You are on page 1of 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang keinginan saya membuat karya ilmiah tentang Budidaya Sawi
Sebagai Penunjang Ekonomi Petani adalah karena Jagad Indonesia ini memungkinkan
dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat
tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran.
Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena
caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan
memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik..
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat
mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia.
Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan
green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang Jawa,
Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi.Manfaat sawi
sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh
penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan
memperlancar pencernaan.Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein,
lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
Menurut hasil kajian, pendapatan rumah tangga tani pada daerah dengan usahatani
berbasis non padi umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah berbasis padi.
Perkembangan ekonomi berbasis padi di lahan sawah juga menunjukkan kejenuhan bahkan
dari segi produktivitas telah terjadi levelling off. (Anonimus, 2005) Beberapa permasalahan
pokok yang menyebabkan kejenuhan usahatani di lahan sawah diantaranya adalah: (1) rata-
rata penguasaan lahan kecil dan bahkan makin mengecil; (2) semakin terbatasnya kapasitas
ekonomi usahatani padi dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani; (3)
terhambatnya upaya diversifikasi akibat kendala teknis, sosial dan ekonomi.
Untuk mengantisipasi tantangan tersebut di atas, petani sawah di Bali khususnya telah
lama melakukan kegiatan usahatani non padi dengan mengusahakan tanaman sayuran
berumur pendek setelah panen padi. Tanaman sayuran yang cukup potensial diusahakan dan
memberikan keuntungan yang cukup tinggi adalah sawi hijau (caisim), mentimun, kacang
2

panjang, bayam potong, dan gonda (sayuran khas Bali). Diantara tanaman sayuran
tersebut, caisim yang paling banyak diusahakan karena ditinjau dari aspek teknis budidaya
caisim relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis tanaman hortikultura lainnya.
Dari segi pengusahaan, caisim cukup menjanjikan keuntungan yang lebih baik.
Sebagai contoh, pengusahaan caisim seluas 2 are (0,02 ha) dengan teknik sebar benih
langsung (tanpa pesemaian) dapat dihasilkan 4-5 kwintal atau rata-rata 4,5 kwintal sayur
segar pada musim kemarau per periode penanaman. Dengan harga rata-rata Rp. 1500/kg
maka akan diperoleh keuntungan tidak kurang dari Rp. 675. 000. Haryanto dkk (2005)
melaporkan bahwa dari pengusahaan caisim seluas 1 ha dengan rata-rata produksi 25 ton
sayur segar dengan rata-rata harga Rp. 100/kg keuntungan yang diperoleh tidak kurang dari
Rp. 13.000.000 pada musim kemarau per periode penanaman.
Pengembangan berbagai tanaman hortikultura, khususnya penanaman caisim,
mentimun, kacang panjang, bayam potong, dan gonda setelah padi dapat ditingkatkan,
namun masih belum seimbang dengan permintaan pasar. Keadaan ini dimungkinkan antara
lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, perbaikan pendapatan dan peningkatan
kesadaran gizi masyarakat. Selain itu di kota-kota besar tumbuh permintaan pasar yang
menghendaki kualitas yang baik dengan berbagai jenis yang lebih beragam. Konsekuensi
dari kebutuhan yang demikian menyebabkan permintaan beberapa jenis sayuran meningkat
(Pabinru, 1991). Permintaan terhadap komoditas sayuran yang meningkat tersebut
menghendaki penanganan yang optimal, baik dari segi produksi, panen dan pasca panen,
pemasaran dan pendekatan aspek kelembagaan.
Kondisi tersebut di atas dibenarkan oleh Baharsyah (1990), yang menyatakan bahwa
pola permintaan pangan dan hortikultura secara umum akan tetap meningkat dengan
percepatan disekitar pertumbuhan penduduk dan elastisitas pendapatan yang sudah mengecil.
Demikian pula komposisi menu makanan rumah tangga akan berubah secara dinamis kearah
peningkatan proporsi konsumsi hasil-hasil peternakan, perikanan dan hortikultura, sehingga
terjadi keseimbangan konsumsi karbohidrat, protein dan vitamin serta mineral yang lebih
baik. Sementara itu Pasandaran dan Hadi (1994) melaporkan bahwa konsumen sayuran
sebagian besar adalah masyarakat perkotaan, dimana rata-rata konsumsi sayuran masyarakat
kota perkapita adalah 6,9% lebih tinggi daripada masyarakat desa, yaitu mencapai 29-32
kg/kapita/tahun dari anjuran 60 kg/kapita/tahun. Dengan demikian pengeluaran untuk
pangan di pedesaan lebih kecil dari pada perkotaan. Hal yang menarik terjadi adalah semakin
tinggi pengeluaran rumah tangga maka semakin tinggi pula pengeluaran untuk sayuran dan
3

buah (Gatoet & Arifin, 1992). Kondisi ini memberikan prospek bagi pengembangan
usahatani sayuran di daerah pedesaan yang memiliki nilai ekonomis serta memiliki orientasi
pasar.
Sementara itu produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari usahatani caisim
setelah padi dengan teknik sebar langsung yang biasa dilakukan oleh petani rendah. Karena
itu diperlukan adanya inovasi teknologi terutama dalam teknik penanaman untuk memperoleh
perlakuan (perbandingan benih caisim dan urea) sebelum disebar yang memberikan
produktivitas yang paling optimal. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji produktivitas
dan keuntungan yang diperoleh petani dari budidaya caisim setelah panen padi pada lahan
sawah irigasi melalui perbaikan teknik penanaman

1.2 Rumusan masalah
1.2.1. Apa saja Jenis Sawi?
1.2.2. Apakah Syarat Tumbuhnya?
1.2.3. Bagaimana Budidaya Tanaman Sawi?
1.2.4. Bagaimana cara Penanaman Vertikultur?
1.2.5. Bagaimana cara Penanaman Hidroponik?
1.2.6. Apa saja Hama dan Penyakit pada sawi?
1.2.7. Apa itu Panen dan Pasca Panen?
1.2.8. Bagaimana Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi?
1.2.9. Apa saja Masalah Sawi?
1.3.Ruang Lingkup Masalah
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau
bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup
beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.

1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester genap
1.5.Sistematika Penyajian
Sistematika Penyajian pada karya ilmiah ini lima bab.
Bab pertama pendahuluan,bab kedua Rumusan masalah,bab ketiga metode penelitian,bab
keempat pembahasan,bab kelima penutup.
4

Di dalam bab pertama pendahuluan terdiri atas lima subbab,di antaranya yaitu latar
belakang,rumusan masalah,ruang lingkup masalah,maksud dan tujuan,sistematika penyajian.
Bab 2 sesuai landasan teori
Bab 3 yaitu metode penelitian.Di dalam bab3 terdapat empat hal yaitu sumber data,cara
memperoleh data,instrumen penelitian dananalisis data.
Bab 4 dalah pembahasan.Di dalam pembahasan terdapat...
Bab 5 yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.



























5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Sawi
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau
bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup
beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok
parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula
sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup
atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah
sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok
alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal
dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy)
merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga
Indonesia.
2.2.Sawi hijau
Sawi hijau (Brassica rapa convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae)
merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi
bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan
dengan air panas) atau diolah menjadi asinan (kurang umum).
Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada
suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian
tubuhnya (kecuali akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya
untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini.
2.3.Deskripsi
Herba semusim yang mudah tumbuh. Perkecambahannya epigeal. Sewaktu muda tumbuh
lemah, tetapi setelah daun ketiga dan seterusnya akan membentuk setengah roset dengan
6

batang yang cukup tebal, namun tidak berkayu. Daun elips, dengan bagian ujung biasanya
tumpul. Warnanya hijau segar, biasanya tidak berbulu.
Menjelang berbunga sifat rosetnya agak menghilang, menampakkan batangnya. Bunganya
kecil, tersusun majemuk berkarang. Mahkota bunganya berwarna kuning, berjumlah 4 (khas
Brassicaceae). Benang sarinya 6, mengelilingi satu putik. Buahnya menyerupai polong tetapi
memiliki dua daun buah dan disebut siliqua.
2.4.Kegunaan lain
Karena mudah tumbuh dan responsif terhadap perubahan lingkungan, sawi hijau sering
dimanfaatkan sebagai tumbuhan percobaan untuk pemupukan, kesuburan tanaman, gangguan
karena kurangan hara, serta bioremediasi.
2.5.Sawi putih
Sawi putih tidak sama dengan sesawi putih!
Sawi putih (Brassica rapa convar. pekinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae ) dikenal
sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa; karena itu disebut juga sawi cina. Ia
dikenal pula sebagai petsai. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat
dan tangkai daunnya putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya pada asinan (diawetkan
dalam cairan gula dan garam), dalam capcay, atau pada sup bening. Sawi putih beraroma
khas namun netral.
Habitus tumbuhan ini mudah dikenali: memanjang, seperti silinder dengan pangkal membulat
seperti peluru. Warnannya putih. Daunnya tumbuh membentuk roset yang sangat rapat satu
sama lain.
Sawi putih hanya tumbuh baik pada tempat-tempat sejuk, sehingga di Indonesia ditanam di
dataran tinggi. Tanaman ini dipanen selagi masih pada tahap vegetatif (belum berbunga).
Bagian yang dipanen adalah keseluruhan bagian tubuh yang berada di permukaan tanah.
Produksinya tidak terlalu tinggi di Indonesia.
Sayuran ini populer di Tiongkok, Jepang, dan Korea. Di Korea varietas lain sawi putih
dipakai sebagai bahan baku kimchi, makanan khas Korea.
7

Brassica juncea
Sesawi India atau mustar India (Brassica juncea (L.) Czern.) banyak dibudidayakan di
India dan wilayah Asia lainnya. Jenis sesawi ini relatif lebih tahan kekeringan daripada jenis-
jenis Brassica lainnya. B. juncea adalah hasil persilangan alami dua spesies antara Brassica
rapa dan Brassica nigra.
Biji sesawi coklat dipergunakan sebagai bahan baku rempah-rempah mustar yang disebut
brown mustard ("mustar coklat") karena kandungan sinigrin dan sinapinnya, seperti juga B.
nigra dan Sinapis alba.
Di India, beberapa kultivarnya dimuliakan dengan meningkatkan kandungan minyaknya,
sehingga berfungsi sebagai tumbuhan penghasil minyak, seperti Brassica napus. Di Cina dan
Afrika, sejumlah kultivar ditanam untuk diambil daunnya sebagai sayuran yang ditumis. Di
Cina, daun sesawi ini juga dijadikan asinan. Rasa daun sesawi jauh lebih "menyengat"
daripada sayuran dari kubis dan kerabatnya. Di beberapa tempat di Eropa sesawi India
ditanam sebagai sumber hijauan bagi ternak.
2.6.Kailan
Kailan (, jiln, Brassica oleracea Kelompok alboglabra) adalah sayuran yang berdaun
tebal, datar, mengkilap, berwarna hijau, dengan batang tebal dan sejumlah kecil kepala bunga
berukuran kecil hampir vestigial mirip dengan bunga pada brokoli. Kailan termasuk dalam
spesies yang sama dengan brokoli dan kembang kol, yaitu Brassica oleracea.
Kailan sering digunakan dalam masakan Tionghoa, dan terutama dalam masakan Kanton.
Sayur ini lazim ditumis dengan bumbu jahe dan bawang putih, atau direbus dan dihidangkan
dengan saus tiram. Daun maupun batang kailan dapat dimakan, biasanya dipotong-potong
kecil sebelum dimasak.
Nama kailan atau gai-lan merupakan pelafalan dalam bahasa Kanton.
2.7.Budidaya Tanaman Sawi
Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan
benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
8

Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan
menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih
dahulu.Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di
lahan.
PENANAMAN VERTIKULTUR
Langkah - angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap
ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan
perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman
yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 - 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

Sawi sesuai ditanam dalam kawasan yang mempunyai suhu diantara 23-35oC dan
kelembapan yang tinggi. Terlalu banyak hujan boleh merosakkan daun sawi dan menjejaskan
kualitinya. Penggunaan rumah pelindung hujan atau struktur berjaring boleh mengatasi
masalah ini. Tanah perlu dibajak dan digembur sedalam 15-20 cm. Kemudian batas yang
berukuran 1.2 m lebar, 7.5 m panjang dan 20-30 cm tinggi disediakan.
Biji benih sawi boleh ditanam terus ke atas batas. Sebanyak 1.5 kg biji benih
digunakan untuk sehektar. Sebelum menanam, biji benih dirawat dengan racun kulat thiram
dan digaulkan dengan pasir halus atau tanah peroi dan ditabur sama rata ke dalam jalur-jalur
pada batas. Selepas 10-14 hari, penjarangan dibuat mengikut ukuran yang disyorkan, iaitu 20
cm antara baris (alur) dan 10 cm antara pokok.







9

BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Sumber data
Dalam penelitian karya tulis ini,digunakan metode penulisan dengan cara peninjauan
dan cara tinjaua kepustakaan menurut bukutinjauan
kepustakaan disebut juga study kepustakaan yaitu mencari data dari kepustakaan misalnya
dari data buku jurnal masalah dan lain-lain.
Semakin banyak sumber bacaan semakin banyak pula pengetahuan yang diteliti
namun tidak semua buku bacaan dan laporan dapat diolah.
3.2 Cara memperoleh data
a. Mepelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan.
b. Mempelajari metode penelitian yang dilakukan termasuk metode penelitian
pengambilan sampel pengumpulan data sumber data dan satuan data
c. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan bidang penelitian.
d. Mempelajari analisis deduktif dari problem yang tertera(analisis berpikir secara
kronologis)
3.3 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri karena subjek penelitiannya berupa
pustaka yang memerlukan pemahaman dan penafsiran penelitian,penulis mencatat hal-hal
yang berhubungan dengan pesan social budaya dalam menghasilkan generasi muda yang
berkualitas yang digunakan sebagai instruktur penelitian seluruh data dikumpulkan dalam
catatan khusus.
3.4 Analisis data
` Data yang dikumpulkan dalam catatan khusus selanjutnya dianalisis,proses analisis
dilakukan dengan cermat dan dideskripsikan dengan lengkap sehingga menghasilkan analisis
yang representative teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis isi.





10

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.Jenis Sawi
KLASIFIKASI BOTANI
Divisi : Spermatophyta.
Tumbuhan spermatophyta adalah tumbuhan yang penggolongannya memiliki biji dan
berkembang biak secara generatif. Aada beberapa ciri tumbuhan spermatophyta yang bisa
kita amati seperti tubuh terdiri atas daun batang dan akar sejati, daun berfungsi untuk
membuat makanan, batang ada di dalam tanah, ada juga yang di atas tanah, menghasilkan
bunga sebagai alat perkembangan generatif dan berkembang biak dengan biji.
Tumbuhan spermatophyta dapat digolongkan menjadi dua divisi, berdasarkan letak bijinya:
1. Tumbuhan berbiji terbuka
Tumbuhan yang memiliki biji terbuka mempunyai ciri ciri berdaun sempit dan kaku kecuali
melinjo yang berdaun lebar, berakar tunggang. bercabang dan berkayu batangnya, biji
telanjang nampak dari luar karena tidak terbungkus daun bunga, mengalami pembubuhan
tunggal
2. Tumbuhan berbiji tertutup
Tumbuhan berbiji tertutup memiliki ciri mempunyai bunga yang sesungguhnya ( lengkap ),
daun pipih dan lebar, bakal biji tidak nampak karena terlindung oleh daun buah atau
putiknya, mengalami pembuahan ganda, berdasarkan keping bijinya digoolngkan menjadi
dua yakni tumbuhan berkeping satu ( monocotyledoneae ) dan tumbuhan berkeping ganda (
Dycotyledoneae )
Subdivisi : Angiospermae.
Tumbuhan berbunga
Tumbuhan berbunga atau Spermatophyta adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di
daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan organ
reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk
mendukung sistem pembuahan tertutup. Sistem pembuahan tertutup (dikatakan tertutup
karena bakal biji terlindung di dalam bakal buah atau ovarium) ini juga menjadi ciri khasnya
yang lain. Ciri yang terakhir ini membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain:
tumbuhan berbiji terbuka atau Gymnospermae.
Dari kedua ciri tersebut muncullah nama Anthophyta ("tumbuhan bunga") dan Angiospermae
("berbiji terbungkus/tertutup"). Nama lain yang juga dikenakan kepadanya adalah
11

Magnoliophyta ("tumbuhan sekerabat dengan magnolia"). Nama Angiospermae diambil dari
penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: (aggeion, "penyangga" atau
"pelindung") dan (sperma, bentuk jamak untuk "biji") yang diperkenalkan oleh Paul
Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi modern, kelompok ini
sekarang menempati takson sebagai divisio. Namun demikian, klasifikasi terbaru berdasarkan
APG (Sistem klasifikasi APG II) menempatkannya dalam suatu klad yang tidak menempati
suatu takson dan dinamakan angiosperms.
Ciri-ciri khas
Tumbuhan berbunga dibedakan dari kelompok lain berdasarkan apomorfi (ciri-ciri
terwariskan) yang khas dikembangkan oleh kelompok ini. Kebanyakan ciri-ciri ini terletak
pada bagian reproduktif. Berikut adalah ciri-ciri tersebut:
Bunga
Bunga menjadi penciri yang paling nyata dan membedakannya dari kelompok tumbuhan
berbiji yang lain. Bunga membantu kelompok tumbuhan ini memperluas kemampuan evolusi
dan lungkang (ruang prasyarat hidup atau niche) ekologisnya sehingga membuatnya sangat
sesuai untuk hidup di daratan.
Benang sari
Stamen atau benang sari jauh lebih ringan daripada organ dengan fungsi serupa pada
tumbuhan berbiji terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah berevolusi untuk dapat
beradaptasi dengan penyerbuk dan untuk mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini
juga memperluas jangkauan ruang hidupnya.
Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi
Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya terdiri dari tiga
sel) sangat membantu mengurangi waktu antara penyerbukan, di saat serbuk sari mencapai
organ betina, dan pembuahan. Selang waktu normal antara kedua tahap tersebut biasanya 12-
24 jam. Pada Gymnospermae waktu yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai
setahun.
Karpela menutup rapat bakal biji
Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga mencegah
pembuahan yang tidak diinginkan. Sel sperma akan dikontrol oleh putik untuk membuahi sel
telur (ovum). Setelah pembuahan, karpela dan beberapa jaringan di sekitarnya juga akan
berkembang menjadi buah. Buah berfungsi adaptif dengan melindungi biji dari
perkecambahan yang tidak diinginkan dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang
lebih luas.
12

Ukuran gametofit betina sangat tereduksi
Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat berkurang menjadi
hanya tujuh sel dan terlindung dalam bakal biji. Ukuran yang mengecil ini membantu
mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya kelompok Angiospermae yang
memiliki perilaku semusim dalam proses kehidupannya. Perilaku ini membuatnya sangat
mudah menjelajah lungkang yang jauh lebih luas.
Endosperma
Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat mendukung
adaptasi karena melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan makanan dalam
perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat daya serap biji akan hara
yang diperlukan tumbuhan muda dalam perkembangannya.
Klasifikasi
Pada awalnya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann (1690) bagi seluruh
tumbuhan berbunga dengan biji yang terbungkus dalam kapsula, dan dipertentangkan dengan
Gymnospermae sebagai tumbuhan berbunga dengan buah achene atau berkarpela terbelah.
Dalam pengertiannya, keseluruhan buah atau bagiannya dianggap sebagai biji dan "terbuka".
Kedua istilah ini dipakai oleh Carolus Linnaeus dengan pengertian yang sama tetapi
digunakan sebagai nama-nama dari kelas Didynamia.
Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-benar terbuka (tak
terlindung) pada sikas dan tumbuhan runjung, ia memberikan nama Gymnospermae bagi
kedua kelompok tumbuhan ini. Tahun 1851 Wilhelm Hofmeister menemukan perubahan-
perubahan yang terjadi pada kantung embrio dari tumbuhan berbunga (penyerbukan
berganda). Hasil penemuan ini menjadikan Gymnospermae sebagai kelas yang benar-benar
berbeda dari dikotil, dan istilah Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan
berbiji yang bukan kedua kelompok yang disebutkan Robert Brown. Pengertian terakhir
inilah yang masih bertahan hingga sekarang.
Dalam sistem taksonomi modern, kelompok tumbuhan berbunga ditempatkan pada berbagai
takson. Selain Angiospermae, kelompok ini disebut juga dengan Anthophyta ("tumbuhan
bunga"). Sistem Wettstein dan Sistem Engler menempatkan Angiospermae pada tingkat
subdivisio. Sistem Reveal memasukkan semua tumbuhan berbunga dalam subdivisio
Magnoliophytina, namun pada edisi lanjut memisahkannya menjadi Magnoliopsida,
Liliopsida, dan Rosopsida. Sistem Takhtajan dan sistem Cronquist memasukkan kelompok
ini ke dalam tingkat divisio dengan nama Magnoliophyta. Sistem Dahlgren dan sistem
Thorne (1992) menggunakan nama Magnoliopsida dan meletakkannya pada tingkat kelas.
13

Saat ini, sistem klasifikasi yang paling akhir, seperti sistem APG (1998) dan sistem APG II
(2003), tidak lagi menjadikannya sebagai satu kelompok takson tersendiri melainkan sebagai
suatu klade tanpa nama botani resmi dengan nama angiosperms (sistem ini menggunakan
nama-nama bahasa Inggris atau diinggriskan untuk nama-nama tidak resmi).
Pembagian internal (taksonomi)
Klasifikasi internal kelompok ini mengalami banyak perubahan. Sistem klasifikasi Cronquist
(1981) masih banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan keakuratannya dari sisi filogeni
terutama karena bertentangan dengan hasil-hasil penyelidikan molekular. Kesepakatan umum
tentang bagaimana tumbuhan berbunga dikelompokkan mulai tercapai sejak hasil
"Angiosperm Phylogeny Group" (APG) dikeluarkan pada tahun 1998 dan diperbaharui pada
tahun 2003 sebagai Sistem klasifikasi APG II.
Sistem klasifikasi Cronquist membagi tumbuhan berbunga menjadi dua kelompok:
Magnoliopsida dan Liliopsida. Nama pemeri lain yang diizinkan dalam Pasal 16 ICBN
adalah Dicotyledoneae (dikotil) dan Monocotyledoneae (monokotil) atas dasar sejarah dan
menunjukkan satu ciri cukup mudah untuk diamati meskipun tidak selalu demikian:
tumbuhan dikotil memiliki dua daun lembaga sedangkan tumbuhan monokotil memiliki satu
daun lembaga.
Sistem APG, yang menggunakan konsep kladistika dan banyak memakai metode
pengelompokan statistika (clustering) serta memasukkan data-data molekular, mendapati
bahwa monokotil merupakan kelompok monofiletik atau holofiletik, dan menamakannya
monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil ternyata tidak demikian (disebut
sebagai kelompok bersifat parafiletik). Meskipun demikian terdapat kelompok besar dikotil
yang monofiletik yang dinamai eudicots atau tricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil sejati"
karena menunjukkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti bunga
dengan empat atau lima mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga. Sisa dari
pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa dinamakan sebagai paleodicots (paleo- berarti
"purba" atau "kuno") untuk kemudahan penyebutan.
Penyelidikan menggunakan filogeni yang menggunakan data-data molekular hingga sekarang
telah menemukan delapan kelompok utama pada tumbuhan berbunga, yaitu monocots,
eudicots, Amborellaceae, Nymphaeales, Austrobaileyales, Chloranthales, Ceratophyllales,
dan magnoliids.
Keanekaragaman jenis dan manfaat
Jenis tumbuhan berbunga diperkirakan berkisar antara 250.000 hingga 400.000 yang dapat
dikelompokkan hingga paling sedikit 402 suku (berdasarkan taksiran dalam Sistem APG II).
14

Sistem APG 1998 menyatakan terdapat 462 suku. Monokotil mencakup sekitar 23% dari
keseluruhan spesies dan "dikotil sejati" (eudicots) mencakup 75% dari keseluruhan spesies.
Sepuluh besar suku tumbuhan menurut banyaknya jenis adalah sebagai berikut:
Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis
Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950
Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400
Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183
Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035
Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173
Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735
Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350
Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225
Araceae (suku talas-talasan): 4.025
Orchidaceae, Poaceae, Cyperaceae dan Araceae adalah monokotil.
Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam kehidupan
manusia, baik dalam bidang pertanian, kehutanan maupun industri. Suku rumput-rumputan
jelas merupakan suku terpenting karena menghasilkan berbagai sumber energi pangan bagi
manusia dan ternak dari padi, gandum, jagung, jelai, haver, jewawut, tebu, serta sorgum.
Suku polong-polongan menempati tempat terpenting kedua, sebagai sumber protein nabati
dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain (kayu, pewarna, dan racun). Suku nilam-
nilaman beranggotakan banyak tumbuhan penghasil minyak atsiri dan bahan obat-obatan.
Beberapa suku penting lainnya dalam kehidupan manusia adalah
Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama sayuran
Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting
Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan minyak
pangan penting
Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting
Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting.
Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung kehidupan penting
masyarakat agraris daerah tropika
Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan Myrtaceae (suku
jambu-jambuan) banyak menghasilkan buah-buahan penting.
15

Tumbuhan berbunga juga menjadi pemasok sumberdaya alam dalam bentuk kayu, kertas,
serat (misalnya kapas, kapuk, henep, sisal, serat manila), obat-obatan (digitalis, kamfer),
tumbuhan hias (ruangan maupun terbuka), dan berbagai daftar panjang kegunaan lain.

Kelas : Dicotyledonae.
Terdiri dari bibit tanaman yang menghasilkan embrio dengan kotiledon dipasangkan dan
daun net-veined; dibagi menjadi enam (tidak selalu baik dibedakan) subclass (atau
superorders): Magnoliidae dan Hamamelidae (dianggap primitif); Caryophyllidae (sebuah
cabang awal dan khas), dan tiga kurang lebih maju kelompok: Dilleniidae; Rosidae;
Asteridae Terjemahkan
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Brassicales merupakan urutan tanaman berbunga, milik kelompok II eurosids dari
dicotyledons bawah sistem APG II. Satu karakter umum untuk banyak anggota order
produksi glukosinolat (minyak mustard) senyawa. Kebanyakan sistem klasifikasi telah
memasukkan perintah ini, meskipun kadang-kadang dengan nama Capparales (nama yang
dipilih tergantung pada yang diperkirakan memiliki prioritas).
Urutan biasanya berisi keluarga berikut
* Keluarga Akaniaceae
* Keluarga Bataceae (semak garam-toleran dari Amerika dan Australasia)
* Keluarga Brassicaceae (mustard dan keluarga kubis) (mungkin termasuk Cleomaceae)
* Keluarga Capparaceae (lompat keluarga, kadang-kadang termasuk dalam Brassicaceae)
* Keluarga Caricaceae (keluarga pepaya)
* Keluarga Gyrostemonaceae
* Keluarga Koeberliniaceae
* Keluarga Limnanthaceae (keluarga meadowfoam)
* Keluarga Moringaceae (tiga belas jenis pohon dari Afrika dan India)
* Keluarga Pentadiplandraceae
* Keluarga Resedaceae (keluarga mignonette)
* Keluarga Salvadoracea
* Keluarga Setchellanthaceae
* Keluarga Tovariaceae
* Keluarga Tropaeolaceae (keluarga nasturtium)
Di bawah sistem Cronquist, yang Brassicales itu disebut Capparales, dan termasuk di antara
"Dilleniidae". Keluarga hanya memasukkan adalah Brassicaceae dan Capparaceae
16

(diperlakukan sebagai keluarga yang terpisah), yang Tovariaceae, Resedaceae, dan
Moringaceae. Taksa lainnya sekarang disertakan di sini ditempatkan dalam urutan yang
berbeda.

Para Capparaceae keluarga dan Brassicaceae berkaitan erat. Satu kelompok, yang terdiri dari
Cleome dan genera terkait, secara tradisional termasuk dalam Capparaceae namun demikian
hasil dalam Capparaceae paraphyletic [1]. Oleh karena itu, kelompok ini umumnya sekarang
baik termasuk dalam Brassicaceae atau sebagai keluarga sendiri, Cleomaceae. [3 ]

Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Brassicaceae
Suku kubis-kubisan atau Brassicaceae (atau Cruciferae) ialah salah satu suku anggota
tumbuhan berbunga. Dalam keluarga ini terdapat sejumlah jenis sayuran yang banyak
berguna bagi kehidupan manusia. Cruciferae adalah nama yang lebih dahulu digunakan yang
artinya "pembawa silangan", yang mencerminkan ciri khas suku ini karena memiliki empat
kelopak bunga yang tersusun menyerupai tanda silang atau salib.
Brassicaceae ditemukan di hampir semua zona iklim sedang hingga daerah tropika dan yang
paling banyak ditemukan di kawasan Laut Tengah. Secara keseluruhan, terdapat 350 marga
(genus) dan sekitar 3.000 spesies. Keseluruhan marga dicantumkan pada artikel "Daftar
marga anggota Brassicaceae".

Genus : Brassica.
Brassica

Brassica (diucapkan / brsk / bra-si-ca) adalah genus tumbuhan dalam keluarga sawi
(Brassicaceae). Para anggota dari genus dapat secara kolektif dikenal baik sebagai kubis, atau
sebagai mustard. Tanaman dari genus ini kadang-kadang disebut tanaman Cole, yang berasal
dari caulis bahasa Latin, yang berarti batang atau kubis.
genus ini luar biasa untuk mengandung tanaman pertanian dan hortikultura lebih penting
daripada genus lainnya. Hal ini juga mencakup sejumlah gulma, baik taksa liar dan pelarian
dari budidaya. Ini mencakup lebih dari 30 spesies liar dan hibrida, dan kultivar tambahan
banyak dan hibrida asal dibudidayakan. Kebanyakan Annuals atau biennale, tetapi beberapa
semak kecil. Karena pentingnya pertanian mereka, tanaman Brassica telah menjadi topik
17

yang menarik ilmiah banyak. Enam spesies sangat penting (Brassica carinata, juncea B., B.
oleracea, B. napus, B. nigra dan B. rapa) adalah diambil dengan menggabungkan kromosom
dari tiga spesies sebelumnya, seperti yang dijelaskan oleh teori Segitiga U.
Genus ini asli di alam liar di Eropa Barat, Mediterania dan daerah beriklim sedang di Asia.
Selain spesies budidaya, yang tumbuh di seluruh dunia, banyak spesies liar tumbuh sebagai
gulma, terutama di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.
Menggunakan Makanan
Hampir semua bagian dari beberapa spesies atau lainnya telah dikembangkan untuk makanan,
termasuk akar (rutabaga, lobak), batang (kohlrabi), daun (kol, brussels sprouts), bunga
(kembang kol, brokoli), dan biji (banyak, termasuk mustard benih, dan lobak penghasil
minyak). Beberapa bentuk dengan daun putih atau ungu atau flowerheads juga kadang-
kadang ditanam untuk ornamen.
Spesies Brassica kadang-kadang digunakan sebagai tanaman makanan oleh larva sejumlah
spesies Lepidoptera-lihat Daftar Lepidoptera yang memakan Brassica.
Obat
sayuran Brassica sangat dihargai untuk nilai gizi mereka. Mereka menyediakan jumlah tinggi
vitamin C dan serat larut dan mengandung beberapa nutrisi dengan sifat antikanker ampuh:.
3,3 '-diindolylmethane, sulforaphane dan selenium [rujukan?] Perebusan mengurangi tingkat
senyawa antikanker, tapi dikukus, microwave, dan aduk goreng tidak mengakibatkan
kerugian yang signifikan Mengukus sayuran selama tiga sampai empat menit dianjurkan
untuk memaksimalkan sulforaphane..
sayuran Brassica kaya akan indole-3-carbinol, zat kimia yang meningkatkan perbaikan DNA
pada sel dan muncul untuk memblokir pertumbuhan sel kanker Mereka juga merupakan
sumber yang baik dari karotenoid, dengan brokoli memiliki tingkat sangat tinggi. . Para
peneliti di University of California di Berkeley baru-baru ini menemukan bahwa 3,3 '-
diindolylmethane dalam sayuran Brassica adalah suatu modulator poten dari respon sistem
kekebalan tubuh bawaan dengan aktivitas ampuh antivirus, antikanker dan antibakteri;
Namun, itu juga adalah sebuah anti androgen. Sayuran ini juga mengandung goitrogens, yang
menekan fungsi tiroid. Hal ini dapat menyebabkan hipotiroidisme dan gondok.
Spesies

Ada beberapa perbedaan pendapat di antara ahli botani pada klasifikasi dan status spesies
Brassica dan subspesies. [Rujukan?] Berikut ini adalah daftar singkat, dengan penekanan
pada spesies ekonomis penting.
18

* B. carinata: Abyssinian mustard atau Abyssinian kubis, digunakan untuk memproduksi
biodiesel
* B. elongata: mustard memanjang
* B. fruticulosa: Mediterania kubis
* B. juncea: sawi, mustard dan daun coklat, mustard Sarepta
* B. napus: rapeseed, canola, rutabaga (lobak Swedia)
* B. narinosa: mustard broadbeaked
* B. nigra: mustard hitam
* B. oleracea: kale, kubis, brokoli, kembang kol, kai-lan, kubis Brussel, kohlrabi
* B. perviridis: hijau tender, bayam mustard
* B. rapa (syn B. campestris): kubis Cina, lobak, rapini, komatsuna
* B. rupestris: mustar coklat
* B. septiceps: lobak seventop
* B. tournefortii: mustard Asia
Ditinggalkan nama spesies
* Kaber B. (mustard liar atau charlock)-lihat arvensis Sinapis
* B. alba atau hirta B. (sawi putih atau kuning)-lihat alba Sinapis
* Geniculata B. (sawi putih)-lihat incana Hirschfeldia
Genome sequencing dan genetika
Bayer CropScience (bekerja sama dengan BGI-Shenzhen, Cina, Keygene NV, Belanda dan
University of Queensland, Australia) mengumumkan telah diurutkan genom seluruh rapeseed
/ kanola (Brassica napus) dan perusahaan konstituen genom hadir dalam rapa dan B. B.
oleracea pada tahun 2009 [10]. Genom B. rapa saat ini sedang diurutkan oleh Multinasional
Brassica Genome Project. Ini juga merupakan komponen A genom spesies tanaman B. napus
amphidiploid dan juncea B..

Spesies : Brassica Juncea.

JENIS-JENIS SAWI.
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan
tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu :
sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih
mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi
monumen.
19

Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang
paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing,
berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya
yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga
untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

4.2.Syarat Tumbuh
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai
kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin,
sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian
pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200
meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada
musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam
pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila
ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim
penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus,
subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
4.3.Budidaya Tanaman Sawi
Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan
benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan
menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih
20

dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan
menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap
hektar lahan tanam sebesar 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.
Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai
kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar
air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih
harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.
Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas
benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70
hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain.
Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat
penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-
tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara
dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah
kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau
pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada
cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk
organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang
baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan
bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
21

Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran.
Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan
jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya.
Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu
sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3)
atau dolomit (CaMg(CO3)2).
C. PEMBIBITAN.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena
lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran
bedengan pembibitan yaitu lebar 80 120 cm dan panjangnya 1 3 meter. Curah hujan lebih
dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang
lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1
2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 5 hari benih akan tumbuh setelah
berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
D. PENANAMAN.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi
bedeng 20 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman
dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75
kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan
ukuran 4 8 x 6 10 cm.
E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil
yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini
tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan
pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah
22

air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman
dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman.
Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.Selanjutnya tahap yang
dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan
tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan
penyakit diganti dengan tanaman yang baru.Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama
masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng
penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila
perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat
juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan
untuk 5 m bedengan.
4.4.Penanaman Vertikultur
Langkah angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap
ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan
perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman
yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.
4.5.Penanaman Hidroponik
Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :
23

1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3
4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir
setebal 0,5 cm.
2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 5 helai (umur 3 4 minggu0, bibit dicabut dengan
hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu
panjang dapat digunting.
3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 10 cm, selanjutnya
di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm.
4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang
tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi
bibit tegak lurus dengan media.
5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan
sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh
besar.
4.6.Hama dan Penyakit
A. HAMA.
1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
B. PENYAKIT.
1. Penyakit akar pekuk.
2. Bercak daun alternaria.
24

3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.
4.7.Panen dan Pasca Panen
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur
panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik
tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada
di atas tanah dengan pisau tajam.
Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan

4.8.Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Dengan Pemberian Bokashi
Pembangunan pertanian merupakan ba-gian integral dari pembangunan nasional.
Sebagai bagian dari pembangunan nasional maka, pembangunan pertanian bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan nelayan khususnya serta masyarakat
25

pertanian pada umumnya melalui peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun
kuantitasnya (Haryanto dan Sucipto, 2003). Sistem pertanian organik adalah meng-hasilkan
bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta jumlah yang cukup. Dengan bertani
organik, interaksi sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan terjadi
secara efektif, hingga dapat membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan
yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan per-tanian (Darliana, 2003).
Dalam rangka memasyarakatkan pertanian organik dengan memanfaatkan limbah
pertanian yang belum dikelola yang salah satunya dengan pembuatan bokashi. Bo-kashi
(bahan organik kaya akan sumber hayati) adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami,
sampah organik, pupuk kandang) dengan menggunakan teknologi EM (Microorganisme
Efektif), sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan
mening-katkan pertumbuhan tanaman dan mening-katkan produksi. Pemberian bokashi juga
diharapkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah terutama mikro-organisme
tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Bokashi me-ngandung unsur hara
bermutu tinggi dan zat-zat bioaktif lainnya yang dapat merangsang pertumbuhan dan
produksi tanaman, tidak menyebabkan polusi dan pencemaran lingkungan serta tidak
berbahaya bagi kesehatan manusia (Saranga, 2000).
Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk di-
kembangkan atau diusahakan untuk me-menuhi permintaan konsumen yang cukup tinggi
serta adanya peluang pasar inter-nasional yang cukup besar. Pengem-bangan budidaya sawi
mempunyai pros-pek baik untuk mendukung upaya pe-ningkatan pendapatan petani,
peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pening-
katan pendapatan negara melalui pengu-rangan impor dan memacu laju per-tumbuhan
ekspor. Kelayakan pengem-bangan budidaya sawi antara lain di-tunjukkan oleh adanya
keunggulan kom-paratif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas
tersebut, Di samping itu, umur panen sawi relatif pendek dan hasilnya memberikan
keuntungan yang memadai. tetapi tanam-an yang dihasilkan umumnya masih menggunakan
pupuk anorganik sehingga belum berorientasi pada produk organik yang harganya cukup
mahal.
Data Statistik Kabupaten Takalar Tahun 2006, khususnya di Kecamatan Galesong
Utara menunjukkan bahwa luas areal tanaman sawi, yaitu 21,2 ha dan luas panen 21,2 ha.
Dari luas panen tersebut menghasilkan produksi 201,40 ton dengan rata-rata produksi 9,50
ton ha-1 (Anonim, 2006). Untuk mendapatkan hasil panen sawi yang berkualitas, sehat dan
ramah lingkungan, maka alternatif yang ditem-puh khususnya dalam peningkatan pen-
26

dapatan petani adalah penggunaan bokashi ayam pada tanaman sawi. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui pengaruh bokashi ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.

4.9.Masalah Sawi
Sawi Titik Kritis Inflasi di Kobar
TINGKAT inflasi yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) pada Juli
tahun ini 2,40%, jauh lebih tinggi dari inflasi di Kota Palangkaraya yang hanya 2,33%.
Angka ini juga jauh lebih tinggi dari inflasi nasional bulan yang sama, yang hanya sebesar
1,57%.Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang secara umum mengalami kenaikan
dan berlangsung dalam waktu yang lama dan terus-menerus.
Inflasi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para pelaku
ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Di samping itu, inflasi
juga bisa memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat akibat menurunnya daya beli
masyarakat secara umum karena harga-harga yang naik. Selain itu, distribusi pendapatan pun
semakin buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kobar, Johansyah, kemarin, mengatakan, inflasi di Kobar
terjadi disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga
konsumen (IHK) dari 121,08 poin pada Juni menjadi 123,98 poin pada Juli.
Dipengaruhi harga sawi
Kenaikan inflasi itu terjadi karena didorong kenaikan beberapa sejumlah komoditas, terutama
sayuran. Kenaikan harga sawi dinilai merupakan titik kritis dan cukup berpengaruh terhadap
laju inflasi di Kobar. "Harga sawi hijau memberikan andil kenaikan laju inflasi hingga 127,
27%," katanya.
Dia menuturkan, meski harga cabai rawit berada di urutan ke dua menyumbang inflasi tapi
tidak setinggi sawi hijau. Pasalnya, ujar dia, cabai rawit masih ada dalam jumlah banyak,
hanya didatangkan dari Pula Jawa.
Sedangkan sawi hijau, jumlahnya terbatas. Padahal dibutuhkan banyak konsumen. Hal itu
jelas tidak seimbang antara kebutuhan dan keberadaan jumlah barang, sehingga putaran sawi
lebih cepat dari pada perputaran cabai rawit.
Dia memaparkan, selain kenaikan harga sawi dan cabai, kenaikan IHK juga terjadi pada
beberapa kelompok pengeluaran seperti biaya pembuatan SIM 60,71%, bawang putih
51,47%, cabai merah 51,32%, serta kemiri dan bayam masing-masing naik 50,00%. (B-3)
27

Hentikan Operasional 31 Konsesi Sawi
JAKARTA Operasional perkebunan sawit di Barito Utara, Katingan, dan Seruyan harus
dihentikan. Jika tidak, Menhut bisa dianggap turut membiarkan terjadinya kerugian negara.
Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi meminta Kementerian Kehutanan
menghentikan kegiatan 31 perkebunan sawit yang beroperasi di kawasan hutan Kalteng untuk
menghindari kerugian negara (kerusakan lingkungan) lebih besar.Menurut Elfian,
berdasarkan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada 23 Februari 2009,
Kemenhut juga sudah diminta untuk menghentikan operasional perkebunan sawit di Barito
Utara, Katingan, dan Seruyan.Namun, rekomendasi tersebut, menurut Elfian, setelah dua
tahun Kemenhut belum juga menindaklanjutinya. "Menteri Kehutanan bisa dinilai turut
membiarkan terjadinya kerugian negara dan atau kerusakan apabila kegiatan operasional
perkebunan sawit di Kabupaten Barito Utara, Katingan dan Seruyan itu tidak dihentikan,"
ujar Elfian di
Jakarta, Senin (28/3).Dalam laporan audit BPK itu disebutkan 29 nama perusahaan sawit dan
dua koperasi yang tersebar di tiga kabupaten tersebut dengan luas total areal konsesi
mencapai 267.346ha. Dari jumlah tersebut, terdapat 20 perusahaan sawit berstatus
operasional, sedangkan sembilan di antaranya tidak operasional.Berdasarkan laporan BPK,
kata Elfian, PT Antang Ganda Utama, PT Sumber Inu Forestry, PT Berjaya Agro, dan
Koperasi Sekunder Mitra Ganda Perdana Sawit harus menghentikan operasionalnya.
Termsuk enam perusahaan di Katingan, PT Karya Dewi Putra, PT Giri Rejeki Mukti, PT
Krida Dharma Kahuripan, PT Kereng Pangi Pratama, PT Katingan Hijau Lestari, dan satu
unit Koperasi Karya Abadi.Sementara di Seruyan, PT Agro Karya Prima Lestari, PT Agro
Mandiri Perdana, PT Buana Artha Sejahtera, PT Harapan Mas Sawit BP, PT Kerry Sawit
Indonesia, dan PT Menthobi Sawit Jaya. Kemudian, PT Mitra Agroindo, PT Mitra Tama
Abadi Makmur, PT Mitra Unggul Tama
Perkasa, PT Sarana Titian Permata, PT Sawitmas Nugraha Perdana, dan PT Sumur Pandan
Wangi.Arie Rompas, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
Kalteng mendesak Kemenhut dan kepolisian bertindak tegas terhadap penggunaan kawasan
kehutanan secara tidak sah di Kalteng.Data Walhi Kalteng tahun 2010 menyebutkan,
sebanyak 81 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalteng seluas 718.295ha beroperasi
menggunakan kawasan hutan secara ilegal.Ke-81 perusahaan tersebut terdapat di hampir
seluruh kabupaten di Kalteng, antara lain di Kotawaringin Timur, Seruyan, dan Katingan.
28

Puluhan perusahaan itu menggunakan kawasan hutan nonkonversi pada hutan produksi dan
hutan produksi terbatas (HP dan HPT) tanpa mengantongi izin pelepasan kawasan hutan
(IPKH) dari Menhut.Rio, sapaan akrab Arie Rompas, mendukung fakta dan data yang
disampaikan Greenomics Indonesia dan audit BPK. Untuk itu, aparat kepolisian bersama
Dinas Kehutanan diminta memasang police
line di perusahaan yang diduga menggunakan kawasan hutan tanpa IPKH itu.Saya
menyayangkan itu sampai sekarang belum dilakukan. Padahal, ini domain Kehutanan dan
kepolisian. Mereka bisa menggunakan UU Kehutanan untuk menjerat pelaku, kata Rio,
kepada Tabengan, tadi malam.Menurut Rio, police line dan penghentian operasional
perusahaan harus dilakukan agar kerugian Negara dan kerusakan hutan dapat ditekan. Sebab,
berdasarkan fakta dan bukti dari berbagai pihak, semua perusahaan itu melanggar
kawasan.Bahkan, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kemenhut
Darori dan temuan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum juga pernah mengungkap fakta yang
mencengangkan. Ternyata, kerugian Negara akibat pelanggaran hukum di kawasan hutan
oleh usaha perkebunan dan pertambangan di Kalteng mencapai Rp158,5 triliun. Tantang
KepolisianSementara itu Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Kotawaringin Timur (Kotim)
Hanif Budi Nugroho menantang aparat
kepolisian untuk mengungkap kasus illegal logging (pembalakan liar) yang dilakukan oleh
hampir semua perkebunan sawit di Kotim.Menurut Hanif, aparat kepolisian belum berani
menegakkan aturan terkait pengungkapan kasus illegal logging yang terjadi di perusahaan
perkebunan di Kotim. Padahal mereka (perkebunan sawit) itulah pelaku pembalakan liar
yang sesungguhnya, kata Hanif di Sampit, Senin (28/3).Menurut Hanif, sebagian besar
perusahaan perkebunan di Kotim belum memiliki IPKH dari Menhut. Ini bisa menjadi dasar
bagi kepolisian untuk melakukan penyelidikan. Saya siap memberikan kesaksian untuk
kasus ini, kata Hanif.Selain belum memiliki izin pelepasan kawasan, perusahaan perkebunan
sawit di Kotim, kata Hanif, juga belum memiliki izin pemanfaatan kayu (IPK). Tapi, mereka
sudah melakukan proses land clearing.Dikatakan Hanif, semua kayu yang digunakan untuk
pembangunan di perkebunan sawit illegal. Dari mana mereka mendapatka kayu-kayu
tersebut, karena tak satu pun perkebunan sawit mengantongi IPK, ujar Hanif. ant/anr/c-dis
Sumber : Harian Umum Tabengan,

29

BAB V
PENUTUP


5.1.Kesimpulan
5.1.1. Permintaan pasar yang semakin besar terhadap perahu pinisi menyebabkan terjadinya
tansformasi proses pembuatan khususnya yang menyangkut upacara- upacara ritual
dengan tujuan agar dapat lebih efektif dan efisien.
5.1.2. Pola hubungan kerja yang terbentuk di dalam industri pembuatan perahu Pinisi
mencirikan pola hubungan struktur fungsional dengan tampilan tiga status kedudukan
dalam organisasi kerja yaitu; jurangan, ponggawa dan sawi
5.1.3. Distribusi pendapatan dalam industri pembuatan perahu Pinisi berdasarkan
kesepakatan dalam konteks local, dengan aturan keuntungan bersih diterima oleh juragan
setelah dikurangi 10 % dari nilai kontrak untuk upah ponggawa, 20 % dari nilai kontrak
untuk bonus prestasi kerja, dan sisa nilai kontrak yang ada dibagi dengan jumlah hari
kerja kemudian dibagi dengan jumlahsawi yang bekerja sebagai nilai upahsawi perhari.

5.2.Saran
5.2.1. Sebaiknya sebelum kita membudidayakan tanaman sawi kita harus memperhatikan
jenis tanah yang cocok.
5.2.2. Sebaiknya kita juga harus bisa mengenal masalah perkebunan sawi seperti hama dan
masalah yang datang dari luar.
5.2.3. Sebelum kita membudidayakan sawi sebaiknya kita juga harus meminta dukungan
dari berbagai pihak.










30

Daftar pustaka

Anonimus. 2005. Adakah Prospek Diversifikasi Usahatani di Lahan Sawan Irigasi. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27 (1):13-15.
Baharsyah, S. 1990. Pokok-pokok Pemikiran Repelita VI Pertanian. Pengarahan Rapat
Kerja Nasional. Departemen Pertanian Jakarta. 15-17 Januari 1990.
Gatoet, S.H. & M. Arifin. 1992. Keragaan Konsumsi Sayuran dan Buah Indonesia. Info
Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Haryanto, E., Tina Suhartini, Estu Rahayu & Hendro Sunarjono. 2005. Sawi & Selada.
Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal.

You might also like