You are on page 1of 17

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER SEBAGAI MEDIA INFORMASI

DAN PROMOSI PABRIK GENTENG MASSOKKA





Naskah Publikasi













Diajukan oleh
Afif Muzayan
07.12.2437






kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011


2
























































3


Dokumentary Film Making as a Medium of Information and Promotion Massokka
Tile Factory

Pembuatan Film Dokumenter Sebagai Media Informasi dan Promosi Pabrik
Genteng Massokka


Afif Muzayan
J urusan Sistem Informasi
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA


ABSTRACT



Kebumen is one of regencies in Central Java province within the tourism
potential. In addition, Kebumen district also known as the largest tile producers. However,
this potential is less publicized so that the utilization of existing potentials are less
efficient, especially the utilization of tile craft.
Information and promotion is very important in the development of a company or
resource. With the information and promotion are expected to introduce a company or
resource to the public.
Massokka is one of the existing tile piggledy in Kebumen with a fairly good level
of marketing. However, to increase again there needs to be a medium capable of
promoting at the same time informing the public about how massokka and tile production
process carried out in massokka. One of the media and promotional information that is
considered attractive is the movie. Blend elements of audio, visual and touch a story that
is packed in such a way as to make a film to be meaningful in the delivery of the intent
and purpose to its target, namely the audience.
In this case I will give you information and promotional Massokka tile factory to
the community through a film of tiles Massokka Documentary Film Making


Key words: Information and promotion, Film, Documentary



















4


1. Pendahuluan


Kebumen merupakan salah satu kabupaten di provinsi J awa Tengah yang
berpotensi dalam tempat pariwisata. Disamping itu, Kebumen juga diketahui sebagai
kabupaten pengrajin genteng terbanyak. Tapi sayangnya, potensi ini kurang terpublikasi
sehingga pemanfaatan potensi yang ada kurang efisien, terutama pemanfaatan hasil
kerajinan genteng.
Informasi dan promosi merupakan hal yang sangat penting dalam upaya
pengembangan sebuah perusahaan atau sumber daya. Dengan adanya informasi dan
promosi diharapkan akan dapat memperkenalkan perusahaan atau sumber daya tersebut
kepada masyarakat luas.
Salah satu media informasi dan promosi yang dianggap menarik adalah film. Film
merupakan tekhnologi multimedia dengan nuansa broadcasting. Perpaduan unsur audio,
visual dan sentuhan cerita yang dikemas sedemikian rupa menjadikan sebuah film
menjadi bermakna dalam penyampaian maksud dan tujuan tertentu kepada targetnya,
yaitu penonton.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan membuat sebuah film dokumenter untuk
mempromosikan salah satu pabrik genteng yang ada di kabupaten Kebumen, yaitu
Pabrik Genteng Massoka. Film ini diharapkan mampu memberikan informasi sebagai
media promosi bagi Pabrik Genteng Massoka agar lebih dikenal di masyarakat luas, tidak
hanya di J awa Tengh,tetapi juga di seluruh Indonesia, sehingga mampu meningkatkan
penjualan genteng tersebut.

2. Analisis
2.1 Analisis Sistem
Analisis mempunyai tugas mengidentifikasi masalah, melakukan studi kelayakan
dan menganalisis kebutuhan yang diperlukan. Analisis sistem dilakukan untuk
menentukan seberapa jauh sebuah sistem telah mencapai sasarannya, dalam hal ini
adalah sebuah film dokumenter. J ika sistem memiliki kelemahan, maka harus dapat
ditemukan solusi serta dapat diusulkan perbaikannya.
2.1.1 Pendefinisian Masalah
Pendefinisian masalah merupakan langkah pertama dalam analisis sistem.
Tujuannya adalah untuk menentukan masalah yang sedang dihadapi dan untuk mencari
solusi yang terbaik. Dalam hal ini adalah masalah dalam pembuatan film dokumenter.
Masalah yang dihadapi pabrik genteng Massokka adalah proses dan cara
penyampaian informasi sekaligus promosi kepada masyarakat mengenai pabrik genteng
5

Massokka. Dengan adanya promosi ini diharapkan akan mampu meningkatkan penjualan
dan menjadikan pabrik genteng Massokka menjadi pilihan yang tepat untuk pemilihan
produk genteng.
2.1.2 Pemecahan Masalah
Penulis mencoba memberikan media baru dalam penyampaian informasi kepada
masyarakat yaitu melalui film untuk mengatasi masalah tersebut, dalam hal ini adalah film
dokumenter. Film ini akan mengangkat dokumentasi tentang pembuatan genteng di
Pabrik Genteng Massokka. Sehingga nantinya masyarakat akan mengerti tentang
bagaimana proses pembuatan dan kualitas dari genteng-genteng yang dibuat.

2.2 Analisi Kebutuhan Sistem
Kebutuhan sistem pada laporan ini lebih kepada kebutuhan produksi film
dokumenter yang akan dibuat. Adapun beberapa kebutuhan yang harus disiapkan antara
lain.
2.2.1 Kebutuhan Peralatan
Penentu utama untuk memperlancar sebuah produksi film adalah alat yang
digunakan yang mendukung dan sesuai dengan standar broadcast sebagai penentu hasil
dan kualitas yang diproduksi. Peralatan yang mendukung produksi film dokumenter ini
adalah :
Tabel 2.1 Peralatan Shooting
No. Nama Alat Specifikasi
1. Kamera Utama ( Handycam ) Sony dan J VC
2. Tripod
3. Kaset Hi8 Durasi 1 jam

4. Komputer ( PC ) - Processor Intel Core TM 2 Duo
E7200
- Ram 1.00 Gb
- VGA GForce 9500 GT
- Hardisk 160 Gb

2.2.2 Kebutuhan SDM
Selain kelengkapan peralatan di dalam suatu produksi film, SDMnya pun juga
harus diperhatikan dengan jelas. Pada pembuatan film dokumenter ini juga mempunyai
crewlist selama masa produksi. Selain kelengkapan peralatan di dalam suatu produksi
film, SDMnya pun juga harus diperhatikan dengan jelas. Pada pembuatan film
6

dokumenter ini juga mempunyai crewlist selama masa produksi. Berikut nama-nama kru
yang ikut dalam proses pembuatan film documenter ini.
1. Produser : Afif Muzayan
2. Sutradara : Afif Muzayan
3. Asisten Sutradara : Devi Indah Sari
4. Scripwriter : Afif Muzayan
5. Kameraman : a. Afif Muzayan
b. Wisnu Wijaya
6. Editor : a. Afif Muzayan
b. Mahesa Aji Putra

3. Tahap Pembuatan Film Dokumenter
3.1 Tahap Pra Produksi
Tahap ini berisikan konsep yang akan dibangun dalam pembuatan film.
Perencanaan yang matang sebelum tahap produksi dapat menghemat biaya yang
dikeluarkan. Ditahap inilah manfaat utama dari tahap pra produksi.
3.1.1 Ide
Sebuah ide tidak akan terlihat bagus jika cerita yang disuguhkan dalam film
tersebut juga tidak bagus dan menarik. Untuk membuat suatu cerita yang bagus yaitu
sangat dibutuhkan struktur cerita yang jelas. Cerita tersebut harus memiliki awalan, nilai
tengah dan akhiran.
Ide untuk film dokumenter ini adalah penyampaian informasi dan promosi dari
parik genteng Massokka yang dikemas secara berbeda dalam bentuk film dengan tujuan
untuk meningkatkan penjualan dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
3.1.2 Tema
Setelah idea terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menentukan tema
pada suatu cerita.Tema pada suatu film biasanya mengerucut pada suatu konsep yang
telah direncanakan. Disini penulis mengambil tema pokok yaitu Film Dokumenter
Sebagai Media Informasi dan Promosi Pabrik Genteng Massokka.
3.1.3 Logline
Logline atau premis adalah sebuah kalimat yang berisi sinopsis dan sebuah
pancingan yang menarik dari sebuah cerita. Tujuan logline adalah untuk memperjelas
film yang akan kita buat, sehingga dapat menarik orang untuk melihat film tersebut.
7

Logline dari film dokumenter ini adalah Bagaimana jika Massokka membeberkan
mengenai industri gentengnya dan kemudian hal itu dapat dijadikan salah satu acuan
dalam pemilihan produk genteng yang akan anda beli.
3.1.4 Sinopsis
Sinopsis merupakan gambaran kasar secara keseluruhan dari cerita mulai dari
awal sampai akhir. Berikut adalah sinopsis dari Film Dokumenter Pembuatan Genteng di
pabrik genteng Massokka.
Film ini meliput tentang perjalanan Ricky, 23 tahun, mahasiswa asal Kota
Pelajar Yogyakarta, ke sebuah kota kecil di J awa Tengah yang terkenal dengan produksi
gentengnya, yaitu Kebumen. Karena penasaran terhadap proses produksi genteng
tersebut, Ricky mengunjungi salah satu pabrik genteng di kota Kebumen. Disana ia
mendapat banyak informasi mulai dari cara pengumpulan bahan baku hingga proses
distribusi dari genteng yang sudah siap dijual.
Liputan mengenai langkah-langkah proses produksi sebuah genteng akan
dihadirkan beserta wawancara khusus dengan pemilik pabrik genteng MASSOKKA.
Selain itu juga akan ditambahkan informasi mengenai produk-produk yang dihasilkan
beserta spesifikasinya sebagai bahan promosi, sehingga masyarakat diharapkan dapat
menjadikan promosi itu sebagai bahan acuan dalam pemilihan genteng.
3.1.5 Diagram Sceen
Urutan babak diagram scene dari film dokumenter ini secara sederhana adalah
sebagai berikut :
Babak 1 : Ricky adalah seorang mahasiswa asal kota pelajar Yogyakarta yang
sedang melakukan liburan dikota kecil di Provinsi J awa Tengah yaitu Kebumen. Selain
kotanya yang masih asri, di Kebumen juga terdapat industri yang menjadi ciri dari kota
kebumen yaitu industri genteng. Ricky sangat penasaran bagaimana cara membuat
genteng tersebut.
Babak 2 : Karena penasaran inilah Ricky akhirnya menyusuri sudut kota
kebumen untuk mencari pabrik genteng yang menurutnya bisa untuk mendapatkan
informasi. Akhirnya dia pun menemukan pabrik genteng tersebut, yaitu pabrik genteng
Massokka. Dia harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang cara produksi dan
semua hal tentang kegiatan di pabrik genteng Massokka. Pertama yang harus dilakukan
adalah bertemu langsung dengan pemilik pabrik untuk melakukan wawancara. Ricky
langsung bergegas menuju kantor perusahaan Massokka. Disana dia bertemu dengan
pemilik perusahaan yaitu bpk M. Abduh Hisyam dan langsung memberikan beberapa
pertanyaan mengenai industri genteng. Selesai melakukan wawancara, pemilik pabrik
mempersilahkan ricky untuk langsung melihat ke lokasi pembuatan genteng agar lebih
memahami lagi.
8

Babak 3 : Dari wawancara dan mengamati langsung dilokasi, Ricky menjadi
paham dan mengerti mengenai cara pembuatan genteng dan kualitas dari masing-
masing genteng yang dihasilkan. Dan perusahaan Massokka merupakan salah satu
perusahaan dengan kualitas genteng terbaik.
DIAGRAM SCENE
Film Dokumenter Pabrik Genteng Massokka
Karya : Afif Muzayan


























Gambar 3.1 Diagram Scene
3.1.6 Menyusun Naskah
Naskah cerita menyajikan kisah dengan menggunakan karakter dan aksi.
Kesalahan umum dalam penyusunan naskah adalah kecenderungan untuk menyajikan
Industri yg menjadi
ciri kota Kenbumen
Penasaran tentang
industri genteng di
kebumen
Keadaan
kota
kebumen
Penasaran
dengan
industri
genteng
Talent
mencari
pabrik
genteng
untuk
mendapat
informasi
Talent
melakukan
wawancara
dengan
pemilik
perusahaan
dan
dipersilahkan
untuk melihat
ke lokasi
Talent
melihat
langsung ke
lokasi
pembuatan
genteng
talent kagum
dan bangga
bisa melihat
langsung
proses
produksi
genteng
Massokka
Talent sedang berlibur di
kota kebumen
Dokumentasi
kegiatan industri
genteng
Talent memperoleh
pengetahuan dan
pengalaman baru dari
wawancara dengan
pemilik perusahaan
Massokka merupakan
salah satu perusahaan
dengan kualitas
genteng terbaik
Talent mencari pabrik
genteng untuk
mencari informasi
9

satu sisi saja. Naskah cerita yang terlalu memusatkan pada aksi saja akan cenderung
dangkal, sementara yang terlalu berkonsentrasi pada karakter akan cenderung
membosankan. Naskah yang baik akan menghindari terjerumus kedalam pola-pola
tersebut dengan cara mengembangkan aksi yang terukur secara jelas dan realitas.
Kedua ramuan tersebut sangat penting untuk memperkaya daya tarik cerita dan nilai-niali
tematis. Berikut salah satu potongan dari naskah film dokumenter pembuatan genteng,
Ext. Pabrik - Pagi
15 detik
Description : Talent (seorang laki-laki) berjalan didepan sebuah pabrik
genteng, ia melihat nama dari pabrik genteng tersebut Massokka . Ia pun akhirnya
memutuskan untuk masuk kedalam pabrik.
cut to
natural sound
3.1.7 Merancang Story Board
Storyboard merupakan terjemahan berupa gambar cerita dari naskah yang
sudah dibuat, berisis tentang pengambilan sudut gambar, suara, serta efek-efek khusus.
Fungsi storyboard adalah menterjemahkan isi skenario secara visual atau penggambaran
secara singkat. Storyboard yang berurutan dan sesuai dengan jalan cerita sangat baik
untuk menjadikan sebuah film menjadi sebuah cerita yang bagus dan menarik, sebab
sebelum mulai produksi sudah ada penggambaran jalan cerita atau bisa disebut
pedoman pembuatan film.
Tabel 3.1 Contoh Story Board
Scene 2 Tampak ricky
berjalan dan
kemudian berhenti
didepan pabrik
genteng Massokka
5 detik

Natural sound
3.1.8 Fundin
Tabel 3.2 Funding

Title : Film Dokumenter
Proses Produksi Genteng
Massokka
Director : Afif Muzayan
Duration : 20 menit
Location : Kebumen

Shooting day : 3 days
Shooting format : video
Language : Indonesia
Subtitle : noting

Pre production : Rp. 500.000,-
10

Crew : Rp. 300.000,-
Equipment Rent : Rp. 400.000,-
Art Department : Rp. 200.000,-
Talent cost : Rp. 100.000,-
Operational : Rp. 300,000,-
Post production : Rp. 200.000,-
Marketing & promotion : Rp. 300.000,-
Total : Rp. 2.300.000,-

3.1.9 Location Scotting
Survey dan hunting lokasi merupakan tahap dimana kita akan mencari dan
menentukan lokasi terbaik untuk shooting dan pengambilan gambar. Selain itu, cuaca
dilokasi pengambilan gambar juga harus disurvei, supaya rencana produksi berjalan
dengan lancar.
Berikut lokasi-lokasi yang kita pilih untuk pembuatan film dokumenter ini
a. J alan Raya
Lokasi ini dijadikan tempat untuk proses pengambilan gambar yang menunjukan
bahwa talent menuju pabrik genteng serta meninggalkan pabrik genteng.
b. Depan kantor
Depan kantor digunakan sebagai tempat pengambilan gambar untuk
menunjukan papan nama dari pabrik genteng Massokka.
c. Kantor
Lokasi ini digunakan untuk wawancara dengan pemilik pabrik.
d. Pabrik genteng
Dalam lokasi ini banyak sekali scene yang diambil, yaitu untuk pengambilan
gambar tentang proses penjemuran, pengasapan, pembakaran, pencetakan, serta
pembongkaran.
e. Sawah
Lokasi ini digunakan untuk pengambilan gambar mengenai proses pengambilan
bahan baku yang memang berada di area persawahan.

3.2 Tahap Produksi
11

Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pra produksi, dimana rancangan-
rancangan yang sudah dibuat pada saat pra produksi akan dilaksanakan pada tahap ini.
3.2.1 Tekhnik Produksi
3.2.1.1 Sistem Perekaman
Sistem perekaman dalam pembuatan film dokumenter ini dilakukan secara
langsung ( direct ) dan bersamaan baik dari unsur audio, maupun visual. Namun pada
akhirnya akan dilakukan pengeditan dan pemilihan ulang baik untuk audio maupun visual
yang telah diambil secara langsung di lokasi. Selain itu, kru juga akan menggunakan
sistem rekaman tidak langsung (indirect), untuk unsur audio yang diantaranya meliputi
narasi, sound effect dan ilustrasi musik.
3.2.1.2 Susunan Pengambilan Gambar
Susunan pengambilan gambar pada film dolumenter ini dilakukan secara acak,
artinya gambar-gambar yang akan diambil pada objek tersebut terlebih dahulu
dikelompokkan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari lokasi serta menyesuaikan
kemampuan baik dari pihak sutradara, kameraman maupun kru.
3.2.1.3 Tipe Shot dan Camera Angel
Beberapa variasi shoot yang diterapkan pada film dokumenter ini diantaranya
adalah,
a. BCU ( Big Close Up ) atau ECU ( Extream Close Up )
b. Close Up
c. MCU ( Medium Close Up )
d. MS ( Medium Shoot )
e. MFS ( Medium Full Shoot )
f. FS ( Full Shoot )
g. LS ( Long Shoot )
h. Zoom In / zoom out
i. Panning
j. Tilting
3.3 Tahap Pasca Produksi
Proses ini lebih dikenal dengan proses editing. Setelah proses pengambilan
gambar selesai maka editor mulai dengan proses editing yang tentu saja dengan bekal
treatment, storyboard, dan catatan dari sutradara.
3.3.1 Capturing
Capturing merupakan proses memindahkan gambar dari pita kaset video ke
dalam data komputer dan disimpan dalam ruang hardisk. Pada tahap ini kita
menggunakan bantuan software Ulead Video Studio 11. Software ini memiliki banyak
12

kelebihan yaitu selain mudah untuk digunakan, software ini juga tidak memerlukan
spesifikasi komputer yang terlalu tinggi.
3.3.2 Editing
Proses editing ini dibagi menjadi dua yaitu proses editing untuk video dan proses
editing untuk effect atau animasi yang akan digunakan. Proses editing video
menggunakan software Adobe Premier Pro CS3. Dalam proses ini kita melakukan
pemotongan-pemotongan film untuk kemudian diatur sesuai dengan naskah karena
dalam proses pengambilan gambar saat shoting dilakukan secara acak. Sedangkan
untuk pembuatan animasinya menggunakan Adobe After Effect CS3.

4. Pembahasan
4.1 Tampilan Film Dokumenter Proses Pembuatan Genteng












Gambar 4.1 Tampilan J udul









Gambar 4.2 Animasi Hitung Mundur
13


Gambar 4.3 Tampilan Video 1







Gambar 4.4 Tampilan video 2









Gambar 4.5 Tampilan Video 3









14

Gambar 4.6 Tampilan Video 4








Gambar 4.7 Tampilan Video 5









Gambar 4.8 Tampilan Video 6








Gambar 4.9 Tampilan Video 7








15

Gambar 4.10 Tampilan Video 8








Gambar 4.11 Tampilan Video 9









Gambar 4.12 Tampilan Video 10

Gambar 4.13 Tampilan Video 11
4.2 Pengetesan Film Dokumenter
Film yang sudah dibuat perlu dilakukan pengetesan apakah film tersebut sudah
sesuai dengan yang diharapkan atau belum, sehingga nantinya akan menentukan
apakah ini layak untuk ditayangkan. Untuk itu maka dibuatkan semacam quisioner untuk
menilai apakah film tersebut sudah baik atau belum di mata audiens. Quisioner yang
dibuat sebagai berikut.

16

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Film dokumenter
No Daftar Pertanyaan Keterangan
Baik (*) Kurang (*)
1. Bagaimana dengan kualitas video film tersebut? 84 % 16 %
2. Bagaimana dengan kualitas audio film tersebut ? 72 % 28 %
3. Bagaimana dengan penyampaian informasi
kepada kepada masyarakat mengenai produksi
genteng ?
76 % 24 %
4. Bagaimana dengan penyampaian iklan kepada
audiens ?
80 % 20 %
5. Bagaimana dengan sisi persuasi, apakah sudah
dapat mempengaruhi audiens ?
76 % 24 %
Kualitas video hanya 84 % baik, artinya kualitas video masih memiliki
kekurangan yaitu dari sisi percahayaan. Ada beberapa frame yang tampak lebih gelap
karena kurangnya cahaya pada saat pengambilan gambar. Selain itu juga ada beberapa
frame dengan yang kurang jelas (blur). Hal ini dikarenakan oleh pemakaian 2 kamera
yang berbeda tipe sehingga menghasilkan kualitas gambar yang berbeda pula.
Kualitas audio film hanya 72 % baik. Hal ini dikarenakan saat proses perekaman
dilakukan ditepi jalan raya dengan kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi sehingga noise
yang dihasilkan juga cukup besar. Hal ini juga mempengaruhi penyampaian informasi
dan persuasi yang hanya 76 % baik. Namun untuk iklan produk genteng mendapat 80 %
baik.
5. Kesimpulan
Dari uraian, penjelasan dan pembahasan keseluruhan materi-materi diatas maka
dapat diambil kesimpulan mengenai FILM DOKUMENTER INDUSTRI GENTENG
MASSOKKA , sebagai berikut :
1. Pembuatan film dokumenter ini menjadi salah satu upaya untuk menyelesaikan
masalah pabrik genteng Massokka.
2. Dengan adanya film ini maka sangat membantu promosi genteng massokka.
3. Film documenter ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang proses
produksi genteng Massokka sesuai dengan logline yang telah dibuat.
4. Dari hasil penilaian kepada masyarakat didapat nilai 84 % baik untuk kualitas video,
72 % baik untuk kualitas audio dan penyampaian informasi serta sisi persuasi film
mencapai 80 % baik.
17

5. Berdasarkan hasil parameter diatas, film dokumenter ini dinilai baik oleh masyarakat /
audiens meskipun masih ada beberapa kekurangan. Dari parameter tersebut dapat
disimpulkan bahwa film dokumenter ini telah sesuai dengan apa yang telah
diharapkan.

6. Saran
Untuk memproduksi sebuah film diperlukan suatu kemajuan sumber daya yang
kreatif serta pemahaman mengenai teknik-teknik yang digunakan dan peralatan yang
akan dipake, untuk itu penulis memberikan saran untuk mempertimbangkan :
1. Penguasaan teknik pengambilan gambar akan lebih memperindah film nantinya.
2. Penjadwalan pengambilan gambar sangat penting agar tidak terjadi kekacauan pada
saat shooting berlangsung.
3. Pemberian effect saat proses editing harus diperhatikan betul agar effect yang
diberikan sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi.

7. Daftar Pustaka
Hendratman Hendi 2005. The Magic of After Effect. Informatika. Bandung.
Hendratman Hendi 2007. The Magic of Premier Pro. Informatika. Bandung.
Suyanto, M. 2003. Analilsis dan Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Andi
Offset. Yogyakarta.
Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Andi
Offset. Yogyakarta.

You might also like