Nama Lengkap : Prof. Dr. Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie Tempat / Tanggal Lahir : Pare-pare / 25 Juni 1936 Agama : Islam Kebangsaan : Indonesia dan Jerman Nama Ayah : Alwi Abdul Jalil Habibie Nama Ibu : R.A. Tuti Marini Puspowardojo Nama Istri : Hasri Ainun Menikah Tanggal : 12 Mei 1962 Nama Anak : Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie Pendidikan : o S1 pada tahun 1954 : Institut Teknologi Bandung, Jurusan Teknologi Penerbangan di Indonesia o S2 pada tahun 1955 1960 : Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Jurusan Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang di Aachen, Jerman o S3 pada tahun 1960 1965 : Rheinisch Westfalische Technische Hochscule (RWTH), Jurusan Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang di Aachen, Jerman Karir di bidang Teknologi: 1965 1969 : Hamburger Flugzeugbau Gmbh (Hamburg, Jerman) sebagai Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur 1969 1973 : MMB Gmbh (Hamburg, Jerman) sebagai Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada Pesawat Angkut Militer 1973 1978 : MBB Gmbh Hamburg dan Munchen sebagai Wakil Presiden dan Direktur Teknologi 1978 : MBB Gmbh Hamburg dan Munchen sebagai Penasehat Senior Teknologi pada Dewan Direksi 1974 1978 : Pertamina Indonesia sebagai Pemimpin Divsi Advanced Teknologi 1974 1978 : Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang sebagai Penasehat Pemerintah
Karir di bidang Politik: Maret 1978 Maret 1998 : Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Maret 1998 Mei 1998 : Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7 Mei 1998 Oktober 1999 : Presiden Republik Indonesia ke-3
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau adalah anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Dari hasil pernikahannya dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962, Habibie dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari habitat-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat summa cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman. Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu quote yang terkenal dari Habibie yakni : I have some figures which compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a kilo of rice, I dont think we have enough. (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.) Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah USD 30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras. Pola pikir Pak Habibie disambut dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun bersedia menggangarkan dana ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun 1989, Suharto memberikan kekuasan lebih pada Habibie dengan memberikan kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, dan PT IPTN.
Kesimpulannya, perjalan hidup B.J.Habibie tidak selalu lurus dan indah, namun ibarat mendayung di antar ribuan orang pintar pastilah ada cobaan, tikaman dan hujatan dari orang lain melalui kritik positif maupun yang tidak membangun. Namun, semuanya beliau atasi dengan tenang serta ibadah spiritul sebagai charge dalam hidup. Dan, berbakti kepada kedua orang tua bagi beliau merupakan kunci kesuksesan utama yang membawa beliau kejenjang kesuksesan dan prestasi baik tingkat dunia maupun Internasional.