You are on page 1of 10

1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAI NSTORMI NG


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)
Oleh : Vita Rosmiati (0900911)

ABSTRAK
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, guru belum banyak mengetahui
tentang metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan aktivitas peserta didik,
sehingga peserta didik kurang memiliki kesadaran diri, kurang berpikir kritis dan
kreatif, kurang mandiri dan belum mampu berkomunikasi secara luwes dengan
lingkungan belajar maupun kehidupan sosial masyarakatnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan di era sekarang ini menuntut peserta didik untuk memiliki
kemampuan yang membutuhkan pemikiran secara kritis, logis dan kreatif
sehingga mereka mampu memecahkan masalah dengan akurat. Dan salah satu
metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif
peserta didik adalah metode Brainstorming. Dengan demikian, penulis perlu
melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
dalam pembelajaran Geografi dengan mengambil judul Penerapan Metode
Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri
Situraja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan atau yang sering disebut classroom action research. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri Situraja dengan subjek penelitian kelas XI IPS 4.
Hasil penelitian menunjukkan dengan diterapkannya metode pembelajaran
Brainstorming mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik
yang dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi setiap tindakan pembelajaran
yang dilaksanakan. Dalam penerapan metode pembelajaran Brainstorming tidak
terlepas dari beberapa kendala yang diantaranya guru kurang mampu dalam
memanfaatkan waktu secara efektif, suasana kelas yang belum kondusif dimana
peserta didik berebut ingin mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik yang
belum memahami benar tahapan dalam pembelajaran dengan metode
Brainstorming sehingga masih ada yang belum berpartisipasi aktif dalam
mengemukakan pendapatnya

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Brainstorming, Peserta didik, Kemampuan
Berpikir Kritis.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik
2

yang tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik saja, tetapi
berupa interaksi yang bersifat edukatif.
Dewasa ini, proses pembelajaran yang terjadi di dalam
kelas dilaksanakan tergantung dengan kemampuan dan selera guru. Tidak ada
standar yang jelas dan tegas yang wajib dipedomani oleh semua guru di sekolah
secara nasional, sehingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak efisien,
tidak efektif, dan tidak produktif.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 15
Januari 2013, menunjukan bahwa praktek dalam proses pembelajaran di sekolah,
khususnya di SMA N Situraja masih berlangsung secara satu arah yaitu guru
sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini terlihat, guru lebih aktif
dalam memberikan informasi atau menjelaskan materi. Metode ceramah masih
banyak digunakan dalam proses pembelajaran karena dianggap mudah dalam
penerapannya dan dapat mencakup peserta didik dalam jumlah yang banyak.
Namun disamping kelebihannya tersebut, metode ini memiliki banyak
kelemahan seperti kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan di era sekarang ini memungkinkan
peserta didik untuk memperoleh informasi yang luas dengan cepat dan mudah.
Dan hal tersebut mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan yang
membutuhkan pemikiran secara kritis, logis dan kreatif sehingga mereka mampu
dalam menghadapi setiap masalah globalisasi. Oleh karena itu, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan
terlebih pada masa sekarang yang penuh dengan permasalahan.
Kemampuan berpikir kritis diperlukan karena kemampuan tersebut dapat
memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja sehingga mendapat
pemecahan masalah yang akurat. Hal ini sesuai dengan tujuan dalam
pembelajaran geografi yang dilihat dari aspek keterampilan yaitu
mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi
yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan serta mampu mengembangkan
3

keterampilan analisis, sintesis dan kecenderungan dan hasil-hasil interaksi
berbagai gejala geografis (Depdiknas: 2004).
Salah satu metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir
kritis dan kreatif adalah metode brainstorming. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang diungkapkan Pomalato (dalam Dahlan, 2006:23), beliau menuliskan bahwa
beberapa alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif salah
satunya dengan model pembelajaran Osborn, yakni model pembelajaran yang
menitikberatkan pada proses imajinasi peserta didik yang diiringi dengan adanya
curah pendapat (brainstorming).
Mengingat pentingnya metode pembelajaran curah pendapat untuk
kemajuan dalam proses pembelajaran dan melatih kemampuan berpikir kritis
dalam memecahkan permasalahan yang dialami peserta didik baik dalam
pelajaran ataupun kehidupan sehari-harinya, maka peneliti beranggapan perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
dalam pembelajaran Geografi. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul
Penerapan Metode Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran
Geografi Di SMA Negeri Situraja. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kontribusi metode pembelajaran brainstorming
dalam pembelajaran geografi.

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1) untuk
mendeskripsikan metode pembelajaran brainstorming dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA Negeri Situraja; 2)
mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 setelah
penggunaan metode brainstorming dalam pembelajaran geografi; dan 3)
mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru maupun peserta didik
dalam penerapan pembelajaran dengan metode brainstorming untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran
geografi.
4

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas atau yang sering disebut classroom action research.

PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan dilapangan, selama proses pembelajaran
berlangsung, peserta didik sudah terlibat aktif dan mampu untuk menyampaikan
pendapat dengan baik, menyanggah apabila terdapat perbedaan dengan peserta
didik lain, mampu menghargai pendapat dari peserta didik lain sehingga peserta
didik dapat mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah yang mereka
hadapi dalam pembelajaran geografi. Akan tetapi dalam mengungkapkan
pendapat maupun bertanya, peserta didik masih pada kondisi yang dikatakan
rendah yaitu sebatas pada fakta-fakta yang belum menunjukkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Dalam penerapan metode pembelajaran brainstorming ini, hal-hal yang
dipersiapkan sebelum dilaksanakannya tindakan pembelajaran terdiri atas
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, media
pembelajaran, Lembar Kerja Peserta didik (LKS), Soal test evaluasi dan lembar
observasi proses belajar. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Komalasari (2010) bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang
direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi secara sistematis agar peserta didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Guru menyampaikan informasi melalui penggunaan metode brainstorming
dengan tujuan agar dapat menumbuhkan kemampuan peserta didik baik dalam
bertanya, menjawab dan berpendapat sehingga dengan sendirinya kemampuan
berpikir kritis peserta didik dapat berkembang. Informasi disajikan dalam bentuk
gambar maupun artikel, kemudian guru mengajak peserta didik untuk menggali
informasi sehingga peserta didik dapat menemukan informasi yang tepat
berdasarkan masalah yang dikajinya. Dalam menggali informasi, diperlukan
proses analisis untuk melihat apakah informasi tersebut merupakan fakta yang
5

valid atau sekedar informasi yang belum jelas kebenarannya. Sehingga disinilah
diperlukan keterampilan berpikir kritis yang dimiliki setiap peserta didik.
Pada tindakan pertama, materi yang dibahas dengan penerapan metode
pembelajaran Brainstorming adalah kerusakan lingkungan hidup baik yang
disebabkan oleh alam maupun ulah manusia. Kemudian di tindakan kedua
membahas menganai pelestarian lingkungan hidup, dan di tindakan ketiga
membahas menganai Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Dengan
diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming ini membuat proses
kegiatan pembelajaran Geografi di kelas menjadi lebih menarik dan kondusif
bagi peserta didik. Karena dalam pembelajaran dengan menggunakan metode
Brainstorming peserta didik dituntuk untuk bekerja sama secara berkelompok
dan bebas untuk mengeluarkan pendapat sesuai dengan apa yang mereka
pahami.
Ketika dilakukan tindakan pembelajaran, peserta didik terlihat antusias
selama proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan keterlibatan peserta
didik yang tinggi ketika guru mengajukan pertanyaan dan mereka berusaha
untuk menjawabnya. Metode pembelajaran inipun menimbulkan dampak positif
seperti peserta didik yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, menjadi
terpacu untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi atau tanya jawab setelah
melihat antusias temannya, baik teman sekelompok maupun dari anggota
kelompok lain. Dengan demikian, secara bertahap peserta didik dapat
menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan berpikir kritisnya.
Sebelum dilaksanakannya tindakan pembelajaran dengan metode
brainstorming, peserta didik yang terlibat aktif dalam pembelajaran jumlahnya
masih sedikit. Dilihat ketika mereka menjawab pertanyaan maupun
mengeluarkan pendapatnya masih pada tataran yang rendah. Akan tetapi setelah
diterapkannya metode pembelajaran brainstorming, aktivitas peserta didik
menjadi meningkat. Peserta didik yang sebelumnya tidak terlibat aktif dalam
pembelajaran, kemudian dilibatkan melalui proses diskusi dengan pembagian
tugas dan fungsi setiap anggota kelompok masing-masing. Sedangkan peserta
didik yang sudah aktif diarahkan untuk memotivasi teman kelompoknya yang
6

belum aktif dan memberikan pertanyaaan atau argumen yang analitis. Setelah
diterapkannya metode pembelajaran brainstorming, terbukti peserta didik dalam
menjawab pertanyaan maupun bertanya serta mennyumbangkan saran atau
pendapat sudah mengacu pada sumber yang jelas dan dan mengungkapkan
informasi yang analitis.
Setiap kelompok mendapatkan tugas LKS yang harus dikerjakan dengan
berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Akan tetapi pada saat diskusi hanya
beberapa orang saja yang aktif dalam pengerjaan LKS, masih banyak peserta
didik yang saling mengandalkan dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing,
hal ini menunjukkan guru yang belum bisa mengelola kelas dengan maksimal
dan kurang tegas dalam menegur peserta didik yang tidak mengikuti pelajaran
dengan baik. Selain itu guru belum bisa mengatur waktu dengan efektif, yang
terlihat dari penambahan waktu diskusi dan pengerjaan LKS sehingga untuk
waktu presentasi tersita yang menyebabkan hanya satu kelompok yang dapat
mempresentasikan hasil diskusinya.
Pada saat kegiatan presentasi, setiap kelompok diwakili oleh dua sampai
tiga orang peserta didik untuk maju ke depan kelas, dan kelompok lainnya
memperhatikan kemudian menanggapi dengan mengajukan pertanyaan maupun
pendapat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam materi
pembelajaran. Dalam tindakan pertama, guru menemui beberapa kendala yang
diantaranya sulit untuk mengatur waktu dalam proses curah pendapat, sehingga
peserta didik yang masih ingin mengajukan pertanyaan dan pendapat harus
dibatasi.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus mengatur waktu lebih efektif,
membatasi diskusi sesuai waktu yang telah ditetapkan, waktu presentasi lebih
jelas, dan mengakhiri proses curah pendapat dengan tepat waktu, termasuk
bagian dari penilaian guru dan yang terakhir guru harus bisa mengelola kelas
dengan baik (Sudjana, 2010). Hal tersebut kemudian menjadi perbaikan dalam
pelaksanaan tindakan kedua.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada tindakan kedua mengalami
peningkatan, yang ditandai dengan terlaksananya seluruh kegiatan pembelajaran.
7

Dalam hal pembagian dan penggunaan waktu telah sesuai dengan alokasi dalam
perencanaan. Pada kegiatan diskusi, ketua kelompok sudah membagi tugas
masing-masing anggota kelompoknya. Akan tetapi masih saja ada peserta didik
yang tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Diskusi masih di
dominasi oleh peserta didik-peserta didik tertentu yang tergolong cerdas. Untuk
mengatasi hal tersebut, guru mengintruksikan langsung peserta didik yang harus
maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Cara ini cukup efektif
karena peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk di panggil
presentasi. Dan pelaksanaan tindakan ketiga dilakukan untuk memperbaiki
kekurangan di tindakan kedua.
Pada tindakan ketiga guru mampu melaksanakan seluruh kegiatan
pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dari hasil refleksi di
tindakan sebelumnya mengenai pengelolaan kelas dan pengalokasian waktu,
pembelajaran pada tindakan ketiga berlangsung lebih kondusif. Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian. Ketika
kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi
penghalang bagi proses belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2006).
Peserta didik terlihat lebih antusias pada saat proses curah pendapat
berlangsung, karena waktu yang tersedia cukup leluasa dan materi yang
diberikanpun membuat peserta didik lebih bersemangat. Peserta didik telah
diberikan tugas pada pelaksanaan tindakan sebelumnya untuk mempersiapkan
pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan di tindakan
ketiga yaitu mengenai AMDAL. Hal itulah yang menyebabkan peserta didik
lebih antusias untuk saling bertukar pertanyaan maupun pendapat pada proses
curah pendapat. Kendala yang dihadapi pada tindakan sebelumnya sudah
mengalami pengurangan dan bisa diatasi pada tindakan ketiga. Hampir semua
peserta didik aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, presentasi dan curah
pendapat.
Dengan diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming dapat melatih
peserta didik untuk mengasah pikirannya dalam mengemukakan pendapat,
8

menganalisis masalah maupun memecahkan suatu masalah. Sesuai dengan yang
dikemukakan Roestiyah (2008), bahwa tugas peserta didik adalah menanggapi
masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya sehingga
peserta didik melatih merumuskan pendapatnya sendiri.
Hasil data yang diperoleh mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik dari setiap tindakan pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu secara
keseluruhan pada tindakan I, peserta didik masih kurang termotivasi dalam
menunjukan kemampuan berpikir secara kritis. Hal itu ditunjukkan dari jumlah
30 peserta didik yang hadir dalam pembelajaran di tindakan I, hanya 11 atau
sekitar 36,67% peserta didik saja yang sudah mampu menunjukkan kemampuan
berpikir kritisnya. Artinya kurang dari setengah dari jumlah peserta didik yang
belum mampu berpikir secara kritis.
Pada tindakan II, lebih dari setengah jumlah peserta didik sudah mampu
menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya, yaitu sekitar 20 peserta didik atau
sekitar 62,50% dari jumlah keseluruhan 32 peserta didik. Sedangkan 12 peserta
didik yang lainnya belum termotivasi untuk ikut serta dalam kegiatan curah
pendapat untuk melatih kemampuan berpikir kritisnya. Peningkatan yang cukup
signifikan dapat dilihat di tindakan selanjutnya, yaitu pada tindakan III hampir
seluruh peserta didik mampu berpikir secara kritis yaitu 28 peserta didik atau
sekitar 87,50% dari 32 peserta didik yang hadir.
Hal lain yang menandakan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas XI IPS 4, dapat dilihat dari hasil test evaluasi yang diberikan
guru di akhir pelajaran, dimana peserta didik dapat memberikan jawaban yang
relevan disetiap testnya. Sebelum dilakukannya tindakan, peserta didik yang
tuntas dalam pelaksanaan test evaluasi hanya sekitar 11 peserta didik. Setelah
dilaksanakannya tindakan terdapat beberapa peningkatan yang cukup signifikan
disetiap tindakannya. Pada tindakan I, terdapat 16 peserta didik atau 53,33%
yang telah tuntas mencapai KKM, sedangkan yang belum tuntas sekitar 46,67%
atau 14 peserta didik dari jumlah 30 peserta didik yang hadir dengan nilai rata-
rata kelas yang diperoleh 71,67.
9

Di tindakan kedua, dapat dilihat adanya peningkatan hasil test evaluasi
dimana peserta didik yang telah tuntas mencapai KKM bertambah menjadi 23
peserta didik atau sekitar 71,88% dan yang belum tuntas sekitar 28,13% atau
sekitar 9 peserta didik dengan perolehan rata-rata kelas yang meningkat pula
yaitu 76,75. Pada tindakan III menunjukkan hampir seluruh peserta didik telah
tuntas mencapai KKM (>75) yaitu 30 peserta didik atau sekitar 93,75% yang
hadir dengan nilai rata-rata kelas mencapai 81,56. Hal itu menunjukkan adanya
peningkatan sekitar 21,88% dari hasil test evaluasi sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode pembelajaran Brainstorming terbukti mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Hal tersebut terlihat peserta didik yang berani
mengungkapkan pendapatnya dan menyanggah pendapat orang lain sehingga
peserta didik dapat menganalisis masalah yang didiskusikan dan memecahkan
masalah dengan mencari alternatif pendapat atau saran yang paling tepat.

SIMPULAN
Penerapan metode Brainstorming dalam pembelajaran geografi dengan
pokok bahasan mengenai lingkungan dan pembangunan berkelanjutan cukup
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas
XI IPS 4 SMA Negeri Situraja. Dengan diterapkannya metode pembelajaran
Brainstorming, kemampuan berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, Hal itu dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan alasan yang logis dan relevan,
menanggapi masalah yang diberikan guru, mengungkapkan pertanyaan,
menjawab pertanyaan dengan tepat dan mampu menghormati pendapat orang
lain
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode
pembelajaran Brainstorming tidak terlepas dari beberapa kendala baik yang
dihadapi oleh guru maupun peserta didik. Kendala tersebut diantaranya guru
kurang mampu dalam memanfaatkan waktu secara efektif, suasana kelas yang
belum kondusif dimana peserta didik berebut ingin mengemukakan
10

pendapatnya, dan peserta didik yang belum memahami benar tahapan dalam
pembelajaran dengan metode Brainstorming sehingga masih ada yang belum
berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, A. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Brainstorming Terhadap
Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
Depdiknas. (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT.Refika Aditama.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana, Nana. (2010). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.

You might also like