Professional Documents
Culture Documents
2
i
S
2
Si
1
1 k
k
Keterangan :
= nilai koefisien reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Si
2
= mean kuadrat kesalahan
Si
2
= varians total
Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan dengan
tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dan N = 32 (Lihat
lampiran Tabel Nilai-nilai r Product Moment).
Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus
memenuhi persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (realiability).
Oleh karena itu, dalam penelitian instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data dari penelitian terlebih dahulu diujicobakan guna
menge-tahui kesahihan dan keterandalan instrumen tersebut. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Reliabilitas adalah indeks yang mampu menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan Sugiyono, yang mengatakan bahwa hasil penelitian
itu valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
67
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Distribusi Data
Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data
yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian
normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi
normal atau tidak. Asumsi normali-tas merupakan syarat penting pada
pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data residual dari
mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka kesimpulan dari uji
F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji dalam analisis regresi
diturunkan dari data yang berdistribusi normal.
Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada pe-nelitian ini
adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusannya jika
t
hitung
< t
tabel
maka data telah berasal dari data yang berdistribusi normal.
Untuk data yang banyak, data diasumsikan mendekati distribusi normal
dengan syarat data > 100.
b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah harus
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu pada data
harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedas-titas dilakukan
dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara variabel bebas
dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias keasalahan statistik
68
atau p-value > ( = 0,05) atau nonsignifikan, maka diputuskan tidak terjadi
situasi heteroskedastisitas.
c. Uji Asumsi Autokorelasi
Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan
menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal ini
dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.
Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini
adalah sebagai berikut.
1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.
2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi komputer).
3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL dan dU.
4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian membandingkannya
dengan nilai d pada daerah berikut.
1 dL dU 4-dL 4-dU 4
4 1,660 1,660 2,340 2,340 4
Autokorelasi
(+)
Tidak
meyakinkan
Tidak ada Autokorelasi
Tidak
meyakinkan
Autokorelasi
(-)
Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat
disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai d
berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh gambar di
atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan transformasi
melalui transformasi p = 1 d/2 (d= nilai Durbin-Watson). Untuk
69
menghindari data pertama yang hilang, maka data pertama
ditransformasikan melalui perkalian dengan (1-p2).
4. Uji Regresi Linier Sederhana
Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali
dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk
distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan
regresinya. Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian
asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut.
= a + bX + e
Keterangan:
Y : kinerja aparatur
X : gaya kepemimpinan kepala desa
a : konstanta
b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X
e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.
5. Pengujian Hipotesis
Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi
yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di
atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk
melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat
dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan
secara umum untuk populasi penelitian.
70
Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki
pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 , maka
digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai
berikut.
Hipotesis statistik yang daijukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
H
O
:
i
= 0 Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa
terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura Kecamatan
Madukara Kabupaten Karang Tumaritis.
H
A
:
i
0 Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala desa
terhadap kinerja aparatur Desa Amartapura Kecamatan
Madukara Kabupaten Karang Tumaritis.
Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai
berikut.
t
hitung
=
SE
atau t
hitung
= r
2
r - 1
2 - n
Keterangan:
= koefisien regresi
SE
2
=
...
=
p
=
0 Non Autokorelasi (Faktor
pengganggu periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor
pengganggu pada periode lain).
b) Ha :
1
=
2
=
...
=
p
0 Autokorelasi (Faktor pengganggu
periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada
periode lain).
2) Kriteria pegujian :
a) Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti
ada autokorelasi.
b) Jika dU < d-hitung < (4 dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi
autokorelasi.
c) Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka
tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.
89
Gambar 4.1
Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SPSS 18.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut.
Tabel 4.12
Model Summary
b
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,524
a
,275 ,218 6,43768 1,736
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
b. Dependent Variable: Kinerja Aparatur Desa
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin
Watson (d) sebesar 1,736. Untuk N=16 pada 2 variabel, Nilai dL
pada tabel adalah 1,10617 dan nilai dU adalah 1,37092. Dengan
menggunakan grafik di atas, dapat dihitung keberadaan DW
sebagai berikut.
- Nilai dL adalah 1,10617
- Nilai dU adalah 1,37092
90
- Nilai 4 dU adalah 2,62908
- Nilai 4 dL adalah 2,89383
Berdasarkan grafik yang dikemukakan di atas dapat
diketahui bahwa nilai DW = 1,736 berada di antara nilai dU dan 4-
dU atau 1,37092 < 1,736 < 2,62908 yang berarti nilai DW berada
pada daerah penerimaan H
O
. Artinya, pada penelitian ini tidak
terdapat autokorelasi.
2. Pembentukan Model Regresi Linier
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, teknik analisis data dengan
menggunakan Analisis Regresi Sederhana dengan model persamaan
sebagai berikut.
= a + bX + e
Keterangan:
Y : Kinerja Aparatur
X : Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
a : konstanta
b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X
e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.
Dengan menggunakan aplikasi PASW 18.0 for Windows diperoleh
taksiran regresi sebagai berikut.
91
Tabel 4.13
Coefficients
a
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model
B Std. Error Beta
t Sig.
(Constant) 44,885 10,515
4,269 ,001 1
Gaya Kepemimpinan
Kepala Desa
,239 ,278 ,224 2,861 ,004
a. Dependent Variable: Kinerja Aparatur Desa
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dibuat model regresi sebagai
berikut.
= 44,885 + 0,239X + e
Persamaan regresi yang terbentuk dapat diartikan sebagai berikut.
(1) Konstanta sebesar 44,885 mengandung arti jika Gaya Kepemimpinan
Kepala Desa (X) nilainya sama dengan 0, maka Kinerja Aparatur (Y)
nilainya sama dengan 44,885.
(2) Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Desa (X) memiliki koefisien
regresi positif. Hal ini berarti jika skor Gaya Kepemimpinan Kepala
Desa (X) naik sebesar satu satuan, maka Kinerja Aparatur (Y) akan
mengalami peningkatan sebesar nilai koefisien regresinya, yaitu
sebesar 0,239 kali atau sebesar 23,90 %.
(3) Nilai e dapat diabaikan karena telah dilakukan uji asumsi klasik yang
menyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal, tidak terdapat
heteroskedastisitas, serta tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian,
nilai e dinyatakan sama dengan 0.
92
3. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan apakah model regresi yang telah diperoleh di
atas dapat digunakan atau tidak, akan dilakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t.
Berdasarkan output pada tabel 4.13 dapat diketahui nilai t
hitung
untuk X adalah sebesar 2,861 sedangkan t
tabel
pada (tingkat kekeliruan)
0,05 dan db = 16 2 = 14 untuk pengujian satu sisi adalah 1,761. Kriteria
pengujian satu sisi adalah tolak Ho jika t
hitung
> t
tabel
.
Karena nilai t
hitung
(2,861) lebih besar daripada nilai t
tabel
(1,761)
pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 14, maka H
O
ditolak dan H
A
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
terhadap Kinerja Aparatur pada Desa Amartapura Kecamatan Madukara.
Besar pengaruh antar kedua variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.14
Model Summary
Change Statistics Model
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,524
a
,275 ,218 6,43768 ,275 ,741 1 14 ,404
a. Predictors: (Constant), Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
Tabel 4.14 di atas menunjukkan koefisien determinasi untuk
variabel Kinerja Aparatur pada Desa Amartapura Kecamatan Madukara (Y)
93
dan Gaya Kepemimpinan Kepala Desa (X) adalah 0,275. Nilai ini
mengandung makna bahwa sebesar 27,50 % Kinerja Aparatur pada Desa
Amartapura Kecamatan Madukara (Y) dipengaruhi oleh Gaya
Kepemimpinan Kepala Desa (X). Sedangkan sisanya sebesar 72,50 %
merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Kinerja Aparatur pada
Desa Amartapura Kecamatan Madukara Karang Tumaritis dipengaruhi oleh
Gaya Kepemimpinan Kepala Desa. Dengan kata lain, semakin baik Gaya
Kepemimpinan Kepala Desa dilakukan, maka akan semakin baik pula
Kinerja Aparatur pada Desa Amartapura Kecamatan Madukara Karang
Tumaritis. Sebaliknya, makin tidak baik Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
akan berakibat semakin tidak baiknya Kinerja Aparatur pada Desa
Amartapura Kecamatan Madukara Karang Tumaritis.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis atas data hasil penelitian, diperoleh
kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut.
1. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh positif terhadap Kinerja
Aparatur Desa Amartapura, Kecamatan Madukara, Kabupaten Karang
Tumaritis yang ditunjukkan dengan persamaan regresi = 44,885 +
0,239X + e serta pengujian hipotesis dengan uji t yang menunjukkan nilai
t
hitung
(2,861) lebih besar daripada nilai t
tabel
(1,761) pada tingkat
kekeliruan 5% dan db = 14 untuk penolakan atas H
O
, dan diterimanya H
A
.
2. Besar pengaruh ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar 0,275
yang mengandung makna sebanyak 27,50% Kinerha Aparatur Desa
Amartapura dipengaruhi oleh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis
memberikan saran pada Kepala Desa Amartapura Kecamatan Madukara
Karang Tumaritis beserta stafnya sebagai berikut.
1. Gaya kepemimpinan Kepala Desa Amartapura Kecamatan Madukara
Karang Tumaritis sudah dikatakan tinggi tetapi sebaiknya Kepala Desa
95
memberikan banyak lagi perhatian dan usahanya dalam mengembangkan
gaya kepemimpinan karena pada beberapa item pernyataan responden
masih mengatakan rendah. Dengan demikian, Kepala Desa harus
memberikan perhatian terhadap item-item pernyataan tersebut dengan cara
para atasan menyuruh bawahannya untuk memikirkan gagasan yang belum
pernah diragukan sebelumnya, memberikan perhatian pribadi kepada
bawahan ynag tampak ditolak atau karyawan yang sedang membutuhkan
perhatian, dan perlunya pemberian penghargaan kepada karyawan pada
waktu mencapai tujuan.
2. Kinerja Aparatur Desa terhadap tugasnya dinilai cukup tinggi, tetapi pada
pernyataan responden masih ada yang menyatakan rendah. Sehingga
perusahaan harus lebih meningkatkan ketidak puasan karyawan yang di
antaranya memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan pekerjaan,
memberikan status, mempertimbangkan kembali upah yang diberikan
perusahaan, dan kenyamanan kondisi kerja.
96
DAFTAR PUSTAKA
Alex, S. Niti Semito, Drs. 1992. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Alwi, Syafarudin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: UGM
Arikunto, Suharsimi, Dr., 1993. Prosedur Penelitian. Edisi kedua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asad, Moh. 1991. Psikologi Industri. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.
Bass, B.M. dan Avolio, B.J. 1990. Transformational Leadership Development.
Consulting Psychologists Press, Inc. Palo Alto California.
Dessler, Gary. 1998. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jilid 2. Terjemahan:
Binyamin Molan. Jakarta: PT.Prenhallindo.
Djatmiko, Hayati. 2003. Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Flippo B. Edwin. 1993. Manajemen Personalia. edisi keenam termahan Moh.
Asad. Jakarta: Erlangga
Gibson, Invancevich, dan Donnelly. 1997. Organizations, Behavior, Structure,
Processes. 9 Edition, Richard D. Irwin Inc, 1997.
Gibson, L. Ivancevich, M.. dan Donnelly.H.1985. Organisasi Perilaku Stuktur
Proses. Jilid satu. Edisi ke lima Terjemahan Djarkasih. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Gitosudarmo, Indriyo. dan Suddita, Nyoman. 2000. Perilaku Keorganisasian.
Yogyakarta: BPFE.
Greenberg, J., dan Baron, R.A. 1955. Behavior in Organization: Understanding
and Managing the Human Side of Work edisi 5, Prentice Hall International
Editions.
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
edisi 2, Yogyakarta: BPFE
Harist, Benyamin. 2005. Teori Organisasi 3. Jilid ketiga, Bandung: Insani Press.
Hasibuan, Malayu, Drs. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke
VIII. Jakarta: Haji Masagung.
Kenna, Mc, dan Beec Nic. 1995. Manajemen Sumberdaya Manusia. Terjemahan
Budi Santosa.Yogyakarta: Penerbit Andi
97
Lako, Andreas. 2004. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi, edisi satu,
Yogyakarta: Amara Books.
Manggkunegoro, Prabu, Anwar. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi.
Bandung: Renika Aditama.
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusai,
Bandung: Rosdakarya.
Robbins, P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I.Terjemahan Tim Indeks, PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan, ed.1, cetakan pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sagala, Syaiful. 2011. Memahami Organisasi pendidikan, Bandung:Alfabeta
Sevilla, G. Ochave, A. Phunsalan, G. Regala, P. Uriarte, G. 1993. Pengantar
Metodologi Penelitian,Terjemahan Allimudin Tuwu. Jakarta: Universitas
IndonesiaPress.
Siagian, Sondang, P. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia Jakarta: Bumi
Aksara.
Siegel Signey. 1990. Statistik Non Parametik untuk Ilmu Sosial. Jakarta:
Gramedia.
Stoner, A.F. James dan Freemand, Edward. R, 1994. Manajement. Singapore:
Simon dan Schuster.
Sugiono. 2003. Metode Penelitian Bisnis, Cet. 5, Bandung: CV Alfabeta
Sutanto, AB. 1997. Budaya Perusahaan Manajemen dan Persaingan Bisnis.
Jakarta: Elexmedia Komputindo.
Thoha, Miftah. 2003. Prilaku Organisasional, ed.1, cetakan empat belas. Jakarta:
Raja Grapindo Persada.
Vandenberg, R.J., dan Lance, C.E. 1992. Examining the causal Order of Job
Satisfaction and Organizational Commitment. Journal of Manajement, Vol
. 18, 153-167.
Wexley, Kenneth, N. dan Yuki, Gary, A. 2005. Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia.Terjemahan Moch Shabarudin. Jakarta: Rineka Cipta.
Zainun, Buchari. 1989. Manajemen dan Motivasi. Edisi Revisi Jakarta: Balai
Pustaka.
98
Kuesioner Penelitian
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP
KINERJA APARATUR DESA CIAMARTAPURA KECAMATAN
MADUKARA
Dalam rangka meneliti pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
terhadap Kinerja Aparatur Desa CiAmartapura Kecamatan Madukara, berikut ini
kami sampaikan sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang kami anggap relevan
untuk hal tersebut. Untuk itu, kami memohon bantuan Bapak/Ibu untuk dapat
mengisi kuesioner ini.
Kami sangat berharap Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini sesuai
dengan yang diketahui dan dialami sendiri oleh Bapak/Ibu, sehingga data yang
kami peroleh memiliki validitas yang dapat dipertanggung-jawabkan.
1. PETUNJUK PENGISIAN
a. Sangat diharapkan Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan pada
kuesioner ini dengan jujur dan sesuai dengan yang diketahui dan dialami
sendiri oleh Bapak/Ibu sebenarnya.
b. Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada angka yang terdapat
pada kolom pilihan jawaban sesuai dengan pernyataan yang dikemuka-
kan.
c. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak berpengaruh apa pun terhadap
kedudukan Bapak/Ibu sebagai pegawai Desa CiAmartapura Kecamatan
Madukara.
d. Bapak/Ibu dapat memilih salah satu alternatif jawaban sebagai yang
disediakan pada masing-masing item angket.
2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Umur : ....................... tahun
b. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *) Coret yang tidak perlu
c. Pendidikan : ..........................................................................
99
Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom alternatif jawaban
dengan ketentuan pilihlah:
- SS jika Bapak/Ibu Sangat Setuju atas isi pernyataan yang diberikan.
- S jika Bapak/Ibu Setuju atas isi pernyataan yang diberikan.
- R jika Bapak/Ibu Ragu-ragu atas isi pernyataan yang diberikan.
- KS jika Bapak/Ibu Kurang Setuju atas isi pernyataan yang diberikan.
- STS jika Bapak/Ibu Sangat Tidak Setuju atas isi pernyataan yang diberikan
Alternatif Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan
SS S R KS STS
Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
1. Kepala Desa memiliki sikap terbuka terhadap
seluruh aparatur Desa.
2. Kepala Desa memiliki sikap ramah dan mudah
bergaul dengan masyarakat.
3. Kepala Desa memiliki visi membangun desa
yang jelas dan terperinci.
4. Visi dan misi kepala desa mudah dimengerti
dan dipahami.
5. Kepala desa memiliki kemampuan manajerial
yang baik dalam mengatur pemerintahan di
tingkat desa.
6. Kepala desa selalu memberikan motivasi
kepada seluruh aparat desa
7. Secara berkala (sekali seminggu) kepala desa
memberikan arahan kepada aparat desa dalam
menangani pekerjaan.
8. Kepala desa selalu menekankan kepada
stabilitas kinerja kepada seluruh aparat desa.
9. Kepala desa melakukan evaluasi setiap hasil
100
Alternatif Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan
SS S R KS STS
kerja secara berkala.
10. Kepala desa memberikan solusi atas masalah-
masalah yang sulit ditangani aparat desa.
Kinerja Aparatur
11. Seluruh aparat desa selalu menyelesaikan
target pencapaian kinerja.
12. Kinerja yang dilakukan oleh aparat desa
mengarah kepada kuantitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
13. Aparat desa mampu menyelesaikan pekerjaan
beragam dalam satu periode tertentu.
14. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
harus memiliki kualitas yang baik.
15. Aparat desa sangat menjaga agar tidak
melakukan kesalahan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
16. Aparat desa memberikan perhatian yang baik
terhadap masyarakat dalam memberikan
pelayanan.
17. Pelayanan yang diberikan dilakukan secara
sungguh-sungguh dan sampai tuntas.
18. Pekerjaan yang dilakukan oleh aparat desa
mengacu kepada peraturan yang berlaku.
19. Aparat desa tdak melayani permintaan
masyarakat yang ingin dilayani tetapi tidak
sesuai dengan aturan perundang-undangan.
20. Aparat selalu mendahulukan orang yang lebih
dahulu datang dalam memberikan pelayanan.