You are on page 1of 15

Skenario A Blok 24 Tahun 2014

Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-
5x/hari @ 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah,.
Sebelumnya, ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen
lahir normal, spontan, cukup bulanditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang
badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan
perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus
dibantu.
Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan lalu usia setelah 3
bulan sampai dengan sekarang : ASI, susu formula standar merek S 6 kali sehari @2,5 sendok
takar dicampur dengan air panas sampai 90 mL, dan bubur bayi beras merah merek C kali 1
sachet sehari @ 20 gram (80 Kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula
sudah benar. Ibu tidak pernah mem buat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi
pabrikan.
Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCg, DPT 2 kali, Hepatitis B dua kali dan polio satu
kali.
Reygen dilahirkan dari keluarga: Ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, Ibu usia
32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang ( usia 7 tahun, 5 tahun, dan 3
tahun). Rumah masih menyewa, 3 m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air
minum sumur gali, jarak sumur dengan mck 6 meter.
Pemeriksaan fisik: Kelihatan sangat kurus, kesdaran kompos mentis, denyut nadi 124x/menit, isi
dan tegangan cukup, pernafasan 30x/menit, suhu 36,8
o
C. Setelah dilakukan pengukuran
antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepal 46
cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A,
tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.



Klarifikasi Istilah
1. Diare : Pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak
normal
(biasanya >3 kali dalam 24 jam).
2. ASI eksklusif : Pemberian ASI secara eksklusif tanpa
pemberian makanan
dan minuman lain, sedini mungkin setelah persalinan pada
bayi berumur 0-6 bulan yang merupakan intervensi paling
efektif untuk mencegah kematian anak.
3. Imunisasi BCG : Basillus Calmette Guerin; Imunisasi yang
diberikan pada
bayi untuk mencegah penyakit TBC.
4. Imunisasi DPT : Imunisasi kombinasi terhadap batuk
pertusis, difteri dan
tetanus.
5. Imunisasi Hepatitis B : Imunisasi yang dilakukan terhadap
virus Hepatitis B.
6. Imunisasi Polio : Imunisasi terhadap penyakit virus
akut yang biasanya
disebabkan oleh polio virus atau poliomyelitis.
7. Pengukuran antropometri : Pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui ukuran-
ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu seperti timbangan dan pita pengukur.
8. Dismorfik : Keadaan dimana terdapat bentuk morfologi
berbeda-beda.
9. Iga gambang : Tulang rusuk (costae) yang menonjol dan
tampak jelas di
permukaan thoraks.
10. Perut cekung : Keadaan permukaan abdomen yang masuk
ke dalam.
11. Baggy pants : Suatu tanda dimana pada daerah pantat
tampak seperti
memakai celana longgar.

Identifikasi Masalah
1. Reygen.. muntah
2. Sebelumnya. 10 bulan
3. Riwayat lahir Reygen tidak diukur
4. Riwayat perkembangan
5. Riwayat nutrisi sebelum sakit.pabrikan
6. Riwayat imunisasi..
7. Riwayat keluarga dan tempat tinggal
8. Pemeriksaan fisik

Analisis Masalah

1. Apa etiologi dan bagaimana mekanisme dari BAB cair? (A,B)
2. Bagaimana makna klinis dari BAB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,
kuning,tidak ada lendir, tidak ada darah dan tidak ada muntah? ( di DDin) (C,D)
3. Bagaimana dampak dari diare yang dialami oleh Reygen? (E,F)
4. Bagaimana hubungan diare pada usia 3 bulan, 8 bulan dan 10 bulan dengan diare
yang sekarang? (G,H)
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa diare terus berulang terjadi sejak ia usia 3
bulan. Hal ini mentisyaratkan bahwa diare yang terjadi pada reygen terjadi terus menerus
dan ada kaitannya dengan keadaaan gizi buruk yang sedang dialaminya. Infeksi yang
menyebabkan mudahnya Reygen mengalami diare akibat meningkatnya deteriorasi
sistem imun pada reygen. Berkurangnya produksi atau menurunnya kapasitas fungsional
seluruh komponen sel imun telah banyak dilaporkan pada gizi buruk. Diare yang
menyertai kasus gizi buruk biasanya adalah diare persisten. Diare persisten secara definisi
berarti diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan penyebab infeksi. Banyak faktor
yang menyebabkan diare akut berlanjut menjadi diare persisten seperti umur di bawah
satu tahun, keadaan malnutrisi, penyakit gangguan kekebalan tubuh, riwayat diare
sebelumnya, dan infeksi usus spesifik seperti parasit. Malnutrisi merupakan faktor risiko
terjadinya diare, demikian pula sebaliknya diare dapat menimbulkan malnutrisi. Diare
pada malnutrisi akan menyebabkan lamanya penyembuhan dan meningkatkan angka
kematian.
Defesiensi makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak dan dikombinasi
oleh defesiensi mikronutrient adalah masalah yang paling sering terjadi. Defesiensi
nutrisi terutama protein akan menganggu respon imun tubuh, termasuk cell-mediated
immunity dan produksi secretory IgA pada anak. Di sisi lain malnutrisi akan
mempermudah infeksi karena pengaruh negatif pada pertahanan kulit dan mukosa
melalui gangguan imun Sehingga gizi buruk merupakan faktor risiko kuat untuk
meninglkatkan morbiditas dan mortalitas pada infeksi. Jadi apat kita simpulkan diare
persisten dan bverulang yang terjadi pada Reygen diakibatkan oleh gizi buruk yang
dialaminya.
Selain itu dari pernyataan di atas juga diketahui bahwa diare pertama kali terjadi
saat usia Reygen mencapai 3 bulan, saat Reygen mulai mengonsumsi susu formula.
Walaupun bayi umur 0-6 bulan mengalami pertumbuhan yang pesat, namun sebelum
mencapai usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna,
sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Berdasarkan rekomendasi dari
WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979 menyusui merupakan bagian terpadu dari
proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta
merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Dengan alasan apapun susu formula harus dihindarkan pada saat usia
bagi bayi menerima ASI eksklusif (0-6 bulan) karena susu formula mudah terkontaminasi
oleh kuman dan dalam pemberian susu formula harus disesuaikan dengan takaran susu
dan umur bayi. (Sarwono, 2010).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3118884/
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.


Deficiency in macronutrients such as protein, carbohydrates and fat provoke protein-
calorie malnutrition (PCM), and when combined with micronutrient deficiencies, they are
among the most important nutritional problems. The relationship between nutritional status
and the immune system has been a topic of study for decades. Several studies have
demonstrated that PCM impairs host immune responses, including cell-mediated immunity [9]
and secretory IgA production [10,11]. PCM is a major cause of secondary immune deficiency in
the world. PCM is considered a strong risk factor for higher morbidity and mortality rates in
infectious disease [24]. Several studies on the effects of malnutrition at the immunological level
have been conducted in humans and in experimental animal models. Multiple immune system
abnormalities, including lymphoid organ atrophy, profound T-cell deficiency, altered ratios of T-
cell subsets, and decreased natural killer (NK) cell activity and cytokine production have been
described in PCM individuals. In addition, these studies indicate that malnutrition decreases T-
cell function, cytokine production and the ability of lymphocytes to respond appropriately to
cytokines. In severely malnourished children, both acquired immunity as well as innate host
defense mechanisms are affected

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3118884/

5. Bagaimana BAB normal pada bayi? (3,8,10,11) (I,J)
6. Bagaimana kemungkinan riwayat lahir dapat memengaruhi diare dan gizi buruk pada
anak? (K,L)
7. Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan normal pada usia 11 bulan? (M,N)
8. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 11 bulan?
(A,B)
9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari perkembangan Reygen sekarang?
(C,D)
10. Bagaimana cara pemberian makan untuk bayi baru lahir sampai usia 11 bulan? (E,F)
11. Bagaimana dampak pemberian ASI non eksklusif, pemberian susu formula dan
bubur beras merah pada Reygen? (G,H)
Air susu ibu merupakan makanan bayi terbaik dan alami. Air susu ibu dengan komposisi
yang unik, diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang
bayi. Air susu ibu mengandung zat antibodi humoral dan selular sehingga morbiditas bayi yang
mendapat ASI lebih rendah dibanding dengan bayiyang mendapat susu formula. Air susu ibu
mengandung enzim-enzim yang membantu pencernaan dan juga enzim yang berfungsi sebagai
antibakteri seperti lisozim, katalase dan peroksidase. Selain itu ASI mengandung hormonhormon
seperti ACTH, TRH, TSH, EGH, prolaktin, kortikosteroid, prostaglandin dll. Pemberian ASI,
mempunyai dampak pada ibu yaitu mengurangi perdarahan postpartum, mempercepat involusi
uterus dan menunda kembalinya kesuburan.Pemberian ASI dianjurkan sampai anak berusia 2
tahun yaitu usia anak dapat makan makanan padat dengan baik. Diet ibumempengaruhi
kandungan nutrien dalam ASI.
Pemberian susu formula dan MP-ASI pada Reygen dilakukan pada usia 3 bulan (kurang
dari 6 bulan) akan memberikan dampak negatif sebagai berikut
Diare
Pengonsumsian susu formula dan makanan pendamping ASI pada usia kurang
dari 6 bulan akan menyebabkan terjadinya diare pada bayi. Walaupun bayi umur 0-6
bulan mengalami pertumbuhan yang pesat, namun sebelum mencapai usia 6 bulan, sistem
pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu
mencerna makanan selain ASI. Kebiasaan ini kurang baik, karena pemberian makanan
pendamping ASI terlalu dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering menderita diare. Hal ini
disebabkan pembentukan zat anti oleh usus bayi belum sempurna dan mungkin juga cara
menyiapkan makanan yang kurang bersih. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu.
Keadaan ini terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein
asing. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita kurang
gizi atau terjadi malnutrisi, dapat pula terjadi overfeeding.8 Berdasarkan rekomendasi dari
WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979 menyusui merupakan bagian terpadu
dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta
merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Dengan alasan apapun susu formula harus dihindarkan pada saat usia
bagi bayi menerima ASI eksklusif (0-6 bulan) karena susu formula mudah
terkontaminasi oleh kuman dan dalam pemberian susu formula harus disesuaikan
dengan takaran susu dan umur bayi. (Sarwono, 2010).

Mudah Terinfeksi
Karena pemberian ASI diiringi dengan pemberian susu formula dan MP-ASI
maka otomatis jumlah ASI yang diberikan lebih rendah kuantitasnya. Penggunaan susu
formula pada usia kurang dari 6 bulan berisiko tercemar berbagai virus, tetapi
kebalikannya ASI mengandung antibodi terhadap berbagai jenis virus, antara lain
poliovorus, coxsakievirus, echovirus, influenza virus, reovirus, respiratory syncytial
virus (RSV), rotavirus dan rhinovirus. Telah terbukti bahwa ASI menghambat
pertumbuhan virus-virus tersebut, misalnya kolostrum yang terdapat dalam ASI
mempunyai aktivitas menetralisasi terhadap RSV. Virus ini mengancam jiwa dan sering
sebagai penyebab bayi dirawat di beberapa negara berkembang. Bayi yang dirawat
karena menderita infeksi RSV jauh lebih sedikit pada kelompok yang

Gangguan Tumbuh Kembang
Anak yang mendapatkan Asi eksklusif akan tumbuh lebih cepat. Hal ini terlihat
pada berat dan tinggi bayi pada usia 6 bulan pertama dibandingkan dengan anak yang
tidak mendapat ASI eksklusif (partially breast-fed). ASI mempengaruhi pertumbuhan
anak melalui dua jalan yang berbeda. Pertama, pertumbuhan dipengaruhi oleh asupan
energi dan zat gizi esensialyang terdapat di ASI. Kedua, ASI menurunkan angka
kesakitan diare yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan. Berdasarkan banyak
penelitian lainnya, lamanya memberi ASI eksklusif berhubungan dengan prevalensi
diare dan ISPA
Gangguan Menyusui
Pengenalan makanan selain ASI secara dini akan menurunkan frekuensi dan
intensitas pengisapan bayi, sehingga resiko untuk terjadinya penurunan ASI semakin
besar.

Beban Ginjal
Beban ginjal yang berlebihan dan hiperosmolaris. Makanan padat, banyak
mengandung kadar Natrium Khlorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban ginjal 2x
lebih berat. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan pendamping lainnya yang
mengandung daging. Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan dapat
menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.
Overfeeding
Perlunya menunda pemberian MP-ASI hingga usia 6 bulan adalah untuk
mencegah kemungkinan overfeeding karena bayi tersebut belum mampu memberikan
pertanda bahwa ia sudah kenyang. Sehingga, makanan yang masuk tidak akan pernah
terukur dengan baik dan bisa mengakibatkan overfeeding pada bayi. Umumnya dengan
cara membalikkan muka atau badan atau wajah yang memperlihatkan tidak berminat
terhadap makanan tersebut lagi. Alasan lain adalah bayi belum mampu menelan MP-
ASI dengan benar dan berpotensi untuk tersedak dan tidak dapat tidur nyenyak pada
malam hari.
Alergi terhadap makanan.
Belum matangnya sistem kekebalan usus pada umur yang dini, dapat
menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak- kanak. ASI
kadang-kadang dapat menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah yang cukup
banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian makanan pendamping
yang dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.



Alasan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 4 6 bulan adalah kebutuhan
energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik makin bertambah, sedangkan produkasi ASI
relatif tetap. Pada usia 4 bulan bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi
enzim amilase lebih banyak sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. Dalam
proses menelan pada usia tersebut, apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya bayi sudah
dapat menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka dan ke atas untuk
mendorong makanan ke belakang,untuk ditelan. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan
mempraktekkan kepandaiannyatersebut dengan memberikan makanan lumat. Dengan
bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi usia 69 bulan mulai belajar mengunyah
dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah, sehingga dapat diberikan makanan yang
lebih kasar. Demikian juga dengan kemampuan motorik halus pada awalnya bayi memegang
dengan kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka
untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat
dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada usia 6 7 bulan bayi sudah dapat
duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada usia 6 9 bulan bibir bayi
sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir atau
gelas.

12. Bagaimana cara pembuatan bubur bayi rumahan dan susu formula yang benar? (I,J)
WHO menyarankan bahwa bayi harus menerima MP pada usia 6 bulan 2-3 kali sehari disamping
ASI sampai usia 8 bulan dan meningkatmenjadi 3-4 kali pada usia 9-11 bulan dan pada usia 12-
24 bulan tambahan MP 1-2 kali perhari.2 WHO menyepakati bahwa umur yang tepat untuk
pemberian MP-ASI adalah usia 6 bulan dan dikatakan tidak ada untungnya memberikan MP-ASI
pada usia kurang dari 6 bulan.3,4 Untuk memperkenalkan jenis MP-ASI pada awalnya harus dipilih
makanan yang mudah dicernakan berasal dari karbohidrat, kemudian diberikan tambahan protein
dan akhirnya lemak dalam bentuk cairan dan secara bertahap berubah ke makanan semi solid.
Pada penelitian ini seorang pasien dengan berat badan waktu lahir 1500 g diberikan ASI ditambah
dengan air tajin dan seorang lagi dengan air kaldu ceker ayam dengan alasan makanan sehat. Jenis
makanan pendamping lainnya adalah buah-buahan bubur susu dan biskuit. Makanan pendamping
ASI adalah makanan yang secara berangsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi menjelang dan sesudah disapih, termasuk antara lain bubur susu, buah, sayuran, nasi
tim, telur, biskuit dan lain-lain.

Pdf jtpnums hal 2

13. Apa perbedaan bubur bayi rumahan dan bubur bayi pabrikan?(komposisi) (K,L)
14. Bagaimana cara menghitung kalori dan contohnya untuk anak usia 11 bulan? (M,N)
15. Apasaja imunisasi yang wajib diberikan pada anak? (kapan, cara pemberian, brp kali)
(A,B)
16. Bagaimana interpretasi imunisasi yang diberikan pada Reygen? (C,D)
17. Bagaimana hubungan riwayat keluarga dengan keluhan?(E,F)
Pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi. Ibu dengan pendidikan yang
tinggi diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai tentang tumbuh kembang bayi. Pada
penelitian ini hanya tiga orang ibu yang berpendidikan tinggi dan semuanya memberikan
makanan pendamping ASI sesuai waktu yang dianjurkan. Mungkin terdapat faktor lain yang
mempengaruhi perilaku ibu selain pendidikan, seperti pengaruh lingkungan sosial, adat istiadat
dan kebiasaan di keluarga. Seperti diketahui di Indonesia masih banyak keluarga yang bersifat
extended family, yaitu di dalam keluarga terdapat anggota keluarga lain yang bukan keluarga inti
seperti nenek dan kakek, atau paman dan bibi.

18. Bagaimana hubungan riwayat lingkungan/ tempat tinggal dengan keluhan?(G,H)
Rumah masih menyewa, 3 m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air
minum sumur gali, jarak sumur dengan mck 6 meter.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa sosioekonomi keluarga Reygen rendah.
Faktor sosioekonomi yang rendah bisa menjadi risiko seseorang mengalami gizi buruk
akibat tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi tubuh. Sumber air minum sumur gali denga
jarak sumur hanya 6 meter dari mck juga merupakan risiko tercemarnya sumber air
keluarga dengan mikroorganisme yang berbahaya. Jarak sumur gali dengan mck
seharusnya minimal 10 meter dari MCK dan jangan mendekati jamban. Jika MCK
terletak dalam satu pemikimana, Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para
penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius 50 100m dari rumah penduduk dan luas
daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha. Kawasan yang padat
penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas hunian baku per jiwa. Hal ini
mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur maupun kakus. Kawasan
tersebut terutama dihuni oleh warga masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang
cenderung tidak dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun kakus
atau kamar mandi sendiri. Apalagi jika mereka belum mendapatkan penyuluhan tentang
sanitasi lingkungan, yang mempunyai kaitan erat dengan kualitas air tanah. Ditinjau dari
sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat
mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air.
Pada kasus, jarak MCK dengan sumber air keluarga Reygen hanya sekitar 6 meter.
Maka tidak bisa dipungkiri bawah telah terjadi Kontaminasi dan pencemaran pada air
permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh keluarga. Penyakit menular seperti
polio, kolera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan tidak
tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadaikan sebagai
indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran
pencernaan manusia sebagai flora normal. Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja
yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui
berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran.
Menurut Anderson dan Arnstein (dalam Wagner dan Lanoix, 1958) dalam buku
M.Soeparman dan Suparmin, 2002, terjadi proses penularan penyakit diperlukan faktor
sebagai berikut :
1. Kuman penyebab penyakit,
2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab,
3. Cara keluar dari sumber,
4. Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru potensial,
5. Cara masuk ke inang baru,
6. Inang yang peka (succeptible).



Gambar 1. Transmisi Penyakit Melalui Tinja

Maka untuk penyakit akibat tinja, yang menjadi sumber penyakit adalah tinja
yang mengandung bakteri patogen E.coli yang dapat masuk melalui air, makanan dan
minuman yang mengandung bakteri tersebut. Peran air dalam menularkan penyakit,
menurut Soemirat (2002) adalah :
1. Air sebagai penyebar mikroba patogen.
2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
3. Jumlah air yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
membersihkan dirinya dengan baik.
4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

Oleh karena itu dapat kita simpulkan, bahwa lingkungan tempat Reygen tinggal
merupakan risiko terjadinya diare persisten berulang dan gizi buruk pada Reygen.


19. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?(gambaran baggy
pants, iga gambang, cari kalo ada tandanya gimana) (I,J)
20. Cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan tambahan (K,L)
1.Anamnesis (penyakit& gizi)
- anamnesis awalan
- amnesis lanjutan
2.Pemeriksaan fisik(klinisdanantropometri) pemeriksaan fisik awal pemeriksaan fisik
lanjutan
3. Pemeriksaanpenunjanglaboratorium, radiologi, dll
4. Analisis diet dan makanan


21. DD dan WD (M,N)
22. Etiologi dan faktor resiko (A,B)
23. Epidemiologi (C,D)
24. Patofisiologi (E,F)
25. Manifestasi klinis (G,H)
Diare Persisten :

Gizi Buruk (Marasmus) :
- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang
- terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
- sedikit sampai tidak ada(~pakai celana longgar- baggy pants)
- Perut umumnyacekung
- Tulangrusukmenonjol(Iga gambang, piano sign)
-



26. Tata laksana (I,J)
27. Pencegahan (K,L)
28. Komplikasi (M,N)
29. Prognosis (A,B)
30. SKDI (C,D)

Hipotesis
Reygen, 11 bulan mengalami gizi buruk tanpa edema (marasmus), diare dan
keterlambatan perkembangan ec malnutrisi, sosio-ekonomi rendah, cara pemberian
makan yang salah.


LI
Gizi buruk edema dan tanpa edema (E,F,M)
Diare (G,H,N)
Tumbuh kembang (I,J)
Pemberian makanan pada batita (K,L)


Aturan seperti biasa Times New Roman, spasi 1,5 font 12
Dikumpul jam 5 hari rabu.
Yang telat jadi presentan scenario selanjutnya dan bayar uang print full.


A. MAULIA
B. CLARA
C. MEYLINDA
D. MISSUN
E. WIRA
F. FADLIA
G. FITRI
H. MELINDA
I. KIKY
J. LISMYA
K. MIA
L. FERDI
M. IMAM
N. DELILA

You might also like