You are on page 1of 2

4/15/2014

1
LAPORAN KASUS: MUCOUS
MEMBRANE PEMPHIGOID PADA
PASIEN HIPERTENSI YANG
MENGONSUMSI ATENOLOL

Rycka Pithaloka
Dian Lupita Sari
Amanda Diah P
Nove Surya Hayyu
Arlan Febrian T
Humairah
SUBJEKTIF
Pria usia 42 tahun datang atas rujukan untuk evaluasi ulser sejak 6 bulan dan
didiagnosa sebagai gingivitis. Penderita memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
diabetes melitus selama 1 tahun. Penderita mengonsumsi atenolol 50 mg/hari selama 1
tahun dan enalapril 10 mg/hari selama 1 minggu serta sedang dalam diet ketat.
Penderita tidak memiliki kebiasaan buruk merokok, meminum alkohol, dan riwayat
penyakit lainnya.
Pasien merasakan rasa sakit pada lesi tersebut sehingga tidak dapat membersihkan dan
menjaga kesehatan rongga mulutnya secara tepat. Pasien juga menggunakan obat
kumur chlorhexidine secara tidak tepat karena menggunakan obat kumur tersebut lebih
dari 10 menit.
Presentasi Kasus
Objektif
EO
(Tidak ada keterangan)
IO
eritema generalisata (A,B)
Deskuamasi
ulser berukuran besar multipel
serta dilapisi oleh jaringan
berwarna kuning.
bula multipel yang telah pecah
pada mukosa labial, bukal, dan
ventral lidah (C,D,E,F)
Tatalaksana
Pada kunjungan pertama:
tes darah lengkap, eritrosit, kreatinin, dan tes fungsi liver dalam batas normal
Terdapat penyalahgunaan penggunaan chlorhexidine selama 10 menit
DD: Alergi yang disebabkan oleh obat kumur chlorhexidine
Terapi: Penggantian obat kumur diphenhydramine elixir
Hasil: penurunan rasa nyeri setelah 1 minggu, tetapi lesi pada rongga mulut tersebut tetap
tidak berubah.
Dilakukan insisional biopsi pada ulser mukosa bukal kiri untuk pemeriksaan histopatologi dan
direct immunofluorescence


. . .
HPAdengan pewarnaan HE: ulserasi pada
lapisan parakeratin epitel skuamous diatas
jaringan ikat fibrovaskular, odem dan infiltrasi
oleh sel-sel radang akut dan kronis (neutrofil,
eosinofil, sel plasma, dan limfosit). Keadaan
tersebut mengindikasi adanya inflamasi sub
akut non spesifik.
direct immunofluorescence: penurunan IgG,
IgA, dan C3 dengan pola linear homogen
pada dermoepidermal junction.
Hasil mengarah pada pemphigoid bullousa,
mucous membrane pemphigoid, bullous
systemic lupus erythematous, dan epidermolysis
bullosa acquisita
Terapi: prednisolon 20mg dengan
peningkatan dosis hingga mencapai
50mg/hari setelah 6 minggu, dan
dihentikan pada minggu ke-8 karena lesi
terlihat membaik
Penegakan Diagnosa
Berdasarkan riwayat, pemeriksaan klinis, hasil pemeriksaan direct immunofluorescence, dan
respon terhadap terapi prednisolon maka penulis membuat dugaan adanya kondisi drug-
induceddisebabkan oleh pengobatan yang diterima penderita
Pasien berhenti menggunakan atenolol dan diberikan obat enalapril 10mg/hari, dan
menggunakan obat kumur sodium bikarbonat
Kontrol I (bulan 1): lesi-lesi tersebut menghasilkan kemajuan yang pesat, lesi deskuamasi
tanpa rasa nyeri pada attached gingiva tidak hilang. Pasien tetap menggunakan obat kumur
sodium bikarbonat.
Kontrol II (bulan ke-3): semua lesi pada rongga mulut penderita hilang.

Kontrol tetap dilakukan bulan ke-6 hingga 2 tahun, tidak ada rekurensi lesi.
4/15/2014
2
Setelah follow up 2 tahun
Pembahasan
Drug-induced pemphigoid adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kasus dengan
gejala klinis, histologis dan immuno-patologis yang mirip idiopatik pemphigoid tetapi lesi
timbul setelah mengkonsumsi obat.
Obat-obatan anti-hipersensivitas (terutama golongan thiol), obat diuretik, antibiotik golongan
penisislin, sulfasalazine, phenacetin dan obat-obatan topikal dapat menyebabkan bullous
pemphigoid.
Beberapa teori patogenesa dari drug-induced pemphigoid:
1. obat bertindak sebagai hapten dan berikatan dengan protein pada lamina stratum
lusidium dan mengubah komponen-komponen dari antigen, kemudian merangsang
antibodi pada membrana basalis untuk menghasilkan respon autoimun.
2. obat berinteraksi dengan sel cytotoxic (CD8), menurunkan kadar suppressor dari
aktifitas sel sehingga menimbulkan produksi yang berlebihan dari autoantibody
Pembahasan
Manifestasi klinis dari drug-induced pemphigoid hampir sama dengan cicatrical pemphigoid
atau mucous membrane pemphigoid
Pada drug-induced pemphigoid lesi bullosa pecah pada mucous membranes segera setelah
meminum obat yang menyebabkan reaksi autoimun
Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan direct immunofluoressecence yang menunjukkan
deposisi linier dari autoantibody dalam mengenali berbagai macam target antigen disepanjang
basal membrane


Kesimpulan
Atenolol obat yang umum digunakan dapat menimbulkan berbagai efek
samping. Diagnosis MMP akibat atenolol ditarik berdasarkan riwayat
penyakit, presentasi klinis, hasil pemeriksaan histopatologis dan
immunofluorescence, dan respon penghentian obat. Pemeriksaan pada
pasien dan uji diagnostic awalnya menyebutkan diagnosa adalah pemfigoid
idiopatik dan diterapi steroid sistemik namun tidka memberi respon.
Peningkatan dramatis setelah penghentian atau mengubah obat adalah alat
bantu diagnostik untuk lesi ini. Thiol dan obat-obatan penicillamine, dan juga
atenolol, dapat menyebabkan MMP.
Terima Kasih

You might also like