Professional Documents
Culture Documents
.
(2.1)
Dengan :
Prs = Kapasitas daya saluran (MW)
V = Tegangan standar (kV)
k = Koefisien kapasitas
L = Panjang saluran (km)
Nilai tegangan yang dipakai dalam
perhitungan ini adalah nilai - nilai tegangan standar.
Tiap nilai tegangan standar mempunyai koefisien
kapasitas yang tertentu.
2.5 Pemilihan Ukuran Konduktor
Perencanaan suatu jaringan juga meliputi
penentuan ukuran tipe konduktor. Ukuran dan tipe
konduktor ditentukan oleh arus yang lewat melalui
konduktor, karena besar penampang konduktor
berbanding lurus dengan kapasitas kuat arusnya.
Semakin besar kuat arus yang mengalir melalui saluran
transmisi maka semakin besar pula daya yang mampu
dikirim oleh saluran transmisi.
Kuat arus perphasa pada perencanaan ini
berdasarkan pada rumus sebagai berikut :[7]
I =
(2.2)
Dimana :
I = Arus per fasa (A)
S = Daya yang dikirim (MVA)
Vr = Tegangan sistem (kV)
Setelah didapatkan hasil dari perhitungan perfasa
selanjutnya akan dihitung besar dari arus perkonduktor
dengan menggunakan rumus,
I
k
= I / np (2.3)
Dimana :
I
k
= Arus perkonduktor (A)
I = Arus perfasa (A)
np = Jumlah konduktor perfasa
Dari hasil perhitungan arus perkonduktor
tersebut akan ditentukan jenis dan ukuran konduktor
dengan melihat pada table pemilihan ukuran
konduktor. Kapasitas saluran transmisi Prs dapat
dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan pada titik
penerimaan dan panjang saluran.
Standar pemilihan tipe serta ukuran konduktor
selalu mempertimbangkan faktor - faktor keamanan,
sehingga pada pemilihannya akan dipilih ukuran
diameter konduktor yang lebih besar.
2.6 Bundle Conductor (Kawat Berkas)
Kawat jenis ini terdiri dari dua kawat atau
lebih dalam satu fasanya masing-masing terpisah dengan
jarak tertentu. Kawat ini mempunyai kelebihan-kelebihan
dibandingkan kawat padat, karena dengan menggunakan
kawat berkas dapat mengurangi gejala korona, juga
kapasitasnya lebih besar serta reaktansinya lebih kecil.
Kawat berkas (bundle conductor) lebih tepat bila
digunakan pada tegangan transmisi dengan tegangan
diatas 230 kV, tetapi dapat juga digunakan untuk
tegangan transmisi yang lebih rendah apabila dibutuhkan
kapasitas saluran transmisi yang lebih baik dan tinggi.
Pada penerapannya diperlukan pula perentang
(spacer) yang berfungsi untuk menghindarkan
terjadinya tumbukan antar sub konduktor karena gejala
elektro mekanis atau angin. Keuntungan menggunakan
bundle conductor bila dibandingkan dengan
menggunakan single conductor adalah :
1. Mampu menyalurkan daya yang lebih besar
dengan kerugian yang kecil karena bisa dicapai
efisiensi yang tinggi.
2. Mempunyai induktansi dan reaktansi perfasa
yang kecil untuk konduktor dengan material
yang sama.
3. Mempunyai kapasitas perfasa yang lebih besar
reaktansi yang lebih rendah dan memperbesar
muatan arus yang dapat memperbaiki faktor
daya.
4. Mengurangi impedansi surja saluran.
Untuk menentukan R ( jarak sub bundle conductor ke
pusat lingkaran) dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan : [7]
4
R =
.
(2.4)
Untuk jarak yang sama maka :
untuk n = 3 maka R = So / 3
untuk n = 4 maka R = So / 2
untuk n = 6 maka R = So
untuk n = 8 maka R = So / (2.sin22,5)
Dimana :
R = Jarak sub bundle conductor ke pusat
lingkaran
So = Jarak spasi antar sub bundle conductor
n = Jumlah sub conductor
2.7 Rugi Daya Saluran Transmisi
Rugi-rugi yang dialami oleh saluran transmisi
terutama pada saluran transmisi tegangan ekstra tinggi
(EHV) dipengaruhi oleh dua hal yaitu rugi tahanan dan
rugi korona, adapun dalam menghitung rugi-rugi
tahanan dengan menggunakan rumus : [1]
R
t
= 3.n.l
k
2
.R (2.5)
Dimana:
R
t
= Rugi-rugi tahanan saluran transmisi
n = Jumlah konduktor per phasa
l
k
= Arus per konduktor
R = Nilai tahanan resistansi kawat transmisi
2.8 Perencanaan Isolasi Saluran Transmisi
Dalam sistem tenaga sangat diniungkinkan
limbulnya tegangan lebih. Tegangan lebih dapat
disebabkan oleh kilat dan switching. Berkenaan dengan
tegangan ini erat sekali hubungannya dengan isolasi.
Pada perencanaan jaringan transmisi perlu juga
mempertimbangkan jenis serta jumlah isolasi yang
akan digunakan.
Langkah-langkah dalam perencanaan isolasi
sebagui berikut:[2]
a. Data Input berupa tegangan sistem V (kV),
konfigurasi saluran yang dipilih-KS (horisontal
ataukah vertikal), Tipe Insulator yang dipilih (tipe
string I atau string V ).
b. Penentuan tegangan flashover lightning (Tegangan
Critical flashover) V
CFO
dan tegangan
flashover swhching (Tegangan withstand
Switching Surge Crest),
c. Perhitungan koefisien keamanan k, (koefisien
keamanan phasa tengah) dan k
2
(koefisien
keamanan phasa pinggir)
d. Perhitungan jumlah isolator optimal
Perhitungan ini dimaksudkan untuk
menentukan jumlah isolator pada tiap-tiap yang
mampu menahan tegangan lebih switching dan
lightning pada daerah tertentu. Sedangkan langkah-
langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
Menentukan jenis isolator dan data kalalog
insulator
Penentuan jumlah dan panjang Isolator tiap
phase
2.9 Penentuan Outline Tower
Yang dimaksud dengan outline tower adalah
informasi dan perancanangan dari sebuah menara
(tower) informasi ini sangat dibutuhkan oleh seorang
perencana dalam merencanakan suatu sistem jaringan
transmisi. Dari data outline tower ini seorang
perencana dapat menentukan tipe tower beserta
ukuran-ukuran jarak bebas (clearence) yang
bersangkutan dengan perancangan tower. Informasi
keluaran outline tower yang dibutuhkan terdiri dari :[4]
1. Andongan,
2. Jarak bebas ke tanah (Ground Clearance),
3. Jarak vertikal dan horisontal antar kawat,
4. Diagram clearance dari jarak terhadap kawat fasa,
5. Panjang isolator set.
2.9.1 Andongan
Andongan adalah jarak proyeksi yang diukur
dari tinggi tower saluran transmisi terhadap jarak
lingkungan penghantar yang terendah. Hal ini terjadi
karena beratnya penghantar yang direntangkan antara
dua tiang transmisi. Dengan diketahuinya jarak
andongan, maka akan ditentukan tinggi menara
minimum yang harus dibangun.
Dalam perhitungan andongan, faktor yang
perlu diperhhungkan adalah parameter pemuaian
penghantar yang disebabkan oleh kenaikan suhu
penghantar Karena pemuaian ini akan menyebabkan
pertambahan panjang pada penghantar, sehingga juga
akan mengakibatkan bertambah panjangnya nilai
andongan dan nilai sebenarnya.
Keadaan kondisi permukaan tanah yang tidak
rata akan menyebabkan tiang Menara mempunyai
perbedaan tinggi antara satu dengan yang lainnya. Pada
kondisi seperti ini diperlukan metode perhiturtgan yang
berbeda dari perhitungan andongan yang biasanya,
perhitungan andongan diklasifikasikan menjadi dua
jenis berdasarkan kondisi menara penyangga pada
saluran penghantar, yaitu:
Menara yang tingginya sama
Menara yang tingginya berbeda
2.10 Pentanahan Kaki Menara
Untuk melindungi kawat fasa terhadap
sambaran langsung dari petir digunakan satu atau dua
kawat tanah yang terletak diatas kawat fasa dengan
sudut perlindungan lebih kecil 18. Dengan demikian
kemungkinan terjadiya loncatan api karena sambaran
petir secara langsung dapat diabaikan. Kemungkinan
terjadinya loncatan balik (back flashover) karena
sambaran kilat secara langsung pada puncak menara
atau kawat tanah letap masih ada, dan untuk
mengurangi tahanan kaki menara harus dibuat tidak
melebihi 10 ohm. Tahanan kaki menara 10 ohm dapat
diperoleh dengan menggunakan satu atau lebih batang
pengetanahan (ground road) dan atau sistem
counterpoise. Pemilihan penggunaan batang
pengetanahan dan atau sistem counterpoise tergantung
dari tahanan jenis tanah dimana menara transmisi
tersebut berada.
5
II. RENCANA JALUR TRANSMISI 150 kV
BAMBE INCOMER (GI KARANGPILANG - GI
BAMBE BARU)
3.1. Sekilas Tentang GI 150 kV Bambe dan SUTT
150 kV Bambe Incomer.
Pengembangan GI - GI yang mensuplai
kawasan Bringkang - Bambe saat ini yaitu :
GI Waru dengan kapasitas 250 MVA, beban
159 MVA (70%) tegangan operasi 150/20 kV. Apabila
akan dikembangkan dengan menaikkan kapasitasnya
akan mengalami kendala karena jumlah trafo yang
sudah ada 7 unit, total penyulang yang keluar sudah 29
buah, GI Driyorejo dengan kapasitas 110 MVA
dengan jumlah penyulang 14 (empat belas) buah total
beban 83 MVA (75,4%)
Dari beban kedua GI tersebut yang sudah
besar dan sulit dikembangkan maka dibuat alternative
baru yaitu membangun GI baru dilokasi Bringkang -
Bambe dengan tegangan operasi 150/20 kV kapasitas
2x60 MVA. Dengan GI baru ini diharapkan
pertumbuhan beban di kawasan Bambe sekitarnya,
termasuk kawasan Waru dan Driyorejo ke depan dapat
terpenuhi.
Sasaran pembangunan GI Bringkang - Bambe
(2x60 MVA) 150 kV adalah untuk :
a. Mengantisipasi perkembangan beban di kawasan
Bambe dan sekitarnya, termasuk kawasan Waru
dan Driyorejo.
b. Meningkatkan standar mutu pelayanan tenaga
listrik kepada pelanggan.
c. Meningkatkan keandalan pelayanan kepada
pelanggan dengan memperbaiki SAIDI dan SAIFI
karena panjang penyulang menjadi lebih pendek
d. Menurunkan susut distribusi
Pembangunan SUTT 150 kV Bambe Incomer
ini dilakukan sejalan dengan rencana pemerintah dalam
penyediaan percepatan sistem kelistrikan program
10.000 MW. Kegiatan pembangunan SUTT 150 kV
Bambe Incomer yang meliputi kegiatan pembangunan
saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kV
sepanjang 2.455,114 m sebanyak 8 tower dan
pembangunan gardu induk seluas 2 Ha yang untuk
selanjutnya disebutkan sebagai pembangunan SUTT
150 kV Bambe incomer ini selain bertujuan untuk
peningkatan kehandalan sistem kelistrikan juga
dilakukan dengan memperhatikan lingkungan.
Tabel 3.1 Capacity Balance
Gardu Induk
Keterangan
Waru
(Teg.
150/20 kV)
Bambe
(Teg.
150/20 kV)
2012
Peak Load
(MW)
135,52
(64%)
41,10
(40%)
Penambahan
Trafo 2 x
120 MVA Add Trafo
(MVA)
- 120
2013
Peak Load
(MW)
140,92
(66%)
60,77
(60%)
Add Trafo
(MVA)
- -
2014
Peak Load
(MW)
130,60
(61%)
77,10
(76%)
Add Trafo
(MVA)
- -
2015
Peak Load
(MW)
134,69
(63%)
85,42
(84%)
Add Trafo
(MVA)
- -
2016
Peak Load
(MW)
162,43
(68%)
93,49
(92%)
Add Trafo
(MVA)
- -
2017
Peak Load
(MW)
163,68
(69%)
102,27
(67%)
Penambahan
Trafo 2 x
120 MVA Add Trafo
(MVA)
- 60
2018
Peak Load
(MW)
161,19
(68%)
111,96
(73%)
Add Trafo
(MVA)
- -
Sumber : KKO, KKF & ERM PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Timur 2009
3.3 Rencana Jalur Transmisi 150 kV.
Saluran transmisi 150 kV yang digunakan
untuk menyalurkan energi listrik sepanjang
2.445,114 m mulai dari Gardu Induk 150 kV
Karangpilang sampai Gardu Induk 150 kV Bambe
yang melalui 3 kecamatan antara lain Lakarsantri,
Karang Pilang, Driyorejo dan 3 desa / kelurahan antara
lain Bangkingan, Waru Gunung, Bambe. Lokasi jalur
transmisi seperti disajikan pada Gambar 3.2
Gambar 3.1 Rencana Jalur SUTT 150 kV
Bambe Incomer
3.4 Alasan Mengunakan SUTT 150 kV.
Dalam perencanaan penyaluran daya listrik
dari GI 150 kV Karangpilang menuju GI 150 kV
Bambe (baru) menggunakan Saluran Udara Tegangan
6
Tinggi (SUTT) dengan tegangan 150 kV. Pemilihan ini
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. Jarak penyaluran pendek, 2,4 km.
2. Dengan tegangan 150 kV masih memungkinkan
untuk menyalurkan daya sebesar 400 MVA / sirkit.
3.5 Pengukuran Medan Listrik dan Medan Magnet.
Jaringan transmisi 150 kV ini akan
mengeluarkan induksi berupa medan magnet dan
medan listrik ke lingkungan. Untuk mengetahui kondisi
lingkungan medan magnet dan medan listrik di daerah
rencana jalur transmisi.
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Medan Magnet dan
Medan Listrik di Rencana Jalur Transmisi 150 kV
dan GI 150 kV Bambe
IV. STUDI PERENCANAAN SALURAN
TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER (GI
KARANGPILANG - GI BAMBE BARU)
4.1. Pemilihan Konfigurasi Saluran Transmisi
Kapasitas daya yang dapat disalurkan oleh
sirkuit bila menggunakan konduktor tunggal 5x60
MVA. Digunakan bundle conductor untuk
meningkatkan kapasitas daya saluran transmisi. Untuk
menjaga kontinuitas daya perlu digunakan saluran
vertikal ganda, sehingga jika salah satu saluran terputus
transmisi masih mampu menyalurkan daya dengan satu
saluran yang lain.
4.2. Ukuran dan Tipe Konduktor Transmisi
Rencana daya yang dialirkan sebesar 5x60
MVA menggunakan saluran vertikal ganda.
Perhitungan arus dilakukan berdasarkan daya yang
akan disalurkan, maka perhitungan arus adalah sebagai
berikut :
Rating Arus :
I =
= 1154,7 A
Arus untuk bundle konduktor dengan n = 2:
I =
,
= 577,35 A
Dengan faktor keamanan 110% maka I = 1,1 x 461,9 =
635 A
Dipilih konduktor ACSR 48/7 dengan luas aluminium
340 mm
2
dengan diameter = 2,5 cm atau jari - jari =
1,25 cm yang memiliki kapasitas hantar arus 790 A
Dari hasil perhitungan diatas maka ditentukan
saluran menggunakan kawat ACSR 48/7, 340 mm
2
dengan bundle conductor dua (n=2).
4.3. Menghitung Andongan (Sag)
Untuk Dua Menara Yang Sama Tinggi :
SAG
1
=
=
,
Lo = 300 +
,
= 300,00005 m 300 m
Lt = Lo [ 1 + (tm - t)]
Lt = 300 [ 1 + 0,0000189 (90
0
- 20
0
)] = 300,397
m
SAG
2
=
SAG
2
=
,
= 6,683 m
(sag max ;t = 90
0
C)
Untuk Dua Menara Yang Berbeda Tinggi
Dengan beda tinggi antar menara H = 1 meter
D =
=
,
= 1,4 m
SAG
1
= D 1
= 1,36 1
= 0,9
m
(sag normal ;t=20
0
C)
Lo = S +
Lo = 300 +
,
= 300,00005 m 300 m
Lt = Lo [ 1 + (tm - t)]
Lt = 300 [ 1 + 0,0000189 (90
0
- 20
0
)] = 300,397
m
D
2
=
=
,
= 6,683
m
SAG
2
= D
2
1
SAG
2
= 6,683 1
= 6,2 m (sag
max ;t = 90
0
C)
4.4 Penentuan Jarak Bebas Konduktor Jaringan
SUTT 150 kV (Clearance)
Penentuan Jarak Bebas Pada Bundle Conductor
ke Tanah (Phase to Ground Clearence) :
G
C
= 6,096 + (V 50) 0,0127 + 0,73 (SAG
2
SAG
1
)
G
C
= 6,096 + (150 50) 0,0127 + 0,73 (6,683
1,4)
G
C
= 11,22 meter
Perhitungan Jarak Bebas Bundle Conductor
dengan Bundle Conductor lainnya antar
Pada SUTT 150 kV Bambe Incomer V
sebesar 150 kV. Perhitungan jarak bebas bundle
conductor dengan bundle conductor lain antar
phasa dapat ditentukan dengan rumusan
Code Formula:
Perhitungan ini dilakukan dengan memperhatikan
faktor Andongan yaitu 6,683 m = 250,4 inchi,
pada suhu 90
0
.
a = 0,3 inch per kV + 8
a = ( 0,3 x 150) + 8 = 45 + 36,5
a = 81,5 inchi = 2,07 meter
Sehingga jarak bebas bundle conductor
dengan bundle conductor lainnya dengan
memperhitungkan faktor keamanan sebesar 115%
maka : 1,15 x 2,07 = 2,38 meter 2,5 meter.
Gambar 4.1 Konfigurasi Konduktor Hasil
Perhitungan
Gambar 4.2 Ruang Bebas
Perhitungan Jarak Bebas Bundle Conductor
dengan Bundle Conductor lainnya antar phasa :
Pada SUTT 150 kV Bambe Incomer V
L-L
nominal
sebesar 150 kV. Perhitungan jarak bebas bundle
conductor dengan bundle conductor lain antar
phasa dapat ditentukan dengan rumusan Safety
Perhitungan ini dilakukan dengan memperhatikan
r Andongan yaitu 6,683 m = 250,4 inchi,
= 45 + 36,5
Sehingga jarak bebas bundle conductor
dengan bundle conductor lainnya dengan
memperhitungkan faktor keamanan sebesar 115%
2,5 meter.
Konfigurasi Konduktor Hasil
Tabel 4.1 Jarak Bebas Minimum Antara
Penghantar SUTT 150 kV dengan Benda Lain
No Lokasi
1 Lapangan Terbuka
2 Daerah dengan keadaan tertentu
2.1 Bangunan tidak tahan api
2.2 Bangunan tahan api
2.3 Lalu lintas jalan/jalan raya
2.4 Pohon pohon pada umumnya, hutan,
perkebunan
2.5 Lapangan olahraga
2.6 SUTT lainnya, penghantar udara
tegangan rendah, jaringan telkom
antena radio, antena televisi dan kereta
gantung
2.7 Rel kereta biasa
2.8 Jembatan besi, rangka besi, penahan
penghantar, kereta listrik terdekat dsb
2.9 Titik tertinggi tiang kapal
padakedudukan air pasang / tertinggi
pada lalu lintas air
4.5 Perhitungan jumlah isolator dan jarak
sambaran.
Perhitungan jumlah isolator optimal
dimaksudkan untuk menentukan jumlah isolator pada
tiap tiap menara yang mampu menahan tegangan
lebih switching dan litghning pada daerah tertentu.
Untuk konfigurasi vertikal maka :
Penentuan jumlah isolator dengan mengacu
pada standart didapatkan jumlah isolator (jjs) =
dengan melihat tabel 4.8. maka dipilih isolator tipe
normal (type A) dengan panjang / tinggi tiap isolator
sebesar 146 mm sehingga :
panjang rangkaian isolator (D) maka :
D = 11 x 146 mm = 1606 mm
Isolator berkonfigurasi double suspension jumlah
isolator
(jjs) = 2 jjs = 2 x 11 = 22
Untuk mencari jarak sambaran ditentukan
dengan mengetahui harga kerapatan udara dengan
asumsi sepanjang jalur homogen dan kondisi cuaca
cerah dengan suhu 35
0
C dan kelembaban udara 60%
yaitu :
SPF = D. HS.
SPF =1,46 x 60% x 0,96 = 0,84 meter
Sedangkan untuk gap arching horn phasa pinggir
direncanakan yaitu :
GFP =
Jarak Bebas Minimum Antara
Penghantar SUTT 150 kV dengan Benda Lain
SUT
T 150
kV
(m)
8
Daerah dengan keadaan tertentu
13,5
5
9
pohon pada umumnya, hutan,
5
13,5
SUTT lainnya, penghantar udara
tegangan rendah, jaringan telkom
antena radio, antena televisi dan kereta
4
9
penahan
penghantar, kereta listrik terdekat dsb
4
padakedudukan air pasang / tertinggi 4
Perhitungan jumlah isolator dan jarak
Perhitungan jumlah isolator optimal
menentukan jumlah isolator pada
tiap menara yang mampu menahan tegangan
lebih switching dan litghning pada daerah tertentu.
Penentuan jumlah isolator dengan mengacu
pada standart didapatkan jumlah isolator (jjs) = 11
dengan melihat tabel 4.8. maka dipilih isolator tipe
normal (type A) dengan panjang / tinggi tiap isolator
panjang rangkaian isolator (D) maka :
D = 11 x 146 mm = 1606 mm
Isolator berkonfigurasi double suspension jumlah
Untuk mencari jarak sambaran ditentukan
dengan mengetahui harga kerapatan udara dengan
asumsi sepanjang jalur homogen dan kondisi cuaca
C dan kelembaban udara 60%
0,96 = 0,84 meter
Sedangkan untuk gap arching horn phasa pinggir
= 0,73 meter
8
4.6. Pemilihan Tower
Gambar 4.3. Tower Suspension Transmisi Tipe AA
Gambar 4.4. Tower Tension Transmisi Tipe DD
4.6 Pentanahan Kaki Menara
Tahanan kaki menara perlu dibuat sekecil
mungkin untuk menghindarkan efek sambaran petir.
Tahanan ini ditentukan oleh bentuk fisik tahanan dan
tahanan jenis dari tanah (untuk ini dipilih tahanan
berbentuk elektrode batang ditananm tegak lurus di
dalam tanah atau menggunakan elektroda batang
berselubung pipa galvanis 2). Biasanya digunakan rod
elektroda sepanjang 5,5 m dengan kedalaman yang
sama yaitu 5,5 meter dengan jari jari rod elektroda
sebesar 1,27 cm.
Berdasarkan standar PT. PLN (Persero) P3B
pentanahan kaki menara dipasang pada setiap menara,
dengan jumlah pentanahan 4 buah tiap tower. Bila
tahanan pentanahan masih lebih besar dari 5 ohm,
maka diusahakan dengan pentanahan counterpoise
yang dibuat dari kawat baja 38 mm
2
sebagai
counterpoise yang ditanam secara radial.
Dengan standar diatas maka kita dapat
menghitung pentananhan kaki menara sesuai dengan
rumus persamaan yang telah tersedia :
Untuk pentanahan sistem Ground Rod :
R =
Untuk Tanah Rawa / Sawah
R =
,
,
.
R = 1,47
Untuk Ladang
R =
,
,
.
R = 4,92
9
Gambar 4.5 Pemasangan Batang Pentanahan Kaki
Menara Berdasar SPLN 121_1996 (Tampak
Samping)
Gambar 4.6 Pemasangan Batang Pentanahan Kaki
Menara
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya dan berdasarkan data - data yang
telah tersedia maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Saluran transmisi ini menggunakan menara tower
tipe AA setinggi 33,8m dan tipe DD setinggi
32,2 m, sirkuit vertikal ganda dengan 2 bundle
conductor ACSR 48/7 340 mm
2
, isolator
menggunakan double string 2x11 buah dan
menggunakan menara transmisi dengan jarak
antar menara 300 m.
2. a. Pentanahan kaki menara menggunakan metode
:
Ground rod, dengan 4 buah rod electrode
panjang 5,5 m dan jari - jari 1,27 cm, pada
tanah rawa/sawah didapat tahanan kaki
tower 1,47 ohm dan pada tanah ladang 4,29
ohm.
Counterpoise, dengan kawat baja 38 mm
2
,
untuk jenis tanah pasir basah dibutuhkan
panjang kawat 614,5 m, kerikil basah 971,7
m, kerikil kering 1374,2 dan tanah berbatu
2380,2 m.
b. Kawat pelindung petir menggunakan 2 buah
kawat tanah baja (GSW) dengan jari - jari kawat
0,48 cm dan luas penampang 55 mm
2
.
c. Sagging untuk dua menara yang sama tinggi
antara 1,4 m - 6,683 m dan untuk dua menara
yang berbeda tinggi (h = 1m) antara 0,9 m - 6,2 m
3. Di sekitar SUTT 150 kV Bambe Incomer medan
magnet sebesar 0,47x10
-7
T dan medan listrik
sebesar 61,35 V/m
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kita
dapat menyarankan :
1. Meskipun penempatan peralatan telah sesuai
dengan standar jarak bebas, diharapkan agar
manusia berhati - hati saat beraktifitas disekitar
saluran transmisi.
2. Pada perencanaan ini tidak dibahas pengaruh
keberatan masyarakat terhadap pembangunan
saluran transmisi dari survey jalur hingga
beroperasinya saluran transmisi. Sehingga
diharapkan suatu saat ada yang meneliti mengenai
pengaruh keberatan masyarakat terhadap
pembangunan saluran transmisi.
3. Studi ini diharapkan bisa menjadi bahan
pertimbangan untuk perencanaan pembangunan
jaringan transmisi yang terletak antara GI 150
Karangpilang dengan GI 150 kV Bambe (baru).
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Arismunandar Dr, S. Kuwara Dr, Buku
Pegangan Teknik Tegangan Listrik Jilid II,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan
Ketujuh, 2004
[2] Andrew S. Timscheff, Calculation of Gradien
for Phase on Three Phase Bundle
Conductor Line, IEEE Trans. On Power
System App, 1971
[3] Diktat Bahan Isolasi Tegangan Tinggi, Kuliah
Gejala Medan Listrik, 2005
[4] Turan Gonen, Electric of Power
Transmission System Engineering, Mc Graw
Hill, 1988
[5] T. S Hutauruk, Pengetanahan Netral Sistem
Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, PT.
Erlangga, Jakarta, 1991
[6] Zuhal, Dasar Teknik Tegangan Listrik dan
Elektronika Daya, Pustaka Utama, Jakarta,
2000
[7] Udo T, Minimum phase to Phase Electrical
Clearence Based On Switching Surge and
10
Lightning Surge, IEEE Trans. On Power
System App. 1974
[8] ----------, Buku Teknis Operasional P3B
Jawa - Bali PT. PLN (Persero), bagian
Engineering, 2006
[9] Syariffudin M Ir., M.Eng, Perencanaan
Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi, 1999
[10] Electric Power Research, Transmission Line
Reference Book, 345 kV and above, 1987
[11] ---------, KKO, KKF & ERM GI 150 kV
Bringkang Bambe 2 x 60 MVA, PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Timur, 2009
[12] ----------, UKL - UPL Pembangunan SUTT
150 kV Bambe Incomer, PT. PLN (Persero)
Pikitring Jawa, Bali Dan Nusa Tenggara, 2010
[13] ----------, SPLN 10 - 1A: 1996, Isolator
Renteng Jenis Kap dan Pin
[14] ----------, SPLN 13:1978, Kriteria Dasar Bagi
Perencanaan Saluran Udara Tegangan
Tinggi 66 kV dan 150 kV.
[15] ----------, SPLN 121:1996, Konstruksi
Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kV dan
150 kV dengan Tiang Beton/Baja
RIWAYAT HIDUP
Widen Lukmantono, lahir di Surabaya pada tanggal 10
Maret 1985. Penulis adalah anak
kedua dari pasangan suami istri
Pole dan Nurasih. Pada Tahun 1991
memulai pendidikannya di SDN
Jambangan I lulus tahun 1997 dan
sekaligus pada tahun tersebut
melanjutkan ke SMPN 12 Surabaya
lulus pada tahun 2000. Penulis
menempuh pendidikan tingkat
menengah di SMUN 16 Surabaya,
mulai tahun 2000 dan lulus tahun
2003.
Pada tahun 2003 penulis kuliah di D3 Teknik
Elektronika-PENS-ITS Surabaya, lulus tahun 2006.
Pada bulan April tahun 2009 penulis menikah, hingga
saat ini telah dikaruniai 2 orang putra, kemudian pada
bulan September 2009 terdaftar sebagai mahasiswa
Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem
Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.