutan
karet.merupakan tempat/ sarang berbagai vektor (pembawa penyakit),
terutama nyamuk yang dapat membawa penyakit.
5. Apa syarat rumah yang ideal?
Kondisi rumah yang ideal
1) Menurut Ditjen Cipta Karya (1997) komponen yang harus dimiliki
rumah sehat adalah sebagai berikut.
a) Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah
dasar, memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi
penghubung antara bagunan dengan tanah;
15

b) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk
rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;
c) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
d) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau
menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari
panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy)
penghuninya;
e) Langit-langit untuk menahan dan menyeap panas terik matahari,
minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman
bambu, tripleks atau gipsum;
f) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari
serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.
Adapun Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan
Pemukiman menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah
sebagai berikut.
a) Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa,
dll.
Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas
tambang.
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
b) Kualitas udara
Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3
Debu mak 350 mm3/m2 perhari
c) Kebisingan dan Getaran
Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A
Tingkat getaran mak 10 mm/ detik
16

d) Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus
memenuhi persyaratan berikut:
Kandungan Timah hitam (Pb) mak 300 mg/kg
Kandungan Arsenik (As) total mak 100 mg/kg
Kandungan Cadmium ( Cd) mak 20 mg/kg
Kandungan Benzoa pyrene mak 1 mg/kg
Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah
sebagai berikut.
a) Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
b) Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar
cuci kedap air dan mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d) Kualitas udara
Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC;
Kelembaban udara, antara 40 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
17

Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e) Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas
lantai.
f) Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah.
g) Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal
60 liter per orang setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan
Kepmenkes 907 tahun 2002.
h) Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari
permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air
tanah.
i) Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak
untuk lebih dari 2 orang tidur.
6. Apa dampak perilaku yang tidak memakai alas kaki terhadap
kesehatan?
Sebagian warga Mjt. memiliki rumah yang berlantai tanah dimana tanah
merupakan tinggal berbagai mahluk hidup yang berbahaya bagi kesehatan
manusia, seperti parasit, serangga, dan cacing yang dapat masuk ke tubuh
manusia melalui kulit, udara, dan makanan. Kebiasaan warga yang tidak
menggunakan alas kaki dapat memudahkan mikroorganisme seperti cacing
masuk ke dalam tubuh mereka dan menyebabkan cacingan, khususnya pada
anak-anak. (peningkatan risiko soil transmitted diseases)
18

Dinding dari kayu dapat menghasilkan serbuk kayu yang dapat mengganggu
pernafasan
Lantai rumah yang masih dari tanah ditambah dengan tidak memakai alas
kaki dapat menyebabkan cacing masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit
telapak kaki. Biasanya jenis cacing tambang, seperti Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus.
Tidak memakai alas kaki juga dapat mempertinggi risiko terkena atau tertusuk
nya benda-benda tajam yang ada di atas tanah sehingga kaki dapat terluka, dan
memungkin kan terinfeksi tetanus.
7. Apa makna rawa yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh
masyarakat setempat?
Didesa ini pengolahan sampah dilakukan oleh masing- masing rumah
tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena
disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang
sampah. Sumber air utama masyarakat ini untuk kebutuhan domestik adalah
sungai Ogan; juga dari air rawa. Pengolahan sampah yang tidak benar dengan
membuangnya ke rawa, dimana rawa itu sendiri sebagai sumber air utama
dapat mengganggu kesehatan.
Pengelolaan sampah yang kurang baik tersebut akan menyebabkan terjadinya
pengaruh negatif yaitu :
Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat
Sebagai tempat berkembang biak vector penyakit sehingga dapat
meningkatkan insiden penyakit sebagai berikut :
Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, typhus dan yang lain) yang
ditularkan oleh lalat
Penyakit demam berdarah ditularkan nyamuk Aedes Aegipty
(berkembang biak karena banyak kaleng bekas dan genangan air)
Penyakit kulit dan penyakit parasit lain, penularan melalui udara.
Penyakit yang ditularkan melalui binatang, missal Taeniasis (akibat
cacing pita/Taenia saginata atau Taenia solium)
Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan
besi. Kaleng, seng serta pecahan kaca.
19

Pengaruh terhadap lingkungan
Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat
banyaknya tumpukan sampah.
Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas
yang menyebabkan timbulnya bau busuk.
Adanya debu yang beterbangan, mengganggu mata dan pernafasan.
Resiko terjadinya kebakaran dan asap yang ditimbulkan dapat
mengganggu kesehatan.
Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya knsentrasi
debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas
udara.
Pembuangan sampah ke saluran air akan memyebabkan pendangkalan
saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran, sehingga bila
hujan menimbulkan banjir.
Pengaruh terhadap sosial masyarakat
Mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut.
Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik
bagi orang lain, terutama turis asing untuk berkunjung ke tempat
tersebut.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi
kenyamanan dan ketentraman hidup bermasyarakat
Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional
Penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik
akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Serta kenyamanan
dan ketentraman hidup berkurang sehingga produksi daerah akan
menurun
Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani penyakit akibat
sampah akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sektor-
sektor lain akan berkurang.
Berkurangnya pengunjung ke suatu daerah berarti penurunan
pemasukan bagi suatu daerah atau penurunan devisa Negara.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan merusak lingkungan,
menurunkan kualitas lingkungan
20

8. Apakah sumber air yang digunakan oleh penduduk desa sudah layak
dan apa dampaknya?
Sumber air di Desa Mjt menggunakan air sungai ogan yang tidak diolah
terlebih dahulu dan air rawa yang berasal dari sekitar sawah. Kemudian rawa
di sekitar sawah ini juga menjadi tempat pembuangan sampah. Sawah disini
mungkin menggunakan pestisida.
Jika dilihat dari intrepretasi hasil lampiran tentang hasil kualitas air minum,
maka bakteri E.coli dan total coliform yang tinggi, hal ini menandakan air
tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia sehingga meningkatkan risiko
penyakit gastro intestinal dan diare, serta water washed diseases seperti
penyakit kulit dan mata. Kadar arsen diatas batas normal, Arsenik merupakan
elemen yang ditemukan di alam dan pada produk buatan manusia termasuk
pestisida.. bisa menyebabkan keracunan akut dengan gejala muntaber disertai
darah,bisa menyebabkan koma dan jika dibiarkan bisa menyebabkan
kematian.Secara kronik. Racun arsenik juga dapat menyebabkan
anoreksia,kolik,mual,diare atau konstipasi,ikterus, kanker kulit iritasi,alergi
dan cacat bawaan .Air sumur kering di saat musim kemarau, memungkinkan
warga desa Mjt mengalami keadaan dehidrasi hingga penyakit ginjal. Jika
warga menggunakan air sungai, air rawa, dan air sumur yang tidak layak/
tercemar maka resiko penyakit infeksi saluran cerna dapat meningkat dan
infeksi pada rongga mulut termasuk gigi dan gusi.
9. Apa dampak penggunaan kayu bakar dan briket batu bara?
Batu bara sebagai bahan bakar dapat menimbulkan polutan yang mencemari udara
berupa :
CO (karbon monoksida)
NOx (oksida-oksida nitrogen)
SOx (oksida-oksida belerang)
HC (senyawa-senyawa karbon)
Fly ash (partikel debu)
Banyaknya penyakit pernapasan yang disebabkan oleh partikel-partikel yang
dihasilkan dari penggunaan dan pengolahan batubara, yaitu Silikosis oleh Debu-debu
silica , Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.
21

Dapat menyebabkan terjadinya kematian oleh zat-zat seperti NOx, SOx dan gas CO
yang berbahaya jika berada diluar batas kenormalan karena sifat mereka yang
beracun.
Dapat membuat lingkungan udara disekitar daerah penuh dengan debu dan
megganggu kenyamanan.
Terjadinya Global Warming yang salah satunya diakibatkan karena kadar CO2 yang
banyak dan merupakan pemicu utama terjadinya efek rumah kaca dan berhubungan
pula dengan pemanasan bumi.
Dapat menyebabkan hujan asam dari proses reaksi antaran Sox dengan udara.
Memasak menggunakan kayu bakar dan briket batubara dengan ventilasi dapur yang
tidak baik dapat mempengaruhi Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality), maka
kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik. Asap pembakaran yang tidak
sempurna dari kayu bisa menyebabkan kanker paru-paru, kebutaan, jantung, bahkan
pengaruh kognitif pada anak. Asap yang melayang menyebabkan risiko kesehatan
lebih besar karena jumlah asap yang dihasilkan lebih besar dan menguap ke ruangan.
Menurut WHO, memasak dengan bahan bakar padat (batu bara) di ruangan
mengakibatkan kematian dini. Dampak pembakaran bahan bakar padat memudahkan
manusia terkena infeksi pernapasan dan kanker paru.
10. Apa dampak serangan kabut asap terhadap kesehatan penduduk
setempat?
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu :
pencemar primer (substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara, misalnya karbon monoksida)
pencemar sekunder (substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer, misalnya terbentuknya ozon)
Dampak Pencemaran Udara :
Gangguan visibilitas penting dari segi transportasi;
Pengaruh terhadap kesehatan:
- keluhan utama: iritasi (mata berair, bersin, hidung tersumbat,
gatal tenggorokan;
- sesak napas;
- sakit kepala,
- kelelahan;
- gejala seperti flu;
22

- bronkitis (e.g. Legionella)
Pada komunitas tersebut telah dilakukan pengukuran kualitas udara tatkala
ada serangan asap oleh pihak provinsi dan hasilnya menunjukkan
ketidaksesuaian / meningkat dari baku mutu sesuai dengan Baku Mutu
Lingkungan Udara Ambien, PP 41/1999.
11. Apa saja kriteria udara bersih?
Kriteria udara bersih dan udara tercemar WHO, 1976
Parameter Udara Bersih Udara tercemar
Pb 12,1098 gr/m3 12,1098-14,00 gr/m3
SO 0,003-0,02 ppm 0,02- 2 ppm
NO 0,003-0,02 ppm 0,02-0,1 ppm
CO 310-300 ppm 350-700 ppm
HC < 1 ppm 5-200 ppm

Syarat Udara yang Sehat
A. Memenuhi kualitas Fisik
a) Bebas debu
b) Bebas bau
c) Bebas dari kelembaban yang tinggi Over humidity
d) Temperatur dan kelembaban sesuai dengan kondisi kenyamanan tubuh dapat
digunakan
e) Bebas asap atau koloid sejenisnyaf)Bebas suara yang mengganggu
B. Memenuhi Kualitas Kimia
Bebas partikulat kimia, uap atau gas kimia beracun dan berbahaya
C. Memenuhi Kualitas Biologi
Bebas patogen yang berupa virus, bakteri, tungau debu, serangga penghasil
benang atau sejenisnya
Bebas patogen
Bebas serangga
D. Memenuhi Kualitas Radioaktif
Bebas radiasi ionik dan radiasi non ionik dapat dilakuan dengan menghilangkan atau
23

membatasi dan mengatur penggunaan sumber radiasi tersebut. Sumber radiasi ionik di
rumah tangga antara lain kompor gas, air dari sumur artesis, material bangunan
tertentu, lampu petromak.
Sumber radiasi non ionik diantaranya photocopy, microwave , TV, HP,radio, Wireless,
listrik tegangan tinggi (SUTET), monitor komputer dan elektronik lainnya.
Ciri-ciri udara bersih
Tidak berwarna
Tidak berbau
Terasa segar dan ringan saat dihirup.








12. Apa saja fasilitas yang disediakan oleh Pustu untuk masayarakat?
Pustu (puskesmas pembantu) adalah bagian struktur organisasi puskesmas
yang merupakan jaringan pelayanan puskesmas. Memiliki Visi, misi, fungsi,
tugas dan tujuan yang sama dengan puskesmas. Hanya saja memiliki lingkup
kemampuan dan fasilitas yang lebih terbatas daripada puskesmas. Pustu hanya
melayani untuk wilayah yang lebih kecil daripada puskesmas. Setidaknya, Pustu
melaksanakan upaya kesehatan wajib yaitu : Promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, KIA/KB, Pengobatan, Gizi, dan P2M.
13. Bagaiamana pelayanan kesehatan yang ideal untuk sebuah desa?
Standar pelayanan minimal atau biasa disingkat SPM adalah standar
pelayanan minimal yang harus didapatkan oleh masyarakat dan menjadi
program yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pelaksanaanya diwajibkan
kepada pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya dan kemampuan daerah
Tahun 2013 ditetapkan 18 indikator SPM yaitu :
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 target 88%
24

2. Cakupan kompllikasi kebidanan yang ditangani target 73%
3. Pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang mempunyai kompetensi
kebidanan target 88%
4. Cakupan pelayanan nifas target 88%
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani target 70%
6. Cakupan kunjungan bayi target 86%
7. Cakupan kelurahan/desa Uci target 90%
8. Cakupan pelayanan anak balita 81%
9. Cakupan pemberian MPAsi pada anak usia 6 sampai 24 bulan keluarga
miskin target 100%
10. Cakupan penderita gizi buruk mendapatkan perawatan target 100%
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat target 100%
12. Cakupan peserta KB aktif target 63%
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP, pneumonia
balita, TB paru, DBD dan Diare
14. Cakupan yankesdas masyarakat miskin target 100%
15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin
16. Cakupan pelayanan Gadar level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan
kabupaten/kota
17. Cakupan kelurahan/ desa mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi 24 jam trget 100%
18. Cakupan desa siaga aktif target 100%
14. Apa solusi dari Puskesmas untuk mengatasi permasalahan yang ada
di desa?
Untuk sementara permaslahan yang di dapat dari desa NJT
1. Pencemaran udara
2. Pencemaran air
3. Prilaku masyarakat
1. Puskesmas merencanakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dampak
buruk dari pencemaran udara dan air yang terjadi
a. Puskesmas mengenalkan tentang bahaya nya pencemaran udara dan air
bagi lingkungan dan kesehatan
25

b. Puskemas memberikan informasi penyebab terjadinya pencemaran udara
dan air
c. Puskesmas memberikan informasi tentang penyakit yang terkai, beserta
gejala nya.
d. Pendekatan terhadapa masyarakat.
e. Pembagian masker
2. Puskesmas merencanakan edukasi tentang prilaku hidup sehat untuk
lingkungan mau pun diri sendiri
a. Puskesmas memberitahu dan meningkat kan kesadaran masyarakat akan
pentingnya dalam menggunakan alas kaki untuk terhindar dari salah
satu vaktor (cancing
b. Puskesmas merubah prilaku masyarakat yang mengunakan air dari rawa
(terkontaminasi)
c. Puskesmas merubah kebiasaan masyarakat unutuk membuang samapah
pada rawa yang dapat menjadi salah satu tempat berkembang biaknya
jentik nyamuk, serta pencemaran air.
d. Peskesmas memberikan alternatife penggunaan gas LPG kepada
masyarakat karena gas LPG lebih baik dari pada penggunaan batu bara dan
kayu bakar.
e. Puskesmas mengajrkan cara mengelolah sampah (di kenalkan juga jenis-
jenis sampah)
f. Mengajak keerja sama dukun beranak dalam persalinan ibu
3. kegiatan bersama (gotong royong)
a. Menanam pohoh upaya sebagai penghijauan mengurangi polusi udara
b. Pembersihan lingkungan secara kerja bakti
c. Pembuatan sumur yang lebih baik (sumur dalam)
d. Pembersihan rawa
15. Apa dampak kelahiran yang ditolong oleh dukun terhadap kesehatan
ibu dan anak?
Didesa ini jumlah kelahiran yang ditolong oleh dukun masi lebih banya dibanding
kelahiran yang ditolong oleh bidan , hal ini menyebabkan meningkatnya risiko
kesehatan berupa perdarahan pasca persalinan akibat prosedur melahirkan yang
mungkin tidak baik dan infeksi akibat penggunaan alat yang mungkin tidak steril.
26

Dampak kelahiran yang ditolong oleh dukun adalah meningkatkan tingkat
kematian ibu dan anak . Riwayat kasus kematian ibu dan janin terjadi jika dukun
beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan
serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari
kekurangtahuan dukun beeranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang
tidak dikenal.
16. Bagaimana system pengolahan sampah yang baik?
Beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola tempat sampah
rumah tangga atau tempat pembuangan sampah pribadi adalah sebagai
berikut.
Pemisahan sampah kering/nonorganik dengan sampah basah/organik
dalam wadah plastik.
Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan,
angin, dan lain sebagainya.
Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat,
belatung, tikus, kucing, semut, dan lain-lain.
Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak
mudah berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu
juga memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan
biarkan pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus
rapi.
Tempat sampah harus tertutup dan aman dari segala gangguan namun
mudah dijangkau petugas kebersihan.
Tidak membakar sampah karena dapat mengganggu kenyamanan dan
kesehatan orang lain.
Ditinjau dari segi teknik operasional, pengelolaan sampah yang ideal
meliputi kegiatan pewadahan sampai pembuangan akhir. Operasional
bersifat terpadu karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam
pengelolaan sampah harus diperhitungkan tenaga, alat-alat, dan biaya.
Pengelolaan sampah ini sangat penting untuk keberhasilan program
penanggulangan sampah pada suatu daerah. Menurut SK SNI T-13-1990-F,
tata cara pengelolaan teknik sampah di perkotaan meliputi dasar-dasar
perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengelolaan
sampah dan pembuangan akhir sampah.
27


Skema Alur Pembuangan Sampah

Manajemen Pengelolaan Sampah (Departemen Pekerjaan Umum (SNI 19-
2454-2002)
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena
human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (Azwar,
1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah
tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia
Timbunan
Sampah
Pewadahan
Pengumpula
n
Pemindahan
dan
pengangkuta
n
Pemanfaata
n
Pembuangan akhir
sampah
28

menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari
sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, ed., 1991).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar,
kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
(Kartikawan, 2007) sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak
diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh
karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya
timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus
dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan
suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya
adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota
kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang
adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap
sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.
Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau
tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah
ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan
sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi
pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).
Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan
sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
29

Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi
TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-
rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan (transfer and transport)
Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan
pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai
alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan
pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan
dan pengangkutan.
b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat
mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang
hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan
merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut
sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang
terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja
ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak
atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea
(Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka
pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun
cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas
maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-
negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas 300
ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (
96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan
biaya proses pengelolaan.
30

6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah
dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat
tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi
untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA
dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
17. Apa risiko kesehatan yang ditimbul dari pengelolaan sampah yang
tidak baik?
Didesa ini pengolahan sampah dilakukan oleh masing- masing rumah tangga,
tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa
banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah. Sumber air utama
masyarakat ini untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan; juga dari air rawa.
Pengolahan sampah yang tidak benar dengan membuangnya ke rawa, dimana rawa itu
sendiri sebagai sumber air utama dapat mengganggu kesehatan.
Pengelolaan sampah yang kurang baik tersebut akan menyebabkan terjadinya
pengaruh negatif yaitu :
Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat
Sebagai tempat berkembang biak vector penyakit sehingga dapat meningkatkan
insiden penyakit sebagai berikut :
Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, typhus dan yang lain) yang
ditularkan oleh lalat
Penyakit demam berdarah ditularkan nyamuk Aedes Aegipty (berkembang
biak karena banyak kaleng bekas dan genangan air)
Penyakit kulit dan penyakit parasit lain, penularan melalui udara.
Penyakit yang ditularkan melalui binatang, missal Taeniasis (akibat cacing
pita/Taenia saginata atau Taenia solium)
Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan besi.
Kaleng, seng serta pecahan kaca.
Pengaruh terhadap lingkungan
31

Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat banyaknya
tumpukan sampah.
Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas yang
menyebabkan timbulnya bau busuk.
Adanya debu yang beterbangan, mengganggu mata dan pernafasan.
Resiko terjadinya kebakaran dan asap yang ditimbulkan dapat mengganggu
kesehatan.
Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya knsentrasi debu,
asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.
Pembuangan sampah ke saluran air akan memyebabkan pendangkalan saluran
dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran, sehingga bila hujan
menimbulkan banjir.
Pengaruh terhadap sosial masyarakat
Mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut.
Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik bagi
orang lain, terutama turis asing untuk berkunjung ke tempat tersebut.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi kenyamanan dan
ketentraman hidup bermasyarakat
Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional
Penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan
berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Serta kenyamanan dan
ketentraman hidup berkurang sehingga produksi daerah akan menurun
Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani penyakit akibat sampah
akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sektor-sektor lain akan
berkurang.
Berkurangnya pengunjung ke suatu daerah berarti penurunan pemasukan bagi
suatu daerah atau penurunan devisa Negara.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan merusak lingkungan, menurunkan
kualitas lingkungan.
18. apa penyebab terjadinya keracunan makanan di desa tersebut?
Terjadinya keracunan sebanyak dua kali dalam acara hajatan yang melibatkan banyak
orang, yang mungkin diakibatkan karena faktor lingkungan (tempat penyajian yang
32

tidak bersih dan kualitas air yang buruk) dan faktor diri sendiri (kebersihan diri,
contoh : mencuci tangan ketika mengolah dan memakan makanan.
19. Apa interpretasi dari hasil pengujian kualitas air minum?
Tabel Kualitas Air Sumur di Desa Mjt berdasarkan Permenkes RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010
Parameter Hasil Uji Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
E. coli
Total Coliform
Arsen
Flourida
Total kromium
Kadmium
Nitrit
Nitrat
Sianida
Selenium
2000/100 cc
1000/100 cc
0,05 mg/L
1,4 mg/L
0,03 mg/L
0,01 mg/L
2 mg/L
25 mg/L
0,07 mg/L
0,01 mg/L
0/100 cc
0/100 cc
0.01 mg/L
1,5 mg/L
0,05 mg/L
0,003 mg/L
3 mg/L
50 mg/L
0,07 mg/L
0,01 mg/L
Melebihi
Melebihi
Melebihi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa E. Coli, total coliform, dan
arsen pada air sumur Desa Mjt melebehi kadar maksimum yang
diperbolehkan. Dengan demikian, kualitas air sumur di Desa Mjt tidak baik.

20. Apa interpretasi dari hasil penguajian kualitas udara?
Kualitas Udara di Desa Mjt
Parameter Waktu
Pengukuran
Baku Mutu Hasil Uji Keterangan
SO
2
24 jam 365 g/Nm
3
500 g/Nm
3
Melebihi
CO 24 jam 10.000
g/Nm
3

30.000
g/Nm
3

Melebihi
NO
x
24 jam 150 g/Nm
3
200 g/Nm
3
Melebihi
O
3
1 jam 235 g/Nm
3
200 g/Nm
3
Normal
Hidrocarbon 3 jam 160 g/Nm
3
100 g/Nm
3
Normal
Total 24 jam 230 g/Nm
3
500 g/Nm
3
Melebihi
33

Suspended
Particulate
(TSP)
Pb 24 jam 2 g/Nm
3
5 g/Nm
3
Melebihi

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kualitas udara di Desa Mjt adalah
tidak baik.
Kesimpulan : Udara lingkungan Desa Meranjat telah tercemar oleh gas SO
2
,
NOx, total suspended particulate (debu), dan Pb.
21. Apa hubungan meningkatnya harga karet terhadap angka kecelakaan
yang tinggi?
Mata pencarian utama penduduk di desa Mjt adalah pertanian, maka dengan
meningkatnya harga karet meningkatkan tingkat pendapatan penduduk. Hal ini
mengakibatkan sifat individu yang konsumtif sehingga meningkatkan daya beli
penduduk. Pada kasus ini yang terjadi di desa Mjt pembelian kendaraan
bemotor meningkat.
Pengguna kendaraan bemotor yang tidak menaati peraturan lalu lintas dalam
berkendara dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, hal inilah yang
menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas di desa Mjt tinggi.
22. Apa saja langkah yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka
kecelakaan dan minuman keras, dan narkoba?
Lakukan penyuluhan tentang budaya narkoba dan minuman keras yang
bekerja sama dengan pihak pustu
Menggalakkan program karang taruna untuk pemuda
Bekerja sama dengan pemuka agama setempat untuk mempertebal dan
memperdalam ilmu agama
Bekerja sama dengan pihak pemerintah dan kepolisian untuk menghindari
peredaran dan konsumsi narkoba di Desa MJT
23. Bagaimana tindakan preventif dari semua risiko kesehatan ?
K3 untuk petani:
Hal yang perlu diperhatikan
Agar selamat dan sehat, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Sarapan
34

Seorang petani perlu sarapan atau makan sebelum mulai bekerja. Makanan
merupakan sumber tenaga. Makan bergizi juga mencegah kita dari
penyakit.
2 .Makan Siang
Bila akan bekerja dari pagi hingga sore, makan siang juga sangat penting
untuk mengganti tenaga yang sudah dipakai. Siapkan dan bawa bekal
makan siang. Atau minta keluarga mengantarkannya.
3. Macam Makanan
Makanan yang dimakan hendaknya mengandung bahan bergizi. Makanan
bergizi terdiri dari:
a. Sumber tenaga seperti nasi, jagung, ubi, dan lain-lain
b. Bahan pembangun tubuh berupa ikan, tahu, tempe, telur, atau daging.
c. Bahan penunjang berupa sayur mayur dan buahbuahan. Lauk dan sayur
yang beraneka ragam lebih baik dari pada lauk dan sayur yang sama setiap
kali makan.
4. Pakaian sewaktu bekerja
Seorang petani PIR hendaknya menggunakan pakaian yang dapat menjaga
keselamatannya sewaktu bekerja.
a. Celana dan baju lengan panjang. Gunanya adalah:
- Untuk menjaga tubuh dari sinar matahari langsung atau
- menghindarkan diri dari udara yang dingin,
- menjaga kulit dari bulu ulat, miang, atau getah tanaman, dan gigitan
binatang berbisa
b. Topi. Gunakan topi jika bekerja di terik matahari. Topi juga bermanfaat
untuk menghindari bahaya tanaman dan binatang berbisa.
c. Sepatu lars ( sepatu bot) dari karet. Sepatu yang dapat menutup kaki
sampai betis ini berguna untuk:
- menghindarkan kaki dari benda tajam
- menjaga kaki dari gigitan ular dan binatang berbisa
- mengjhindarkan diri dari penyakit cacing tambang.
5. Istirahat
Istirahatlah sejenak setelah bekerja 2 jam terus menerus. Gunanya untuk
memulihkan tenaga danmenjaga kesehatan.
6. Bekerja sewaktu matahari bersinar terik
35

Lakukan pekerjaan ringan sewaktu matahari bersinar terik sekitar tengah
hari. Misalnya mencabut rumput, mengasah pisau, pacul, atau parang.
7. Bekerja dengan benda tajam.
Bekerja dengan benda tajam perlu hati-hati. Jika pacul, parang atau pisau
sedang tidak digunakan, letakan ditempat yang aman.
8. Mengangkat dan mengangkut beban.
- Mengangkat dan mengangkut beban seperti pupuk, benih atau hasil
pertanian harus
disesuaikan dengan kemampuan, Jangan paksakan diri.
- Mengangkat barang harus dengan cara yang benar agar tidak mencederai
otot dan tulang.
- Cara terbaik mengangkut barang yang beratnya lebih dari 25 kg adalah
dengan membagi dua
beban,dan mengangkutnya dengan pemikul. Perhatikan cara
memanggulnya.
9. Bekerja dengan pestisida.
Jika menggunakan pestisida harus hati-hati. Pestisida merupakan racun
bagi manusia. Keracunan dapat terjadi bila pestisida mengenai kulit,
terhirup melalui pernapasan, tertelan atau mengenai mata.
10. Bila ada petir
Bila tiba-tiba datang hujan yang disertai petir :
- JANGAN berteduh dibawah pohon ditengah lapang atau dibawah
dangau. Berlindunglah segera ke perkampungan danmasuk ke dalam
rumah.
- JANGAN menyetel radio transistor di tengah ladang

HAL-HAL LAIN PERLU DIINGAT
1. Menjaga kebersihan
Mandi setelah bekerja dapat mencegah timbulnya penyakit pada keluarga.
Mandi juga akan membuat badan terasa segar.
2. Penyakit
Penyakit yang sering dialami adalah ISPA, Malaria, Cacing
a. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) seperti batuk,pilek, demam.
Bila sedang pilek atau masuk angin, hindari pekerjaan berat. Batuk, pilek
36

dan demam yang ringan dapat diobati sendiri. Untuk menurunkan demam
atau panas dan menghilangkan rasa sakit minumlah obat penurun panas.
b. Penyakit Malaria. Penyakit ini menyebabkan demam dan kurang darah.
Malaria ditularkan oleh nyamuk. Karena itu pakailah kelambu bila tidur.
Jika badan panas dingin, periksakan ke puskesmas agar bila menderita
malaria segera diobati.
c. Cacingan. Orang dewasa juga dapat menderita penyakit cacingan.
Penyakit cacing gelang dan cacing tambang mengurangi kemampuan
badan karena cacing tersebut menyerap makanan yang kita butuhkan.
- Pakailah sepatu karet bila ke kebun dan selalu gunakan sandal jika keluar
rumah.
- Buang air harus selalu di kakus.
- Cuci tangan sebelum makan.
Jika badan lesu, pucat, dan kurus, tetapi makan banyak, segera periksakan
diri ke puskesmas. Mungkin penyebabnya adalah cacingan.
24. Bagaiamana nasehat spesifik untuk setiap risiko kesehatan pada
desa?
a. Kualitas air dan ketersediaan air bersih
Tidak membuang sampah ke rawa lagi dan menjaga kebersihan sungai
dengan tidak membuang kotoran/tinja ke sungai karena dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang cukup berbahaya.
Membuat sumber air yang alternatif yang baik, seperti membuat air sumur
dangkal yang tidak berdekatan (lebih dari 10 meter) dengan septi tank,
rawa dan sungai yang sudah terkontaminasi atau membuat sumur dalam.
Pengolahan limbah pertanian yang benar.
Perbersihan air sungai dan rawa
b. Kualitas Udara
Memberikan penyuluhan mengenai ventilasi rumah yang baik agar dapat
menambah sirkulasi udara di rumah terutama dapur masak, sehingga
walaupun memasak menggunakan kayu, asapnya tidak terpusat didalam
ruangan.
Warga disarankan menggunakan masker atau penutup hidung untuk
menghindari asap kabut.
37

Penyuluhan agar warga mau mengkonversi kayu bakar dan batu bara
menjadi gas LPG. Di usahakan / di koordinasi dengan pemerintah setempat
untuk melakukan pemberian subsidi gas LPG. Kemudian melakukan
penyuluhan kebagusan dan keamanan LPG agar warga tertarik dan merasa
aman menggunakan LPG.
Kurangi emisi gas dari kendaraan bermotor. Hal ini dapat berupa
pengadaan transportasi umum.
Di lakukan penanaman pohon (penghijaua) di desa
c. Masalah Sampah dan Limbah
Disarankan bagi warga Mjt. untuk memisahkan sampah organik dan non
organik agar dapat diolah kembali dan juga agar memisahkan sampah
basah dan sampah kering. Untuk sampah yang kering dapat dibakar dan
sampah organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos. Disarankan untuk
kepala desa agar membuat program pengolahan sampah yang baik dan
benar, seperti membuat galian tanah yang dalam untuk tempat
pembuangan akhir atau dapat membuat dipo (rumah sampah) di desa
meranjat dan bekerja sama dengan kecamatan setempat/ dinas kebersihan
kota untuk mengadakan truk pengangkut sampah agar dapat mengangkut
sampah dari dipo ke TPA.
d. Vektor kontrol
Disarankan bagi warga desa Mjt mau dan mengerti tentang penyakit yang
sering terjadi di daerahnya
Disarankan bagi warga desa Mjt agar memakai proteksi diri dari vektor
penyakit
e. Sanitasi Makanan
Disarankan warga menggunkan sumber makanan dan minuman yang
hygiene dan warga harus mencuci tangan sebelum makan.
f. Trafic Safety
Disarankan untuk dilakukan penyuluhan tentang keamanan berkendara
seperti penggunaan helm, kecepatan berkendara dan etika berkendara
yang normal.
Disarankan untuk dilakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas ,
Disarankan untuk dilakukan pemasangan polisi tidur di tempat yang
ramai.
Penegakan hukum yang tegas tentang berkendara sambil mabuk.
38

g. Keadaan rumah dan kebiasaan warga
Disarankan untuk dilakukan pembangunan rumah sederhana sehat, seperti
: lantai tidak terbuat dari tanah, ventilasi dan pencahayaan ruang yang
cukup baik.
Untuk warga yang tidak mampu membuat lantai rumah dari semen,
disarankan untuk selalu menggunakan alas kaki.
Penyemenan atau memberi alas lantai bagi rumah yang lantainya dari tanah
Penyuluhan tentang penyakit soil transmitted disease
h. Drug and Alcohol
Disarankan bagi warga untuk berhenti mengkonsumsi minuman keras dan
narkoba.
i. Pelayanan kesehatan
Kurangnya tenaga kesehatan : meningkatkan jumlah tenaga kesehatan.
Penyuluhan tentang peran para tenaga medis dalam kesehatan..
Koordinasi dengan pemerintah setempat agar diperbaiki infrastruktur
jalur ke puskes dan pengadaan sarana transportasi umum yang mudah dan
layak sehingga warga mau datang ke puskes
Puskes bekerja sama dengan dukun. Membuat dukun menjadi kader
kesehatan
25. Bagaiamana tindakan yang harus dilakukan oleh Dinkes dan Pemda
setempat?
Kondisi rumah:
Dinkes: pelatihan manajemen preventif dan kuratif penyakit infeksi
yang berisiko tinggi dapat menular melalui media tanah.
Pemda: pemerintah sebaiknya membuat perumahan layak huni atau
minimal rumah percontohan.

Kondisi air:
Dinkes: diperlukan tenaga sanitarian untuk melakukan penyuluhan atau
sosialisasi air bersih dan sehat.
Pemda: program bantuan air bersih atau alat penyediaan penyaring air
Kondisi udara:

39

1) Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA
terutama pada musim kemarau dan serangan aasap kabut.
2) Pemda: perbanyak tanaman penghijauan dan program pengadaan
kompos gas LPG.
Jumlah tenaga kesehatan:
Berikut beberapa pasal yang menjelaskan tentang peningkatan mutu tenaga
kesehatan.
Pasal 25 Ayat (1): Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
Pasal 25 Ayat (2): Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 26 Ayat (1): Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan
untuk pemerataan pelayanan kesehatan.

Langkah yang dapat dilakukan Dinkes dan Pemda dalam mengatasi jumlah
tenaga kesehatan yang kurang di suatu daerah adalah sebagai berikut.
1) Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan
pengadaan SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM
(merencanakan distribusinya, kelanjutan kariernya, serta
kesejahteraannya), Pembinaan dan pengawasan SDM. Bagi SDM yang
diketahui kurang kompeten, dilakukan pelatihan baik kemampuan
manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan dilakukan bersama-
sama / melibatkan sektor lain termasuk Organisasi Profesi dan swasta.
2) Untuk memperbaiki kualitas perencanaan di daerah, pimpinan di daerah
perlu meningkatkan kemampuan perencanaan SDM kesehatan di daerah,
seperti dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat
dilaksanakan.
3) Melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun
bantuan teknis.
4) Melakukan pengembangkan perencanaan termasuk metodenya.
40

5) Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan
sarana yang memadai.
Pengolahan sampah:
1) Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan
atau penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
2) Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan
minimal sebagai berikut.
Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak produktif
untuk pertanian, dan bebas banjir
Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,
Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,
Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat pelayanan
10 km.
Keracunan makanan:
1) Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi keracunan
makanan.
2) Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam
pencegahan terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya,
membangun tempat pembuangan sampah umum.
Kecelakaan lalu lintas:

1) Tentang Kecelakaan Lalu Lintas:
a. Menambah sarana dan prasarana lalu lintas. Meliputi fasilitas
jalan, rambu-rambu, dan tanda lalu lintas
b. Mensosialiasikan peraturan lalu lintas
c. Penyuluhan kepada anggota polisi yang baru agar lebih patuh
peraturan agar menjadi panutan
2) Tentang NAPZA:
a. Keseimbangan dan koordinasi lintas sektor
b. Pengembangan sistem informasi
c. Pembuatan strategi dan rencana aksi
d. Penguatan sistem kesehatan
e. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA
41

f. Pengembangan pembiayaan dan keterlibatan sektor swasta
g. Standarisasi metoda pengobatan
h. Perizinan pembukaan dan operasional sarana pelayanan pemulihan
ketergantungan NAPZA dengan lebih jelas.
i. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA yang
berprinsip evidence-based, komprehensif, multidisiplin,
akuntabilitas, responsif, dan menjaga serta menghormati hak azazi
manusia.
26. Apa saja pelatihan yang diperlukan masyarakat untuk mengatasi
permasalahan kesehatan?
Kondisi rumah:
Rekomendasi pelatihan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan
akibat kondisi penduduk Desa Mjt secara umum adalah sebagai berikut.
Pelatihan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas mengenai tindakan
primer ketika terjadi kecelakaan kerja,
Pelatihan identifikasi infeksi kecacingan,
Penyuluhan rumah sehat dan pola perilaku hidup bersih dan sehat.
Kondisi air:
Pelatihan pengolahan air Sungai Ogan untuk bisa dijadikan sebagai
sumber air bersih dan sumber air minum,
Pelatihan pengolahan sampah yang benar,
Pelatihan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kondisi udara:

Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan pemasangan,
pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG (Pemda).
Jumlah tenaga kesehatan:
Peningkatan kualitas SDM, baik dari segi peningkatan pengetahuan
maupun pelayanan kesehatan.
Pengolahan sampah:
Pelatihan atau penyuluhan yang dapat dilakukan adalah mencakup hal-hal
berikut.
1) Membuang sampah pada tempatnya serta pengelolaannya yang tepat.
42

2) Penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
3) Pelatihan warga terutama pemuda untuk mengolah atau mendaur ulang
sampah menjadi kompos atau benda lain yang bernilai ekonomi tinggi
sehingga dapat meningkatkan pendapatan desa.
Keracunan makanan:
Pelatihan yang direkomendasikan adalah pelatihan manajemen
kegawatdaruratan pada pasien keracunan makanan.
Kecelakaan lalu lintas:
1) Kecelakaan Lalu Lintas:
Sosialiasi peraturan lalu lintas dan penanggulangan
kegawatdaruratan medis.
2) NAPZA:
Guna menjamin terlaksananya penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA, diperlukan tenaga profesional yang mengabdi di
pemerintahan, swasta dan masyarakat.
Pelatihan relapse prevention, pelatihan konselor adiksi,
instruktur cognitive behavior therapys, instruktur motivational
enhancement therapy, pendamping ODHA, dan lain-lain.
27. Bagaimana peraturan perundangan yang terkait terhadap semua
masalah kesehatan di desa setempat?
a. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut
persyaratan kualitas air minum menurut Permenkes
NO.492/Menkes/Per/IV/2010.
b. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara
Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999,
Tanggal: 26 mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional.
c. Masalah sampah dan limbah
Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan
tinja.
1) UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2) UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
3) UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang
43

4) UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya
5) PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL)
6) PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya
dan beracun
7) PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air
8) Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak
lingkungan (BAPEDAL)
9) Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-
39/MENLH/11/1996 tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL
10) Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-
50/MENLH/11/1996) tentang baku tingkat kebauan
d. Peraturan Perundangan Terkait Makanan
1) Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene
Sanitasi Jasaboga.
Kepmen 715/03 mengatur:
ii. Ketentuan umum
iii. Penggolongan
iv. Laik Higiene Sanitasi
v. Persaratan Higiene Sanitasi
vi. Pembinaan Pengawasan
vii. Sanksi.
2) Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman
persyratan hygien sanitasi makanan jajanan
3) Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan
sarana produksi pangan industri rumah tangga (IRT)
4) PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika
f. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman beralkohol

44











45











46











47

IV. Kesimpulan
Desa Meranjat memiliki kesehatan limgkungan yang buruk akibat
pendidikan,pengetahuan dan pelayanan kesehatan yang kurang baik.
V.Kerangka konsep


Masalah kesehatan
masyarakat
Pengolahan
sampah
Pencemaran
air
Pencemaran
udara
Gaya hidup Tenaga
kesehatan
Napza &
alkohol serta
sepeda
motor
ISPA,
gangguan
pernapasan
gangguan
pencernaan,
penularan
penyakit
Penularan
penyakit,
pencemaran
air
Pelayanan
kesehatan
kurang
Risiko tinggi masalah kesehatan lingkungan
Masalah
kesehatan
lingkungan
Pencemaran Air
Sampah
Gaya hidup Pencemaran Udara
Tenaga kesehatan
48

VI.Learning issue
Puskesmas
Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yangbertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.

Fungsi Puskesmas
1. Puskesmas merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat
3. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang terdiri
atas pelayanan kesehatan individu dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Sejarah Perkembangan Puskesmas
Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari didirikannya berbagai
institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, serta
diselenggarakannya berbagai upaya-upaya kesehatan seperti usaha hygiene dan
sanitasi lingkungan yang masing-masinh berjalan sendiri-sendiri. Pada pertemuan
Bandung Plan (1951) dr. J. Leimena mencetuskan pemikiran mengintegrasikan
berbagai institusi dan upaya tersebut dibawah satu pimpinan agar lebih efektif dan
efisien.
Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Konsep pelayanan yang terintegrasi lebih
berkembang dengan pembentukan team work dan team approach dalam pelayanan
kesehatan (1956). Gagasan ini dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem
pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi
fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap kecamatan yang mulai
dikembangkan sejak tahun 1969/1970.Penggunaan istilah puskesmas pertama kali
dimuat pada Master Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in
Indonesia Tahun 1969. Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri atas 3
tipe puskemas (tipe A, tipe B, tipe Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional
ke III tahun 1970 menetapkan hanya ada satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan
pokok. Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan pokok
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan
pemerintah serta keinginan program ditingkat pusat, sehingga kegiatan berkembang
49

menjadi 18 kegiatan pokok, bahkan DKI Jakarta mengembangkan menjadi 21
kegiatan pokok.

Wilayah Kerja Puskesmas
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban masing masing
puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan
dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai
berikut:
1) Kepala puskesmas
2) Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan yang
menetapkan ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota).
3) Unit tata usaha
Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan :
a) Data dan informasi
b) Perencanaan dan penilaian
c) Keuangan
e) Umum dan kepegawaian
Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas:
a) Upaya kesehatan masyarakat termasuk pembinaan terhadap UKBM
b) Upaya kesehatan perorangan
Jaringan pelayanan puskesmas :
a) Unit puskesmas pembantu
b) Unit puskesmas keliling
c) Unit bidan di Desa/Komunitas
50



Tugas Struktur Organisasi Puskesmas
1. Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang
dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional.
2. Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat menyurat serta
pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana dan
perbaikan gizi.
4. Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular khususnya
imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana.
5. Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.
6. U nit IV
Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan
olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya.
7. Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat dan
penyuluhan kesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.
9. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
10. Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.

Tata Kerja Puskesmas
Tata kerja koordinasi fungsional, adalah sebagai berikut:
a) Antara Puskesmas dengan RSU dalam bidang pelayanan medic
b) Antara Puskesmas dengan Camat dan Badan Penyantun Puskesmas dalam
bidang pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan.

51



Sistem Rujukan
a. Pengertian
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun
1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
b. Jalur Rujukan Kesehatan
Rujukan Pelayanan Medis :
1) Antara masyarakat dengan puskesmas
2) Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas
3) Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
4) Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Laboratorium atau fasilitas pelayanan
lainnya.
c. Rujukan Pelayanan Kesehatan :
1. Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik
intrasektoral maupun lintas sektoral.
3. Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu menanggulangi, dapat
diteruskan ke Provinsi/Pusat.

Strafikasi Puskesmas
1. Pengertian
Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam
rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi puskesmas
dapat dilaksanakan lebih terarah.
2. Tujuan
a. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam
rangka mawas diri
b. Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang
52

c. Mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas
sebagai masukan untuk pembinaan lebih lanjut


Pengelompokan Strata dibagi menjadi 3
a) Strata I Puskesmas dengan Prestasi kerja Baik (warna hijau)
b) Strata II Puskesmas dengan Prestasi kerja Cukup (warna kuning)
c) Strata III Puskesmas dengan Prestasi kerja Kurang(warna merah)
4. Sasaran dari stratifikasi puskesmas adalah :
a) Puskesmas tingkat kecamatan
b) Puskesmas tingkat Kelurahan ( puskesmas pembantu )
c) Unit-unit kesehatan lain
d) Pembinaan peran serta masyarakat

Perencanaan Mikro
1. Pengertian
Perencanaan micro tingkat puskesmas adalah penyusunan rencana tingkat puskesmas
untuk 5 tahun, termasuk rincian tiap tahunnya.
2. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai dengan masalah yang
dihadapi puskesmas sehingga meningkatkan fungsi puskesmas.
3. Tujuan Khusus
a. Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu 5 tahun secara
tertulis.
b. Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai penjabaran rencana
kerja 5 tahunan.
4. Langkah dalam penyusunan
a) Identifikasi keadaan dan masalah
b) Penyusunan Rencana
5. Perencanaan yang disusun berdasarkan preoritas masalah yang disusun secara
sistematis.
a) Penyusunan Rencana Pelaksanaan ( Plan of Action )
b) Penulisan dokumen
1) Pendahuluan
53

2) Keadaan dan masalah
3) Tujuan dan sasaran
4) Pokok kegiatan dan pentahapan
5) Kebutuhan sumber daya
6) Pemantauan dan penilaian
7) Penutup

Lokakarya Mini Puskesmas
1. Definisi
Upaya untuk menggalang kerjasama tim untuk penggerakan dan pelaksanaan upaya
kesehatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah disusun dari tiap-tiap upaya
kesehatan pokok puskesmas, sehingga dapat dihindarkan terjadinya tumpang tindih
dalam pelaksanaan kegiatannya.
2. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan tenaga puskesmas bekerja sama dengan tim dan membina
kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
3. Tujuan Khusus
a) Terlaksananya kerjasama tim lintas program
b) Terlaksananya kerjasama lintas sektoran dalam rangka pembinaan PSM
c) Terlaksananya rapat kerja bulanan
d) Terlaksananya rapat kerja triwulan dan pembinaan kerjasama lintas Sektoral
4. Ruang lingkup
a) Menggalang kerjasama tim dari masing-masing anggota
b) Meningkatkan kebanggaan dan semangat membela keberhasilan tim
5. Komponen
a) Penggalangan kerjasama dalam tim puskesmas
b) Penggalangan kerjasama lintas sektoral
c) Rapat kerja bulanan puskesmas
d) Rapat kerja triwulan lintas sektoral

Supervise Puskesmas
1. Pengertian
Upaya pengarahan dengan cara mendengar alasan dan keluhan-keluhan tentang
masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta saran-saran dalam
54

mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaksana, sehingga meningkatkan daya guna
dan hasil guna serta kemampuan pelaksana dalam melaksanakan upaya kesehatan
puskesmas.
2. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya kesehatan puskesmas secara berhasil guna dan berdayaguna.

3. Tujuan Khusus
Terselenggaranya program upaya kesehatan puskesmas sesuai dengan
pedoman pelaksanaan
a) Kekeliruan dan penyimpangan dapat diluruskan
b) Meningkatkan mutu pelayanan
c) Meningkatkan hasil pencapaian puskesmas
d) Meningkatkan hasil pencapaian pelayanan puskesmas

Sistem Pencatatan dan Pelayanan Terpadu Puskesmas
1. Pengertian
adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan
puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan
serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.
2. Tujuan :
a) Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
puskesmas secara akurat tepat waktu dan mutakhir
b) Terlaksananya pelaporan data-data secara teratur di berbagai jenjang
administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku
c) Dipergunakan data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diperbagai tingkat
administrasi
3. Ruang Lingkup
a) SP2TP dilakukan oleh semua puskesmas termasuk puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling.
b) Pencatatan dan pelaporan mencakup :
1) Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas
2) Data ketenagaan di puskesmas
3) Data Sarana yang dimiliki puskesmas
55

4) Data kegiatan pokok puskesmas (18 upaya pokok) baik didalam gedung maupun
diluar gedung.
5) Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan,tribulanan,semester dan tahunan)































56

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari
http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan. Jakarta, Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010
tanggal 19 April 2010. Jakarta, Indonesia

Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional
Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia

Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.
Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia

Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC

You might also like