You are on page 1of 12

KETUA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA

ORASI ILMIAH KETUA DPR-RI PADA ACARA SILATURAHMI AKBAR KELUARGA


IKATAN ALUMNI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG

“PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA SELATAN DALAM PERSPEKTIF


PEMBANGUNAN NASIONAL”
Palembang, 23 Oktober 2009

Assalamu’alaikum Wr Wb
Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
bahwa atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kita diberi kesempatan menghadiri
acara Silaturahmi Akbar Keluarga Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas
Sriwijaya Palembang. Tema yang diberikan kepada saya adalah Pembangunan
Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel), yang apabila boleh saya tambahkan,
Pembangunan Ekonomi Sumsel dalam Perspektif Pembangunan Nasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kiranya, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “pembangunan”. Sejak
awal kita menyadari bahwa pembangunan ekonomi, merupakan bagian integral
dari pembangunan di bidang-bidang lainnya, yang senantiasa dilakukan melalui
perencanaan-perencanaan pembangunan oleh pemerintah.

1
Pembangunan ekonomi nasional kita, apabila kita tengok dari perjalanan
sejarah dan pengalaman pembangunan kita sebagai bangsa, terkait erat dengan
perkembangan politik yang pasang naik dan pasang surut. Pada masa
kepemimpinan Presiden Soekarno pembangunan nasional kita lebih mengarah
kepada adagium “politik sebagai panglima”, kemudian di masa Orde Baru, ketika
pembangunan ekonomi dirasakan membutuhkan suatu stabilitas politik dan
keamanan yang ditegakkan secara ketat oleh negara (state), pembangunan
nasional kita mengarah kepada adagium “ekonomi sebagai panglima”.

Pada masa reformasi, yang hadir tak lepas dari kondisi perekonomian
nasional yang terpuruk, akibat tidak berdayanya fundamental ekonomi nasional
menghadapi gempuran krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi
dan politik, kesempatan untuk mengevaluasi pendekatan-pendekatan
pembangunan ekonomi selama ini menjadi demikian terbuka. Kita mencatat
sejumlah perubahan penting sebagai berikut:

 Pertama, praktik pembangunan nasional yang sentralistik, berubah menjadi


desentralistik, yang ditandai dengan hadirnya regulasi-regulasi penting
mengenai otonomi daerah seluas-luasnya. Menurut Pasal 1 ayat 5 UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah
merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan,
pemerataan, dan keanekaragaman. Dalam konteks pembangunan ekonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah juga dikaitkan dengan prosentase
pembagian hasil atas pengelolaan sumberdaya alam di daerah,
sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah.

 Kedua, perubahan sistem politik dan ketatanegaraan yang demokratis,


berpengaruh kepada bagaimana pembangunan ekonomi direncanakan dan

2
di laksanakan. Dalam kehidupan politik yang demokratis, dimana berbagai
jenis pemilihan umum dilakukan, maka prasyarat stabilitas politik (dan
keamanan) juga dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang
demokratis, bukan represif. Namun demikian, di alam demokrasi-
konstitusional yang menekankan nilai-nilai kebebasan dan tanggungjawab,
kepastian dan penegakan hukum harus tetap dilakukan secara tegas, sesuai
dengan kaidah yang berlaku.

 Ketiga, pembangunan nasional kita di era reformasi ini tidak lagi dipandu
oleh GBHN yang ditetapkan oleh lembaga MPR untuk jangka waktu lima
tahun. Dengan adanya Amandemen UUD 1945 dimana telah terjadi
perubahan kewenangan dan peran MPR dan Presiden, GBHN tidak berlaku
lagi. Sebagai gantinya, sebagaimana diatur dalam UU No. 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dinyatakan bahwa
penjabaran dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat
dalam Pembukaan UUD 1945 dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang) dengan skala waktu 20 tahun, yang
kemudian dijabarkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah), yaitu perencanaan dengan skala waktu lima tahun. Di tingkat
daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah, dengan
merujuk kepada RPJP Nasional. Dalam konteks inilah, pembangunan
daerah, termasuk di dalamnya pembangunan ekonomi Sumsel
direncanakan dan diproyeksikan. Sehingga pembangunan daerah tetap
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang diharapkan
berdampak positif tidak saja bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
daerah, tetapi juga kepada makin eratnya kekokohan kita sebagai bangsa
yang luas dan majemuk.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan


kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

3
pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-
perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan dan teknik.

Dalam pembangunan ekonomi, capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi


dan berkualitas sangatlah diharapkan. Pertumbuhan ini merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Namun demikian, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi harus diimbangi dengan kualitas pemerataan kesejahteraan
di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Teori tetesan ke bawah (trickle down
effect) atas capaian pertumbuhan ekonomi harus benar-benar terwujud secara
efektif.

Namun demikian, cara pandang kita atas pembangunan ekonomi tidaklah


hanya sebatas pada pendekatan kapital, tetapi juga lebih penting lagi adalah
pendekatan sumberdaya manusia. Pembangunan ekonomi kita, sejak awal
prosesnya harus berorientasi pada kemandirian kita sebagai bangsa, dengan
melibatkan segenap sumberdaya manusia kita, sehingga kita yang kaya akan
potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia tidak justru mengalami
alienasi dalam pembangunan.

Pembangunan ekonomi kita, harus tetap mengutamakan, “dimensi


manusia”. Jangan sampai rencana dan praktik pembangunan ekonomi kita, justru
mengingkari “dimensi manusia” tersebut yang justru memperburuk kualitas
hidup (quality of life) manusia, baik secara jasmani maupun apa yang diistilahkan
oleh Pemenang Hadiah Nobel Ekonomi dari India, Amartya Sen, “freedom” atau
kebebasan. Singkat kata, pembangunan ekonomi kita sangat terkait dengan
berbagai dimensi lainnya, dan oleh karena itulah pembangunan ekonomi
merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan-pembangunan lainnya.

4
Hadirin sekalian yang berbahagia,

Dalam konteks inilah, dapat dipahami, bahwa paradigma pembangunan


ekonomi nasional di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
merupakan bagian integral dari upaya untuk menciptakan kesejahteraan
(prosperity), penguatan demokrasi (democracy), dan penegakan keadilan (justice).
Tiga hal mendasar tersebut disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada pidato pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia, pada 20 Oktober 2009.

Tiga kata kunci pokok tersebut, merupakan upaya untuk melanjutkan


amanat reformasi kita ke depan. Visi dan misi presiden tersebut sangat mendasar
dan akan dijabarkan lebih lanjut di dalam RPJM nasional kita 2009-2014. Oleh
sebab itulah, RPJM daerah di seluruh Indonesia harus mengacu pada penciptaan
kesejahteraan, penguatan demokrasi, dan penegakan keadilan. Jadi, dalam
konteks ini harus ada kesinambungan dan perubahan yang proporsional, disertai
dengan semangat dan optimisme baru bahwa pembangunan lima tahun ke depan
Insyaallah akan lebih baik, mengingat kontinuitas kepemimpinan nasional pasca-
Pilpres 2009.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sebagaimana kita ketahui, Sumsel merupakan salah satu provinsi yang strategis
dan prospektif dalam pembangunan ekonomi, tidak hanya di kawasan Sumatera
dan Indonesia, tetapi juga di lingkup regional ASEAN. Oleh karena itulah
diharapkan di masa depan Sumsel benar-benar kokoh sebagai salah satu pusat
pertumbuhan ekonomi tidak saja di Sumatera tetapi juga secara nasional dan
dalam lingkup regional.

Pembangunan ekonomi Sumsel, berdasarkan laporan RJPM Daerah 2004-


2009, laju pertumbuhan ekonominya cukup signifikan. Hampir seluruh sektor
memberikan kontribusi yang cukup nyata terhadap pertumbuhan ekonomi
tersebut. Hanya sektor pertambangan dan penggalian yang kontribusinya

5
menurun, meskipun kontribusinya dalam pembentukan PDRB masih cukup besar,
yaitu rata-rata 24%. Di sisi lain, sektor pertanian yang didominasi oleh sub sektor
perkebunan karet dan kelapa sawit telah menunjukkan kemajuan yang cukup
pesat. Tercatat juga, sektor-sektor dominan tumbuh relatif moderat, sedangkan
sektor-sektor yang memiliki prospek cukup baik tumbuh relatif tinggi adalah
sektor pengangkutan, komunikasi, jasa-jasa, keuangan, dan bangunan.

Namun demikian, apabila dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita


masyarakat Sumsel, perkembangannya pada 2003-2007, tumbuh relatif lambat.
Pada 2005 pertumbuhan ekonomi dengan migas sebesar sebesar 4,84% dan
mengalami kenaikan 1% menjadi 5,84% pada tahun 2007, sedangkan tanpa migas
sebesar 6,91% (2005) menjadi 8,04% (2007). Tentu saja ini menjadi catatan, agar
pembangunan ekonomi daerah di Sumsel di masa depan mampu memompa atau
menaikkan secara signifikan pendapatan per kapita masyarakat.

Strategi RJPM Daerah 2004-2009, menurut laporan yang ada dilakukan


melalui: pertama, strategi meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ditempuh
untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Strategi ini
diarahkan untuk mengembangkan pembangunan yang berbasis pada kondisi dan
potensi sumberdaya lokal Sumsel dengan memacu kerjasama dan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Dalam strategi ini
Pemerintah Provinsi Sumsel berupaya meningkatkan ketersediaan sarana dan
prasarana khususnya transportasi untuk meningkatkan kelancaran akses,
mobilitas orang, barang dan jasa serta memperlancar aliran investasi dan
produksi serta menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah sehingga
memperlancar arus perekonomian lintas wilayah, regional, dan internasional yang
dapat meningkatkan PAD Sumsel.

Kedua, strategi mendorong sinergisitas percepatan pembangunan daerah


yang diarahkan pada pembinaan yang lebih baik terhadap sinergi, sinkronisasi,
dan koordinasi fungsional antar-pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) guna meningkatkan kinerja pembangunan daerah seperti
pengembangan wilayah dan tata ruang, pengembangan kawasan perbatasan

6
serta kerjasama pembangunan yang akan mempercepat keseimbangan
pembangunan antar-wilayah, sehingga memiliki peran strategis untuk
mempertahankan kesatuan wilayah. Strategi ini juga dimaksudkan untuk
mendorong pembangunan politik, hukum dan HAM, keamanan dan ketertiban
dan perlindungan masyarakat serta pembinaan pluralisme masyarakat Sumsel.

Kedua strategi tersebut masih relevan untuk terus dikembangkan dan


diaktualisasikan dalam menterjemahkan visi-misi pembangunan nasional, dalam
konteks pembangunan daerah, khususnya di provinsi Sumsel. Yang menjadi
permasalahan sekarang adalah, bagaimana mengimplementasikan strategi
tersebut dengan baik dan memenuhi target-target yang diharapkan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya alam, Sumatera Selatan


memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Dengan potensi
sumberdaya alamnya, kekuatan sumberdaya manusia yang makin besar dan
multidisiplin, kedudukan geografis dan kondisi geopolitan yang sangat terkendali,
maka wilayah pembangunan di provinsi ini sangat layak untuk dijadikan sebagai
salah satu daerah tumpuan strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain
itu, adanya keterkaitan Provinsi Sumatera Selatan dengan wilayah kerjasama
ekonomi Indonesia – Malaysia – Singapore Growth Triangle (IMS – GT) dan
Indonesia – Malaysia – Thailand – Growth Triangle (IMT-GT) dan adanya
kerjasama regional seperti ASEAN Free Trade (AFTA) tahun 2003, APEC tahun
2020, NAFTA dan Word Trade Organization (WTO) telah membuka peluang bagi
berbagai produk pertanian untuk memasuki pasar global.

Pada sistem transportasi darat, wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki


dua poros jalan utama yang melayani pergerakan regional (pergerakan lintas
Provinsi di Pulau Sumatera), yaitu Lintas Tengah, dan Lintas Timur Sumatera.
Kedua poros jalan tersebut memegang peranan yang sangat penting bagi
pergerakan orang dan barang di wilayah Pulau Sumatera. Sumsel juga memiliki
potensi pada sektor unggulan seperti, pertanian, perkebunan, pertambangan

7
(migas), kehutanan, perikanan, kelautan dan peternakan, dan industri pengolahan
hasil hutan.

Sumsel memiliki ketersediaan lahan potensial yang cukup besar bagi


pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan yaitu seluas ± 752.150 ha
yang dapat mendukung kemantapan swasembada pangan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat tani serta kebijakan pemerintah dalam pengembangan
Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan Nasional. Ketersediaan lahan ini juga
potensial bagi pengembangan kegiatan perkebunan seluas 1.866.273 ha atau
sekitar 21,45% dan perkebunan besar seluas 388.948 ha atau sekitar 4,47% yang
sangat berpotensi sektor perekonomian lainnya seperti sektor industri. Beberapa
komoditi unggulan hasil perkebunan yang dapat ditingkatkan produktivitasnya
melalui optimalisasi lahan adalah karet, kelapa sawit, kopi, dan kelapa.

Sumsel memiliki sumber daya tambang yang berpotensi sebagai sumber


daya energi antara lain:

 Cadangan minyak bumi tercatat sebesar 5.032.992 Metrik Stock Tank Barrel
(MSTB) atau Minyak bumi sebanyak 5,03 milyar Barel (10% cadangan
nasional). Cadangan terbesar terdapat di Kabupaten Muara Enim sebanyak
2.938.841 MSTB dan di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 1.255.945
MSTB.

 Cadangan gas bumi telah berproduksi tidak termasuk lapangan marginal


7.239,2 BSCF (Billion Square Cubic Feet) atau 9% cadangan nasional dan
diperkirakan di produksi dengan pertumbuhan 10% pertahun dapat bertahan
selama 60 tahun.

 Cadangan batubara di wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebesar 18.427.839


ton atau 60% cadangan nasional. yang meliputi cadangan yang sudah terukur
sebesar 5.103.711.000 ton, terunjuk sebesar 4.229.138.000 ton, dan tereka
sebesar 2.204.000.000 ton

 Panas bumi sebanyak 545 Mwe (2,5% cadangan nasional).

8
Apabila melihat potensi ekonomi tersebut, maka Sumsel akan menjadi
“provinsi kaya”, manakala berbagai potensi sumberdaya alam yang ada tersebut
dapat terkelola dengan baik, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Namun, apabila kita lihat kondisi masyarakat Sumsel dewasa ini,
maka realitas obyektif yang kita temui masih serba-memprihatinkan, antara lain
ditandai dengan masih banyaknya penduduk miskin yaitu mencapai 1,3 juta jiwa
atau sekitar 18,84% dari total penduduk sebanyak 6,9 juta jiwa.

Dominasi sektor industri pengolahan belum didukung oleh kegiatan ekonomi


lokal, laju pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan pemerataan semua
sektor. Sarana-prasarana infrastruktur yang ada juga masih serba-terbatas.
Tantangan dan kendala pembangunan ekonomi Sumsel masih kompleks. Oleh
sebab itulah diperlukan antisipasi serta strategi yang tepat dalam
mengembangkan perekomoniam Sumsel. Skala prioritas pembangunan ekonomi
Sumsel ke depan, harus tetap didasarkan pada potensi-potensi ekonomi yang
dimiliki, sebagaimana diuraikan di atas.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Mempertahankan dan mengoptimalisasikan Sumut sebagai Lumbung


Energi Nasional, merupakan prioritas utama provinsi ini dalam jangka waktu lima
tahun ke depan. Dilihat dari besarnya potensi sektor energi dan sumberdaya
mineral di Provinsi Sumut dalam kontribusinya pada pembangunan ekonomi,
maka sektor ini perlu dioptimalkan. Dalam konteks inilah tentu saja diperlukan
suatu strategi pembangunan yang tepat, agar eksistensi Sulsel sebagai Lumbung
Energi Nasional tidak sekedar jargon dan jangan sampai pula tidak terkelola
dengan baik.

Di sisi lain, Provinsi Sumsel juga memiliki potensi besar yang selaras dengan
upaya provinsi ini yang hendak menjadikan Sumsel sebagai Lumbung Pangan.
Program Lumbung Pangan merupakan serangkaian aktivitas terpadu di bidang
pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan kehutanan termasuk agroindustri dan pemasarannya dalam kerangka sistem

9
dan usaha agribisnis untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan investasi dan ekspor sektor pertanian, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.

Di sektor perkebunan, beberapa komoditi unggulan di sektor ini adalah


karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa. Karet (rubber) merupakan komoditi
unggulan, dimana total produksinya pada 2009 diperkirakan mencapai 800 ribu
ton atau 30% dari produksi karet secara nasional. Pengembangan sektor
perkebunan ini, telah menimbulkan efek positif terhadap penyerapan tenaga
kerja, yang setiap tahunnya mengalami kenaikan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Mengembangkan Sumsel sebagai Lumbung Energi Nasional dan lumbung


pangan tersebut, diperlukan investasi yang tidak sedikit. Oleh sebab itulah, seiring
dengan paradigma otonomi daerah, Pemda dan yang berwenang, harus mampu
menciptakan regulasi-regulasi ekonomi yang mampu menarik minat investor
untuk menanamkan modal di Provinsi Sumsel, serta menekan ekonomi biaya
tinggi.

Guna memperlancar arus investasi dan realisasinya, maka pembangunan


sarana prasarana atau infrastruktur harus ditingkatkan. Pembangunan
infrastruktur, bagaimanapun merupakan bagian integral dan sangat penting
dalam pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Pembangunan infrastruktur
dimaksudkan untuk memperlancar arus barang dan jasa, melalui kemudahan-
kemudahan akses atas transportasi baik darat, air dan udara, serta terbangunnya
sarana-prasarana telekomunikasi yang baik.

Dalam memperlancar proses dan aktivitas ekonomi, maka pembangunan


dan pengembangan Pelabuhan Tanjung Api Api menjadi signifikan. Pelabuhan
yang berdiri di area 600 Ha ini menghubungkan secara ekonomi Provinsi Sumut
dengan yang lain, dan berpotensi menjadi pelabuhan terbesar yang menyangga

10
proses distribusi produk-produk andalan Sumsel, baik produk-produk industri,
pertanian, dan manufaktur dalam skala besar.

Pergerakan dengan menggunakan transportasi laut saat ini dilayani oleh


Pelabuhan Boom Baru Palembang yang masih menyisakan beberapa kendala
seperti jarak yang relatif jauh ke Muara Sungai (Ambang Luar) menyebabkan
banyak waktu yang terbuang selama pelayaran dari dan ke Boom Baru. Alur
pelayaran yang menggunakan sungai Musi relatif sempit dan banyak tikungan
serta tingkat sedimentasi yang tinggi membutuhkan waktu dan kecepatan rendah
dan biaya pandu untuk kapal-kapal besar relatif tinggi, yang menghambat
optimalisasi pergerakan aktivitas ekonomi Sumsel. Karena itulah eksistensi
Pelabuhan Tanjung Api Api kelak menjadi sangat bermanfaat.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Pembangunan ekonomi nasional dan daerah, juga melibatkan peran


pemerintah dalam mengelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara
profesional. Menurut data yang ada, pada awal RPJMN 2004-2009, pemerintah
memiliki 158 BUMN yang bergerak dalam 37 sektor usaha terdiri dari 119 Persero,
12 Persero Terbuka (Tbk.), 13 Perusahaan Umum (Perum), dan 14 Perusahaan
Jawatan (Perjan), 19 patungan minoritas, dan 7 perusahaan holding. Dalam
konteks ini, ke depan diharapkan BUMN-BUMN tersebut semakin eksis dan
mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan ekonomi Sumsel
dan pembangunan nasional.

Selain BUMN, pembangunan ekonomi Sumsel juga melibatkan pelaku-


pelaku ekonomi swasta, khususnya yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil,
menengah (UMKM) serta koperasi. Sektor UMKM telah memberikan makna
penting bagi pergerakan ekonomi rakyat (masyarakat menengah ke bawah).
Sektor ini melibatkan banyak tenaga kerja dan menghidupi sebagian besar
masyarakat Sumsel.

11
Oleh sebab itulah, peran Pemda dalam mengembangkan perekonomian
harus ditingkatkan, dengan menciptakan iklim yang kondusif, disertai regulasi
yang memudahkan akses permodalan, bahan baku dan pemasaran. Tanpa
melawan prinsip ekonomi pasar yang berpihak pada pemodal besar, pemerintah
harus melakukan regulasi yang tepat berupa affirmative action kepada para
pelaku sektor UMKM dan koperasi agar mampu bersaing dan berkembang di
tengah-tengah kompetisi ekonomi pasar, yang bekerja dengan logika globalisasi.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Akhirnya, saya berharap pembangunan ekonomi Sumsel ke depan semakin


maju, seiring dengan perencanaan pembangunan yang baik, serta kemampuan
manajerial pemerintahan daerah yang mampu mengembangkan potensi-potensi
sumberdaya ekonomi yang ada di provinsi Sumsel, mitra-kerja yang baik dan
produktif dengan segenap investor dalam dan luar negeri, dan pada akhirnya
mampu melejitkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, yang berimbas pada
kesejahteraan masyarakat, dimana kesejahteraan tersebut, dalam konteks
pembangunan nasional kita terkait erat dengan penguatan demokrasi, dan
penegakan keadilan.

Semoga pembangunan ekonomi Sumsel dapat berjalan dengan baik, dan


menuai capaian-capaian yang signifikan. Sekian, mudah-mudahan orasi ini
mampu memberi inspirasi bagi kita semua, dalam rangka membangun Provinsi
Sulsel pada khususnya, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada umumnya.

Wallahul Muwafiq Illa Aqwamiththariq,

Wassalamu’alaikmum Wr. Wb.

Palembang, 23 Oktober 2009


KETUA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

H. MARZUKI ALIE

12

You might also like