You are on page 1of 246

PERATURAN DAERAH PROVINSI J AWA TENGAH

NOMOR TAHUN 2009



TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN J ANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI J AWA TENGAH TAHUN 2008-2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR J AWA TENGAH,

Menimbang :
a. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah
sesuai dengan visi, misi Gubernur, perlu disusun
Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah
kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai-
mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu menyu-
sun Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah
Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 yang merupa-
kan perwujudan visi, misi dan Program Gubernur yang
memuat kebijakan penyelenggaraan Pembangunan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
J angka Menengah Daerah Tahun 2008-2013;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Provinsi J awa Tengah;



2
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pem-
bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lem-
baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Ren-
cana Pembangunan J angka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 (Lembaran Negara Republik I ndonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4700);


3
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);


10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyeleng-
garaan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia
Nomor 4593);


11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dae-
rah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertang-
gungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan


4
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masya-
rakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4693);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);


16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negera Republik I ndonesia
Nomor 4697);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4698);

18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan J angka Menengah Nasional
Tahun 2005 2009;

19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan Dan Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan;

20. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi
J awa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi J awa
Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1);

21. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 1
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah


5
(Lembaran Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun 2008
Nomor 1 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 7);

22. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 3
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan J angka
Panjang Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun 2005
2025 (Lembaran Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun
2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 9);

23. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah
Provinsi J awa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi
J awa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi J awa Tengah
Nomor 10);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI J AWA TENGAH

dan

GUBERNUR J AWA TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEM-
BANGUNAN J ANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI
J AWA TENGAH TAHUN 2008-2013.


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi J awa Tengah.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.


6
3. Gubernur adalah Gubernur J awa Tengah.
4. Rencana Pembangunan J angka Panjang Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJ PD adalah Rencana Pembangunan J angka Panjang
Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun 2005-2025.
5. Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJ MD adalah Rencana Pembangunan J angka Menengah
Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013.
6. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi J awa Tengah
yang disusun setiap tahun sekali.



BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN J ANGKA MENENGAH DAERAH

Pasal 2

RPJ MD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai dengan
tahun 2013 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD).

Pasal 3

Sistematika RPJ MD disusun sebagai berikut :
a. BAB I : Pendahuluan;
b. BAB II : Kondisi Umum;
c. BAB III : Prioritas Pembangunan Daerah Rencana J angka Panjang;
d. BAB IV : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;
e. BAB V : Indikator Makro dan Pentahapan Pembangunan;
f. BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;
g. BAB VII : Program Pembangunan Daerah;
h. BAB VIII : Penutup.


Pasal 4

RPJ MD berikut matriknya sebagaimana tercantum dalam Lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.



7
Pasal 5

RPJ MD mempedomani Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
RPJ PD dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan J angka Menengah Nasional Tahun 2005
2009.

Pasal 6

Penyusunan RPJ MD menjadi pedoman bagi :

a. Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis
dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah
dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu
2008 2013.
b. Penyusunan Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah Kabupa-
ten/Kota di J awa Tengah.

Pasal 7

RPJ MD wajib dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan di Daerah.

BAB III
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 8

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka RPJ MD menjadi
pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan Tahun 2013,
dan dapat diberlakukan sebagai RPJ MD transisi sebagai pedoman
penyusunan RKPD Tahun 2014 sebelum tersusunnya RPJ MD Tahun 2013
2018 yang memuat visi dan misi Gubernur terpilih.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
menyangkut pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.



8
Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi J awa Tengah.

Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 17 Februari 2009

GUBERNUR J AWA TENGAH,



BIBIT WALUYO
Diundangkan di Semarang
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
J AWA TENGAH,



HADI PRABOWO


LEMBARAN DAERAH PROVINSI J AWA TENGAH TAHUN 2009


9
PENJ ELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI J AWA TENGAH

NOMOR TAHUN 2008

TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN J ANGKA MENENGAH DAERAH
PROVINSI J AWA TENGAH TAHUN 2008-2013



I. UMUM.
Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan
visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu disusun Rencana Pembangunan
J angka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang.

Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah (RPJ MD)
Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program Gubernur yang penyusunannya berpedoman pada
RPJ P Daerah dan memperhatikan RPJ M-Nasional, memuat arah dan
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.

Penyusunan Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah
(RPJ M-D) Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 dilakukan secara
partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pembangunan, serta mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
udangan yang berlaku.

Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah (RPJ MD)
Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013, akan digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi J awa Tengah pada setiap tahun anggaran. Selain itu juga


10
dijadikan acuan bagi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota di J awa Tengah.



Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
J angka Menengah Daerah (RPJ MD) Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-
2013.

II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Dokumen RPJ MD Tahun 2008-2013 ini dapat diberlakukan
sebagai Dokumen RPJ MD Transisi untuk pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun
2014 sebelum RPJ MD Tahun 2013-2018 disusun dan ditetapkan
menjadi Peraturan Daerah.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.


11
Pasal 10
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI J AWA TENGAH NOMOR
ii
DAFTAR ISI


BUKU I
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN J ANGKA
MENENGAH DAERAH .............................................................................................. i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................... 2
C. Landasan Hukum ...................................................................................... 3
D. Hubungan RPJ MD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya .......................... 5
E. Sistimatika ............................................................................................... 6

BUKU II
BAB II KONDISI UMUM ............................................................................................. 7
A. Kondisi Kewilayahan .................................................................................. 7
B. Kondisi Perekonomian ................................................................................ 8
C. Capaian Hasil Pembangunan J awa Tengah ................................................ 13
D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan ......................................... 17
E. Analisis Lingkungan Strategis .................................................................... 63
BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA J ANGKA PANJ ANG ................. 73
BAB IV VISI, MISI, TUJ UAN DAN SASARAN.. ............................................................ 80
A. Visi ......................................................................................................... 80
B. Misi ........................................................................................................ 80
C. Tujuan.................................................................................................... 81
D. Strategi ................................................................................................. 82
E. Sasaran ................................................................................................. 83
BAB V INDIKATOR MAKRO DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN ................................. 87
A. Target Agregatif Pembangunan J awa Tengah 2008-2013 ............................ 87
B. Pentahapan Pembangunan ....................................................................... 90
BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ............................................................. 95
A. Pengelolaan Keuangan Daerah ................................................................. 95
B. Penerimaan Daerah ................................................................................. 97
C. Belanja Daerah........................................................................................ 99
D. Pembiayaan Daerah .............................................................................. 101
E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah .................................................... 103
BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ......................................................... 104
A. Kewenangan Urusan Wajib ..................................................................... 104
B. Kewenangan Urusan Pilihan ................................................................... 207
C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ....................... 231
D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan ................................................ 232
BAB VIII PENUTUP .............................................................................................. 233

BUKU III
MATRIK PERINCIAN PERMASALAHAN, PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR CAPAIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk memanfaatkan potensi yang
layak, memecahkan permasalahan yang dihadapi serta memenuhi kebutuhan dan
keinginan masyarakat menuju keadaan atau kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik. Potensi, permasalahan serta kebutuhan masyarakat J awa Tengah tidak dapat
dimanfaatkan, dipecahkan serta dipenuhi dalam jangka pendek. Demikian pula
sumber daya yang tersedia untuk pembangunan selalu terbatas bila dibandingkan
dengan kebutuhan. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan
jangka menengah sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembangunan tahunan yang
saling berkaitan dan berkesinambungan.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah
Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu
kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan
daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan J angka Panjang Daerah (RPJ PD)
untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah
(RPJ MD) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun.

Terkait dengan amanat tersebut Pemerintah Propinsi J awa Tengah menyusun RPJ PD
tahun 2005 - 2025, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun
2008. Selanjutnya RPJ PD tersebut akan menjadi pedoman dalam penyusunan
RPJ MD. RPJ MD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah
yang penyusunannya berpedoman pada RPJ PD dan memperhatikan RPJ M Nasional,
memuat arah dan kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Bersifat indikatif yang
2
dimaksudkan adalah bahwa informasi, baik sumberdaya yang diperlukan maupun
keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen RPJ MD hanya merupakan
indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku. Ketentuan ini termuat dalam
pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional jo pasal 150 ayat (3) huruf c Undang-Undang No. 32 tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 19 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 ayat (2) mengatur bahwa RPJ MD
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
kepala daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c
Undang Undang No. 32 Tahun 2004 diatur bahwa RPJ MD ditetapkan dengan
Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang
Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa RPJ MD
ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam
Negeri, dan jangka waktu penetapannya paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah
dilantik.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, dan dengan telah ditetapkannya hasil
Pilkada Propinsi J awa Tengah tanggal 22 J uni 2008, serta telah dilantiknya Pasangan
Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 - 2013 pada tanggal 23 Agustus 2008,
maka disusunlah RPJ MD Provinsi J awa Tengah 2008-2013. RPJ MD ini akan menjadi
pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan sebagai
acuan bagi seluruh stakeholder di Provinsi J awa Tengah dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2008 2013. RPJ MD Propinsi J awa
Tengah 2008 - 2013 ini selain menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah
terpilih juga menjabarkan program gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

B. Tujuan
RPJ MD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun 2008 sampai tahun 2013, ditetapkan dengan tujuan
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku
pembangunan daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang integral dengan tujuan
3
nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang telah
disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen
pelaku pembangunan akan menjadi lebih efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan,
dan saling melengkapi satu dengan lainnya, dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Tujuan berikutnya adalah untuk memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang
memuat strategi, arah kebijakan, program kegiatan dan prakiraan maju pendanaan.

C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi J awa
Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam lingkungan Provinsi J awa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kota Besar dalam lingkungan Propinsi J awa Timur, J awa Tengah, J awa Barat, dan
Daerah Istimewa Yogyakarta;
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Kabupaten Batang;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
6. Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi J awa
Tengah;
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam lingkungan Provinsi J awa Tengah;
9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kota Besar dalam lingkungan Propinsi J awa Timur, J awa Tengah, J awa Barat, dan
Daerah Istimewa Yogyakarta;
10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Kabupaten Batang;
11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
12. Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
13. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Sistem Pertahanan Negara;
14. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
4
17. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah;
19. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang J alan
20. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem J aminan Sosial Nasional
21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan J angka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
22. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Panas Bumi;
23. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
24. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
25. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
26. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
27. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Mineral dan Batubara;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Dati II Pekalongan, Kabupaten Dati II Pekalongan dan Kabupaten Dati
II Batang;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
5
35. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;
38. Prakarsa Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;
39. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana J angka Panjang
Menengah Nasional Tahun 2005 2009;
40. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana
Strategis Propinsi J awa Tengah Tahun 2003-2008;
41. Peraturan Daerah Propinsi J awa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi J awa Tengah;
42. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Provinsi J awa Tengah;
43. Peraturan Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan J angka Panjang Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun 2005 2025;
44. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;
45. Peraturan Gubernur J awa Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program Indikatif
Provinsi J awa Tengah Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Gubernur No. 30 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur J awa
Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program Indikatif Provinsi J awa Tengah
Tahun 2009;
46. Peraturan Gubernur J awa Tengah No. 88 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi
Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) Provinsi J awa Tengah.

D. Hubungan RPJ MD Provinsi J awa Tengah Dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
RPJ MD Provinsi J awa Tengah merupakan satu sub sistem dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
6
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, RPJ MD Provinsi
J awa Tengah Tahun 2008 - 2013 disusun mengacu pada RPJ P Nasional Tahun
2005 - 2025 dan RPJ M Nasional Tahun 2004 - 2009. Dalam rangka menjaga
kesinambungan pembangunan Provinsi J awa Tengah, RPJ MD Provinsi J awa Tengah
Tahun 2008-2013 juga mengacu pada RPJ PD Provinsi J awa Tengah
Tahun 2005 - 2025.

Agar dalam pelaksanaan pembangunan di J awa Tengah Tahun 2008-2013 tidak
bertentangan dengan pemanfaatan ruang, maka dalam menyusun RPJ MD Provinsi
J awa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi J awa Tengah.

Untuk menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan masing-masing urusan/sektor,
penyusunan RPJ MD Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan
dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada, antara lain Rencana Aksi Daerah
Pengurangan Resiko Bencana (RAD-PRB), Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD),
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), Rencana Induk Pemberdayaan
Perempuan (RIPP), dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata.

RPJ MD ini akan menjadi dasar dalam penyusunan RKPD tahunan dan Renstra SKPD.
RPJ MD Provinsi J awa Tengah Tahun 2008 - 2013 juga menjadi acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menyusun RPJ MD kabupaten/kota.

E. Sistematika
RPJ MD Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 disusun dengan sistematika sebagai
berikut.
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Kondisi Umum;
BAB III : Prioritas Pembangunan Daerah Rencana J angka Panjang;
BAB IV : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;
BAB V : Indikator Makro dan Pentahapan Pembangunan;
BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;
BAB VII : Program Pembangunan Daerah;
BAB VIII : Penutup.



7
BAB II
KONDISI UMUM


A. Kondisi Kewilayahan
Provinsi J awa Tengah terletak pada 540' dan 830' dan 11130' Bujur Timur, selain
daratan J awa Tengah juga memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 791,76
km yang terdiri dari pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang
289,07 km. Secara adminstratif Provinsi J awa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten
dan 6 kota dan terdiri dari 568 kecamatan yang meliputi 8.573 desa/kelurahan. Luas
wilayah Provinsi J awa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar
25,04 persen dari luas Pulau J awa (1,70 persen dari luas Indonesia), terdiri dari 992
ribu hektar (30,50 persen) lahan sawah, dan 2,26 juta hektar (69,5 persen) lahan
bukan sawah.

Secara umum kondisi suhu udara berkisar antara 24,4 C dan 28,5 C. Tempat-tempat
yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif
tinggi. Kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen sampai 86 persen. Curah
hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen sebesar 3.068 mm, dan hari hujan
terbanyak tercatat di Kabupaten Cilacap sebesar 179 hari.

Provinsi J awa Tengah merupakan salah satu Provinsi berkepadatan penduduk sangat
tinggi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 mencapai 32.380.279 jiwa, dengan
rata-rata kepadatan penduduk sebesar 989 jiwa setiap kilometer persegi. J umlah
tersebut menempatkan Provinsi J awa Tengah sebagai Provinsi ketiga dengan penduduk
terbanyak setelah J awa Timur dan J awa Barat. Secara proporsional jumlah penduduk
terbesar adalah penduduk usia produktif atau kelompok umur angkatan kerja (15-64
tahun), dengan demikian dapat dipastikan bahwa jumlah pencari kerja, angka
pengangguran dan kebutuhan fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan pendidikan
dan latihan kerja juga cukup tinggi. Apabila dilihat dari jenis pekerjaan penduduk,
jumlah pekerja pada lapangan usaha di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan
perikanan menempati proporsi tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain,
yaitu sebesar 6.147.989 orang pada tahun 2007.



8
Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumberdaya manusia yang sangat
dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Angkatan kerja
pada tahun 2007 sebanyak 17.664.277 jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja yang
bekerja 16.304.058 jiwa. Dengan demikian terdapat penganguran terbuka 1.360.219
jiwa atau 7,70 % dari jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka tersebut
secara proporsional lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 8,02%.
Persentase tingkat pengangguran terbuka di J awa Tengah tersebut masih di bawah
angka nasional yang tercatat sebesar 9,75%.

B. Kondisi Perekonomian
Total Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) J awa Tengah atas dasar harga berlaku
pada tahun 2007 sebesar Rp 312.428.807.090.000,-. J umlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 281.996.709.110.000,-. PDRB tahun 2007
menurut harga konstan 2000 sebesar Rp. 159.110.253.770.000,-, jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 150.682.654.740.000,-. PDRB J awa Tengah
baik menurut harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000 dirinci menurut sektor
terlihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.

Tabel 2.1
Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Berlaku
di J awa Tengah Tahun 2002-2006 (juta Rupiah)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006
1. Pertanian 33.668.128,27 33.813.526,67 38.492.121,60 44.806.485,33 57.364.981,87
2. Pertambangan dan
Penggalian
1.407.809,14 1.668.788,52 1.855.129,61 2.276.913,64 2.869.481,96
3. Industri Pengolahan 48.176.165,61 56.032.110,15 63.136.583,39 79.037.442,65 92.646.434,52
4. Listrik, Gas dan Air
Minum
1.544.504.66 2.009.245,97 2.361.913,35 2.815.653,83 3.153.227,05
5. Bangunan 7.393.911,77 8.891.130,37 10.899.131,66 13.517.731,95 15.962.321,08
6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
31.830.470,70 35.660.587,41 38.870.547,20 46.694.123,55 55.362.794,99
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
7.924.190,39 9.899.168,22 10.959.329,41 13.852.018,07 16.801.494,45
8. Keuangan, Persewaan
dan J asa Perusahaan
5.767.937,39 6.448.270,23 7.212.976,80 8.339.491,61 9.592.396.,78
9. J asa-jasa 14.255.707,94 17.459.049,51 19.647.530,03 23.095.462,68 28.243.576,41
PRDB Total 151.968.825,74 171.881.877,04 193.435.263,05 234.435.323,31 281.996.709,11
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2007)



9
Tabel 2.2
Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di J awa Tengah
Tahun 2002-2006

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006
1. Pertanian 27.725.086,08 27.157.595,62 28.606.237,28 29.924.642.25 31.002.199,11
2. Pertambangan dan
Penggalian
1.227.651,53 1.295.356,44 1.330.759,58 1.454.230,59 1.678.299,61
3. Industri Pengolahan 39.193.652,64 41.347.172,12 43.995.611,83 46.105.706,52 48.189.134,86
4. Listrik, Gas dan Air
Minum
975.868,80 980.306,54 1.065.114,58 1.179.891,98 1.256.430,34
5. Bangunan 6.116.817,45 6.907.250,46 7.448.715,40 7.960.948,49 8.446.566,35
6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
26.289.742,59 27.666.472,01 28.343.045,34 30.056.962,75 31.816.441,85
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
5.872.915,88 6.219.922,79 6.510.447,43 6.988.425,43 7.451.506,22
8. Keuangan, Persewaan
dan J asa Perusahaan
4.524.128,37 4.650.861,38 4.826.541,38 5.067.665,70 5.339.608,70
9. J asa-jasa 11.112.677,79 12.941.524,67 13.663.399,59 14.312.739,85 15.442.467,70
PRDB Total 123.036.541,13 129.166.462,45 135.789.872,31 143.051.213,88 150.682.654,74
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2007)

PDRB per kapita pada tahun 2006 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 8.763.722,89,
sedangkan menurut harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 4.682.824,26. J umlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2005. PDRB per kapita pada tahun 2005 berdasarkan
harga berlaku sebesar Rp 7.349.965,06, sedangkan berdasarkan harga konstan 2000
PDRB per kapita sebesar Rp 4.484.910,42. Perkembangan PDRB per kapita selama lima
tahun terakhir tercantum pada tabel 2.3.

Tabel 2.3
Produk Domestik Regional Brutto Perkapita
di J awa Tengah Tahun 2002-2006

No Tahun
PDRB Perkapita ADH Berlaku PDRB Perkapita ADH konstan
2000
1. 2002 4.795.199,68 3.882.338,17
2. 2003 5.362.453,91 4.029.797,75
3. 2004 5.970.697,59 4.191.377,78
4. 2005 7.123.777,44 4.346.891,91
5. 2006 8.763.722,89 4.682.824,26
6. 2007 9.648.737,34 4.913.801,20
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2007)

Pertumbuhan ekonomi J awa Tengah dalam lima tahun terakhir menunjukkan
pertumbuhan yang positif, yang ditandai dengan meningkatnya kontribusi sektor-sektor
ekonomi terhadap PDRB. Meskipun ada sektor yang mengalami penurunan, namun
secara umum sektor-sektor pendukung utama perekonomian J awa Tengah
menunjukkan peningkatan hal ini dapat dilihat pada tabel 2.4



10
Tabel 2.4
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000
di J awa Tengah Tahun 2002-2006 (%)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006
1. Pertanian 4,95 -2,05 5,33 4,61 3,60
2. Pertambangan dan Penggalian 3,13 5,51 2,73 9,28 15,41
3. Industri Pengolahan 5,46 5,49 6,41 4,80 4,52
4. Listrik, Gas dan Air Minum 11,83 0,45 8,65 10,78 6,49
5. Bangunan 10,56 12,92 7,84 6,88 6,10
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,85 5,24 2,45 6,05 5,85
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,30 5,91 4,67 7,34 6,3
8. Keuangan, Persewaan dan J asa
Perusahaan
2,35 2,80 3,78 5,00 6,55
9. J asa-jasa -6,05 16,46 5,58 4,75 7,89
PRDB Total 3,55 4,98 5,13 5,35 5,33
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2007)

Dalam kurun 5 tahun terakhir (20022006), sektor industri pengolahan masih
merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Provinsi J awa Tengah. Hal ini
ditandai oleh besarnya sumbangan sektor ini terhadap total PRDB J awa Tengah pada
tahun 2006 yaitu di atas 30 persen, tertinggi dibanding dengan sektor lain. Sektor
lain yang memberikan sumbangan cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor pertanian, yaitu masing-masing sebesar 21,11 dan 20,57%
terhadap PDRB. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air minum memberikan
sumbangan terkecil yakni hanya sebesar 0,83%. Perkembangan kontribusi sektor-
sektor perekonomian terhadap PDRB Provinsi J awa Tengah dari tahun 2002 sampai
tahun 2006 tercantum pada tabel 2.5.

Tabel 2.5
Distribusi Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000
di J awa Tengah Tahun 2002-2006 (%)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006
1. Pertanian 22,53 21,03 21,07 20,92 20,57
2. Pertambangan dan Penggalian 1,00 1,00 0,98 1,02 1,11
3. Industri Pengolahan 31,85 32,01 32,40 32,23 31,98
4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,79 0,76 0,78 0,82 0,83
5. Bangunan 4,97 5,35 5,49 5,57 5,61
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,37 21,42 20,87 21,01 21,11
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,77 4,82 4,79 4,89 4,95
8. Keuangan, Persewaan dan J asa
Perusahaan
3,68 3,60 3,55 3,54 3,58
9. J asa-jasa 9,03 10,02 10,06 10,01 10,25
PRDB Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2007)



11
Sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi J awa Tengah.
Sektor industri dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : industri besar, industri
sedang, industri kecil, industri rumah tangga. J umlah perusahaan industri besar dan
sedang di J awa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.476 unit perusahaan
yang menyerap 555.230 tenaga kerja.

Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi yang
ditanamkan di J awa Tengah. Realisasi investasi selama kurun waktu tahun 2003 - 2006
berfluktuatif. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 2006
berdasarkan Surat Persetujuan Tetap (SPT) yang telah disetujui sebesar Rp 4,558
triliun, dan tenaga kerja yang akan diserap sebanyak lebih dari 18 ribu orang.
Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan SPT yang
dikeluarkan adalah sebesar 579,231 juta dolar Amerika. Investasi PMA tersebut
diharapkan akan menyerap tenaga kerja sebesar kurang lebih 8 ribu orang.

Memasuki tahun 2007, perekonomian J awa Tengah telah berhasil melewati berbagai
tekanan berat akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi
dua kali sejak tahun 2005. Dampak kenaikan BBM tersebut secara bertahap dapat
diatasi dengan baik, sehingga secara umum kondisi perekonomian J awa Tengah
menunjukan arah yang semakin baik pula.

Perkembangan harga-harga menunjukan arah yang makin stabil. Hal ini tercermin dari
laju inflasi J awa Tengah yang pada tahun 2007 dapat bertahan pada level satu digit
(6,24%), sedangkan pada tahun 2006 sebesar 6,50%. Angka tersebut relatif rendah,
mengingat pada beberapa bulan terakhir harga minyak goreng sempat naik, sebagai
dampak kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar internasional yang cukup tinggi.
Tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali tersebut mengindikasikan bahwa
berbagai kebutuhan bahan pokok masyarakat seperti BBM, beras, gula, minyak dan
yang lainnya terjaga pasokan dan distribusinya selama tahun 2007.

Seiring dengan perkembangan harga-harga yang makin stabil, pertumbuhan ekonomi
J awa Tengah juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB
tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi J awa Tengah mencapai 5,59%. Angka tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan 2006, yang sebesar 5,33%.



12
Dari sisi produksi, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif dan relatif
tinggi, antara lain sektor pertanian meningkat 2,78%; sektor pertambangan dan
penggalian 6,23%; bangunan/konstruksi 7,21%; sektor perdagangan, hotel dan
restoran 6,54%; pengangkutan dan komunikasi 8,07%. Sementara itu sektor industri
pengolahan tumbuh 5,56%, bank dan lembaga keuangan 6,81% dan jasa-jasa 6,71%.
Ditinjau dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi J awa Tengah antara lain
digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar 5,13%, mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 4,80%. Hal ini menunjukkan daya beli
masyarakat pada tahun 2007 telah meningkat dibandingkan tahun 2006 yang sempat
mengalami penurunan, sebagai dampak kenaikan BBM pada akhir tahun 2005.
Sementara itu, konsumsi pemerintah pada tahun 2007 tumbuh sebesar 12,26% dan
pembentukan modal tetap bruto 5,67%. Pada tahun 2006 konsumsi pemerintah
tumbuh sebesar 12,51% dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 12,90%.

Indikator-indikator ekonomi makro J awa Tengah tahun 2007 yang meliputi PDRB,
PDRB perkapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB), Investasi, Ekspor dan Impor, terinci pada tabel 2.6. Indikator-indikator
tersebut menunjukkan adanya perkembangan positif ekonomi makro Provinsi J awa
Tengah. Meskipun demikian, perlu diwaspadai adanya penurunan realisasi investasi
baik PMDN maupun PMA yang dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Tabel 2.6
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro J awa Tengah
Tahun 2006 dan 2007

No Indikator Tahun 2006 Tahun 2007
1. PDRB :
Atas dasar harga berlaku (Milyar Rupiah)
Atas dasar harga konstan 2000 (Milyar Rupiah)

281.996,71
150.682,65

312.428,81
159.110,25
2 PDRB/kapita
Atas harga berlaku (J uta Rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (J uta Rp.)

8,78
4,69

9,65
4,91
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,33 5,59
4. Inflasi (%) 6,50 6,24
5. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB)
(Trilyun Rp)
48,52 55,16
6. Perkembangan Persetujuan Investasi :
a. PMDN (Milyar Rupiah)
b. PMA (J uta US $)

3.820,00
142,39

1.190,00
317,17
7. Perkembangan Realisasi Investasi :
a. PMDN (Milyar Rupiah)
b. PMA (J uta US $)

5.070,31
385,79

348,93
106,63
8. Ekspor (US $ milyar) 3,11 2,64
9. Impor (US $ milyar) 6,27 5,27
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2007) dan BPM Provinsi J awa Tengah (2008)


13
Pertumbuhan sektor PDRB di J awa Tengah tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada
tabel 2.7. Tabel ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap sektor mengalami
pertumbuhan positif kecuali pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan
jasa-jasa.

Tabel 2.7
Pertumbuhan Sektor PDRB J awa Tengah Tahun 2006-2007
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (persen)

No Sektor
Pertumbuhan
2006 2007
1 Pertanian 3,60 2,78
2 Pertambangan dan Penggalian 15,41 6,23
3 Industri Pengolahan 4,52 5,56
4 Listrik, Gas dan Air Minum 6,49 6,72
5 Bangunan 6,10 7,21
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,85 6,54
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,63 8,07
8. Keuangan, Persewaan & J asa Perusahaan 6,55 6,81
9. J asa-jasa 7,89 6,71
Pertumbuhan ekonomi seluruh sektor 5,33 5,59
Sumber: BPS Provinsi J awa Tengah (2008)

C. Capaian Hasil Pembangunan J awa Tengah
Capaian hasil pembangunan Propinsi J awa Tengah sejak tahun 2003 sampai dengan
tahun 2007 dapat digambarkan dalam beberapa indikator agregat, meliputi IPM
(Indeks Pembangunan Manusia), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG), Indeks Gini, Indeks Williamson, Nilai Tukar Petani (NTP),
Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat inflasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembanguan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. IPM ini dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan empat
komponen yaitu capaian umur panjang dan sehat (Usia Harapan Hidup - UHH); angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta kemampuan daya beli terhadap
kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai
pendekatan pendapatan.

IPM Propinsi J awa Tengah pada tahun 2006 sebesar 70,3 mengalami kenaikan yang
cukup berarti jika dibandingkan tahun sebelumnya (2005) sebesar 69,8. Capaian IPM
pada tahun 2006 ini berhasil memperbaiki peringkat dari 16 ke 15 (dari 33 provinsi).
IPM yang berhasil dicapai oleh J awa Tengah pada tahun 2006 tersebut sama dengan


14
J awa Barat (70,3) dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan J awa Timur 69,2 namun
lebih rendah jika dibandingkan dengan DIY yaitu sebesar 73,7 (peringkat 4).

J ika dilihat dari komponen pembentuknya indeks masing-masing komponen yang
dicapai pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : AHH sebesar 70,8 tahun ; rata-rata
lama sekolah 6,8 tahun; angka melek huruf 88,2 % dan pengeluaran per kapita
Rp. 621.700,00.
Tabel 2.8
Capaian IPM Propinsi J awa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun
UHH
(Tahun)
Rata-rata
Lama
Sekolah
(Tahun)
Angka Melek
Huruf (%)
Pengeluaran
Riil/Kapita (Rp)

IPM
1 2003 67,3 6,4 tad tad 66,3
2 2004 69,7 6,5 86,7 618.700 68,9
3 2005 70,6 6,6 87,4 621.400 69,8
4 2006 70,8 6,8 88,2 621.700 70,3
5 2007 71,1 6,8 92,3 622.800 71,2
Sumber: BPS Provinsi J awa Tengah

Tolok ukur untuk melihat keberhasilan peningkatan kesetaraan laki-laki perempuan
adalah dengan IPG (Indeks Pembangunan Gender) dan IDG (Indeks Pemberdayaan
Gender). Indeks Pembangunan Gender memiliki indikator komposit yang sama dengan
IPM. Perbedaannya adalah IPG telah dipilah berdasarkan jenis kelamin. IPG J awa
Tengah menunjukkan angka rendah (tabel 2.9). Hal itu menunjukkan masih adanya
kesenjangan gender (antara perempuan dan laki-laki) yang cukup besar pada indikator
yang sama (melek huruf, rata-rata lama sekolah, usia harapan hidup dan pendapatan).
Dibandingkan dengan angka nasional, IPG dan IDG J awa Tengah dari tahun ke tahun
masih berada di bawah angka nasional. Pada tahun 2006, IPG dan IDG Indonesia
berada pada peringkat 11 dari 33 provinsi di Indonesia.
Tabel 2.9
Capaian IPG dan IDG Propinsi J awa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun
Indeks
Pembangunan
Gender (IPG)
Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG)
1 2003 58,9 56,2
2 2004 59,8 56,5
3 2005 60,8 56,9
4 2006 63,7 59,3
5 2007 64,3 59,7
Sumber: BPS J akarta (2008)



15

Keberhasilan pembangunan pada aspek pemerataan pendapatan dan pemerataan
pembangunan antar wilayah dapat dinilai dengan Indeks Gini dan Indeks Williamson.
Indeks Gini Provinsi J awa Tengah pada tahun 2006 sebesar 0,27 sedikit mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2005 (0,28). Data tersebut menggambarkan bahwa
tingkat pemerataan pendapatan di J awa Tengah relatif baik. Indeks Gini berkisar
antara 01, dimana semakin mendekati nol semakin merata. Dengan demikian
perbedaan antar kelompok pendapatan di J awa Tengah tidak terlalu besar.

Indeks Williamson J awa Tengah pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 0,73,
sedikit turun dibandingkan tahun 2005 (0,75). Data tersebut menggambarkan bahwa
pada tahun 2006 kesenjangan pembangunan antar wilayah masih cukup tinggi. Artinya
ada kabupaten/kota tertentu yang memiliki PDRB tinggi (misalnya Kota Semarang dan
Kota Surakarta) namun terdapat wilayah Kabupaten Kota yang memiliki PDRB rendah
(misalnya Brebes dan Wonosobo). Tingginya kesenjangan antara kelompok
kabupaten/kota ber-PDRB tinggi dan ber-PDRB rendah mengakibatkan nilai Indeks
Williamson J awa Tengah tinggi (tabel 2.10).

Tabel 2.10
Capaian Indeks Gini dan Indeks Williamson
Propinsi J awa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun
Indeks Gini
(IG)
Indeks Williamson
(IW)
1 2003 0,25 0,70
2 2004 0,25 0,72
3 2005 0,28 0,75
4 2006 0,27 0,73
5 2007 0,25 0,74
Sumber: BPS J akarta (2008)

Dari sisi ekonomi, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi J awa Tengah mengalami
kenaikan yang stabil. Demikian pula dengan perkembangan inflasi, kecuali pada tahun
2005 terjadi inflasi yang cukup tinggi (16,46%) yang antara lain disebabkan adanya
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali. Pertumbuhan ekonomi dan
inflasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.11.


16
Tabel 2.11
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
di Provinsi J awa Tengah

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi
(%)
Tingkat Inflasi
(%)
1 2003 4,98 6,07
2 2004 5,13 5,98
3 2005 5,35 16,46
4 2006 5,33 6,50
5 2007 5,59 6,24
Sumber: BPS J akarta (2008)

Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan mampu
mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin sulit
untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang.
Persentase penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 20,43 %. Persentase tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006. Persentase penganggur dari tahun 2003
sampai tahun 2007 rata-rata mengalami peningkatan, yaitu dari 5,66 % pada tahun
2003, meningkat tahun 2004 sebesar 7,72 %, meningkat tahun 2005 8,51 % turun
tahun 2006 sebesar 8,20 % dan turun lagi menjadi 7,77 pada tahun 2007 hal ini
dapat dilihat pada tabel 2.12

Tabel 2.12
J umlah, Persentase Penduduk Miskin serta
J umlah Penganggur Provinsi J awa Tengah Tahun 2003 2007

No Tahun
Penduduk Miskin Penganggur
J umlah Persentase J umlah Persentase
1 2003 6.980.000 21,78 % 912.513 5,66
2 2004 6.843.800 21,11 % 1.299.220 7,72
3 2005 6 6. .5 53 33 3. .5 50 00 0 2 20 0, ,4 49 9 % % 1 1. .4 44 46 6. .4 40 04 4 8 8, ,5 51 1
4 2006 7 7. .1 10 00 0. .6 60 00 0 2 22 2, ,1 19 9 % % 1 1. .3 35 56 6. .9 90 09 9 8 8, ,2 20 0
5 2007 6.667.200 20,43 % 1.360.219 7,77
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2008)


Nilai Tukar Petani (NTP) J awa Tengah pada tahun 2007 sebesar 103,12%, jauh lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan
pertanian secara makro berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Meskipun
demikian, tingkat kesejahteraan petani sampai tahun 2007 belum dapat kembali seperti
pada tahun 2003 (tabel 2.13).


17
Tabel 2.13
Perkembangan Nilai Tukar Petani
Di J awa Tengah tahun 2003 2007

No Tahun Nilai Tukar Petani (%)
1 2003 124,05
2 2004 91,42
3 2005 91,89
4 2006 96,65
5 2007 103,12
Sumber : BPS Provinsi J awa Tengah (2008)


D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Kependudukan dan Keluarga Berencana
J umlah penduduk J awa Tengah pada tahun 2003 sebanyak 32.052.840 jiwa,
tahun 2004 sebanyak 32.397.431 jiwa, tahun 2005 sebanyak 32.908.850 jiwa,
tahun 2006 sebanyak 32.177.730 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi
32.380.279 jiwa (catatan perhitungan sampai bulan J uni 2007) yang terdiri dari
perempuan sebanyak 16.316.157 jiwa (50,38 %) dan laki-laki sebanyak
16.064.122 jiwa (49,62 %). Laju pertumbuhan penduduk J awa Tengah pada
kurun waktu tahun 2003-2007 sebesar 0,8 % per tahun, angka tersebut lebih
rendah dibanding laju pertumbuhan pada kurun waktu tahun 1990-2000 yang
tercatat sebesar 0,84% per tahun.

Pada tahun 2007 di J awa Tengah terdapat 8.048.000 rumah tangga dengan rata-
rata anggota rumah tangga 3,8 orang. J ika diperbandingkan dengan tahun 2003,
jumlah tersebut meningkat 5,9%, namun jika dilihat berdasarkan rata-rata jumlah
anggota rumah tangga terjadi penurunan, pada tahun 2003 rata-rata anggota
rumah tangga 4 orang dan menurun menjadi 3,8 pada tahun 2006.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif J awa Tengah (15-
64 tahun) sebesar 21.535.031 orang atau 66,92% sedangkan penduduk non
produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 10.642.699 orang atau
33,07%. Berdasarkan data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif
tersebut dapat ketahui bahwa angka beban tanggungan atau rasio
ketergantungan (dependency ratio) sebesar 49,42%. Artinya, bahwa setiap 100
orang penduduk usia produktif di J awa Tengah harus menanggung 49 orang


18
penduduk non produktif. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2005 yang
tercatat sebesar 51,15. Sementara itu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
penduduk J awa Tengah tahun 2004 mencapai 71,04 %, tahun 2005 menjadi
71,18 % , tahun 2006 turun menjadi 68,60 % dan tahun 2007 meningkat menjadi
70,16 %. J umlah pengangguran terbuka tahun 2004 mencapai 7,72 %, tahun
2005 menjadi 8,51 % , tahun 2006 turun menjadi 8,2% dan tahun 2007 turun
menjadi 7,70 %.

Terkait dengan partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana (KB),
terjadi peningkatan peserta KB aktif. Pada tahun 2001 jumlah peserta KB aktif
mencapai 4.447.887 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar
4.779.940. J umlah peserta KB dengan sistem non hormonal sebanyak 940.927
(14,68%) dan hormonal sebanyak 3.839.013 (80,32%). Sementara itu, peserta
KB aktif mandiri juga mengalami peningkatan, yaitu dari 2.338.351 pada tahun
2001 meningkat sebanyak 10,22% menjadi 2.577.340 pada tahun 2007. Tingkat
partisipasi KB kaum pria relatif masih rendah, hal ini karena adanya keterbatasan
pelayanan KB bagi kaum pria serta masih adanya anggapan bahwa KB adalah
urusan yang lebih banyak berhubungan dengan kaum wanita. Pencapaian ini
belum optimal karena masih banyak penduduk Usia Subur Wajib KB yang belum
mengikuti KB serta tingginya unmet need (pasangan usia subur yang wajib KB
namun belum terlayani) sebesar 752.706 (12%) dan angka drop out KB sebesar
687.386 atau 11 %.

b. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
J umlah angkatan kerja di J awa Tengah pada tahun 2002 sebanyak 15.735.322
orang, mengalami peningkatan sampai tahun 2007 menjadi 17.664.277 orang.
Berdasarkan jumlah angkatan kerja tersebut, yang bekerja tercatat sebanyak
16.304.058 orang (92,70%) dan mencari pekerjaan (penganggur) sebanyak
1.360.219 orang (7,29%). J umlah penduduk bukan angkatan kerja pada tahun
2007 tercatat sebanyak 7.513.895 orang, terdiri atas 1.899.719 orang sedang
sekolah, 4.156.073 orang mengurus rumah tangga, dan lainnya sebanyak
1.458.895 orang.

J ika diperbandingkan dari tahun ke tahun selama kurun waktu tahun 2002-2006,
jumlah penganggur nampak fluktuatif, yaitu sebanyak 984.234 orang (2002),


19
912.513 orang (2003), 1.299.220 orang (2004), 1.422.256 orang (2005) dan
1.296.000 (2006). J umlah penduduk yang termasuk kelompok setengah
penganggur (bekerja < 35 jam per minggu) cenderung mengalami penurunan
walaupun pernah meningkat pada tahun 2004, yaitu 5.350.413 orang (2002),
5.238.231 orang (2003), 5.394.865 orang (2004), 5.185.409 orang (2005) dan
5.062.062 orang (2006).

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Pada
tahun 2006 terdapat 5.562.775 orang bekerja di sektor pertanian, angka tersebut
menunjukkan penurunan sebesar 5,32% dibanding tahun sebelumnya, yaitu
sebanyak 5.875.292 orang. Sektor terbesar berikutnya adalah perdagangan. Pada
tahun 2006 terdapat 3.124.282 orang bekerja disektor perdagangan, dan
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebanyak
3.429.845 orang atau menurun 8,91%.

J umlah transmigran J awa Tengah selama kurun waktu 2002-2007 cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dari target 1.249 KK dapat terealisasi
1.087 KK dengan jumlah jiwa 3.989 orang, sementara pada tahun 2007 dari
target 856 KK dapat terealisasi 581 KK dengan jumlah jiwa 2.158 orang. J ika
dilihat berdasarkan daerah tujuan transmigrasi, Provinsi Kalimantan Timur adalah
daerah yang paling banyak dituju, berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Barat
dan Kalimantan Tengah. Provinsi lain sebagai daerah tujuan transmigrasi dari
Provinsi J awa Tengah adalah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Bangka
Belitung, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Provinsi Gorontalo.

c. Pendidikan
Salah satu modal dasar pembangunan di J awa Tengah adalah tersedianya sumber
daya manusia pembangunan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya strategis
yang ditempuh diantaranya adalah melalui pembangunan pendidikan dengan
tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Sejalan dengan tujuan tersebut Pemerintah Provinsi J awa
Tengah bertekad mewujudkan insan J awa Tengah yang berakhlak mulia,


20
kompetitif dan berwawasan kebangsaan yang dibangun melalui pendidikan formal
(TK/RA, SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/MA/SMK), pendidikan non
formal (PAUD, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan
kelembagaan) yang dilaksanakan secara berkelanjutan serta memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender.

Di J awa Tengah saat ini terdapat 39.991 satuan pendidikan formal, terdiri atas
14.530 TK/RA, 19.850 SD/SDLB, 3.329 SMP/SMPLB, dan 2.242 SMA/SMK. Di
samping itu, terdapat pula lembaga pendidikan non formal (3.428 lembaga) dan
Perguruan Tinggi (225 lembaga).

Pada kurun waktu tahun 2003-2008, pembangunan pendidikan di J awa Tengah
merupakan skala prioritas yang diakselerasikan melalui berbagai kebijakan,
strategi dan program. Hasil-hasil pembangunan pendidikan yang dicapai dalam
kurun waktu tersebut, merupakan salah satu landasan bagi pembangunan
pendidikan tahun 2008-2013.

Keberhasilan program pembangunan pendidikan dapat diukur dari Angka
Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Transisi (AT),
relevansi pendidikan dan aspek tata kelola. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
di J awa Tengah selama lima tahun terakhir meningkat cukup tinggi. Pada tahun
2003 APK PAUD sebesar 30,09% dan pada tahun 2007/2008 APK PAUD
meningkat menjadi 59,22% (melebihi target nasional sebesar 53,9 %). Pada
jenjang pendidikan dasar, APK SD/MI tahun 2003/2004 sebesar 106,56 % dan
pada akhir tahun 2007/2008 menjadi 107,31 %. Kondisi APK SMP/MTs pada
tahun 2003/2004 sebesar 81,16% dan terus menunjukkan peningkatan, sehingga
pada tahun 2007/2008 mencapai 96,93 %. Dengan telah tercapainya APK
SMP/MTs sebesar 96,93 % melebihi target nasional sebesar 95 % pada tahun
2007/2008, berarti program penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun di J awa Tengah
telah dapat diselesaikan ditandai dengan diperolehnya penghargaan WIDYA
KRAMA dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 April 2008. Pencapaian
APK jenjang SMA/MA/SMK mengalami kenaikan dari 41,79 % pada tahun
2003/2004 menjadi 54,87 % pada tahun 2007/2008 sekalipun masih berada di
bawah target nasional sebesar 68,02 %.



21
APM SD/MI pada tahun 2003/2004 sebesar 90,67 % dan pada akhir tahun
2007/2008 menjadi 94,99 %. APM pada jenjang SMP/MTs juga mengalami
kenaikan dari 62,20 % pada tahun 2003/2004 menjadi 75,29 % pada tahun
2007/2008. APM jenjang SMA/MA juga mengalami kenaikan dari 31,17 % pada
tahun 2003/2004 menjadi 49,19 % pada tahun 2007/2008.

Angka Transisi (AT) jenjang SMP/MTs pada tahun 2003/2004 sebesar 84,77 %
dan pada akhir tahun 2007/2008 sebesar 87,23 %. Angka Transisi (AT) jenjang
SMA/MA pada tahun 2003/2004 sebesar 36,86 % dan pada tahun 2007/2008
mencapai sebesar 47,79%.

Data AT di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun APK dan APM
meningkat, namun masih banyak lulusan jenjang SMP/MTs yang belum
memperoleh layanan pendidikan menengah. Sehingga pada kurun waktu 2008-
2013 akses pendidikan menengah perlu mendapatkan prioritas dalam rangka
memberikan kesempatan belajar minimal 12 tahun.

Bersamaan dengan upaya peningkatan akses pendidikan pada jalur formal, juga
dilaksanakan penuntasan buta aksara sebagai salah satu upaya pemerataan akses
pendidikan melalui jalur non formal. Pada tahun 2005 jumlah penduduk buta
aksara usia 15 tahun ke atas sebanyak 2.985.005 orang. J umlah tersebut
merupakan jumlah terbesar ke 2 penyumbang buta aksara di Indonesia. Untuk itu
pemerintah Provinsi J awa Tengah bertekad menuntaskan buta aksara, melalui
pola reguler yang bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial
kemasyarakatan (Aisiyah, NU, BKOW, LMDH) dan melalui pola percepatan yang
mendayagunakan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik
penuntasan buta aksara, pada tahun 2007 jumlah penduduk buta aksara usia 15
s.d 45 tahun telah dapat dituntaskan. Atas keberhasilan ini pada tahun 2008,
Gubernur J awa Tengah mendapatkan penghargaan ANUGERAH AKSARA TINGKAT
UTAMA dari Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada kurun waktu 2008-
2013 akan dilaksanakan penuntasan buta aksara tahap pembinaan dan
pelestarian.

Disamping itu dalam rangka mengembangkan fungsi pendidikan non formal
sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal, perlu terus


22
dikembangkan pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan
kelembagaan. Kedua, aspek peningatan mutu dan daya saing pendidikan
diperoleh gambaran sebagai berikut : nilai rata-rata UASBN SD/MI pada tahun
2007/2008 sebesar 6,76. Nilai rata-rata UN SMP/MTs/SMPLB dari tahun
2004/2005 sampai dengan tahun 2007/2008 mengalami fluktuasi dan cenderung
mengalami penurunan. Pada Tahun 2004/2005 nilai rata-rata UN mencapai 6,33
dan mengalami kenaikan menjadi 6,83 pada tahun 2005/2006. Namun demikian
tahun 2006/2007 mengalami penurunan menjadi 6,77 dan kembali turun menjadi
6,43 pada tahun 2007/2008.

Sementara itu pada jenjang SMA/SMK/MA/SMALB juga mengalami kecenderungan
yang sama, yakni pada tahun 2004/2005 nilai UN sebesar 6,18 naik menjadi 7,01
pada tahun 2005/2006 dan 7,23 pada tahun 2006/2007. Namun demikian pada
tahun 2007/2008 nilai UN menurun menjadi 6.89. Indikasi penurunan rata-rata
nilai UN, antara lain disebabkan karena nilai batas kelulusan dinaikkan dan
bertambahnya jumlah mata pelajaran yang di ujian nasionalkan.

Sampai dengan tahun 2008 jumlah Guru di J awa Tengah sebanyak 356.582
orang. Dari jumlah tersebut yang memenuhi kualifikasi minimal guru S1/D4
sejumlah 155.016 (43,5%) dengan rincian : guru TK 3.902 (1,09%), SD/MI
41.756 (11,71%), SMP/MTs 63.424 (17,78%), SMA/MA 26.940 (7,56%), SMK
18.502 (5,18%) dan SLB 492 (0,14%). Sehingga guru yang belum S1/D4
sebanyak 201.566 orang (56, 5%).

Selain aspek kualifikasi, UU Nomor 14 Tahun 2005 juga mensyaratkan upaya
peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi pendidik. Saat ini dari
155.016 orang guru yang berhak mengikuti sertifikasi di J awa Tengah, yang telah
mengikuti sertifikasi sebanyak 59.699 orang (38,51%) dan yang lulus sebanyak
27.583 orang (17,73%). Dengan demikian agar para guru mampu memiliki
sertifikasi pendidik sebagai prasyarat profesionalismenya perlu difasilitasi dan
didorong secara intensif.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan
bahwa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk


23
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk
memenuhi amanat tersebut, di J awa Tengah sampai dengan tahun ini telah
dikembangkan 136 Rintisan Sekolah Bartaraf Internasional (RSBI) yang terdiri dari
5 SD, 41 SMP, 34 SMA dan 56 SMK. Untuk meningkatkan RSBI menjadi Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) diperlukan pembinaan secara intensif memenuhi
persyaratan standar nasional pendidikan.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas siswa ditempuh dengan
mengikutsertakan siswa pada ajang olimpiade sains nasional dan internasional.
Berdasarkan perolehan medali emas pada ajang olimpiade sains nasional sejak
tahun 2003 sampai dengan 2008 prestasi J awa Tengah mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2003 perolehan medali emas sebanyak 5 medali dan pada tahun 2004 naik
menjadi 9 medali. Namun demikian pada tahun 2005 perolehan medali turun
menjadi 3 medali dan berhasil naik perolehan medali emasnya pada tahun 2006
sebanyak 26 medali. Pada tahun 2007 perolehan medali emas sebanyak 21
medali dan pada tahun 2008 turun menjadi 13 medali. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka ke depan diperlukan pola pembinaan yang terprogram dan
berkesinambungan.

Upaya peningkatan mutu di atas juga ditempuh melalui akreditasi
sekolah/madrasah. Sampai dengan tahun 2007 jumlah sekolah/madrasah pada
semua satuan pendidikan di J awa Tengah sebanyak 39.991 dan yang telah
terakreditasi sebanyak 23.289 sekolah dengan perincian 4.979 TK/RA, 13.465
SD/MI, 2.242 SMP/MTs, 327 SLB, 1.264 SMA/MA, dan khususnya untuk SMK
akreditasi dilakukan melalui akreditasi program keahlian sebanyak 1.012. Untuk
itu kedepan perlu terus didorong untuk akreditasi secara berkesinambungan
setiap 5 (lima) tahun sekali.

Ketiga, aspek relevansi pendidikan capaian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
pada tahun 2006 rasio siswa SMK dan SMA sebesar 48 : 52. Rasio ini mengalami
kenaikan menjadi 52,48 : 47,52 pada tahun 2007 dan menjadi 54 : 46 pada tahun
2008. Rasio ini akan terus didorong sehingga terwujud perbandingan siswa SMK
dan SMA sebesar 70 : 30 pada tahun 2013.



24
Mewujudkan relevansi pendidikan ditempuh upaya mengembangkan SMK tempat
penyelenggara Career Center (CC) sebanyak 18 sekolah, penyelenggara
Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) sebanyak 49 sekolah, penyelenggara SMK
Kecil dan Kelas J auh sebanyak 47 sekolah dan SMK penyelenggara Tempat Uji
Kompetensi (TUK) sebanyak 122 sekolah. Semua upaya ini diarahkan untuk
meningkatkan relevansi sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dalam
rangka mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Dengan komitmen Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur dan Bupati/Walikota
se-J awa Tengah sebagaimana tercantum dalam Memorandum of Agreement
(MoA) J awa Tengah sebagai provinsi vokasi diharapkan perkembangan SMK dapat
diwujudkan.

Keempat, aspek penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan di
tingkat satuan pendidikan terus dikembangkan penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Sampai dengan tahun 2007
telah dikembangkan pelaksanaan MBS di 35 kabupaten/kota yang mencakup
1.640 SD/MI. Sedangkan pada jenjang SMP/MTs telah dikembangkan MBS di 280
sekolah. Untuk meningkatkan kualitas implementasi MBS, pemerintah juga telah
bekerjasama dengan UNICEF/UNESCO, J ICA, USAID, AUSAID dan Plan
Internasional.

Pada jenjang SMK/SMA telah dikembangkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-
2000. Sampai saat ini telah diterapkan ISO di 73 SMK di J awa Tengah. Guna
meningkatkan mutu layanan pendidikan pada tahun 2008 telah dikembangkan
layanan ISO pada salah satu unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi J awa
Tengah dan pada tahun 2013 diharapkan Dinas Pendidikan Provinsi J awa Tengah
telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000.

d. Perpustakaan
Perpustakaan memiliki peranan yang strategis sebagai pusat ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. J umlah perpustakaan dan koleksi yang dimiliki di Provinsi J awa
Tengah belum dapat melayani seluruh masyarakat. Banyaknya perpustakaan
umum kabupaten/kota di J awa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 35 unit,
artinya semua kabupaten/kota sudah memiliki perpustakaan daerah. J umlah


25
perpustakaan desa/kelurahan sebanyak 1.679 unit, dan taman bacaan
masyarakat sebanyak 289 unit. J umlah perpustakaan sekolah SD/MI sebanyak
23.948 unit, SLTP/MTs sebanyak 4.101 unit dan SLTA/MA sebanyak 2.112 unit.
Layanan perpustakaan keliling sebanyak 44 unit yang tersebar 35 kabupaten/kota
di J awa Tengah. Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas tersebut
masih belum memadai.

e. Pemuda dan Olah Raga
J umlah pemuda di J awa Tengah pada tahun 2005 mencapai 9.331.747 jiwa atau
28,80 % dari total penduduk. Upaya pembinaan terhadap pemuda dilakukan olah
Pemerintah Provinsi J awa Tengah melalui pendekatan institusional seperti
Pramuka, KNPI dan Karang Taruna, serta organisasi pemuda lainnya. J umlah
organisasi pemuda di J awa Tengah pada tahun 2005 tercatat 279 buah dan
tersebar di 35 kabupaten/kota di J awa Tengah. Upaya-upaya pembinaan yang
telah dilakukan mampu memberikan hasil positif, diantaranya adalah juara I
dalam Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Bidang Kewirausahaan
(Mebelair) pada tahun 2005, dan juara I Kontingen Pramuka Tergiat pada
Perkemahan Saka Bayangkara Tingkat Nasional di J akarta.

Target prestasi J awa Tengah menjadi 3 besar dalam setiap event Pekan Olah
Raga Nasional belum pernah tercapai, walaupun pada beberapa jenis olah raga
prestasi atlet-atlet J awa Tengah di tingkat nasional cukup membanggakan.
Ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dengan standar nasional dan
internasional masih terbatas dan belum dikelola serta dimanfaatkan secara
optimal. J awa Tengah telah memiliki 2 (dua) stadion sepak bola yang besar dapat
dipergunakan untuk menyelenggarakan pertandingan dengan skala nasional
maupun internasional yaitu stadion Manahan Solo dan Stadion J atidiri Semarang

Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh atlet-atlet tingkat nasional maupun
internasional. Dalam Kejuaraan Nasional pada berbagai bidang olah raga tahun
2004, kontingen Provinsi J awa Tengah memperoleh 1 perunggu; tahun 2005
memperoleh 6 emas, 3 perak, 2 perunggu; tahun 2006 memperoleh 10 emas, 3
perak, 5 perunggu; , 3 perunggu. Di tingkat internasional, atlet dari Provinsi J awa
Tengah pada kejuaraan SEA Games tahun 2004 memperoleh 1 emas; tahun 2005


26
memperoleh 1 emas, 6 perak, 5 perunggu; tahun 2007 meperoleh 6 emas, 3
perak, 3 perunggu.

f. Kesehatan
Indikator utama yang dipergunakan untuk melihat kemajuan pembangunan
bidang kesehatan di J awa Tengah meliputi 3 hal, yaitu (1) Angka Kematian Bayi
(AKB), (2) Angka Kematian Ibu (AKI), dan (3) Usia Harapan Hidup (UHH). Selama
kurun waktu 2003-2006 terjadi penurunan walaupun pada tahun 2004 sempat
naik. Pada tahun 2003 per 1000 kelahiran tercatat sebesar 31 AKB, pada tahun
2006 berkurang menjadi 25 AKB per 1000 kelahiran, dan pada tahun 2007 telah
turun drastis menjadi 10,89 AKB per 1000 kelahiran. Pada tahun 2003 tercatat
116 AKI per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 menurun menjadi
101,36. Selama kurun waktu tahun 2003-2006 terus menunjukkan peningkatan
UHH. Pada tahun 2003 UHH mencapai 67,3 tahun, dan pada tahun 2007 UHH
telah meningkat menjadi 71,1 tahun.

Persentase status gizi anak balita dari tahun ke tahun cukup fluktuatif, sebagai
hasil dari belum mantapnya kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan
bergizi seimbang. Sasaran persentase gizi buruk pada balita ditetapkan dibawah
satu persen. Pada tahun 2008 persentase gizi buruk pada balita adalah 1,08 %;
dan diharapkan pada tahun 2013 dapat diturunkan menjadi 0,82 %. Upaya
penurunan angka gizi buruk dilakukan secara lebih intensif melalui kegiatan
revitalisasi posyandu, rujukan kasus, dan pendampingan kasus gizi buruk. sejalan
dengan hal tersebut secara sinergis dilaksanakan pula upaya pemasaran sosial
Keluarga sadar Gizi (Kadarzi), sebagai indikator hasil-hasil upaya penanggulangan
masalah gizi secara keseluruhan.

Dalam hal penyakit menular, kasus demam berdarah Dengue (DBD) yang terjadi
pada tahun 2007 di J awa Tengah tercatat 20.565 kasus dengan Incidence Rate
(IR) sebesar 6,25 per 10.000 penduduk dan tersebar pada 874 desa endemis.
J umlah kematian karena DB tahun 2007 sebesar 329 orang dengan kasus
tertinggi di Kabupaten J epara. Untuk kasus malaria, pada tahun 2005 tercatat
2.590 kasus dan tersebar pada 28 desa endemis dengan Anual Parasit Index
(API) 0,08 per 1000 penduduk. Kondisi ini menurun pada tahun 2007 dimana
jumlah kasus malaria menjadi 1.799 yang tersebar di 13 kabupaten.


27
Penderita HIV/AIDS di J awa Tengah pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1.184
orang, terdiri atas HIV sebanyak 921 orang dan AIDS sebanyak 263 orang.
Kondisi ini meningkat pada bulan Desember tahun 2007; kasus HIV/AIDS
mencapai 1.477 orang dengan kasus 1.112 HIV dan 335 AIDS. Selain itu di J awa
Tengah juga telah muncul penyakit menular tertentu yang potensial menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu Flu Burung (Avian Influenza/AI). Sampai dengan
tahun 2007 tercatat kasus positif Flu Burung sebanyak 9 kasus. Peningkatan
prevalensi penyakit menular juga diikuti dengan peningkatan prevalensi penyakit
tidak menular antara lain yaitu jantung koroner (0,81 per 1000 penduduk),
kencing manis atau diabetes (224.324 penderita yang tidak tergantung insulin
dan 18.499 tergantung insulin data tahun 2007) dan penderita neoplasma (2.022
kasus kanker hati, 855 kanker paru, 10.475 kanker payudara, 7.065 kanker
serviks data tahun 2007).

Pada kasus penyakit TBC paru, pada tahun 2005 penderita penyakit TBC paru
tercatat sebesar 17.524 orang dengan angka CDR (case detection rate) sebesar
50,92%, angka tersebut masih dibawah target, yaitu sebesar 70%, namun tingkat
kesembuhan penderita TBC paru sudah sangat baik, yaitu mencapai 86,1%;
berarti sudah melampaui angka target nasional sebesar >85%. Kondisi tersebut
menurun pada tahun 2007 dimana jumlah kasus TBC paru menjadi 16.485 orang,
dengan CDR 47,42% dan angka kesembuhan 85%.

Perkembangan jumlah Puskesmas dari tahun ke tahun terus menunjukkan
peningkatan, pada tahun 2002 jumlah Puskesmas sebanyak 845 unit dan mampu
meningkat menjadi 854 unit pada tahun 2007. Keberadaan Puskesmas tersebut
juga didukung dengan Puskesmas Rawat Inap yang sampai dengan tahun 2007
tercatat sebanyak 254 unit dan Puskesmas Pembantu yang jumlahnya mencapai
1.824 unit. Puskesmas pendukung lainnya adalah Puskesmas Keliling yang
jumlahnya mencapai 890 unit (2007). Selain itu, mulai tahun 2004 telah
dikembangkan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sampai dengan 2008 yang
jumlahnya telah mencapai 4.439 unit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
melalui PKD antara lain adalah penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat,
pembinaan kader/ masyarakat dan forum komunikasi pembangunan kesehatan di
desa, dan pelayanan kesehatan dasar termasuk kefarmasian sederhana. Kegiatan


28
lain yang dilakukan di PKD adalah deteksi dini dan penanggulangan pertama
kasus gawat darurat.

Perkembangan jumlah Rumah Sakit Umum (RSU) di J awa Tengah sampai dengan
tahun 2007, RSU milik pemerintah sebanyak 46 unit, RSU swasta 103 unit, RSU
khusus milik pemerintah sebanyak 13 unit dan RSU khusus milik swasta 63 unit.
Capaian persentase tersebut telah melebihi target Indonesia Sehat 2010 sebesar
90 %. Demikian pula untuk 5 Rumah Sakit J iwa (RSJ ), kesemuanya telah memiliki
kemampuan gawat darurat, sehingga target Indonesia Sehat 2010 sebesar 90%
terlampaui.

Dalam era otonomi daerah, penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan, utamanya menjadi tanggung jawab kabupaten/kota.
Sedangkan dana/anggaran untuk pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan di kabupaten/kota berasal dari berbagai sumber. Namun demikian,
kemampuan kabupaten/kota dalam penyediaan dana/anggaran untuk pengadaan
obat publik dan perbekalan ternyata berbeda-beda, masih banyak kabupaten/kota
yang belum sepenuhya mampu menyediakan dana/anggaran untuk pengadaan
obat. Kondisi ini umumnya hanya memenuhi sekitar 60% - 80% total kebutuhan
nyata kabupaten/kota. Untuk memenuhi kebutuhan kabupaten/kota yang masih
kekurangan dalam rangka menjamin keberlangsungan pelayanan kesehatan yang
optimal, maka Provinsi J awa Tengah menyediakan Obat Buffer Stok Provinsi yang
besarnya sekitar 10% - 20%, sedangkan kekurangan lainnya akan dipenuhi
melalui dana/anggaran pusat. Nilai Obat Buffer Stok Provinsi pada tahun 2006
adalah Rp 8.000.000.000,-(12,86%); tahun 2007 nilainya Rp. 5.500.000.000,-
(9,7%) dan tahun 2008 nilainya Rp. 7.000.000.000,- (12,00%).

J awa Tengah merupakan pusat industri obat tradisional di Indonesia yang telah
menghasilkan berbagai macam produk obat tradisional. Hal ini merupakan potensi
yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Bahwa untuk pelayanan kesehatan di
sarana pelayanan kesehatan formal, masyarakat perlu diberikan alternatif dalam
penggunaan obat untuk proses pengobatannya, terutama dalam kondisi krisis
multidimensi yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi menurun. Selama
ini, masyarakat sering menggunakan obat modern dalam proses pengobatannya,
yang harganya relatif mahal. Oleh sebab itu penyediaan obat tradisional untuk


29
pelayanan kesehatan diperlukan sebagai pelayanan komplementer alternatif
dalam pengobatan yang terjangkau oleh masyarakat.

Sebagai wujud implementasi hal tersebut, Provinsi J awa Tengah berkomitmen
menyediakan obat tradisional hasil produksi industri obat tradisional di J awa
Tengah di Puskesmas Kabupaten/kota dalam bentuk obat tradisional dengan
kategori herbal terstandar dan fitofarmaka. Nilai dana/anggaran untuk
penyediaan obat tradisional pada tahun 2007 adalah Rp. 2,1 Milyar dengan
tingkat pemanfaatan 100%, sedangkan tahun 2008 nilainya Rp. 2,3 Milyar.

Selain itu, sejak otonomi daerah, petugas pengelola obat kabupaten/kota di J awa
Tengah mengalami perubahan/pergantian, dimana sebelum otonomi daerah,
semua kepala Instalasi Farmasi kabupaten/kota (dulu Gudang Farmasi
Kabupaten/kota = GFK) adalah Apoteker dan semua petugas pengelola obat di
Puskesmas adalah Asisten Apoteker atau petugas yang terlatih. Namun setelah
otonomi daerah, tidak semua kepala Instalasi Farmasi kabupaten/kota berlatar
belakang pendidikan Apoteker dan tidak semua petugas pengelola obat di
Puskesmas adalah Asisten Apoteker atau petugas yang terlatih. Perubahan
tersebut juga mengakibatkan pola pengelolaan obat publik dan Perbekalan
Kesehatan (Perbekes) lainnya di kabupaten/kota menjadi bervariasi sesuai
kebutuhan masing-masing, baik mengenai struktur organisasi unit pengelola obat
publik dan perbekes kabupaten/kota, dana/anggaran obat, tim perencanaan,
rumus penyusunan kebutuhan obat dan lain-lainnya. Kondisi ini dapat
menyebabkan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan menjadi kurang
optimal.

Saat ini, unit pengelola obat publik dan perbekes kabupaten/kota terdiri dari: 28
unit sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan 7
unit menjadi bagian dari struktural Dinkes kabupaten/kota. J umlah industri
farmasi di J awa Tengah adalah 25 buah, jumlah Industri Obat Tradisional (IOT)
adalah 12 buah dan jumlah Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah sekitar
250 buah. Adapun jumlah industri kosmetika adalah sekitar 50 buah, jumlah
industri alat kesehatan adalah sekitar 25 buah dan jumlah industri Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) adalah sekitar 75 buah. Dari hasil pemeriksaan
dan pengujian Balai Besar POM Semarang pada tahun 2005 didapatkan data


30
sebagai berikut: dari 21 industri farmasi yang diperiksa, semuanya belum
menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sepenuhnya (100%); dari
66 industri obat tradisional yang diperiksa, 63 industri belum menerapkan Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) sepenuhnya (100%); dari 2 industri PKRT
yang diperiksa, semuanya belum menerapkan Cara Pembuatan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB) sepenuhnya (100%); dari 93
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang diperiksa, 90 PBF belum menerapkan cara
distribusi obat yang baik sepenuhnya (96%); masih ditemukan produk obat yang
tidak memenuhi syarat (TMS) sebesar 1,3%; masih ditemukan produk obat
tradisional yang TMS sebesar 48%; masih ditemukan produk makanan yang TMS
sebesar 15,51%; masih ditemukan produk kosmetik yang TMS sebesar 2,28%;
masih ditemukan produk PKRT yang TMS sebesar 3,45%.

Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan mengakibatkan peningkatan pembiayaan kesehatan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kenaikan biaya kesehatan antara lain : akibat penerapan
teknologi canggih, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan
kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif serta inflasi. Kenaikan biaya
pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit untuk mampu dibiayai dengan
kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Alokasi
pembiayaan kesehatan di tiap-tiap Kabupaten/Kota J awa Tengah masih dibawah
standar yang dianjurkan sebesar 15% dari total anggaran. Peningkatan biaya
pelayanan kesehatan itu merupakan permasalahan bagi akses dan mutu
pelayanan kesehatan masyarakat dan oleh karenanya harus dicari solusi untuk
mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini. Pemerintah perlu mengalokasikan
anggaran yang terarah untuk kegiatan public health seperti pemberantasan
penyakit menular dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan serta
pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Sedangkan pendanaan masyarakat
harus diefisiensikan dengan pendanaan gotong-royong untuk berbagi risiko
gangguan kesehatan, dalam bentuk jaminan kesehatan. Sehingga pengembangan
program Pembiayaan Kesehatan merupakan salah satu program pokok yang perlu
terus dikembangkan dan ditingkatkan.

Dari sekitar 32 juta penduduk Provinsi J awa Tengah, sebanyak 11.715.881 jiwa
(36,7%) masyarakat miskin telah dijamin kesehatannya oleh Program J aminan


31
Kesehatan Masyarakat (J amkesmas) sejak tahun 2008. Beberapa kabupaten/kota
telah mengembangkan J aminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (J PKM)/
J aminan Kesehatan Tingkat Daerah (J amkesda). J PKM telah dikembangkan di
Kabupaten Purbalingga secara mandiri dan di Kota Pekalongan melalui institusi
pendidikan. Program J amkesda dikembangkan pula di Kota Surakarta, yang
kemudian diikuti oleh Kabupaten J epara dan Kota Semarang. Pada pelaksanaanya
pengembangan program J PKM/J amkesda ini sangat mendukung program
J amkesmas yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

g. Kesejahteraan Sosial
Permasalahan kesejahteraan sosial di J awa Tengah saat ini terus diupayakan
penanganannya oleh pemerintah daerah, namun hasilnya belum mampu menekan
jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Permasalahan PMKS
yang terus berkembang diantaranya adalah jumlah penduduk miskin cenderung
meningkat antara lain gelandangan, pengemis, anak jalanan dan anak terlantar.
Permasalahan PMKS lainnya yaitu korban bencana alam, korban tindak kekerasan
dan lain-lain.

Data PMKS pada tahun 2007 antara lain terdiri dari Anak Balita Terlantar
sebanyak 40.071 orang, anak terlantar sebanyak 171.287 orang, anak korban
tindak kekerasan sebanyak 2.581 orang, anak nakal 11.324 orang, anak jalanan
9.770 orang, anak cacat 60.465 orang, wanita rawan sosial ekonomi 208.254
orang, Wanita Korban Tindak Kekerasan 4.146 orang, Lanjut Usia Terlantar
206.392 orang, Penyandang Cacat sebanyak 346.721 orang, Tuna Susila
5.625 orang, pengemis 3.983 orang, gelandangan 1.751 orang, Korban
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) 2.257 orang,
Keluarga Fakir Miskin sebanyak 1.963.875 KK, Keluarga Berumah Tak Layak Huni
sebanyak 339.352 KK, Keluarga Rentan sebanyak 35.599 KK, Komunitas Adat
Terpencil (KAT) sebanyak 3.629 KK, Masyarakat Yang Tinggal Di Daerah Rawan
Bencana sebanyak 170.138 KK, Korban Bencana Alam sebanyak 155.910 jiwa dan
Korban Bencana Sosial sebanyak 5.433 jiwa. Upaya Pemerintah Provinsi J awa
Tengah untuk mengatasi PMKS antara lain dengan didukung oleh 52 panti milik
Pemerintah Provinsi J awa Tengah, 7 panti milik Pemerintah Kabupaten/Kota, 5
panti milik Departemen Sosial, dan 388 panti milik masyarakat.



32
h. Kemiskinan
Berdasarkan data SUSENAS, pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin sebanyak
6.980.000 orang, tahun 2004 sebanyak 6.843.800 orang, tahun 2005 sebanyak
6.533.500 orang, tahun 2006 sebanyak 7.100.600 orang dan tahun 2007
6.557.200 orang. Pada tahun 2002 garis kemiskinan penduduk J awa Tengah
mencapai Rp 106.438,00, tahun 2005 sebanyak Rp 130.013,00 tahun 2006
sebanyak Rp 142.337,00 dan tahun garis kemiskinan tahun 2007 sebesar Rp
154.111,00.

Pada periode Maret 2007-Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukan kecenderungan menurun. Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) turun dari 3,84 pada bulan Maret 2007 menjadi 3,39
pada keadaan bulan Maret 2008. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) turun dari 1,08 menjadi 0,90 pada periode yang sama. Penurunan nilai
kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin,
cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
penduduk miskin juga semakin menyempit.

i. Kebudayaan
J awa Tengah merupakan pusat budaya J awa, karena mayoritas penduduknya
adalah Suku J awa. Sampai saat ini masih terdapat dua istana kerajaan di J awa
Tengah yang keduanya berada di Kota Surakarta. Budaya J awa ini mewarnai
hampir semua daerah kota atau kabupaten yang ada, namun tiap daerah memiliki
budaya daerah setempat, sejarah dan peninggalan purbakala serta kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda-beda. Selain itu, J awa Tengah juga
dianggap sebagai pusat peninggalan sejarah dan sumber sejarah. Peninggalan
sejarah di J awa Tengah sangat banyak berupa candi-candi yang jumlahnya cukup
banyak dan keraton yang berada di Surakarta. Peninggalan sejarah sebagai
sumber sejarah terdapat di lokasi peninggalan sejarah maupun di museum. J awa
Tengah saat ini memiliki 43 museum, 1.800 benda cagar budaya, 59 organisasi
penghayat dengan jumlah pengikut 162.000 orang, 189 upacara tradisional, 641
sanggar kesenian dan 2.930 sanggar kesenian non tradisional yang tersebar di
berbagai wilayah dan terus bertambah setiap saat.



33
Budaya kesenian J awa yang menonjol serta masih menunjukkan eksistensinya
adalah kesenian karawitan tradisional, wayang kulit, wayang orang, ketoprak, dan
seni tari J awa. Upaya mempertahankan budaya di beberapa daerah sering
dilakukan dengan pagelaran seni dan budaya secara rutin tahunan. Sementara
itu, budaya gotong royong, tolong menolong dirasakan mengalami pergeseran
nilai akibat pengaruh budaya asing dan globalisasi.

Aspek budaya J awa Tengah ini merupakan modal dasar sekaligus kearifan lokal
yang sangat penting dan potensial bagi Provinsi J awa Tengah untuk
mengembangkan diri dalam jangka panjang tanpa harus tercabut dari akar
budayanya. Pembangunan yang berbasis pada budaya dan kearifan lokal memiliki
daya tahan terhadap pengaruh negatif dari budaya asing dan globalisasi yang
kontraproduktif dengan nilai-nilai budaya lokal.

j. Agama
Kehidupan umat beragama di J awa Tengah menunjukkan keadaan yang harmonis
dan tenang dikarenakan toleransi dan sikap saling menghargai antara umat
beragama sangat tinggi. Kondusifitas kehidupan beragama ditunjukkan dengan
jumlah sarana peribadatan yang cukup banyak dan beberapa kondisi nampak
bahwa tempat peribadatan agama yang berbeda saling berdekatan namun hal ini
tidak menimbulkan konflik antara agama.

Pada tahun 2006 jumlah peribadatan di J awa Tengah terdiri dari masjid sebanyak
42.747 unit, mushola 94.305 unit, Gereja Protestan 2.738 unit, Gereja Katolik 179
unit, Kapel 340 unit, Pura 151 unit dan Vihara 607 unit. Sementara jumlah sarana
lainnya seperti pondok pesantren pada tahun 2006 telah mencapai 2.514 unit
dengan jumlah kyai sebanyak 7.752 orang, 26.501 orang ustadz dan santri
sebanyak 467.404 orang. Perkembangan jumlah jamaah haji J awa Tengah pada
tahun 2005 memenuhi kuota yaitu sebanyak 19.742 orang dan meningkat
menjadi 29.025 orang pada tahun 2006.

k. Perempuan dan Anak
J umlah penduduk perempuan di J awa Tengah lebih banyak (50,19 %)
dibandingkan laki-laki, namun besarnya perbedaan jumlah tersebut tidak
diimbangi dengan kesetaraan dan keadilan gender. Pada beberapa sektor masih


34
terjadi kesenjangan gender pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik,
hukum dan HAM, lingkungan hidup, media, kekerasan berbasis gender,
mekanisme kemajuan perempuan, penanganan konflik dan bencana alam dan
kemiskinan.

Meskipun demikian, Indeks Pembangunan Gender (IPG) J awa Tengah terus
mengalami peningkatan. Tahun 2003, IPG J awa Tengah mencapai, 58,9; tahun
2004 mencapai 59,8; tahun 2005 menjadi 60,8; tahun 2006 mencapai 63,7, tahun
2007 meningkat menjadi 63,4; tahun 2008 diperkirakan mencapai 65,0 dan pada
akhir tahun 2013 diproyeksikan akan mencapai 65,9 (perhitungan metode power
fungtions). Sementara Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) pada tahun 2003
mencapai 56,2; tahun 2004 mencapai 56,5; tahun 2005 mencapai 56,9 dan
tahun 2006 menjadi 59,3; tahun 2007 meningkat menjadi 59,7 diprediksikan
tahun 2008 mencapai 60,4 dan pada tahun 2013 akan mampu mencapai 61,8.

Kondisi anak di J awa Tengah masih perlu mendapat perhatian serius. Pada tahun
2007, gizi buruk mencapai 1,78%, angka kematian bayi 10,89. Sementara itu
masih terdapat 171.308 anak terlantar, 32.149 anak balita terlantar, 2.229 anak
korban tindak kekerasan, 11.178 anak nakal, 10.025 anak jalanan, 54.572 anak
cacat, dan 1.273 pekerja anak. Anak berkelainan yang memerlukan perhatian
khusus, tunarungu wicara 10.778, cacat mental retardasi 10.758, cacat ganda
4.192, cacat tubuh 19.243, cacat netra 6.273 dan cacat mental eks. Psikotik
3.328. Pada tahun 2006 jumlah pekerja anak mencapai 3.422 pekerja anak
tersebar dibeberapa sektor pekerjaan.

Persoalan yang perlu mendapatkan perhatian adalah Hak Tumbuh Kembang anak
karena banyak sarana dan prasarana permukiman dan sarana umum lainnya yang
tidak menyediakan sarana bermain bagi anak, kesempatan anak memperoleh
pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak serta kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan. Selain itu meskipun Kabupaten/Kota telah menerbitkan
Perda tentang Akte Kelahiran namun cakupannya belum maksimal. Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah Provinsi J awa Tengah telah melakukan upaya-
upaya untuk menanggulangi hal tersebut dengan berbagai program yang
responsif terhadap kebutuhan anak, serta dukungan berbagai lembaga
perlindungan anak yang mendukung upaya perlindungan anak.


35
2. Ekonomi
a. Industri
Sektor Industri merupakan salah satu motor penggerak perekonomian J awa
Tengah yang memberikan sumbangan cukup dominan dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Pembangunan industri J awa
Tengah pada dasarnya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis industri
baik dalam skala nasional, regional maupun internasional. Terkait dengan hal
tersebut, pengembangan industri di J awa Tengah diarahkan untuk mendorong
peningkatan daya saing, struktur industri yang sehat dan berkeadilan,
berkelanjutan dan memperkokoh ketahanan ekonomi.

Laju pertumbuhan sektor industri di J awa Tengah pada lima tahun terakhir
menunjukkan angka yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 laju pertumbuhan
sektor industri mencapai 5,49% dan tahun 2007 sebesar 5,56%. Pada tahun
2003, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku sebesar 32,60%
dan pada tahun 2007 menjadi 32,14%.

Industri di J awa Tengah pada tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang
lebih baik dengan meningkatnya jumlah unit usaha dari 644.902 unit usaha pada
tahun 2007 menjadi 645.054 unit usaha. Kenaikan jumlah unit usaha tersebut
memberikan peluang lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja
disektor industri sebanyak 3,33 juta orang pada tahun 2008, meningkat 1,22%
dari tahun 2007 sebanyak 3,29 juta orang. Nilai produksi dan investasi sektor
industri pada tahun 2008 mencapai Rp. 22,52 trilyun dan Rp. 14,14 trilyun atau
meningkat 1,19% untuk nilai produksi dan 0,97% untuk nilai investasi
dibandingkan tahun 2007 nilai produksi sebesar Rp.22,25 trilyun dan nilai
investasi sebesar Rp.14,01 trilyun

Beberapa kelompok industri yang merupakan penghela pertumbuhan sektor
industri antara lain : mebel, tekstil dan produk tekstil (TPT), kulit dan barang dari
kulit, komponen otomotif, perlogaman, keramik dan makanan/ minuman,
pengolahan hasil tembakau. Kelompok industri dimaksud, penting untuk
dikembangkan mengingat industri tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, banyak tersebar di


36
wilayah J awa Tengah, menggunakan teknologi sederhana dan hasil produknya
berorientasi ekspor.

Mengacu pada kebijakan industri nasional, pembangunan industri di J awa Tengah
antara lain ditempuh melalui penanganan panen dan pasca panen; perkuatan
klaster industri dengan menggunakan pendekatan Kompetensi Inti Industri
Daerah. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan efektivitas pengembangan
industri di tingkat Kabupaten/ Kota digunakan pendekatan One Village One
Product (OVOP). Melalui pendekatan tersebut, diharapkan dapat menggali dan
mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal, menggunakan sumber daya
lokal, bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan, memiliki brand image dan daya saing tinggi. J enis Industri
yang menjadi lingkup pengembangan industri di J awa Tengah berbasis
Kompetensi Inti Industri Daerah adalah : Industri Tekstil dan Produk Tekstil
(TPT), Industri Mebel, Industri Makanan Ringan, Industri Perlogaman, Industri
Komponen Otomotif, Industri Hasil Tembakau (Rokok).

b. Koperasi dan UMKM
Perkembangan jumlah koperasi di J awa Tengah selama 5 (lima) tahun terakhir
meningkat cukup signifikan. J umlah Koperasi 12.678 unit pada tahun 2003
menjadi 17.090 unit pada tahun 2007 (bertambah 4.412 atau 34,80%),
sedangkan jumlah anggota Koperasi dari 4.043.613 orang menjadi 4.387.110
(bertambah 343.497 atau 8,49%). Pada periode yang sama jumlah tenaga kerja
Koperasi 29.329 orang meningkat menjadi 41.234 orang (bertambah 11.905
orang atau 40,59%), sedangkan jumlah asset/modal dari 4.192 triliyun menjadi
6.106 triliyun atau meningkat sebesar 45.65%. Volume usaha Koperasi juga
meningkat dari Rp. 5,98 Trilyun menjadi Rp.10,75 Trilyun (79,8%).

Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi (KSP/USP
Koperasi) menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sebagai lembaga
keuangan mikro alternatif, sampai dengan tahun 2007 jumlah KSP/USP Koperasi
mencapai 7.405 unit dengan jumlah anggota sebanyak 3.176.745 orang,
menyerap tenaga kerja 34.658 orang sedangkan asset Rp. 3,442 trilyun,
tabungan Rp. 2,237 trilyun, pemberian pinjaman kepada UMKM mencapai


37
Rp. 6,337 trilyun serta pinjaman yang diberikan Rp. 2,559 trilyun. Sisa Hasil
Usaha/SHU mencapai Rp. 89,482 milyar, modal sendiri Rp. 1,024 trilyun.

Dalam upaya mengembangkan kualitas SDM dan pengelolaan KSP/USP Koperasi
maka telah dilaksanakan sertifikasi profesi Koperasi J asa Keuangan terhadap
pengelola KSP/USP Koperasi, sertifikasi bagi fasilitator dan pengelola Koperasi
J asa Keuangan bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi J asa Keuangan
(LSP-KJ K).

Keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD) sangat strategis dalam menggerakkan roda
ekonomi di wilayah perdesaan. KUD mempunyai sarana infrastruktur yang
lengkap mulai dari Rice Mill Unit (RMU), gudang, lantai jemur dan Waserda yang
dapat mencukupi kebutuhan petani. J umlah KUD di J awa Tengah tahun 2007
mencapai 590 unit. KUD/Koperasi telah menangani penyaluran pupuk ke PT Pusri
dan pengadaan pangan dengan Dolog Divre J awa Tengah.

J umlah KUD/Koperasi yang menjadi distributor pupuk sebanyak 23 Unit sesuai
dengan slogan Bali Ndeso Mbangun Deso maka KUD/Koperasi dimasa mendatang
perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk menangani penyaluran pupuk dan
pengadaan pangan, karena keberadaanya merupakan wadah para petani dalam
memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan di bidang pertanian.

Perkembangan usaha Warung Serba Ada (Waserda) dan Sentra Perkulakan
Koperasi (Senkuko) maupun Smescomart menunjukkan hasil yang cukup baik.
Waserda Koperasi sampai dengan tahun 2007 sebanyak 1.733 unit dengan
omset/hari Rp. 187 J uta, modal sendiri Rp. 21 Milyar, penyerapan tenaga kerja
2.746 orang. Senkuko sebanyak 67 unit dengan omset/hari Rp. 10,8 J uta, modal
sendiri Rp. 8,6 milyar dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.497 orang.
Sedangkan program Smescomart/pasar ritel modern yang dikerjasamakan dengan
swasta sebanyak 3 unit dan yang mandiri 26 unit.
J umlah UMKM di J awa Tengah sebanyak 4,1 juta orang/unit usaha mikro, kecil
dan menengah yang bergerak di sektor pertanian (Sensus Pertanian BPS, 2003),
dan 3,6 juta orang/unit UMKM non pertanian (Sensus Ekonomi BPS 2006)
bergerak di bidang industri, perdagangan dan aneka jasa usaha. J ika 1 unit UMKM
menyerap 2 orang tenaga kerja maka tenaga kerja yang terserap + 7,4 juta


38
tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki potensi yang besar
dalam penciptaan lapangan kerja, sekaligus menciptakan wira usaha baru.
Selanjutnya untuk peningkatan daya saing UMKM telah dilakukan melaui upaya
peningkatan produktivitas dan kualitas produk unggulan daerah yang bertumpu
pada sumberdaya lokal.

b. Investasi (Penanaman Modal)
Selama 5 tahun terakhir (2003 2008), perkembangan realisasi investasi di J awa
Tengah sangat fluktuatif. Pada tahun 2003 sampai dengan 2005 perkembangan
realisasi investasi di J awa Tengah mengalami kenaikan yang signifikan dan telah
melampaui dari target yang telah ditentukan , sedangkan pada tahun 2006
sampai 2007 dibanding tahun 2005 mengalami penurunan, tetapi bila
dibandingkan dengan target Realisasi Investasi PMA dan PMDN yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanaman Modal Provinsi
J awa Tengah Tahun 20052009, kumulatif Realisasi Investasi sebesar Rp.
22.850.322.692.030,- maka pencapaian realisasi investasi selama 2003 -2008
sebesar 162.97%. Sampai dengan Desember 2008 realisasi investasi untuk PMA
mencapai 34 proyek dengan nilai investasi mencapai U$ 39,223 juta dan Rp.
588,739 Milyar serta investasi PMDN sejumlah 14 proyek dengan nilai investasi
sebesar Rp 880,422 Milyar.

Perkembangan rencana investasi PMA dan PMDN secara kumulatif tahun 2003
sampai 2008 sebesar Rp 70.114.971.569.250,-. Capaian kinerja Rencana Investasi
selama 2003-2008 dibandingkan kebutuhan investasi adalah sebesar 362,71 %.
Sampai dengan bulan Desember 2008 rencana investasi di J awa Tengah untuk
PMA mencapai 58 proyek dengan nilai investasi sebesar U$ 1,932 Milyar dan
PMDN mencapai 14 proyek dengan nilai proyek mencapai Rp 2,518 Trilyun,
sedangkan target investasi pada tahun 2008 sebesar Rp 4,016 trilyun.

c. Pertanian
Dalam kurun waktu 20 tahun, Provinsi J awa Tengah menjadi salah satu
penyangga pangan nasional terutama beras. Luas lahan tanaman padi di J awa
Tengah adalah 1.614.095 ha dengan produktivitas 53,38 kw/ha. Produksi padi
J awa Tengah pada tahun 2007 mencapai 8.616.854 ton Gabah Kering Giling/GKG
(setara dengan 4.510.725 ton beras). Persentase sumbangan Provinsi J awa


39
Tengah terhadap produksi beras nasional sebesar 15,07%. Sementara produksi
jagung dan kedelai pada tahun 2007 masing-masing sebesar 2.233.992 ton dan
123.209 ton (kontribsi nasional sebesar 16,81 % dan 20,79 %).

Pada sektor peternakan, J awa Tengah juga merupakan salah satu penyangga
kebutuhan nasional. Produk andalan J awa Tengah pada sektor peternakan antara
lain daging, telur dan susu. Produksi daging J awa Tengah pada tahun 2007
sebesar 177.892 ton, terbesar kedua setelah J awa Timur; sementara konsumsi
mencapai 135.013 ton, sehingga surplus 42.879 ton. Sementara itu, produksi
telur 200.754 ton, sedangkan kebutuhan 183.458 ton, sehingga terjadi surplus
17,296 ton. Produksi susu sebesar 70.524 ton, sedangkan kebutuhan 259.534
ton, sehingga terjadi defisit sebesar 189.010 ton.

Produksi gula J awa Tengah pada tahun 2007 sebesar 243.632,99 ton, dengan
beroperasionalnya kembali 2 pabrik gula yang ada maka target swasembada gula
regional akan tercapai. Produksi tanaman perkebunan jarak kepyar dan jarak
pagar masing-masing sebesar 20,55 ton dan 35,81 ton. Penanaman jarak
menunjang konsep Desa Mandiri Energi. Produksi kelapa tahun 2007 yang terbagi
dalam kelapa dalam, kelapa deres, kelapa hibrida, dan kelapa kopyor masing-
masing sebesar 178.295,44 ton, 219.669,27 ton, 428,58 ton dan 717,70 ton.
Sementara itu, produksi tahun 2007 untuk tanaman perkebunan rakyat kopi
robusta dan kopi arabica sebesar 12.341,74 ton dan 1.319,41 ton.

Peningkatan produksi komoditas pertanian di J awa Tengah berdampak pula pada
peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani
(NTP), yang mengalami peningkatan dari 96,19 pada tahun 2006 menjadi 103,12
pada tahun 2007. Pada tahun 2007 nilai Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar
82,08 yang berarti naik dari tahun 2005 sebesar 78,60. Skor PPH ideal adalah
100 yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2020. Rata-rata tingkat
konsumsi energi J awa Tengah tahun 2007 adalah sebesar 1.924,94
kkal/kapita/hari, sedangkan rekomendasi dari Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 adalah sebesar 2.000 kkal/kapita/hari yang berarti
masih kurang 76,06 kkal/kapita/hari. Rata-rata tingkat konsumsi protein J awa
Tengah tahun 2007 adalah sebesar 55,94 gram/kapita/hari, sedangkan
rekomendasi dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004


40
adalah sebesar 52 gram/kapita/hari yang berarti sudah kelebihan 3,94
gram/kapita/hari.

d. Kelautan dan Perikanan
Provinsi J awa Tengah memiliki garis pantai sepanjang 828,82 km, terbagi atas
pantai utara 540,27 km dan pantai selatan 288,55 km. Terdapat 33 buah pulau-
pulau kecil yang tersebar di Laut J awa sebanyak 32 pulau (Pulau Marongan, Pulau
Gede, Pulau Sualan, Pulau Mandalika, Pulau Panjang dan 27 pulau di gugusan
Kepulauan Karimunjawa) serta pulau di Samudera Hindia, yaitu Pulau
Nusakambangan. Kondisi geografis semacam ini menyimpan potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan yang sangat besar termasuk perikanan tangkap dan
budidaya, industri pengolahan produk perikanan dan bioteknologi, pariwisata
bahari dan pantai, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri kapal,
bangunan laut dan pantai, pulau-pulau kecil dan kegiatan pendayagunaan benda-
benda berharga di dalam laut (the sunken treasures).

Dengan gambaran tersebut diatas, sumber daya kelautan dan perikanan bidang
Kelautan dan Perikanan di J awa Tengah memiliki potensi yang sangat besar,
sehingga bisa menjadi sektor penghela (prime mover) apabila dikelola dengan
baik. Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan adanya usaha
penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) di wilayah pantai utara J awa
Tengah. Sementara itu, wilayah laut di pantai selatan (PANSEL) J awa Tengah
mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut yang sangat besar tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal. Dari kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2007,
produksi perikanan tangkap mengalami penurunan dari 250.569,20 ton menjadi
169.690,50 ton. Sementara itu, produksi perikanan budidaya di J awa Tengah
menunjukkan peningkatan. Pada kurun waktu 2003-2007, produksi perikanan
budidaya meningkat rata-rata sebesar 6,62% per tahun, dari 88.749,90 ton
menjadi 114.007,80 ton.

Ekspor hasil perikanan mengalami peningkatan dari 17.118.728,15 kg pada tahun
2003 menjadi 19.938.399,15 kg pada tahun 2007 dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 5,10%. J ika dilihat nilainya dalam dolar AS, persentase pertumbuhan
rata-rata per tahun sebesar 10,73%. Pada tahun 2003 nilai ekspor hasil perikanan
sebesar US $ 56.628.982,56, sedangkan pada tahun 2007 adalah sebesar US $


41
74.643.244,22. Konsumsi ikan masyarakat J awa Tengah menunjukkan
peningkatan, yaitu dari 10,18 kg/kapita/tahun pada tahun 2003 menjadi 13,32
kg/kapita/tahun pada tahun 2007.
Di J awa Tengah terdapat 77 unit Tempat Pelelangan ikan (TPI), 2 (dua) buah
Pelabuhan Perikanan, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP)
dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC), serta 9 (sembilan) buah
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), yaitu : (1) PPP Tasikagung Kabupaten
Rembang, (2) PPP Bajomulyo J uwana Kabupaten Pati (3) PPP Morodemak
Kabupaten Demak, (4) PPP Wonokerto Kabupaten Pekalongan, (5) PPP Tawang
Kabupaten Kendal, (6) PPP Klidang Lor Kabupaten Batang, (7) PPP Tegalsari Kota
Tegal, dan (8) PPP Asemdoyong Kabupaten Pemalang dan (9) PPP Karimunjawa
Kabupaten J epara.

e. Pertambangan
Pada bidang pertambangan umum berdasarkan hasil identifikasi telah diketahui
44 jenis bahan galian yang berpotensi di J awa Tengah, yaitu : 3 (tiga) jenis bahan
galian golongan A (strategis), 9 (sembilan) jenis bahan galian golongan B (vital)
dan 32 jenis bahan galian golongan C. Bahan galian tersebut sangat bervariasi,
baik dalam sebaran, kualitas dan kuantitas. Beberapa jenis bahan galian termasuk
kedalam mineral logam dan hanya terdapat di beberapa wilayah, antara lain
Barit, Emas, Pasir Besi, Pirit, Mangaan, Galena dan Timah Hitam. Di samping itu
terdapat bahan galian yang berpotensi besar dan bahkan menjadi unggulan
karena memiliki karakteristik khas, nilai tambah yang tinggi dan permintaan pasar
yang besar, antar lain Feldspar, Phospat, Pasir Kuarsa, Pasir Besi, Batu Gamping,
Andesit, Ball Cllay dan Bentonit.

Tahun 2007 telah tercatat 76 Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) untuk
bahan galian golongan C yang meliputi Kapur/batu gamping, Marmer, Tanah
Urug, Pasir dan Batu, Felspar, Phospat, Pasir Kuarsa, Andesit, Bentonit, Ball Clay
dan Trass dengan luas area eksploitasi mencapai sekitar 2.666,20 hektar. Kondisi
tersebut diharapkan dalam 5 tahun mendatang akan meningkat dan dapat
mendorong tumbuhnya industri besar seperti industri semen, sehingga dapat
meningkatkan perekonomian J awa Tengah.



42
Dalam rangka konservasi sumber daya mineral sampai tahun 2007 telah dilakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha pertambangan di 32
kabupaten/kota serta penataan kawasan pertambangan pada 4 (empat) kawasan,
yaitu: Merapi Merbabu Ungaran, Gunung Muria, Pegunungan Kendeng dan
Serayu Pantai Selatan. Di samping itu juga dilakukan pembuatan demplot
reklamasi lahan bekas penambangan di 2 (dua) lokasi, yaitu Kabupaten Boyolali,
dan Rembang.

Pada bidang air tanah telah diketahui 31 Cekungan Air Tanah (CAT) yang terdiri
atas 6 (enam) CAT lintas Provinsi, 19 CAT lintas Kabupaten/Kota dan 6 (enam)
CAT dalam Kabupaten/Kota. Sampai tahun 2007 telah dilakukan identifikasi
potensi dan konfigurasi aquifer pada 17 CAT lintas Kabupaten/Kota untuk
mengetahui volume air yang ada pada CAT tersebut. Dalam pemanfaatan air
tanah tercatat sekitar 6.555 Surat Ijin Penambangan (SIP)/SIPMA dan untuk
menangani daerah rawan kering telah dibangun sumur bor sebanyak 45 lokasi
serta survey hidrologi sebanyak 45 lokasi.

Di bidang geologi telah dilakukan upaya mitigasi bencana alam ( tanah longsor,
tektonik, tsunami dan letusan Gunung Merapi) melalui pemetaan wilayah,
sosialisasi, bimbingan teknis dan pemasangan alat (patok pemantauan). Sampai
tahun 2007 telah diketahui di J awa Tengah terdapat 97 lokasi/kecamatan rawan
longsor yang tersebar di 27 kabupaten/kota dan telah dilakukan sosialisasi
mitigasi bencana pada sekitar 57 lokasi serta bimbingan teknis terhadap aparatur
di 27 kabupaten dan pemasangan patok 32 buah di 8 (delapan) lokasi pada 8
(delapan) kabupaten. Selain itu juga telah dilakukan pemetaan geologi tata
lingkungan di 6 (enam) kabupaten/kota.

f. Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mempunyai
keterkaitan luas dengan sektor-sektor lainnya. Secara makro diharapkan mampu
berperan sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional dan
perekonomian daerah, dalam rangka mendorong peningkatan pendapatan
masyarakat, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.



43
Sejalan dengan semakin membaiknya perekonomian nasional, kinerja sektor
perdagangan di J awa Tengah telah mampu mendorong perkuatan struktur
ekonomi daerah. Laju pertumbuhan sektor perdagangan pada tahun 2003
sebesar 5,24% dan meningkat cukup signifikan pada tahun 2007 yaitu sebesar
6,54%. Kontribusi sektor perdagangan terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku pada tahun 2003 sebesar
20,75% dan menjadi 20,30% pada tahun 2007. Masih dominannya kontribusi
sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB tersebut pada dasarnya tidak
terlepas dari semakin membaiknya perkembangan sektor perdagangan di J awa
Tengah dengan segala sumber daya pendukungnya termasuk keterkaitan dengan
sektor-sektor produksi dan jasa.

Kegiatan ekspor J awa Tengah pada lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 nilai ekspor non migas J awa Tengah
sebesar 1.865,60 juta US dolar dan tahun 2007 meningkat menjadi 3.122,50 juta
US dolar. Sementara nilai ekspor non migas pada tahun 2008, periode J anuari-
September 2008 telah mencapai sebesar 2.497,26 juta US dolar atau mengalami
peningkatan 6,80 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 yaitu
2.338,34 juta US dolar.

Komoditi utama ekspor non migas J awa Tengah sebagian besar merupakan
produk-produk industri pengolahan seperti : Tekstil dan Produk Tekstil (TPT),
mebel, kayu olahan, plastik dan produk plastik, kertas dan produk kertas,
elektronika, barang dari kayu, barang pecah belah dan gondorukem. Beberapa
negara tujuan utama ekspor J awa Tengah adalah Amerika Serikat, J epang,
J erman, Belanda, Perancis, Belgia, Inggris, Australia, Hongkong, Singapura dan
Korea Selatan.

Nilai impor non migas J awa Tengah pada tahun 2003 sebesar 812,37 juta US
dolar dan tahun 2007 meningkat menjadi 1.504,75 juta US dolar. Sementara, nilai
impor non migas pada periode J anuari September 2008 sebesar 1.911,79 juta
US dolar, atau mengalami peningkatan 65,67% dibandingkan periode yang sama
tahun 2007 yaitu sebesar 1.153,94 juta US dolar. Beberapa jenis produk impor
yang dominan antara lain Serat Tekstil, Gandum dan Olahan Gandum, Mesin


44
Industri, Produk Industri Kimia, Benang Tenun, Kain Tekstil, Mesin dan Pesawat
Mekanik, Barang dan Perlengkapan Listrik, dan Barang- barang Elektronik.

Dalam rangka meningkatkan perluasan dan peningkatan akses pasar produk
ekspor non migas J awa Tengah, telah dilakukan kegiatan promosi dan pameran
luar negeri yang secara rutin telah dilaksanakan sejak tahun 2005 adalah
Pameran Salone Internazionale Del Mobile di Milano Italia (khusus Produk mebel
dan handycraft). Pada tahun 2007 juga dilaksanakan pameran di Lazaronte
Spanyol dan Pameran Produk Indonesia di Kopenhagen Denmark. Sedangkan
untuk kegiatan promosi dan pameran dalam negeri antara lain : IFFINA, Inacraft,
ICRA, PRJ , Pesta Kesenian Bali (PKB), Trade Expo Indonesia (TEI), Soropadan
Agro Expo (SAE) dll.

Guna mendorong peningkatan kinerja para pelaku ekspor, telah dilakukan seleksi
terhadap eksportir berprestasi untuk mendapatkan penghargaan Primaniyarta.
Sejak tahun 2005 sampai dengan 2007 terdapat 12 perusahaan eksportir yang
telah mendapatkan penghargaan Primaniyarta dari Pemerintah; dengan kategori :
Eksportir Berkinerja (4 perusahaan), UKM Ekspor (4 perusahaan), Pembangunan
Merek Global (4 Perusahaan).

Kegiatan perdagangan dalam negeri J awa Tengah pada saat ini menunjukkan
perkembangan yang relatif membaik dengan ditandai semakin meningkatnya
kelancaran distribusi barang dan jasa, tertib niaga, kepastian berusaha dan
transparansi pasar. Seiring dengan perkembangan tersebut jumlah kelembagaan
usaha, ketersediaan sarana dan segala bentuk dukungan fasilitasi terhadap dunia
usaha juga semakin meningkat.

Salah satu upaya pemerintah daerah yang telah ditempuh dalam rangka
meningkatkan kegiatan perdagangan dalam negeri J awa Tengah adalah melalui
perkuatan dari sisi suplai guna menjamin ketersediaan kebutuhan pokok
masyarakat dan mendorong peningkatan sisi permintaan; yang salah satunya
melalui pembinaan pasar dan distribusi, fasilitasi pengembangan sarana dan
prasarana pasar, pemberdayaan kelembagaan usaha perdagangan dan
pengembangan pasar. Dalam rangka tertib niaga, tertib ukur dan perlindungan


45
konsumen telah ditempuh melalui peningkatan pelayanan publik di bidang
kemetrologian serta pengawasan barang yang beredar.

J umlah sarana pasar di J awa Tengah sampai dengan tahun 2006 sebanyak 1.714
unit; yang terdiri atas Pasar Induk 26 unit, Pasar Tradisional 1.537 unit, Pasar
Modern 44 unit dan Pasar Swalayan 107 unit. Sejalan dengan semakin
berkembangnya usaha ritel/eceran modern dan pembangunan pasar penunjang
komoditas serta pasar tradisional percontohan diperkirakan jumlah sarana pasar
di J awa Tengah pada tahun 2007 mencapai sekitar 1.885 unit. Pada tahun
anggaran 2008 telah dibangun Pasar Penunjang Beras dan Sayur-Sayuran; dan
Pasar Tradisional yang aman, nyaman dan bersih di 13 kabupaten/kota di J awa
Tengah. Lokasi pembangunan Pasar Penunjang Beras terdapat di Kabupaten
Pemalang dan Kabupaten Klaten, Pasar Penunjang Sayur-Mayur terdapat di
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magelang, dan Pasar Tradisional yang
Bersih, Aman dan Nyaman berlokasi di Kota Surakarta, Kabupaten J epara,
Kabupaten Sragen, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten
Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Rembang.

J umlah unit usaha pedagang formal di J awa Tengah sampai dengan tahun 2006
sebanyak 146.799 unit usaha; dan pada tahun 2007 diperkirakan jumlahnya telah
mencapai sekitar 161.478 unit usaha. J umlah pedagang skala besar adalah 1.085
unit usaha, pedagang skala menengah 6.589 unit usaha dan pedagang skala kecil
153.804 unit usaha.

Dalam rangka mendukung J awa Tengah sebagai salah satu daerah penyangga
pangan nasional dan khususnya peningkatan kesejahteraan para petani, selain
membantu dalam hal produksi, juga tidak kalah pentingnya membantu mereka
dalam hal memasarkan hasil produksi. Oleh karena itu, telah dilakukan fasilitasi
dalam hal perbaikan jaringan pemasaran produk pertanian yang terintegrasi
melalui pengembangan Pasar Lelang Komoditas Agro di J awa Tengah.

Kegiatan Pasar Lelang Komoditas Agro di J awa Tengah, telah dilakukan sejak
tahun 2003 dan sampai dengan Bulan Agustus 2008 telah dilaksanakan sebanyak
28 kali. Pelaksanaan kegiatan Pasar Lelang Komoditas Agro di J awa Tengah
tersebut, telah memberikan andil yang cukup berarti dalam rangka mendukung


46
terciptanya integrasi pasar, transparansi harga dan peningkatan pendapatan
petani produsen. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai transaksi
pelaksanaan Pasar Lelang menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada
tahun 2006 nilai transaksi pelaksanaan Pasar Lelang sebesar Rp. 742.467, 32
milyar dan tahun 2007 mencapai sebesar Rp. 575,51 milyar. Pada tahun 2007,
juga telah dilaksanakan Pasar Lelang Spot sebanyak 3 kali; dengan transaksi
secara langsung antara penjual dan pembeli sebesar Rp. 7,36 milyar,-. Sedangkan
nilai transaksi pelaksanaan Pasar Lelang tahun 2008 sebesar Rp. 448,21 milyar.

Realisasi nilai transaksi kegiatan Pasar Lelang Komoditas Agro J awa Tengah pada
tahun 2006 sebesar Rp. 589,33 milyar atau 76,68 %, realisasi nilai transaksi
tahun 2007 sebesar Rp. 474, 82 milyar,- atau 82,5% dan tahun 2008 realisasi
nilai transaksi sebesar Rp. 358,57 milyar atau 80%. J enis komoditas yang
dipasarkan pada pelaksanaan kegiatan Pasar Lelang antara lain meliputi komoditi
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, sayur mayur dan buah-buahan.

Guna mendukung terwujudnya tertib usaha, tertib ukur, perlindungan konsumen
dan kepastian berusaha, secara intensif melakukan peningkatan pelayanan
kemetrologian yang berupa pengelolaan standar, tera dan tera ulang,
pengawasan Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP), penyuluhan
Kemetrologian dan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT).
Pelayanan kemetrologian ini mencakup 35 Kabupaten/ Kota yang dalam
pelaksanaan di tangani oleh 6 Balai Metrologi wilayah : Semarang, Surakarta,
Pati, Magelang, Banyumas dan Tegal. Potensi jumlah pengusaha UTTP di J awa
Tengah tercatat sebanyak 60 unit usaha dan produksi UTTP 3.443.669 buah.
J umlah UTTP yang telah ditera dan tera ulang sebanyak 2.870.412 buah. Untuk
mendukung optimalisasi pelayanan kemetrologian secara intensif dilakukan
upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan kemampuan SDM kemetrologian,
peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan dan koordinasi
dengan pihak-pihak lain terkait yang dapat mendukung peningkatan PAD.

Dalam rangka membantu rendahnya posisi tawar petani saat panen, Pemerintah
Provinsi J awa Tengah secara terus menerus mengupayakan langkah-langkah
strategis yang terintegrasi dengan sektor-sektor pendukung terkait lainnya.
Langkah-langkah tersebut pada dasarnya diarahkan pada upaya peningkatan


47
daya saing produk pertanian melalui peningkatan akses, penetrasi pasar dan
pengembangan sistem tunda jual (Lumbung Desa, Resi Gudang, Pasar Lelang)
untuk mendorong perluasan akses pasar (Pasar Lelang Komoditas Agro, Promosi
dan Pameran, Lembaga Penjaminan dan Penyediaan Dana Bergulir untuk
menyerap hasil petani). Disamping itu, untuk mengungkit daya juang IKM/ UKM
dalam situasi Krisis Global maka akan ditingkatkan Inovasi Produk IKM/UKM yang
berbasis pedesaan. Untuk itu terus diupayakan terselenggaranya pelatihan
inovatif yang berorientasi pasar bagi IKM/UKM serta memfasilitasi bagi IKM/ UKM
untuk mendapatkan partner di Pasar Lokal, Regional dan Internasional melalui
promosi, pameran dan misi dagang.

g. Pariwisata
Wilayah Provinsi J awa Tengah memiliki sumber daya alam dan budaya yang
cukup besar serta potensi kepariwisataan yang beraneka ragam menjadi salah
satu daerah tujuan wisata nasional maupun internasional. Terdapat berbagai
macam obyek dan daya tarik wisata, baik alam, budaya maupun buatan. Obyek
dan daya tarik wisata di seluruh J awa Tengah yang sudah dikelola dengan baik
atau sudah siap menerima kunjungan wisatawan sebanyak 247 buah. Selain itu
masih banyak obyek dan daya tarik wisata potensial yang masih alami dan belum
dikembangkan/dikelola secara profesional, tersebar di 35 Kabupaten/Kota di J awa
Tengah.

Tersedianya fasilitas penunjang pariwisata yang cukup memadai seperti :
akomodasi (hotel), terdapat 93 hotel klasifikasi bintang dengan jumlah kamar
5.160 dan 810 hotel klasifikasi melati (non bintang) dengan jumlah kamar 17.236
serta jumlah pondok wisata/homestay yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota se
J awa Tengah. Dukungan jaringan jalan dan sarana transportasi yang relatif baik,
didukung pula oleh 2 Bandara Internasional yaitu Bandara A. Yani Semarang dan
Bandara Adi Sumarmo Surakarta, 2 Bandara Perintis yaitu Bandara Tunggul
Wulung Cilacap dan Bandara Dewa Daru Karimunjawa, 2 Pelabuhan Samudera
yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap,
Stasiun dan jaringan rel KA sepanjang jalur pantura dan jalur selatan, dan
terminal-terminal bus di setiap kota akan memudahkan mobilitas/pergerakan
wisatawan dari dan ke berbagai tujuan wisata di J awa Tengah.



48
Perkembangan pariwisata J awa Tengah selama tahun 2002 2007 cenderung
menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2002 jumlah obyek dan daya tarik wisata
yang ada di J awa Tengah sebanyak 226 obyek dan meningkat pada tahun 2007
menjadi 247 buah. J umlah wisatawan yang mengunjungi obyek dan daya tarik
wisata di J awa Tengah pada tahun 2002 sebanyak 14.744.000 orang, terdiri dari
288.576 orang wisatawan mancanegara (wisman) dan 14.455.424 orang
wisatawan nusantara (wisnus), sedangkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan
sebanyak 15.314.118 orang, terdiri dari 290.217 orang wisman dan 15.023.901
orang wisnus, dan pada tahun 2007 jumlah wisatawan menjadi 16.064.510 orang,
terdiri dari 302.116 orang wisman dan 15.762.394 orang wisnus.

Adapun jumlah penginap hotel bintang di J awa Tengah pada tahun 2006
sebanyak 1.280.421 orang, terdiri dari 69.501 orang wisatawan mancanegara
(wisman) dan 1.210.920 orang wisatawan nusantara (wisnus) dengan rata-rata
lama menginap 2,20 hari (wisman) dan 1,62 hari (wisnus). Sedangkan pada
tahun 2007 meningkat menjadi 1.313.407 orang, terdiri dari 89.059 orang
wisatawan mancanegara (wisman) dan 1.224.348 orang wisatawan nusantara
(wisnus) dengan rata-rata lama menginap 2,21 hari (wisman) dan 1,78 hari
(wisnus).

J umlah penginap hotel melati di J awa Tengah pada tahun 2006 sebanyak
2.590.307 orang, terdiri dari 7.815 orang wisatawan mancanegara (wisman) dan
2.583.292 orang wisatawan nusantara (wisnus) dengan rata-rata lama menginap
2,19 hari (wisman) dan 1,62 hari (wisnus). Sedangkan pada tahun 2007
meningkat menjadi 2.619.304 orang, terdiri dari 7.369 orang wisatawan
mancanegara (wisman) dan 2.611.935 orang wisatawan nusantara (wisnus)
dengan rata-rata lama menginap 2,20 hari (wisman) dan 1,73 hari (wisnus).

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan yang bersifat local genius/indigenius knowledge dikembangkan
untuk menjadi penyangga utama kebijakan tata kehidupan bermasyarakat di J awa
Tengah. Sementara itu, penerapan teknologi sederhana yang bersifat tepat guna
telah diberikan fasilitasi, stimulasi dan motivasi melalui jaringan penelitian dan
pengembangan daerah dan Dewan Riset Daerah Provinsi J awa Tengah.



49
Struktur penerapan dan pengembangan teknologi dilakukan bekerjasama dengan
perguruan tinggi, pemerintah kabupaten/kota, lembaga penelitian pusat yang ada di
J awa Tengah dan mendorong masyarakat melakukan penelitian dan pengembangan
berbasis sumberdaya lokal dan kultur budaya yang ada.

4. Prasarana dan Sarana Wilayah
J awa Tengah pada satu sisi mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi karena
berada di tengah-tengah jalur distribusi Sumatera-J awaBali, tetapi pada sisi lain
memiliki beban yang cukup berat karena harus mampu menjaga dan meningkatkan
peran dan fungsinya sebagai penopang jalur distribusi perekonomian nasional,
kondisi sarana dan prasarana wilayah (infrastruktur) merupakan komponen utama
yang perlu untuk mendapatkan perhatian supaya dapat selalu berfungsi dengan
optimal.

Secara umum kondisi sarana dan prasarana wilayah di Provinsi J awa Tengah masih
belum optimal dibanding dengan beban dan peran yang ditetapkan, antara lain
sarana-prasarana perhubungan darat khususnya prasarana jalan dengan kondisi yang
belum sepenuhnya baik; J alur jalan Pantura masih belum seluruhnya menjadi empat
lajur, J alur jalan pantai selatan dan jalur penghubunhg Pantura-pansela yang belum
sepenuhnya terbangun sehingga belum dapat berfungsi sebagai prime mover
pertumbuhan wilayah Pansel, serta kereta api dengan kondisi jalur relnya masih
memerlukan peningkatan kualitas prasarana dan peningkatan keselamatan lalu
lintasnya.

a. Prasarana Jalan
Panjang jalan di wilayah Provinsi J awa Tengah di Tahun 2007 sepanjang
26.296,28 Km, terdiri dari jalan nasional sepanjang 1.297,63, jalan provinsi
sepanjang 2.539,70 km (termasuk sebagian ruas di jalur lintas pantai selatan) dan
jalan kabupaten / kota sepanjang 22.458,95 Km. Panjang jembatan nasional
sepanjang 16.712 m dan jembatan provinsi sepanjang 25.335 m. Kondisi
prasarana jalan provinsi pada tahun 2007 dengan kondisi prasarana jalan baik
sebesar 82,50%, kondisi sedang sebesar 16,91%, dan kondisi rusak sebesar
0,59%. Kondisi jembatan provinsi di Tahun 2007 yang kondisinya baik mencapai
69,05%, kondisi sedang 29,76 % dan kondisi rusak 1,19%. Ruas jalan Provinsi
dengan kepadatan tinggi secara umum berada pada ruas jalan yang


50
menghubungkan kota-kota disepanjang pantai utara dengan wilayah tengah dan
pantai selatan. Beberapa ruas sudah mencapai kejenuhan, perbandingan antara
volume dan kapasitas jalan (V/C) >0,75. Tingkat kecepatan waktu tempuh
kendaraan rata-rata masih berkisar 30-35 km/jam.

b. Perhubungan
Pembangunan perhubungan darat selama 5 tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan menurun kecuali jumlah terminal angkutan darat dan trayek Antar
Kota Antar Provinsi (AKAP). Kinerja pelayanan transportasi jalan dilihat dari
jaringan pelayanan angkutan penumpang umum tahun 2006 dan 2007 cenderung
tetap, karena telah diterapkan kebijakan pembatasan ijin trayek guna menjaga
keseimbangan dengan kebutuhan masyarakat. J umlah trayek Antar Kota Antar
Provinsi (AKAP) sebanyak 840 trayek dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) 367
trayek.

Kondisi jalur rel kereta api (KA) yang ada di jalur utara, selatan dan tengah
(Semarang-Solo) dilayani oleh jalur tunggal dan digunakan dua arah lintasan
untuk angkutan penumpang dan barang. Frekuensi perjalanan KA di jalur utara
dan selatan sudah cukup padat, sedangkan pada jalur tengah frekuensi lintasan
belum padat.

Pintu gerbang J awa Tengah di bagian utara adalah Pelabuhan Tanjung Mas.
Pelabuhan ini merupakan pelabuhan utama sekunder yang mampu disandari
kapal kontainer, namun pada saat ini kapasitas dermaga sudah cukup padat.
Pelabuhan antarpulau di pantai utara meliputi pelabuhan Brebes, Tegal,
Pekalongan, Batang, J epara, J uwana, Karimunjawa, dan Rembang. Pelabuhan ini
melayani kapal niaga dan kapal nelayan. Sebagai pintu gerbang J awa Tengah di
bagian selatan adalah Pelabuhan Tanjung Intan yang merupakan pelabuhan
utama tersier yang mampu didarati oleh kapal kontainer dan sebagai alternatif
keluar masuknya barang melalui laut selatan yang perkembangannya masih
belum seperti Pelabuhan Tanjung Emas.

Perhubungan udara saat ini dilayani oleh empat bandara komersial, yaitu
Adisumarmo-Surakarta, Ahmad Yani-Semarang, Tunggul Wulung-Cilacap, dan
Dewadaru-Karimunjawa. Bandara Adi Sumarmo-Surakarta saat ini berfungsi


51
sebagai bandara internasional dan pusat pelayanan haji untuk wilayah J awa
Tengah dan sekitarnya, sedangkan bandara Ahmad Yani-Semarang melayani
penerbangan domestik dan internasional. Bandara Tunggul Wulung-Cilacap dan
Dewadaru-Karimunjawa lebih diarahkan sebagai pemandu lalu lintas udara dan
pelayanan pendukung pariwisata.

c. Perumahan dan Permukiman
J umlah rumah pada tahun 2006 sebesar 1,1 juta unit, sementara kemampuan
membangun setiap tahun sebanyak 8500 unit rumah. Disisi lain, kebutuhan
rumah per tahun sebanyak 81.290 unit rumah. Hal ini menunjukkan bahwa saat
ini di J awa Tengah masih banyak sekali keluarga yang belum memiliki rumah
sendiri.

Berdasarkan tipe rumah, sampai dengan tahun 2005 terdapat 7,22 juta unit
rumah, terdiri atas tipe A sebanyak 2.131.049 unit, tipe B sebanyak 2.857.692
unit, dan tipe C sebanyak 2.232.471 unit. Masih banyak terdapat kawasan
permukiman kumuh terutama di perkotaan, desa nelayan dan desa terisolir yang
tersebar di seluruh wilayah Provinsi J awa Tengah. Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Sewa maupun Milik (Rusunawa/mi) belum berjalan seperti yang
diharapkan, sehingga belum dapat mengatasi kebutuhan perumahan bagi Rumah
Tangga Miskin (RTM) pada kawasan kumuh perkotaan. Kawasan permukiman
perlu dukungan pelayanan air bersih dan sanitasi. Pada tahun 2007 cakupan
pelayanan air bersih perkotaan lebih kurang 33,2 % dan perdesaan 9,0 %.
Cakupan sanitasi/limbah lebih kurang 51% dan persampahan lebih kurang 65%
sampah terangkut.

d. Sumber Daya Air
J awa Tengah tahun 2007 memiliki 128 buah sungai induk dengan panjang 4.076
km, 40 buah waduk, dan 172 buah embung atau waduk lapangan, 602 mata air
dan 648 sumur dalam.

Kapasitas ketersediaan air permukaan sebesar 56,4 milyar m
3
per tahun, yang
berasal dari mata air 653 juta m
3
per tahun, sungai utama 65,13 milyar m
3
per
tahun, waduk, danau dan embung 2,4 milyar m
3
per tahun. Potensi tersebut baru
dimanfaatkan sebesar 12,8 milyar m
3
per tahun atau 20 % dan yang belum


52
dimanfaatkan serta terbuang ke laut sebesar 52,3 milyar m
3
atau 80 %. Faktor
kecukupan pemberian air irigasi yang ada pada Masa Tanam I adalah k = 0,86,
Masa Tanam II adalah k = 0,81 dan Masa Tanam III adalah k = 0,48. Sawah
yang dilayani jaringan irigasi seluas 992.455 ha atau sebanyak 9.115 Daerah
Irigasi (DI), terdiri atas 39 DI dengan luas 346.998 ha menjadi kewenangan
pusat, 106 DI dengan luas 86.252 ha menjadi kewenangan provinsi, dan 8.982 DI
dengan luas 559.205 ha adalah kewenangan kabupaten/kota. J umlah DAS kritis
ditinjau dari perbandingan debit maksimum terhadap debit minimum adalah
sejumlah 35 DAS dari 128 DAS. Sungai yang mengalami pendangkalan 35 sungai,
tanggul kritis 20 km. Kebutuhan air baku untuk rumah tangga, kota dan industi se
J awa Tengah sebesar 2.049.878.299 m
3
per tahun atau baru terpenuhi 19,76 %.
Panjang pantai se J awa Tengah 791,76 km, rusak 157 km dan yang sudah
tertangani secara struktur memalui Program Pengamanan Pantai sepanjang 40
km atau sekitar 22 %. Dari jumlah 608 mata air, baru 30 mata air yang mendapat
ijin. Daerah rawan banjir pada tahun 2007 adalah 199.427 ha.

Ketersediaan dan kualitas air di J awa Tengah cenderung tidak menentu, hal ini
dipengaruhi oleh perubahan iklim global maupun musim kemarau dan terjadinya
degradasi Daerah Tangkapan Air (DTA) serta adanya perubahan tata guna lahan,
yang memengaruhi ketersediaan air baku dalam menunjang aktivitas sosial
maupun ekonomi. Adapun mutu kualitas air sangat dipengaruhi oleh berbagai
limbah rumah tangga, baik berasal dari limbah permukiman maupun industri yang
berpotensi sebagai pencemar kualitas air. Kondisi sungai secara fisik cenderung
menurun dan belum seluruhnya dapat menampung debit air pada waktu-waktu
tertentu. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan kapasitas/debit sungai
sehingga menimbulkan potensi daerah-daerah rawan banjir.

e. Pos dan Telekomunikasi
Perkembangan bidang pos dan telekomunikasi saat ini sudah cukup pesat,
utamanya jasa pos pengiriman paket, surat, dan barang cetakan. Pada tahun
2007 jumlah kiriman surat dalam negeri sebanyak 33,66 juta surat dan yang
diterima sebanyak 36,30 juta buah, sedangkan keluar negeri mencapai 3,06 juta
surat terkirim dan diterima sebanyak 2,08 juta, belum termasuk yang
diselenggarakan pos swasta.


53
Bidang telekomunikasi tingkat pelayanannya per 100 penduduk mencapai 1,81
dengan kapasitas terpasang mencapai 822.739 pada tahun 2007. Animo
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha akan sambungan telepon terus
meningkat, sedangkan jumlah SST (Satuan Sambungan Telepon) terpasang masih
jauh dari kebutuhan. Namun, maka dengan perkembangan teknologi di bidang
telomunikasi sebagian dapat dipenuhi oleh sambungan telepon seluler baik GSM
maupun CDMA terutama di daerah perkotaan. Untuk daerah pedesaan dan
pelosok telah dilakukan pembangunan telepon USO (Universal Service Obligation)
atas prakarsa pemerintah pusat yang dibangun di tingkat kecamatan dan daerah
terpencil yang tidak bisa dijangkau oleh telepon seluler dan telepon tetap.

f. Energi
Kondisi kelistrikan J awa Tengah pada tahun 2007 dengan kapasitas pembangkitan
3.689 MW (termasuk 2 x 660 MW dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Tanjung J ati B dan 2 x 330 MW dari PLTU Cilacap) dan akan bertambah dengan
dibangunnya PLTU Rembang yang direncanakan selesai pada akhir tahun 2009.
Kondisi tersebut dapat memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan dengan
mayoritas rumah tangga sebanyak 5.326.411 (96,37 %) KK dan beban puncak
mencapai 2.122 MW.

Rasio desa berlistrik 99,94 % yang berarti 8.555 desa dari jumlah seluruhnya
8.560 desa telah berlistrik. Sementara itu, rasio elektrifikasi baru mencapai 67,19
% dari jumlah penduduk J awa Tengah.

Untuk memenuhi pasokan energi listrik pada 8.555 desa telah terpasang transmisi
tegangan ekstra tinggi (500 kV) sepanjang 1.220 kms dan J aringan Tegangan
Menengah (J TM) sepanjang 39.055 kms serta J aringan Tegangan Rendah (J TR)
sepanjang 45.553 kms. Sistem kelistrikan J awa Tengah termasuk dalam
interkoneksi J awaBali. Oleh karena itu telah dikembangkan pembangunan
pembangkit dengan memanfaatkan potensi sumber energi listrik setempat
(alternatif) terutama untuk daerah terpencil, antara lain Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebanyak 13 unit, Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Solar Home System (SHS) sebanyak 789 unit dan PLTS terpusat (komunal)
sebanyak 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebanyak 1 unit. Di
samping itu juga dikembangkan potensi energi alternatif panas bumi. Pada tahun


54
2007telah teridentifikasi potensi di 5 (lima) lokasi, yaitu Ungaran, Dieng, Slamet,
Telomoyo dan Lawu. Dua lokasi telah ditetapkan sebagai WKP, yaitu Ungaran dan
Dieng.

Pada bidang migas, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di J awa
Tengah telah didukung infrastruktur penunjang dalam distribusi, antara lain 3
(tiga) Kilang, 7 (tujuh) Depo milik Pertamina, 2 (dua) Depo milik swasta, 483
SPBU, 7 SPBE dan 1 (satu) Filling Plant, 71 Agen LPG dan 242 Agen Minyak
Tanah. Di samping itu dalam rangka investasi bidang migas Provinsi J awa Tengah
melalui BUMD (PT. SPHC) telah ambil bagian sebesar 1,1 % dalam Participating
Interes (PI) 10 % yang ditawarkan oleh Pemerintah untuk pengelolaan Blok Cepu,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan PAD J awa Tengah.

5. Politik dan Tata Pemerintahan
J umlah partai politik di J awa Tengah pada tahun 2004 sebanyak 24 partai politik. Dari
jumlah tersebut terdapat tujuh partai politik yang memiliki wakil di DPRD Provinsi
J awa Tengah, yaitu PDIP (31 orang), Partai Golkar (17 orang), PKB (15 orang), PPP
(10 orang), Partai Demokrat (10 orang), PAN (10 orang) dan Partai PKS sebanyak 7
orang.

Dari pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden tahun 2004 dan Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten/Kota yang telah dilaksanakan di J awa Tengah
pada tahun 2007 sebanyak empat kabupaten, yaitu Kabupaten J epara, Cilacap, Kudus
dan Brebes, dengan rata-rata penggunaan hak pilih sebesar 61,62% dari jumlah
pemilih. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan Pilkada di Kabupaten Banyumas dan
Temanggung. Pemilihan Gubernur secara langsung pertama kali di J awa Tengah
pada tahun 2008, yang telah terlaksana dengan baik, dengan jumlah penduduk yang
memiliki hak pilih sebanyak 25.855.542 orang, dan jumlah yang menggunakan hak
pilih sebanyak 15.116.390 orang (58,46%).

Partisipasi dan kesadaran politik masyarakat masih perlu mendapatkan perhatian
terutama menyangkut hak dan kewajiban warga negara serta institusionalisasi partai
politik dalam kegiatan politik. Peningkatan hak dan kewajiban warga negara
dilaksanakan antara lain melalui orientasi kesadaran bela negara bagi tokoh
masyarakat, pemuda dan Pramuka dan organisasi massa.


55

Dalam upaya peningkatan tertib peraturan perundangan pemerintahan sesuai dengan
kebijakan otonomi daerah, tahun 2006 telah disyahkan sebanyak 10 buah Perda
Provinsi. Pada tahun 2007 telah ditetapkan sebanyak 9 buah Perda dan tahun 2008
disahkan sebanyak 14 Perda Provinsi, antara lain Perda tentang keuangan daerah,
pajak dan retribusi daerah serta Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK).

6. Keamanan dan Ketertiban
Situasi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat cukup kondusif. Di beberapa
daerah masih terdapat gangguan keamanan dan ketertiban di beberapa daerah
menunjukkan penurunan. Pada tahun 2005 jumlah tindak pidana (crime total) yang
dilaporkan di Kepolisian Daerah (Polda) J awa Tengah, Kepolisian Wilayah (Polwil) dan
Kepolisian Kota Besar (Poltabes) sebanyak 14.568 kasus, pada tahun 2006 sebanyak
13.128 kasus. Tahun 2007 sebanyak 14.483 kasus, sedangkan pada tahun 2008
15.524 kasus. Sedangkan jumlah tindak pidana menonjol (crime index) tahun 2007
di J awa Tengah sebanyak 5.541 kasus dan pada tahun 2008 sebanyak 5.987 kasus.

7. Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Daerah
a. Pengembangan Kelembagaan.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Pemerintah
Provinsi J awa Tengah didukung sebanyak 18.200 PNS (Oktober, 2008) dengan
kualifikasi menurut pendidikan yang ditamatkan berturut-turut adalah : SD
sebanyak 1.246 orang (6,85%), SMP 1.358 orang (7,48%), SMA 6.638 orang
(36,47%), Diploma/Sarjana Muda 2.776 orang (15,25%), S1 4.798 orang
(26,36%), S2 1.381 orang (7,59%) dan S2 3 orang (0,02%). Berdasarkan
golongan kepangkatan terbanyak golongan III sebesar 11.100 orang (60,99%),
Golongan II sebanyak 5.259 orang (28,90%), Golongan IV sebanyak 1.228
orang (6,75%) dan lainnya Golongan I sebanyak 613 orang (3,37%). Upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparatur telah
diselenggarakan pendidikan dan pelatihan, baik teknis maupun fungsional dan
bimbingan teknis (bintek), maupun pendidikan formal melalui program tugas
belajar maupun ijin belajar. Upaya peningkatan tersebut secara nyata
diwujudkan dengan penyediaan anggaran peningkatan SDM aparatur di Badan
Diklat dan BKD. Demikian pula dalam upaya peningkatan pelayanan publik
semakin ditingkatkan melalui pelayanan terpadu, one stop services (OSS) dan


56
penyederhanaan pelayanan. J enis pendidikan dan latihan yang telah
dilaksanakan sampai dengan Bulan September 2008 sebagai berikut : Diklat
Kepemimpinan sebanyak 2.626 orang, Diklat Teknis 560 orang, Diklat
Fungsional 325 orang.

Dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur dan meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, dilakukan peningkatan prasarana dan sarana
kerja yang memadai serta pengembangan teknologi informasi.

b. Peraturan Daerah.
Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan untuk
melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) serta
melakukan pengawasan represif terhadap Peraturan Daerah (Perda) dan
Peraturan Bupati/Walikota. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi
J awa Tengah telah melakukan evaluasi dan klarifikasi terhadap produk-produk
hukum di kabupaten/kota berupa 276 Raperda dan 185 Perda. Perda-perda
tersebut dievaluasi dan diklarifikasi agar tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan pengembangan
investasi di daerah. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pengawasan
preventif maupun represif tersebut, produk-produk hukum dari kabupaten/kota
harus sesuai dengan catatan-catatan hasil evaluasi dan pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah Provinsi. Pada tahun 2005 telah dievaluasi 311 Perda
Kabupaten/Kota dan 5 Peraturan/Keputusan Bupati/Walikota, tahun 2006 telah
dievaluasi 386 Raperda Kabupaten/Kota dan telah diklarifikasi 171 Perda
Kabupaten/Kota. Sedang pada tahun 2007 telah dilakukan evaluasi sebanyak
282 Raperda Kabupaten/Kota dan diklarifikasi 111 Perda Kabupaten/Kota.
Selanjutnya pada tahun 2008 telah dievaluasi sebanyak 222 Raperda
Kabupaten/Kota dan diklarifikasi 109 Perda Kabupaten/Kota. Dan sesuai dengan
ketentuan, kewenangan Pemerintah Provinsi hanya sebatas mengevaluasi dan
mengklarifikasi dan tidak ada pembatalan.

8. Wilayah, Tata Ruang dan Pertanahan
Meningkatnya dinamika dan aktivitas penduduk sejalan dengan semakin mantapnya
pelaksanaan otonomi daerah, pengaruh arus perdagangan bebas, dan penurunan
kualitas sumber daya alam, maka fungsi ruang dan lahan menjadi sangat penting.


57
Pelaksanaan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan harus
diimbangi dengan konsistensi dan komitmen dalam pengendalian serta penegakan
hukum. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ruang, maka kebutuhan akan lahan
juga meningkat pula, sehingga tantangan yang dihadapi pada bidang pertanahan
adalah peningkatan pelayanan administrasi pertanahan yang berpihak pada
kepentingan masyarakat.

a. Wilayah
Provinsi J awa Tengah terbagi dalam 29 kabupaten dan 6 kota. Wilayah tersebut
terdiri dari 568 kecamatan dan 8.573 desa/kelurahan. J awa Tengah juga
memiliki 3 kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 17 kota Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), dan 57 kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang belum dapat optimal
berperan seperti fungsi yang telah ditetapkan. Pertumbuhannya relatif lambat
dibanding dengan kecepatan perkembangan dinamika kebutuhan pelayanan
kepada masyarakat, terutama permasalahan infrastruktur dan penyediaan
lapangan pekerjaan.

Wilayah perdesaan sementara ini masih lebih berperan sebagai daerah
penyangga (hinterland) perkotaan, dengan kondisi sosial ekonomi yang jauh
lebih rendah dari perkotaan terutama pada wilayah perbatasan baik antar
kabupaten atau kota maupun antar provinsi dan berpotensi sebagai kantung-
kantung kemiskinan. Upaya pembangunan perdesaan mendasarkan
kewenangan provinsi yang ada banyak dilakukan melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat dalam segala bidang terutama infrastruktur dan
pendekatan pembangunan kawasan agropolitan yang telah mulai berjalan di
lebih dari enam kawasan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi urbanisasi
dan peningkatan sinergitas pembangunan desa-kota untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat perdesaan.

Upaya peningkatan daya jual, daya saing, dan daya dukung potensi wilayah
Provinsi J awa Tengah dalam konteks wilayah dilakukan dengan pendekatan
pembangunan kawasan strategis dengan operasionalnya melalui kerja sama
pembangunan wilayah/kawasan antar kabupaten/kota dan antar provinsi
mendasarkan pada kerjasama kawasan yang telah ditetapkan RTRW Provinsi
J awa Tengah Perda 21 Tahun 2003. Beberapa kawasan kerja sama strategis


58
telah mulai terbentuk dan operasional antara lain Barlingmascakeb,
Kedungsapur, Sapta Mitra Pantura, dan Subosukowonosraten, Kawasan
perbatasan Provinsi (antara lain Ratubangnegoro, Pancimas, Cibening), dan
Kawasan Konservasi (Kawasan Dieng dan Segara Anakan).
Terdapat tiga hal pokok yang menjadi kendala dalam pembangunan kawasan
strategis. Pertama, pembangunan kawasan strategis belum berjalan secara
optimal. Kedua, kerjasama antar daerah masih dalam tahap awal. Ketiga,
dukungan dari sistem sarana dan prasarana wilayah juga belum maksimal,
antara lain jalan tol Semarang-Surakarta dan Transjawa; peningkatan kualitas
ruas jalan Cepu-Blora-Purwodadi-Semarang; peningkatan ruas jalan lintas
tengah Pantura-Pansel; pembukaan kembali jalur kereta api komuter dan
pariwisata; pengembangan prasarana pelabuhan penyeberangan lintas provinsi
di Cilacap dan Kendal; pengembangan Pelabuhan Tanjungmas, Batang, dan
Rembang; pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi
Sumarmo Surakarta; peningkatan sarana dan prasarana penunjang eksploitasi,
dan pengolahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Blora juga belum berjalan.
Hal tersebut mengakibatkan pembangunan antar daerah masih belum berjalan
sesuai dengan yang direncanakan.

b. Tata Ruang
Tata Ruang wilayah Provinsi J awa Tengah sebagai bagian dari tata ruang
wilayah nasional merupakan satu kesatuan ruang wilayah NKRI, meliputi ruang
darat, laut, dan udara, termasuk di dalam bumi maupun sebagai sumber daya
yang harus dikelola secara bijaksana, berdaya guna dan berhasil guna secara
berkelanjutan demi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial sesuai
UUD45. Provinsi J awa Tengah telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 21
Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) J awa
Tengah dengan rentang waktu rencana selama 15 tahun dimulai dari tahun
2003 sampai dengan 2018. Demikian pula 35 kabupaten atau kota yang ada di
Provinsi J awa Tengah telah mempunyai dan menetapkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota (RTRWK) dengan rentang waktu rencana 10 tahun
serta rencana tata ruang penjabarannya, meskipun disadari bersama bahwa
pengelolaan penataan ruang belum dapat berjalan secara optimal. Kondisi
tersebut terjadi terutama karena rencana tata ruang yang merupakan matra
ruang dari pembangunan daerah belum optimal dapat saling bersinergi dengan


59
rencana pembangunan lainnya, daya dukung/daya tampung lingkungan
terutama dalam keterkaitan dengan kerentanan terhadap bencana belum
mendapat perhatian yang cukup, aspek keberlanjutan sumber daya alam dan
lingkungan masih belum diutamakan dibandingkan dengan kepentingan
ekonomi jangka pendek dan kepentingan sektoral, Hal tersebut ditambah
dengan masih rendahnya peran serta dan pemahaman pelaku pembangunan
dalam penataan ruang, perkembangan peraturan terkait serta tingginya
dinamika perubahan pemanfaatan ruang yang berakibat pada alih fungsi lahan.
Perubahan penggunaan tanah dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2007
terjadi cukup dinamis terutama pada penggunaan tanah untuk permukiman naik
50,635%, penggunaan tanah sawah turun 8,997% dan penggunaan lahan
perkebunan terjadi ahli fungsi ke penggunaan lain sebesar 39,064%. Melihat
perkembangan tersebut perlu menjadi perhatian kedepan terutama dengan
berkurangnya tanah sawah yang kedepan berpotensi akan semakin meningkat
sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pembangunan infrastruktur dan
degradasi lingkungan. Dengan berlakunya UU No 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, maka pada tahun 2008 dilaksanakan evaluasi dan revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dengan rentang waktu 20 tahun
ke depan.

Mendasarkan pada kondisi diatas sebagai titik tolak dasar kesinambungannya
dan konsistensi terhadap pemanfaatan ruang kedepan, maka beberapa aspek
penataan keruangan yang perlu mendapatkan perhatian untuk lima tahun yang
akan datang antara lain peningkatan dan pengembangan fungsi kawasan
lindung, kawasan rawan bencana alam, kawasan budi daya, kawasan prioritas
konservasi, kawasan pariwisata Solo-Selo-Borobudur dan Kepulauan
Karimunjawa, kawasan kerja sama antardaerah dan perbatasan antar provinsi,
kawasan selatan-selatan dan pengembangan infrastruktur.

c. Pertanahan
Dalam bidang pertanahan yang merupakan salah satu sumber daya alam yang
harus dijaga dan ditata karena mempunyai nilai strategis dalam tatanan
kehidupan manusia bersosial dan bernegara, terutama dalam kaitannya dengan
fungsi pemanfaatannya, baik fungsi lindung maupun budi daya sesuai RTRW. Di
Provinsi J awa Tengah yang terbagi dalam 20.486.566 bidang tanah dan baru


60
7.932,763 bidang tanah atau 37,64% yang telah bersertifikat sampai dengan
tahun 2007, sehingga konflik pemanfaatan antara lain pemanfaatan fungsi
lindung dengan fungsi budidaya (industri, perumahan, infrastruktur) sawah
menjadi non sawah dan lain sebagainya, dan sengketa tanah baik antar
masyarakat maupun antar daerah masih cukup banyak terjadi terutama pada
daerah perkotaan dan perbatasan. Upaya land reform pada masyarakat rumah
tangga miskin secara bertahap terus dilakukan. Di samping itu, upaya untuk
pengaturan kepemilikan tanah baik Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna
Usaha (HGU), Hak Pengelolaan (HP) maupun tanah terlantar dan tanah timbul
terus diselesaikan inventarisasinya secara bertahap sejalan dengan
penertibannya demikian juga dengan batas daerah, baik antar kabupaten atau
kota maupun antarprovinsi.

9. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan
masyarakat saat ini masih merupakan andalan dalam proses pembangunan, namun
pemanfaatannya telah melampaui kemampuan daya dukung kelestarian lingkungan.
Kondisi tersebut dapat dilihat dengan timbulnya beberapa bencana lokal berupa
tanah longsor, penggundulan hutan, meningkatnya lahan kritis, banjir, kekeringan,
dan pencemaran lingkungan. Disamping itu, dampak yang telah dirasakan berupa
krisis pangan, energi serta gangguan keseimbangan siklus air. Sehubungan dengan
hal tersebut komitmen pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan
yang merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) sektor
kehutanan telah mengambil peran yang sangat penting dalam upaya pemulihan
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Guna menjaga kualitas lingkungan suatu wilayah, salah satu langkah yang perlu
dilakukan adalah pembangunan kawasan hutan dan pengembangan kawasan
konservasi seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan kawasan lindung
lainnya. Sampai dengan tahun 2006, luas kawasan hutan seluas 757.250 ha yang
terdiri atas kawasan hutan daratan seluas 647.133 ha dan kawasan hutan
konservasi perairan seluas 110.117 ha, sedangkan kawasan lindung diluar kawasan
hutan yang mempunyai fisiografi seperti hutan lindung seluas 222.759 ha dan hutan
mangrove seluas 1.950 ha.



61
Sumber daya hutan di J awa Tengah, terdiri dari hutan negara mencapai 19,88 %
dari luas wilayah ( SK Menhut No. 359/Menhut-II/2004) dan hutan rakyat mencapai
10,63 % dari luas wilayah J awa Tengah. Adapun luas kawasan hutan negara di
J awa Tengah seluas 638.660,71 ha. tersebut seluas 647.133 ha, terdiri dari kawasan
Hutan Produksi 546.290 ha yang terbagi kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas
362.360 ha, kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 183.930 ha, dan Hutan
Lindung 84.430 ha. Luas hutan rakyat bersifat dinamis dan pada tahun 2006 seluas
345.822 ha. Luas kawasan yang berfungsi hutan telah melebihi 30 %, hal ini sesuai
dengan amanat UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, namun demikian kualitas
belum optimal, sebarannya belum proporsional sehingga fungsi hutan sebagai fungsi
lingkungan, sosial dan ekonomi belum optimal. Disamping hal tersebut, permohonan
untuk penggunaan kawasan hutan di luar sektor kehutanan (alih fungsi lahan)
semakin tinggi.

Penurunan kualitas lingkungan ditandai adanya lahan kritis diluar kawasan hutan
dan tanah kosong di dalam kawasan hutan. Pada tahun 2006 luas lahan kritis (kritis
dan sangat kritis) di luar kawasan hutan seluas 654.896,77 ha dan tanah kosong
didalam kawasan hutan negara seluas 81.767,8 ha dan kawasan konservasi alam
seluas 3.073,90 ha. Mulai tahun 2003 sampai tahun 2007 telah dilakukan
penanaman kembali lahan kritis seluas 239.073,5 ha, sehingga pada tahun 2007
diperkirakan masih terdapat lahan kritis seluas 415.823,27 ha.

Kerusakan wilayah pesisir dan laut yang terjadi hampir di seluruh wilayah pantai
kabupaten/kota di J awa Tengah. Keberadaan terumbu karang dan padang lamun
juga sudah mulai terancam akibat peningkatan aktivitas budidaya yang tidak ramah
lingkungan. Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2007 di wilayah pesisir
mencapai 3.813,47 ha, kerusakan akibat abrasi seluas 4.114,78 ha, dan kerusakan
pada terumbu karang mencapai 361,80 ha (Bappedal Prov J ateng, 2007).

Disisi lain, terdapat 2.411 usaha yang diperkirakan menghasilkan limbah cair rata-
rata sebesar 5 m
3
/hari atau mencapai 1.159.592.400 m
3
per tahun yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Volume timbunan sampah tahun 2007
yang dihasilkan masyarakat Provinsi J awa Tengah diperkirakan mencapai 48.570,18
m
3
/hr, pada tahun 2008 mencapai 48.874,81 m
3
/hr dan diperkirakan meningkat
menjadi 49.082,82 m
3
/hr pada tahun 2009 dengan asumsi setiap penduduk


62
mengeluarkan sampah 1,5 ltr/hr; semuanya mempunyai andil terhadap
pencemaran udara, tanah/perairan, menurunnya estetika lingkungan, serta menjadi
habitat perkembangan vektor penyakit. Kegiatan industri disamping menghasilkan
limbah cair dan padat juga menghasilkan emisi gas ke udara pencemar CO, CO2,
S02, NO2, debu dan partikel. Beban pencemaran udara berasal dari sumber
bergerak pada tahun 2006 (berasal dari kendaraan dengan plat nomor J awa
Tengah sebanyak 5.055.628 buah dan kendaraan luar daerah yang melintasi
wilayah J awa Tangah) kurang lebih mencapai 340.230 ton/tahun partikel debu, SO2
mencapai 374.093 ton/tahun, NO2 mencapai 340.230 ton/tahun, HC mencapai
2.395.670 ton /tahun, dan CO mencapai 103.546.075 ton/tahun. Selama tahun
2006 s/d 2007, beban pencemaran udara dari parameter debu, S02, N02, HC dan
CO mengalami peningkatan sebesar 1 % dari sumber tidak bergerak, sedang
pencemaran dari sumber bergerak mencapai 3 %.

Selama tahun 2007, Provinsi J awa Tengah dilanda berbagai macam bencana alam
baik banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan gelombang pasang air laut.
Berdasarkan data terakhir, tercatat korban meninggal dunia sebanyak 147 orang,
luka berat 189 orang, dan luka ringan 85 orang: Upaya untuk mencegah dan
menanggulangi bencana alam yang telah dilakukan, antara lain dengan
meningkatkan prasarana dan sarana penanggulangan bencana alam. Sampai
dengan pertengahan tahun 2008, prasarana dan sarana penanggulangan bencana
di Provinsi J awa Tengah terdapat 65 jenis, diantaranya perahu karet 127 unit,
pelampung 380 unit, felt bed 829 unit, tenda peleton 367 unit, mobil pemadam
kebakaran 63 unit, excavator 26 unit, dumptruck 35 unit, whell loader 9 unit,
ambulance 150 unit, mobil recue 4 unit, mobil tangki air 59 unit, dozer 6 unit,
gergaji mesin 65 unit, perahu fiber 20 unit, alat selam 14 unit, mesin tempel 52
unit, life jacket 300 unit, tenda terpal plastik 2.097 unit, matras 3.024 unit, mobil
dapur umum 7 unit, perahu dolphin 3 unit, dayung aluminium 18 unit, kawat
beronjong 2.950 buah, truck crane 9 unit.




63

E. Analisis Lingkungan Strategis
1. Kondisi Lingkungan Internasional
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pelaksanaan pembangunan daerah
sejak dari perumusan kebijakan hingga implementasinya dapat terpengaruh oleh
isu-isu atau permasalahan penting yang berkembang di dunia internasional. Isu-isu
internasional yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pembangunan Propinsi
J awa Tengah 2008-2013 adalah sebagai berikut:

a. Globalisasi Perdagangan Dan J asa
Globalisasi yang sedang kita hadapi mengakibatkan persaingan dagang
maupun jasa semakin ketat. Bagi J awa Tengah hal ini berarti tantangan berat
terhadap sektor usaha (baik barang maupun jasa) untuk dapat memproduksi
barang dan jasa yang berkualitas dan efisien, sehingga kompetitif menghadapi
persaingan global tersebut. Disisi lain perlu upaya-upaya akselerasi
peningkatan kualitas SDM (tenaga kerja) agar mampu bersaing di pasar kerja
internasional.

Terkait dengan isu perdagangan bebas, saat ini Indonesia tidak lagi menjadi
tujuan utama para investor untuk menanamkan modalnya dibanding negara
Asia lainya seperti China, Vietnam, Korea dan Taiwan. Sementara Indonesia
sangat membutuhkan kehadiran investor untuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Bagi Propinsi J awa Tengah kondisi
semacam ini dapat berakibat berkurangnya nilai realisasi investasi yang akan
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja atau pengurangan
pengangguran.

b. Fluktuasi harga minyak mentah di pasar dunia
Negara Indonesia meskipun merupakan negara produsen minyak, namun
besarnya produksi tidak sebanding dengan tingginya konsumsi sehingga
Indonesia merupakan negara net importir minyak, dimana volume ekspor
lebih kecil dibandingkan volume impor. Sementara itu sebagian besar minyak


64
yang dikonsumsi masyarakat merupakan minyak dengan harga subsidi,
sehingga pada saat harga minyak dunia melambung tinggi, APBN terganggu
karena asumsi-asumsi pendapatan maupun pengeluaran didasarkan pada
standar harga minyak dunia tersebut. Dampak dari instabilitas APBN ini adalah
berkurangnya dana perimbangan dari pemerintah kepada daerah, baik dalam
bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dana
bantuan lainnya.

c. Perubahan Iklim, Pemanasan Global dan Degradasi Lingkungan
Pemanasan global menyebabkan peningkatan muka air laut, sehingga wilayah-
wilayah tertentu dilanda banjir akibat pasang naik (rob). Akibat lainnya adalah
terjadinya anomali musim, terjadinya banjir dan kekeringan sehingga
mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian, dan terjadinya bencana
alam. Ancaman terjadinya kerusakan lingkungan akibat pemanasan global ini
menuntut adanya komitmen masyarakat dunia atas penyelamatan bumi (save
the planet).

d. Krisis Pangan Dunia
Isu penting lainnya adalah naiknya harga bahan pangan dunia (terutama
beras) hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya volume produksi dengan
kebutuhan atau konsumsi. Kondisi ini secara nasional menyebabkan
berkuranganya peluang impor sehingga ketersediaan pangan nasional
terganggu. Bagi Propinsi J awa Tengah kondisi semacam sangat berpengaruh
karena J awa Tengah disamping harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk
sendiri (swasembada) juga harus memberikan kontribusi terhadap pemenuhan
kebutuhan pangan nasional.

e. Komitmen Pemerintah Indonesia pada Berbagai Permasalahan
Internasional
Pemerintah Indonesia telah ikut menandatangani berbagai komitmen
internasional dan telah meratifikasi komintmen tersebut dalam Undang-
Undang. Untuk mewujudkan komitmen tersebut perlu didukung oleh seluruh
pemerintahan daerah. Salah satu komitmen penting yang telah disepakati
adalah Millenium Development Goals (MDGs). MDGs merupakan paradigma
pembangunan global yang disepakati oleh 189 Negara anggota PBB (termasuk


65
Indonesia) dalam KTT Milenium September 2000. Secara singkat arah
pembangunan yang disepakati secara global dan diharapkan dapat dicapai di
tahun 2015 adalah : (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; (2)
mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian
anak; (5) meningkatkan kesehatan maternal; (6) melawan penyebaran
HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya (malaria dan tuberkulosa);
(7) menjamin keberlangsungan lingkungan; dan (8) mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan.

Komitmen lain yang telah disepakati diantaranya adalah Protokol Kyoto,
Convention on the Elimination of All Form of Discrimination Against Women
(CEDAW) , Hyogo Framework, Ecolabelling dan sebagainya.

2. Kondisi Lingkungan Nasional
a. Tingginya Angka Kemiskinan dan Angka Pengangguran
Tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran merupakan
permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah baik pemerintah pusat
maupun pemerintah kabupaten/kota dan daerah provinsi, termasuk
pemerintah Provinsi J awa Tengah. J umlah penduduk miskin di Indonesia
dengan kriteria MDGs yaitu mereka yang berpenghasilan kurang dari 1 $ US,
pada tahun 2007 sebanyak lebih kurang 16,5 juta jiwa atau lebih kurang 7,5%.

b. Terjadinya Krisis Energi Nasional
Adanya perubahan harga minyak (energi fossil) di pasar dunia mulai akhir
tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2008 yang cenderung fluktuatif dan
semakin terbatasnya energy fosil tersebut, memicu terjadinya krisis energy
yang memerlukan perhatian serius seluruh pihak. Krisis energy di Indonesia
ternyata tidak hanya terjadi pada energy primer saja namun juga terjadi pada
energy sekunder dalam hal ini listrik. Tidak terjaminya kontinuitas pasok batu
bara pada pembangkit-pembangkit PLTU milik PT PLN (Persero) menyebabkan
berkurangnya pasokan listrik pada sistem interkoneksi J awa Bali, sehingga
pemadaman bergilir tak bisa dihindari. Ketidakhandalan penyediaan tenaga
listrik ini berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat dan produktivitas
daerah serta menyebabkan rendahnya daya tarik daerah bagi investor.


66
c. Tuntutan Perwujudan Good And Clean Governance yang Semakin
Kuat.
Meskipun telah ada upaya yang cukup dari pemerintah untuk mewujudkan
good and clean governance, namun tuntutan untuk terwujudanya
pemerintahan yang akuntabel masih menjadi isu nasional yang mengemuka.
Banyaknya kasus-kasus korupsi yang justru melibatkan aparat penegak hukum,
dan wakil rakyat yang duduk di DPR/DPRD membuat tuntutan perwujudan
good governance semakin kuat.

d. Penurunan Kualitas Lingkungan dan Peningkatan Frekuensi serta
Intensitas Bencana Alam.
Penurunan kualitas lingkungan akibat pengrusakan hutan dan pencemaran
lingkungan akibat usaha dan/atau kegiatan, merupakan isu penting yang harus
disikapi dengan program-program pembangunan yang berkesinambungan.
Meningkatnya frekuensi kejadian berbagai jenis bencana alam dengan skala
dan intensitasnya mengharuskan pemerintah/pemerintah daerah menyusun
rencana aksi yang sistematis dan konkrit mulai dari pra bencana, pada saat
tanggap darurat dan pada pasca terjadinya bencana (rehabilitasi-rekonstruksi).

e. Penurunan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan oleh Pemerintah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak hanya pemerintah namun dialami pula oleh
hampir semua Pemerintah Daerah Provinsi J awa Tengah, menghadapi
permasalahan terbatasnya sumberdana pembangunan dibandingkan dengan
kebutuhan yang demikian besar untuk memecahkan permasalahan yang
dirasakan oleh daerah-daerah yang memiliki pendapatan asli daerah (PAD)
relatif kecil, sehingga proporsi belanja daerah didominasi oleh pengeluaran
untuk belanja pegawai dan belanja tidak langsung. Dengan demikian alokasi
belanja langsung sangat kecil. Untuk itu partisipasi stakeholder /warga negara
sangat dibutuhkan.

f. Ancaman Stabilitas Keamanan Dan Ketentraman Masyarakat.
Periode RPJ MD Provinsi J awa Tengah 2008-2013 ini berada pada satu masa
dimana terjadi suksesi kepemimpinan nasional, yaitu diselenggarakan Pemilu
Legislatif (Pilleg) dan Pemilu Presiden-Wakil Presiden (Pilpres). Peristiwa ini
berpotensi menimbulkan gejolak (kerawanan) di masyarakat, oleh karena itu


67
perlu upaya-upaya untuk mengurangi resiko terjadinya ancaman stabilitas dan
ketenteraman masyarakat.

g. Penanggulangan Bahaya Narkoba
Narkoba menjadi isu nasional yang memperoleh perhatian yang serius dari
pemerintah pusat. Peredaran narkoba telah menembus antar wilayah di
Indonesia. Penanggulangan bahaya narkoba sudah dilakukan dengan gencar.
Daerah bahkan telah membentuk Badan Narkotika Daerah. Namun bahaya
narkoba tetap saja mengancam karena pelaku peredaran Narkoba di berbagai
tempat semakin profesional. Oleh karena itu penanggulangan bahaya narkoba
baik sebelum maupun sesudah mengkonsumsi narkoba harus di galakkan.

h. Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme (KKN) telah merebak dan menjadi isu Nasional.
KKN ternyata tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat saja namun sampai ke
pemerintah kabupaten/kota. KKN benar-benar menjadi perhatian yang serius.
Walupun pemerintah telah memiliki institusi yaitu Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), namun KKN terus merajalela. Upaya melaksanakan yang bersih
dan bebas KKN dilakukan melalui penegakkan hukum, peningkatan
pengawasan dan pelayanan terpadu dalam pelayanan publik.

i. Penurunan Hambatan Perdagangan Antar Daerah
Hambatan perdagangan antar daerah biasanya berkaitan dengan perijinan,
transportasi, komunikasi dan sarana serta prasarana pendukung. Hambatan ini
dirasakan tidak hanya pada perdagangan antar daerah namun termasuk antar
wilayah dan antar negara. Menjembatani persoalan tersebut pemerintah pusat
menfasilitasi berdirinya berbagai organisasi perdagangan yang akan
menjembatani agar hambatan perdagangan antar daerah dapat dikurangi.
Misalnya Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMTGT) adalah sebuah
organisasi yang didirikan untuk mengatasi hambatan perdagangan melalui
kesepakatan bersama. Penentuan label halal dan keamanan produk adalah
salah satu isu yang dibawa untuk diperjuangkan oleh IMTGT. Selain itu
berbagai hambatan administratif mulai ditata sehingga upaya fasilitasi untuk
membuka ruang perdagangan yang makin terbuka dapat terwujud.



68
j. Keadilan dan Kesetaraan Gender
Pencapaian keadilan dan kesetaraan gender bukan hal yang mudah. Cukup
banyak kasus yang menjadi bukti bahwa dampak pembangunan telah
mengakibatkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Dua indikator yaitu
angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) yang
merupakan indeks komposit dari komponen pendidikan, kesehatan dan
ekonomi; dan Gender-related Development Index (GDI). Menurut HDR 2005,
Indonesia berada pada peringkat HDI ke-110 dari 170 negara di dunia, dengan
indeks sebesar 0,697; sedangkan untuk GDI menduduki peringkat ke-87 dari
140 negara di dunia, dengan indeks sebesar 0,691. Perbedaan angka HDI dan
GDI merupakan indikasi adanya kesenjangan gender.

Ukuran lain yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan
pemberdayaan perempuan adalah Gender Empowerment Measurement (GEM).
Angka indeks ini dihitung dari partisipasi perempuan di bidang ekonomi, politik
dan pengambilan keputusan, sehingga berguna untuk mengukur ketimpangan
gender di 3 (tiga) hal tersebut. Angka GEM Indonesia pada tahun 2005 kurang
lebih 0,458; yang berarti peran perempuan dalam bidang ekonomi, politik dan
pengambilan keputusan kurang dari separuh dari peran laki-laki. Di bidang
politik, meskipun Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
mengamanatkan keterwakilan 30 persen perempuan dalam pencalonan
anggota legislatif, namun hasil Pemilu 2004 masih menunjukkan rendahnya
keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Menurut Komisi Pemilihan Umum
(2005) keterwakilan perempuan di DPR adalah 11,6 persen dan di DPD sebesar
19,8 persen. Sementara itu, rendahnya keterlibatan perempuan dalam jabatan
publik juga dapat dilihat dari persentase perempuan PNS yang menjabat
sebagai Eselon I, II, dan III, yaitu masing-masing 9,6 persen; 6,7 persen; dan
13,5 persen.

k. Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
Kesejahteraan dan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
(UU No. 23 tahun 2002). Dalam pengertian ini tersirat bahwa anak terlindungi


69
dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah, penelantaran, dan eksploitasi.
Namun, fakta menunjukan anak menghadapi berbagai permasalahan.
Meningkatnya persentase anak dengan gizi buruk dari 8,3 persen menjadi 10,1
persen atau dari 1,8 juta di tahun 2004 menjadi 2,3 juta di tahun 2006. Angka
Partisipasi Murni (APM) SD 95 persen dan APM 67 persen atau 28 persen putus
sekolah dan rata-rata anak Indonesia bersekolah 6,7 tahun. Fakta lain, kasus-
kasus kekerasan pada anak meningkat, seperti 23 anak diperkosa oleh
ayahnya; kasus anak diperdagangkan meningkat; pekerja anak masih tinggi;
anak jalanan sulit dikendalikan; anak dengan narkoba meningkat tajam; dan
masalah-masalah perlindungan khusus lainnya. Sementara itu, Departemen
Kesehatan mencatat 154 bayi terinfeksi HIV/AIDS dan ratusan anak remaja
terinfeksi HIV/AIDS.

Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan instrumen internasional dalam
penyelenggaraan perlindungan anak. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak
Anak pada tahun 1990. Konsekuensinya, sejak itu Indonesia tunduk pada
ketentuan internasional. KHA merinci kewajiban Negara untuk memenuhi
31 hak anak. Ketiga puluh satu hak anak ini dikelompokkan ke dalam 5
kelompok, yaitu: pertama, hak dan kebebasan sipil; kedua, lingkungan
keluarga dan pemeliharaan anak; ketiga, kesehatan dasar dan kesejahteraan;
keempat, pendidikan, kegiatan liburan dan budaya; dan kelima, perlindungan
khusus. Untuk mempercepat terimplementasinya KHA di tingkat kota pada
masing-masing negara, pihak UNICEF memperkenalkan Child Friendly City
pada Konferensi Kota Istambul, 1996. Inti dari inisiatif ini adalah mengarahkan
pada transformasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak-
hak Anak dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi, dan intervensi
pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan program.

3. Isu Strategis Dalam Pembangunan di Provinsi J awa Tengah.
Berdasarkan uraian gambaran umum seperti telah dirumuskan diatas dapat
dirumuskan isu strategis dalam pembangunan yang harus menjadi pusat perhatian
dalam lima tahun mendatang, antara lain sebagai berikut :
a. Tingginya J umlah Penduduk Miskin .
Persoalan mendesak yang dihadapi oleh Provinsi J awa Tengah adalah
tingginya jumlah penduduk miskin, yaitu sebesar 6.667.200 orang (20,49%)


70
pada tahun 2007. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin, yaitu 6.980.000
orang (21,78%). Dengan demikian, selama lima tahun jumlah penduduk
miskin hanya berkurang 112.800 orang atau hanya berkurang 1,29%.

b. Tingginya J umlah Penganggur.
J umlah penganggur di J awa Tengah relatif tinggi, yaitu sebesar 1.360.219
orang pada tahun 2007; jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun
2003 sebesar 912.513 orang. J umlah penganggur ini cenderung bertambah
sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan
dan terjadinya PHK akibat ancaman terjadinya krisis keuangan global.

c. Tingginya Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian.
Permasalahan yang masih terjadi di J awa Tengah adalah tingginya angka alih
fungsi lahan pertanian ke pertanian lebih kurang sebesar 2% per tahun.
Akibat adanya alih fungsi lahan ini adalah berkurangnya total produksi
pertanian yang berakibat lanjutan pada berkurangnya ketersediaan pangan.

d. Belum Meratanya Pelayanan Kesehatan Dasar.
J aminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang diprogramkan oleh
pemerintah (pusat) belum menjangkau seluruh keluarga miskin yang ada di
J awa Tengah. Sementara ada keterbatasan kemampuan anggaran daerah
untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat
miskin.

e. Masih Rendahnya Realisasi Penanaman Modal.
Penanaman modal merupakan salah satu solusi bagi terjadinya pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi tingginya angka
pengangguran. Perkembangan realisasi investasi untuk PMDN turun dari
tahun 2006 sebesar 5,070,31 trilyun menjadi 348,93 Milyar rupiah tahun 2007
untuk PMDN, dan untuk PMA turun realisasi investasi dari 385,79 Milyar rupiah
menjadi 106,63 Milyar rupiah tahun 2007. Sementara itu dari persetujuan
hingga ke realisasi investasi tahun 2006 menunjukkan peningkatan, yaitu dari
persetujuan sebesar 3,82 trilyun rupiah menjadi 5,079.31 trilyun rupiah.
Namun tahun 2007 mengalami penurunan, yaitu dari persetujuan 1,19 trilyun
rupiah yang terealisasi hanya 348,93 milyar rupiah untuk PMDN, dan untuk


71
PMA pada tahun 2006 terjadi penurunan persetujuan investasi dari 385,79
milyar rupiah menjadi 142,39 milyar rupiah, dan tahun 2007 turun dari 317,17
milyar rupiah menjadi 106,63 milyar rupiah.

f. Masih Rendahnya Akses Usaha Kecil dan Mikro terhadap Permodalan
Usaha dan Pasar Ekspor.
UMKM adalah basis perekonomian yang cukup tangguh di J awa Tengah.
Kontribusi UMKM bagi penyerapan tenaga kerja selama 5 tahun terakhir
menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, hampir mencapai 40,59 %.
Sementara itu, jumlah aset UMKM sebesar 4.192 trilyun rupiah pada tahun
2003 menjadi 6.106 trilyun rupiah pada tahun 2007 atau meningkat sampai
45,65 %. Sayangnya prestasi ini tidak diimbangi dengan pelayanan
permodalan yang diberikan oleh pemerintah. Beberapa UMKM khususnya yang
ditangani perempuan pengusaha bahkan sulit memperoleh akses permodalan.
Selain itu pasar ekspor juga sulit untuk ditembus karena selain kualitas produk
yang kalah bersaing, juga akses menuju tempat tujuan ekspor belum
sepenuhnya mudah terjangkau.

g. Belum Optimalnya Penyelenggaraan Tata Kepemerintahan Yang
Amanah (Good Governance)
Tuntutan untuk mewujudkan good governance sudah menjadi salah satu isu
penting d Indonesia sejak beberapa tahun lalu, didahului oleh krisis finansial
yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang meluas menjadi krisis mutidimensi.
Krisis tersebut telah mendorong arus balik yang menuntut perbaikan atau
reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk birokrasi
pemerintahannya. Salah satu penyebab terjadinya krisis multidimensi yang
dialami tersebut adalah karena buruknya atau salah kelola dalam
penyelengaraan tata kepemerintahan (poor governance), diindikasikan oleh
beberapa hal, antara lain: (1) dominasi kekuasaan oleh satu pihak terhadap
pihak-pihak lainnya, sehingga pengawasan menjadi sulit dilakukan; (2)
terjadinya tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); dan (3) rendahnya
kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat di
berbagai bidang. Pihak-pihak yang dituntut untuk melakukan reformasi tidak
hanya negara saja (legislatif, yudikatif, dan eksekutif) tetapi juga dunia
usaha/swasta (corporates) dan masyarakat luas (civil society). Secara umum,


72
tuntutan reformasi berupa penciptaan good corporate governance di sektor
dunia usaha atau swasta, penciptaan good public governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, dan pembentukan good civil society
atau masyarakat luas yang mampu mendukung terwujudnya good
governance.

h. Bencana Alam
Berbagai macam bencana alam terjadi setiap tahun di J awa Tengah, baik
banjir, kekeringan, tanah longsor, bencana gunung berapi, kebakaran hutan
terjadi di J awa Tengah. Telah disusun Rencana Aksi Daerah Pengurangan
Resiko Bencana maka diharapkan pengurangan reskiko bencana dapat
diantisipasi sebelumnya (mitigasi) bencana.

i. Masalah Penegakkan Hukum
Kesadaran hukum masyarakat masih rendah, demikian halnya penegakan
hukum belum sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kasus korupsi banyak
yang belum ditindaklanjuti, bahkan kasus yang telah lama hingga tahun 2008
belum memperoleh penanganan yang serius. J awa Tengah adalah barometer
dalam hal ketenteraman dan keamanan yang kondusif, namun dalam hal
penegakan hukum masih perlu ditingkatkan.

j. Belum Terwujudnya Kesetaran dan Keadilan Gender
Dua indikator perwujudan keadilan dan kesetaraan gender adalah Indeks
Pembagunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (IDG). IPG J awa
Tengah sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 meningkat sebesar 5 poin, yaitu
dari 58,9 menjadi 63,9; sedangkan IDG tahun 2003 sebesar 56,2 meningkat
menjadi 59,9 pada tahun 2007, atau naik sebesar 3,7. Meskipun demikian,
peningkatan ini lebih rendah dibandingkan provinsi lain. Saat ini IDG J awa
Tengah menduduki ranking 11 dari 33 provinsi di Indonesia. Ketidakadilan dan
kesetaraan juga dapat dilihat dari tingginya angka tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
73
BAB III
PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
RENCANA J ANGKA PANJ ANG

RPJ MD Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 ini merupakan penjabaran dari RPJ PD
Provinsi J awa Tengah Tahun 2005 - 2025, yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Provinsi J awa Tengah Nomor 3 Tahun 2008. Dalam Bab I V RPJ PD tersebut
khususnya Sub Bab 4.3 telah dijabarkan dalam 4 (empat) tahapan, mencerminkan
permasalahan pokok yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan
lainnya.

Tahap pertama pembangunan jangka panjang Provinsi J awa Tengah (tahun 2005-2009)
berorientasi pada kelanjutan pencapaian target pembangunan dalam Renstra J awa
Tengah tahun 2003 - 2008 yang diarahkan pada pemerataan akses pelayanan dasar,
peningkatan kapasitas kelembagaan ekonomi rakyat, peningkatan partisipasi masyarakat
dalam tata kelola pemerintahan serta pengelolaan sumber daya alam. Sedangkan tahapan
kedua pembangunan J awa Tengah (2010 - 2014) diarahkan pada peningkatan kualitas
pelayanan dasar, peningkatan daya saing ekonomi rakyat, peningkatan tata kelola
pemerintahan yang lebih efektif dan berkualitas serta pengelolaan sumber daya alam.

Prioritas pembangunan untuk tahap pertama dan tahap kedua RPJ PD 2005 - 2025,
merupakan acuan bagi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 - 2013
dalam menyusun visi, misi, dan program pembangunan daerah selama periode
kepemimpinannya. Seperti diketahui bahwa periode kepemimpinan Pasangan Gubernur-
Wakil Gubernur 2008 - 2013 termasuk dalam dua tahapan pembangunan dalam RPJ PD
yaitu tahap pertama dan tahap kedua. Prioritas pembangunan tahap pertama dan kedua
dalam RPJ PD 2005 - 2025 yang menjadi acuan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat yang Berkualitas,
Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Sehat, serta
Berbudaya, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:
a. Peningkatan pemerataan akses dan mutu pendidikan dengan menitikberatkan
pada pendidikan dasar - pendidikan menengah dan peningkatan relevansi
kurikulum pendidikan dengan perkembangan Iptek serta jenjang pendidikan yang
74
lebih tinggi dengan didukung pangsa pasar kerja dan sarana/prasarana yang
memadai, tanpa diskriminasi usia, kelompok dan jenis kelamin.
b. Pengembangan dan peningkatan lembaga kepemudaan dan olahraga untuk
meningkatkan kreativitas, ketrampilan, dan kewirausahaan bagi pemuda serta
peningkatan prestasi olahraga di J awa Tengah.
c. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan pelayanan perpustakaan sebagai
sarana penyebaran informasi, ilmu pengetahuan, hasil penelitian, dan penemuan
lainnya kepada masyarakat.
d. Peningkatan pemerataan, jangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
dan pelayanan kesehatan perseorangan/rujukan yang didukung oleh persebaran
sarana prasarana, pengembangan profesionalisme dan kompetensi tenaga
kesehatan yang memadai dan berkualitas, serta mampu menjangkau masyarakat
miskin melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
e. Peningkatan dan pengembangan sistem pengendalian laju pertumbuhan penduduk
dan pengaturan persebarannya melalui fasilitasi program KB dan transmigrasi.
f. Peningkatan kualitas dan penerapan hasil penelitian serta pengembangan Iptek
yang berbasis pada peningkatan jejaring penelitian sehingga mampu mendorong
berkembangnya teknologi madya di berbagai bidang.
g. Peningkatan kepedulian dan kesadaran penerapan etika dan moral serta nilai-nilai
keagamaan dan budaya lokal, dalam rangka mewujudkan ketahanan keluarga
dalam dinamika pergaulan regional, nasional dan internasional untuk memperkuat
identitas masyarakat J awa Tengah.
h. Peningkatan kualitas dan ketahanan keluarga dalam rangka menuju keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera melalui penyadaran dan penggerakan masyarakat.
i. Pengembangan pemahaman serta peningkatan penghayatan dan pengamalan
ajaran agama/kepercayaan melalui pemeliharaan kerukunan hubungan antar umat
beragama.

2. Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Berbasis pada Potensi Unggulan
Daerah dengan Dukungan Rekayasa Teknologi dan Berorientasi pada
Ekonomi Kerakyatan, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:
a. Peningkatan dan pengembangan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar
domestik dan berorientasi ekspor, serta pengembangan kewirausahaan untuk
mendorong daya saing.
75
b. Peningkatan dan pengembangan struktur perekonomian daerah melalui
pengembangan potensi dan produk unggulan daerah yang berorientasi ekspor dan
memiliki daya saing tinggi yang didukung sektor hulu dan hilir.
c. Peningkatan dan pengembangan produk dan produktivitas pertanian, perikanan,
kelautan, dan kehutanan yang bertumpu pada sistem agribisnis guna
mempertahankan swasembada dan ketahanan pangan.
d. Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk, pemanfaatan teknologi tepat guna,
dan peningkatan sarana prasarana pendukung pengolah hasil pertanian, Kelautan
dan Perikanan dan kehutanan.
e. Peningkatan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan cadangan
pangan masyarakat, daerah, dan perbaikan distribusi pangan.

3. Mewujudkan Kehidupan Politik dan Tata Pemerintahan yang Baik ( Good
Governance) , Demokratis, dan Bertanggung J awab, Didukung oleh
Kompetensi dan Profesionalitas Aparatur, Bebas dari Praktek Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta Pengembangan J ejaring, dengan fokus
pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan
yang efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip good governance melalui
peningkatan akuntabilitas, transparansi, kesetaraan dan keadilan, serta partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
b. Peningkatan kualitas dan budaya kerja aparatur dalam rangka menunjang tata
pengelolaan pemerintahan yang baik.
c. Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui
peningkatan sarana prasarana aparatur dan kompetensi sesuai dengan
kewenangan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada bidang
pelayanan dasar.
d. Pengembangan dan peningkatan proses demokratisasi, politik, dan penegakan
hukum serta HAM melalui peningkatan partisipasi dan pendidikan politik rakyat
serta profesionalisme aparat dan penegak hukum.
76
e. Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem perencanaan serta implementasi
yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya pembangunan secara
partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, tanpa diskriminasi.
f. Pengembangan dan peningkatan kerja sama melalui kemitraan antar pelaku
pembangunan pada sektor-sektor unggulan daerah yang mendukung peningkatan
daya saing dan pertumbuhan ekonomi daerah.

4. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang
Optimal dengan Tetap Menjaga Kelestarian Fungsinya dalam Menopang
Kehidupan, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pengendalian beban cemaran lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan atau
kegiatan UMKM dan Besar, pertanian, rumah tangga, rumah sakit, hotel, dan
transportasi serta pengurangan resiko pencemaran bahan-bahan berbahaya dan
beracun (B-3) maupun limbah B-3.
b. Perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup serta
pemulihan daya dukung lingkungan melalui pengembangan kelembagaan,
kawasan pesisir dan laut, rehabilitasi lahan kritis dan terlantar secara terpadu yang
berbasis ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) serta pengembalian fungsi
kawasan lindung.
c. Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan melalui peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan, penegakan hukum lingkungan dan pengembangan teknologi ramah
lingkungan berbasis masyarakat.
d. Perbaikan lingkungan hidup di wilayah pedesaan maupun perkotaan, perbaikan
tata air / hidrologi dan pelestarian keanekaragaman hayati dalam rangka
perlindungan plasma nuftah.
e. Pengembangan dan peningkatan kearifan lokal/tradisional masyarakat,
peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan aparatur maupun masyarakat, serta
pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna dalam pencegahan bencana
dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup.


77
5. Mewujudkan Kualitas dan Kuantitas Prasarana dan Sarana yang Menunjang
Pengembangan Wilayah, Penyediaan Pelayanan Dasar, dan Pertumbuhan
Ekonomi Daerah, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:
a. Peningkatan penyediaan fasilitas umum prasarana dan sarana transportasi melalui
pembangunan jalan dan jembatan, peningkatan jalan dan penggantian jembatan,
pemeliharaan jalan dan jembatan untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah serta
pengembangan jaringan transportasi antar wilayah yang mengutamakan
pelayanan transportasi yang terjangkau.
b. Pengembangan manajemen pelabuhan dan infrastruktur penunjang untuk
mendorong kelancaran arus barang dan penumpang dengan tidak
mengesampingkan pelabuhan yang berada diluar kawasan andalan.
c. Pengembangan dan peningkatan sarana prasarana bandara dan fasilitas
penunjang untuk melayani penerbangan domestik maupun internasional dengan
tetap memperhatikan keselamatan dan kenyamanan penerbangan.
d. Pemerataan ketersediaan rumah dan prasarana dasar permukimannya (air bersih,
sanitasi, dan persampahan), terutama bagi Rumah Tangga Miskin (RTM) di
perkotaan maupun perdesaan.
e. Pengembangan dan peningkatan fungsi sarana prasarana sumberdaya air untuk
mendukung aktivitas produksi, memenuhi kebutuhan air baku, pengendalian banjir
dan kekringan serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya air.
f. Pembangunan dan pengembangan cakupan penerapan penatagunaan pertanahan,
pemanfaatan dan pengendalian pertanahan secara merata dan berkeadilan
mendasarkan pada RTRW dan peningkatan cakupan pelayanan administrasi
pertanahan.
g. Pengembangan dan peningkatan kualitas penataan ruang melalui peningkatan
efektivitas dan peran RTRWP J awa Tengah dan RTRW Kabupaten/Kota sebagai
matra ruang pembangunan daerah, peningkatan dan optimalisasi pemanfaatan
ruang, peningkatan konsistensi pemanfaatan ruang sesuai dengan daya
dukungnya dan penerapan pengendalian pemanfaatan ruang terutama pada
kawasan lindung dan sawah lestari didukung kelembagaan serta peran serta
masyarakat.
78
h. Pengembangan dan peningkatan sarana prasarana serta pengelolaan
telekomunikasi yang mampu mendukung pertumbuhan perekonomian daerah
melalui peningkatan cakupan layanan dan kemudahan akses bagi masyarakat luas,
pengembangan kelembagaan dan peraturan-peraturannya terkait dengan
keamanan, kerahasiaan, privasi dan integritas informasi serta peningkatan peran
telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan telematika.
i. Peningkatan rasio elektrifikasi dan kualitas layanan energi listrik kepada
masyarakat melalui perluasan cakupan layanan bagi masyarakat perdesaan, serta
pemenuhan energi listrik untuk industri yang ada melalui perluasan jaringan
distribusi serta penelitian dan pengembangan untuk pemanfaatan sumber listrik
alternatif yang aman dan ramah lingkungan.
j. Peningkatan pemerataan dan keserasian pembangunan antar wilayah Pantura-
Tengah-Pansela yang mendasarkan karateristik potensi dan kesesuaian dengan
RTRW melalui peningkatan kerja sama pembangunan kawasan strategis,
peningkatan fungsi perkotaan, percepatan pembangunan perdesaan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur wilayah.

6. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Sejahtera, Aman, Damai dan
Bersatu dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
Didukung dengan Kepastian Hukum dan Penegakan HAM serta Keadilan
dan Kesetaraan Gender dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas dan profesionalitas penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan penanganan penduduk usia lanjut melalui
peningkatan partisipasi sosial dan kesetiakawanan sosial masyarakat serta
peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya aparatur pelaksana.
b. Pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perempuan melalui kesetaraan
dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan serta perlindungan anak
dan remaja sesuai dengan norma-norma agama dan falsafah Pancasila serta
peraturan perundangan.
c. Peningkatan dan pengembangan investasi dan akses pasar untuk mendorong
pertumbuhan sektor rill serta akselerasi kinerja ekonomi daerah dalam rangka
memperluas kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
79
d. Peningkatan sinkronisasi, harmonisasi produk-produk hukum pusat dan daerah,
pengembangan kapasitas kelembagaan hukum dan kualitas aparatur hukum, serta
peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka meningkatkan kepastian hukum.
e. Peningkatan kesadaran dan pengembangan budaya masyarakat maupun aparat
dalam memahami prinsip-prinsip dasar hukum dan HAM melalui pemasyarakatan
dan pendidikan hukum dan HAM.
f. Peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban melalui upaya menjaga kerukunan
sosial kemasyarakatan yang diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi
wilayah, penduduk, dan sosial masyarakat dengan mengutamakan penegakan
hukum dan HAM.

Berkaitan dengan prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJ PD tahap pertama
dan tahap kedua tersebut diatas, pendekatan implementasi (implementation approach)
yang dipilih untuk RPJ MD tahun 2008 - 2013 adalah pengembangan kawasan dan
pemberdayaan masyarakat perdesaan, melalui rumusan motto Bali Ndeso Mbangun
Deso. Dalam kaitan ini desa menjadi orientasi utama bagi aktivitas pembangunan di
J awa Tengah periode 2008 - 2013.
80
BAB IV
VISI, MISI , TUJ UAN DAN SASARAN



Dari rumusan prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJ P 2005-2025, untuk
periode pembangunan 2008-2013, telah dipilih pendekatan implementasi (implementation
approach) pengembangan kawasan dan pemberdayaan masyarakat perdesaan melalui
rumusan motto Bali Ndeso Mbangun Deso. Rumusan motto tersebut kemudian
di-ejawantah-kan dalam Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran sebagai berikut :

A. Visi
Visi Provinsi J awa Tengah lima tahun mendatang (2008 - 2013) adalah :
TERWUJ UDNYA MASYARAKAT J AWA TENGAH
YANG SEMAKIN SEJ AHTERA

Peningkatan kesejahteraan adalah kondisi kemakmuran suatu masyarakat yang
terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial (spiritual), dengan kata lain
kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi lahir batin secara adil dan merata. Hal ini
merupakan prioritas tertinggi yang akan dicapai selama masa pemerintahan Gubernur
J awa Tengah periode 2008 2013, yang ditopang oleh kondisi aman, pemerintahan
yang bersih dan efektif, dengan masyarakat yang senantiasa menjunjung tinggi nilai
nilai budaya dan kearifan lokal.

B. Misi
Dalam upaya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, misi Pemerintah Provinsi
J awa Tengah adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional serta sikap
responsif aparatur sebagai pelayan masyarakat
Dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu didukung
oleh aparatur yang profesional dan bersih, serta responsif terhadap
permasalahanpermasalahan yang timbul di masyarakat.
2. Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian,
UMKM, dan industri padat karya.
Pembangunan ekonomi masyarakat berbasiskan ekonomi kerakyatan, dan
ditopang oleh sektor pertanian yang maju, sektor UMKM yang tangguh dan
industri padat karya yang kuat.
81
3. Memantapkan kondisi sosial budaya agraris yang berbasiskan kearifan
lokal.
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat merupakan prioritas utama Pemerintah,
serta memelihara dan merevitalisasi budaya yang berakar pada kearifan lokal.
4. Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi secara
berkelanjutan.
Pengembangan sumber daya manusia, sebagai basis dari kemampuan produksi
masyarakat akan diarahkan untuk menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi
tinggi tanpa diskriminasi karena hanya SDM yang berkompetenlah yang dapat
berkontribusi secara optimal dalam proses peningkatan kesejahteraan rakyat.
Upaya ini lebih diarahkan pada peningkatan kesehatan fisik dan mental
masyarakat, peningkatan pendidikan dan ketrampilan masyarakat, serta
ketahanan keluarga.
5. Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur.
Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur lebih diarahkan
kepada sasaran sasaran yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelancaran
roda ekonomi, dengan memperhatikan aspek kelestarian alam dan lingkungan
hidup serta tata ruang daerah.
6. Mewujudkan kondisi aman dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat
yang berkeadilan dan terjamin kepastian hukum.
Meningkatnya demokratisasi, penegakan HAM dan pemberantasan KKN yang
didukung oleh kondisi aman dan rasa aman yang tercermin dengan menurunnya
konflik antar kelompok maupun golongan masyarakat, menurunnya kasus
kriminalitas, berkurangnya kasus kekerasan dan diskriminasi, serta menurunnya
kejahatan transnasional termasuk perdagangan orang.

C. Tujuan
Untuk mewujudkan misi sebagaimana telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia J awa Tengah di segala bidang
kompeten, profesional, mandiri, dan bermanfaat dengan didasari keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
82
2. Mewujudkan masyarakat yang berdaya berkemampuan (empowered) dan
berdaya-saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran
aktif pemerintah, swasta dan masyarakat.
3. Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai dengan
RTRW Provinsi J awa Tengah, hasil penelitian serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang melibatkan kalangan perguruan
tinggi, untuk pengurangan resiko bencana dan mendorong terwujudnya
kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
4. Mengembangkan kawasan agropolitan dan kluster-kluster UMKM untuk
mendukung percepatan pembangunan pedesaan dan peningkatan daya tarik
investasi.
5. Menumbuh kembangkan kelompok usaha produktif, Badan Usaha Milik Petani, dan
Lembaga Keuangan Mikro melalui kemitraan bisnis dan pengembangan program
Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan oleh
BUMN/BUMD, dan Corporate Social Responsibility/ CSR oleh Swasta)
6. Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur Pemerintah
Provinsi J awa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang
diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan masyarakat.
7. Meningkatkan demokratisasi dan penegakan HAM serta pemberantasan Korupsi
Kolusi dan Nepotisme. Hal ini merupakan salah satu prasyarat dalam memberikan
kepercayaan kepada para investor serta dapat membangkitkan gairah masyarakat
dalam berkarya membangun bangsa.
8. Memantapkan administrasi pemerintahan dengan penerapan Information
Communication and Technology (ICT) melalui electronic government di lingkungan
pemerintahan daerah di Provinsi J awa Tengah dalam rangka meningkatkan
pelayanan dan kebebasan akses informasi bagi masyarakat.

D. Strategi
1. Memaksimalkan pengembangan potensi SDM aparatur yang telah dimiliki,
meningkatkan fungsi koordinasi, pelaksanaan reward and punishment serta
penegakan prinsip-prinsip good local governance;
2. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara bijaksana, penerapan tenologi
tepat guna, peningkatan peran lembaga keuangan dalam mendukung permodalan
dan penciptaan iklim kondusif bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang
83
dikonsentrasikan pada bidang pertanian, UMKM, industri padat karya serta tumbuh
dan berkembangnya potensi ekonomi rakyat;
3. Memanfaatkan potensi budaya dan kearifan lokal dalam meperkuat sistem sosial
masyarakat, meningkatakan kualitas pelayanan dasar, serta pengembangan dan
promosi budaya;
4. Meningkatkan peran lembaga-lembaga pelatihan dan lembaga sertifikasi profesi
dalam pengembangan kompetensi SDM. Memaksimalkan peran lembaga-lembaga
keagamaan, dalam mewujudkan akhlak dan moral umat (akhlaqul kharimah );
5. Penyempurnaan produk-produk rencana tata ruang dan menjadikanya sebagai
acuan dalam pelaksanaan pembangunan serta pengembangan sarana dan
prasarana (infrastruktur) guna mendukung tumbuhnya perekonamian daerah;
6. Penyusunan produk-poduk hukum daerah disertai dengan upaya sosialisasi,
penerapan dan penegakannya secara konsisten dan konsekuen guna menjamin
adanya kepastian hukum, terciptanya rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.

E. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun, dapat
dirumuskan berdasarkan tujuan-tujuan yang ada.

Tujuan-1: Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia J awa Tengah di segala
bidang dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sasarannya adalah :
1. Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat dan kemudahan akses dalam
menempuh pendidikan tanpa diskriminasi usia kelompok dan jenis kelamin;
2. Meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di kalangan
masyarakat J awa Tengah, melalui penelitian di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, serta eksplorasi di bidang kesenian;
3. Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat J awa Tengah;
4. Meningkatnya prestasi olah raga di J awa Tengah
5. Meningkatnya sarana peribadatan dan pendidikan agama.
6. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Pembangunan Gender dan
Indeks Pemberdayaan Gender;
7. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat;
8. Meningkatnya Keluarga Kecil Berkualitas dan Sejahtera.
84
Tujuan-2: Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered), berdaya-
saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran aktif
pemerintah, swasta dan masyarakat. Sasarannya adalah :
1. Meningkatnya ketrampilan masyarakat melalui pelatihan;
2. Berkembangnya Balai Latihan Kerja untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap
pakai;
3. Menguatnya kelembagaan masyarakat sebagai wadah partisipasi masyarakat;
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Tujuan-3: Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai
dengan RTRW Provinsi J awa Tengah, hasil penelitian serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna yang melibatkan kalangan perguruan tinggi
untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sasarannya
adalah :
1. Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, tanpa mengganggu
keseimbangan dan kelestarian alam itu sendiri;
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan
pemanfaatan sumber daya alam secara lestari;
3. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam;
4. Berkurangnya resiko bencana.

Tujuan-4: Memanfaatkan potensi ekonomi lokal melalui kerjasama lokal, regional
dan antar wilayah dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah provinsi guna
meningkatkan daya tarik investasi. Sasarannya adalah :
1. Terbentuknya jejaring kerjasama antar daerah dan antar lembaga yang semakin
mantap dan sinergis dalam bidang-bidang yang memberikan peluang kepada
masyarakat untuk mengembangkan perekonomian daerah dan dalam pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup;
2. Terpenuhinya sarana dan prasarana pelaksanaan kerjasama antar lembaga,
daerah dan wilayah.
3. Meningkatnya ketahanan pangan melalui sistem kewaspadaan pangan dan gizi,
lumbung pangan dan desa mandiri pangan;
4. Meningkatnya produktivitas pertanian melalui pertanian terpadu, benih bermutu,
pengendalian hama terpadu, optimalisasi pupuk organik dan penerapan teknologi
tepat guna.
85
5. Meningkatnya kualitas manajemen pariwisata, yang mendukung pengembangan
ekonomi lokal.
6. Meningkatnya kualitas forum pengembangan ekonomi daerah di kabupaten atau
kota se J awa Tengah.
7. Berkembangnya potensi lokal melalui pendekatan klaster dan kawasan, khususnya
pertanian, industri dan pariwisata.

Tujuan-5: Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis ekonomi lokal melalui
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan pada pengelolaan usaha
oleh pelaku bisnis secara mandiri. Sasarannya adalah :
1. Terwujudnya masyarakat yang pro aktif dan tanggap dalam mengantisipasi
peluang yang tersedia;
2. Tersusunnya peraturan/regulasi yang mendukung pemberdayaan masyarakat;
3. Berkembangnya UMKM dengan mempermudah akses permodalan, mekanisme
kinerja kelembagaan UMKM, akses pasar dan jaminan ketersediaan transportasi,
serta sistem perlindungan yang memadai;
4. Berkembangnya daerah penyangga bahan baku bagi UMKM, melalui pemanfaatan
teknologi tepat guna;
5. Berkembangnya pasar regional, dan internasional serta menjaga kesinambungan
pasar yang sudah ada;

Tujuan-6: Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur
Pemerintah Provinsi J awa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
yang diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan masyarakat.
1. Meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintah melalui pendidikan dan pelatihan;
2. Terwujudnya sistem kepegawaian yang mantap, teruji dan menjamin
penjenjangan karier pegawai secara sehat.

Tujuan-7: Meningkatkan demokratisasi dan penegakan HAM serta pemberantasan
Korupsi Kolusi dan Nepotisme dalam rangka memberikan kepercayaan kepada para
investor serta dapat membangkitkan gairah masyarakat dalam berkarya membangun
bangsa melalui :
1. Penyusunan produk-produk hukum daerah;
2. Sosialisasi, penerapan dan penegakan produk hukum secara konsisten dan
konsekuen.
86
Tujuan-8: Memantapkan administrasi pemerintahan dengan penerapan Information
Communication and Technology (ICT) melalui electronic government di lingkungan
pemerintahan daerah di Provinsi J awa Tengah dalam rangka meningkatkan pelayanan
dan kebebasan akses informasi bagi masyarakat. Sasarannya adalah :
1. Semakin mantapnya sistem administrasi pemerintahan;
2. Semakin mantapnya sistem pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah;
3. Terbentuknya kelembagaan pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan lokal;
4. Berkembangnya penggunaan sistem ICT dalam tata lakasana pemerintahan di
Provinsi J awa Tengah.
5. Meningkatnya kemudahan pelayanan perijinan di seluruh tingkatan (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota);
6. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Aparatur pemerintah yang membuka peluang terhadap partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan;


87
BAB V
INDIKATOR MAKRO DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN


Dari uraian mengenai visi, misi dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai oleh Propinsi
J awa Tengah selama periode 2008 2013 ditetapkan target agregat untuk beberapa
indikator utama pembangunan dan disusun pentahapan sebagai milestone, atau sasaran-
sasaran antara yang ingin dicapai.

A. Target Agregatif Pembangunan J awa Tengah 2008-2013
Target Agregat ditetapkan terhadap beberapa indikator utama meliputi : IPM (Indeks
Pembangunan Manusia), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan
Gender (IDG), Indeks Gini, Indeks Williamson, Nilai Tukar Petani (NTP), Pertumbuhan
Ekonomi, Tingkat Inflasi, Persentase Penduduk Miskin dan Persentase Penganggur.

IPM di tahun 2013 ditarget sebesar 74,3. Penetapan target ini didasarkan pada data 5
tahun terakhir dimana angka IPM selalu mengalami kenaikan. Target capaian IPM
Provinsi J awa Tengah Tahun 2009 -2013 dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1
Target Capaian IPM Propinsi J awa Tengah Tahun 2009-2013



No


Tahun

UHH
(tahun)
Rata-
rata
Lama
Sekolah
(tahun)
Angka
Melek
Huruf
(%)
Pengeluaran
Riil/ Kapita
(Rp. 000)

IPM
1 2009 72,6 6,9 95,6 624,2 72,6
2 2010 72,9 6,9 96,1 624,8 72,9
3 2011 73,2 7,0 96,6 625,3 73,7
4 2012 73,5 7,0 97,0 625,8 73,9
5 2013 73,8 7,0 97,3 626,2 74,3

Untuk tolok ukur IPG dan IDG, target IPG tahun 2013 ditetapkan sebesar 65,9
sementara untuk IDG sebesar 61,8. Target capaian IPG dan IDG Provinsi J awa Tengah
Tahun 2009-2013 sebagaimana dijelaskan pada tabel 5.2

88
Tabel 5.2
Target Capaian IPG dan IDG Propinsi J awa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun
Indeks
Pembangunan
Gender (IPG)
Indeks
Pemberdayaan
Gender (IDG)
1 2009 64,5 60
2 2010 64,9 60,3
3 2011 65,3 60,6
4 2012 65,6 60,9
5 2013 65,9 61,8


Kondisi baik yang telah dicapai pada 5 tahun terakhir tentang kesenjangan antar
kelompok pendapatan (yang ditunjukkan oleh Indeks Gini dibawah 0,30) harus tetap
dipertahankan. Oleh karena itu pada akhir tahun perencanaan, Indeks Gini harus lebih
baik dibandingkan dengan tahun 2003, untuk itu ditetapkan sebesar 0,23. Sementara
untuk menurunkan Indeks Williamson ke arah kategori sedang maupun baik relatif sulit
karena secara alamiah memang terjadi disparitas yang cukup tinggi antara wilayah
Kota (dalam hal ini Kota Semarang dan Kota Surakarta) dengan wilayah Kabupaten
yang termasuk kategori miskin (misalnya Brebes dan Wonosobo). Meskipun demikian
penurunan Indeks Williamson ini harus terus diupayakan melalui peningkatan PDRB
wilayah kabupaten yang tergolong tertinggal. Untuk itu pada akhir tahun perencanaan
ditetapkan besarnya Indeks Williamson sebesar 0,69 (Tabel 5.3)

Tabel 5.3
Target Capaian Indeks Gini dan Indeks Williamson
Propinsi J awa Tengah Tahun 2009-2013


No
Tahun
Indeks Gini
(IG)
Indeks Williamson
(IW)
1 2009 0,25 0,70
2 2010 0,25 0,72
3 2011 0,24 0,71
4 2012 0,23 0,70
5 2013 0,23 0,69

Meskipun pada saat RPJ MD ini disusun sedang terjadi krisis ekonomi di Amerika
Serikat dan dampaknya mulai dirasakan oleh seluruh belahan dunia, namun Indonesia
tetap optimis bahwa krisis tersebut tidak menyebabkan terpuruknya ekonomi. Di J awa
89
Tengah dampak krisis ini telah pula dirasakan berupa berkurangnya volume ekspor
produksi J awa Tengah yang memiliki pasar di AS seperti produk furnitur, TPT (tekstil
dan produk tekstil) dan produk kerajinan (handicraft). Inflasi diperkirakan tetap cukup
tinggi, hal ini antara lain disebabkan oleh menurunya nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS. Target pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi sebagaimana dijelaskan pada
Tabel 5.4

Tabel 5.4
Target Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi
Provinsi J awa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun Pertumbuhan
Ekonomi
(%)
Tingkat Inflasi
(%)
1 2009 6,05 % 8,21 %
2 2010 6,22 % 8,32 %
3 2011 6,38 % 8,42 %
4 2012 6,52 % 8,51 %
5 2013 6,66 % 8,59 %

Nilai tukar petani (NTP) sesuatu yang sangat strategis untuk dipertahankan diatas
angka 100 dan diharapkan dapat selalu ditingkatkan setiap tahun agar petani dapat
melakukan saving, untuk selanjutnya dapat dipergunakan dalam investasi pada faktor
produksi.

Nilai NTP pada tahun 2009 ditargetkan sebesar 104,81 % dan sampai dengan tahun
2013 diharapkan selalu naik hingga menjadi 108,67 %. Seperti diperlihatkan oleh
tabel 5.5
Tabel 5.5
Target Nilai Tukar Petani (NTP)
Provinsi J awa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun Nilai Tukar Petani
(NTP)
1 2009 104,81 %
2 2010 105,94 %
3 2011 106,94 %
4 2012 107,84 %
5 2013 108,67 %

90
Pengurangan jumlah penduduk misikin dan penganggur merupakan salah satu tujuan
yang harus dicapai oleh Pemerintah Propinsi J awa Tengah 2008 - 2013. Persentase
penduduk miskin ditargetkan terus menerus menurun dari 20,95 % di tahun 2009
menjadi 13,27 % pada tahun 2013. Target ini disusun dengan memperhatikan amanat
kesepakatan MDGs. Sedangkan persentase penganggur ditargetkan turun dari 7,75 %
di tahun 2009 menjadi 7,34 % pada tahun 2013 (Tabel 5.6).

Tabel 5.6
Persentase Penduduk Miskin dan Pengangguran Provinsi J awa Tengah

No Tahun
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
Persentase
Penganggur
(%)
1 2009 20,95 7,75
2 2010 18,59 7,63
3 2011 15,49 7,52
4 2012 14,34 7,43
5 2013 13,27 7,34


B. Pentahapan Pembangunan J awa Tengah 2008-2013
Dalam rangka mencapai visi J awa Tengah 2008 - 2013 berupa TERWUJ UDNYA
MASYARAKAT J AWA TENGAH YANG SEMAKIN SEJ AHTERA telah ditetapkan 7 (tujuh)
butir tujuan sebagai perincian atas visi sebagai ultimate goal. Untuk itu perlu disusun
pentahapan pembangunan sebagai milestones, atau sebagai tahapan antara dalam
pencapaian visi.
Pembangunan J awa Tengah 2008-2013 dibagi dalam 3 tahapan pembangunan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. TAHAP KONSOLIDASI, adalah tahapan untuk menyambung,
melanjutkan dan menajamkan capaian Rencana Strategis Provinsi J awa
Tengah Tahun 2003-2008 sebagai pondasi/ dasar pembangunan 5 tahun
ke depan (2008-2009), dengan mengacu pada RPJ PD Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005-2025 dan Visi Misi Gubernur.
Pada tahap konsolidasi ini memanfaatkan secara optimal potensi yang telah
terbangun pada tahap sebelumnya, dan upaya meletakan landasan yang lebih
91
kokoh untuk berkembangnya ekonomi kerakyatan berbasis desa yang sinergis
dengan pengembangan ekonomi perkotaan.

Urusan terkait dengan pengembangan dan peningkatan kualitas SDM antara lain
pendidikan, kesehatan, KB-kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan anak,
ketenagakerjaan, kepemudaan - olah raga harus telah mulai mengambil peran
pada tahap konsolidasi ini. Demikian pula yang tekait dengan kualitas aparatur
(Perangkat Daerah) dan urusan yang terkait dengan pemberdayaan perekonomian
daera/desa, dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, koperasi, UKM,
industri, perdagangan serta sarana prasarana pengairan.

Tahapan ini terutama untuk mendukung (fokus) pada tercapainya 3 (tiga) butir
tujuan, meliputi :
a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia J awa Tengah di segala bidang
dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur
Pemerintah Provinsi J awa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya yang diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan
masyarakat.
c. Memanfaatkan potensi ekonomi lokal melalui kerjasama regional antar wilayah
guna mendukung pengembangan ekonomi daerah provinsi guna meningkatkan
daya tarik investasi.

2. Tahap Percepatan Pencapaian Kesejahteraan Masyarakat melalui
Pemanfaatan Sumberdaya Secara Lestari, dan Pelayanan Prima dalam
E- Goverment (2010-2011)
Pada tahap ini, berupa akselerasi atau peningkatan kecepatan dibandingkan
dengan tahap sebelumnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat J awa
Tengah. Dalam rangka mencapai hal ini tentu akan dilakukan pemanfaatan
(eksploitasi dan eksplorasi) sumberdaya alam yang ada. Namun demikian
ekploitasi dan ekplorasi tersebut berada dalam batas kemampuan lingkungan
untuk melakukan recovery atau dalam batas yang lestari (sustainable). Akselerasi
terhadap pertumbuhan perekonomian perdesaan pada bidang pertanian, UKM dan
investasi.
92
Pada tahap ini harus telah terjadi peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah daerah menuju pada pelayanan prima sebagai perwujudan
terwujudnya clean dan good governance. Transparansi dan efiesiensi telah
menjadi pertimbangan utama dalam pemberian pelayanan sehingga electronic
government (e-gov) telah menjadi pilihan bagai pemerintah daerah Propinsi J awa
Tengah dalam menyelenggarakan pelayanan publik.
Tahapan ini terutama untuk mendukung (fokus) pada tercapainya 2 (dua) butir
tujuan, meliputi :
a. Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai
dengan RTRW Provinsi J awa Tengah, hasil penelitian serta pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang melibatkan kalangan
perguruan tinggi, untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat yang
lebih baik.
b. Memantapkan administrasi pemerintahan dengan penerapan Information
Communication and Technology (ICT) melalui electronic government di
lingkungan pemerintahan daerah di Provinsi J awa Tengah dalam rangka
meningkatkan pelayanan dan kebebasan akses informasi bagi masyarakat.

3. Tahap Perwujudan Masyarakat J awa Tengah yang Semakin Sejahtera,
Mandiri, Berkemampuan dan Berdayasaing Tinggi (2012 - 2013)
Tahap ini adalah tahap terakhir yang merupakan tahap perwujudan visi yang telah
ditetapkan yaitu mewujudkan masyarakat J awa Tengah yang semakin sejahtera,
ditandai dengan kondisi aman, pemerintahan yang bersih dan efektif dan
masyarajat yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan
lokal. Untuk itu segala kekuatan dan potensi diarahkan untuk tercapainya tujuan
ini. Peningkatan kesejahteraan ini ditandai dengan tercapainya indikator-indikator
agregatif pembangunan daerah yaitu meningkatnya IPM, semakin kecilnya
kesenjangan antar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan
berpenghasilan tinggi, semakin rendahnya kesenjangan antar wilayahnya, semakin
tingginya nilai tukar petani, semakin tingginya kesetaraan gender, semakin
tingginya keberdayaan perempuan, semakin tingginya pertumbuhan ekonomi
daerah, semakin kecilnya disparitas desa-kota, semakin kecilnya angka inflasi,
semakin berkurangnya penduduk miskin, semakin sedikitnya penganggur dan
semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
93
Tahapan ini terutama untuk mendukung (fokus) pada tercapainya 2 (dua) butir
tujuan, meliputi :
a. Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis ekonomi lokal melalui Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan pada pengelolaan usaha
oleh pelaku bisnis secara mandiri.
b. Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered) dan berdaya-
saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran aktif
pemerintah, swasta dan masyarakat

Meskipun masing-masing tahapan mendukung tercapainya tujuan tertentu namun
bukan berarti tujuan tersebut masing-masing diupayakan dan diselesaian pada
tahapan yang bersangkutan, melainkan hal tersebut hanya merupakan pemusatan
perhatian (focussing). Masing-masing kegiatan untuk mendukung kelompok tujuan
bisa dilaksakanan selama periode 2008 - 2013 dengan fokus perhatian pada
periode tertentu.

95
BAB VI
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH



A. Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah Provinsi J awa Tengah dikelola sesuai dengan ketentuan dalam
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
No. 13 tahun 2006 jo. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Provinsi J awa Tengah diatur dalam
Peraturan Daerah No.1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD,
penyusunan rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,
penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD, kerugian daerah, pengelolaan keuangan BUMD, pembinaan dan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah, serta sistem informasi keuangan daerah.
Pedoman penatausahaan pelaksanaan APBD setiap tahun diatur tersendiri dalam
peraturan gubernur yang biasanya ditetapkan pada akhir Desember sebagai pedoman
pelaksanaan APBD yang dimulai awal J anuari tahun berikutnya.

Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen pemerintah
daerah Provinsi J awa Tengah adalah bahwa : keuangan daerah dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem
terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses
pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah.
Agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka landasan
96
administratif dalam pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain prosedur
dan teknis penganggaran harus diikuti secara tertib dan taat azas.

Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah, antara lain
adalah: 1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; 2) penganggaran
pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang
cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak
mencukupi anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; 3) semua penerimaan dan
pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan
dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah.

Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan (policy),
perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget) antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah agar tidak tumpang tindih. Penyusunan APBD pada
dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya
yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah
dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik.

Perubahan APBD dimungkinkan jika terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi kebijakan umum APBD, terdapat keadaan yang menyebabkan harus dilakukan
pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja,
serta terjadi keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya dan
harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan. Dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah
wajib menyampaikan pertanggungjawaban, berupa : 1) Laporan Realisasi Anggaran,
2) Neraca, 3) Laporan Arus Kas, dan 4) Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).







97
B. Penerimaan Daerah.
1. Pendapatan Asli Daerah;
Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami
peningkatan. Proporsi PAD terhadap APBD Provinsi J awa Tengah menunjukkan
kecenderungan meningkat sebagaimana dalam tabel 6.1

Tabel 6.1
J umlah PAD dan Proporsinya terhadap APBD
Provinsi J awa Tengah Tahun 2003 2008
No Tahun PAD
(Triliun Rp)
APBD
(triliun Rp)
Proporsi PAD thd
APBD (%)
1 2003 1,467 2,452 59,83
2 2004 1,865 2,883 64,69
3 2005 2,490 3,526 70,62
4 2006 2,630 3,818 68,88
6 2007 2,932 4,363 67,20
7 2008 3,598 5,131 70,12
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD
- TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi J awa Tengah
TA. 2003-2007
2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi J awa Tengah TA. 2008


PAD J awa Tengah memiliki kontribusi yang besar terhadap struktur pendapatan.
Struktur pendapatan Provinsi J awa Tengah terdiri dari PAD, dana perimbangan
dan lain-lain pendapatan yang sah. Proporsi pendapatan terbesar adalah pada
dana perimbangan yang pada tahun 2008 sebesar 29,86%. Sementara PAD pada
tahun 2008 menyumbang sebesar 70,12% dan pendapatan lain yang sah
menyumbang 0,44%. Selama kurun waktu 2003 2008 struktur pendapatan tidak
mengalami perubahan yang besar sebagaimana tabel 6.2
Tabel 6.2
Struktur Pendapatan
Provinsi J awa Tengah Tahun 2003 2008
No Tahun PAD
(Triliun
Rp)
Dana
Perimbangan
(milyar Rp)
Lain-lain
Pendapatan yang
sah (Milyar Rp)
APBD
(triliun Rp)
1 2003 1,467 713,64 271,77 2,452
2 2004 1,865 789,08 229,13 2,883
3 2005 2,490 807,13 229,06 3,526
4 2006 2,630 1185,86 1,99 3,818
6 2007 2,932 1419,34 11,36 4,363
7 2008 3,598 1532,29 0,23 5,131
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD
- TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi J awa Tengah
TA. 2003-2007
2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi J awa Tengah TA. 2008

98
Sedangkan kontribusi pajak terhadap PAD cukup tinggi diatas 80% dan secara
nominal mengalami pertumbuhan yang positif, seperti diperlihatkan oleh tabel 6.3.

Tabel 6.3
Kontribusi Pajak Terhadap PAD
Provinsi J awa Tengah Tahun 2003 2008
No Tahun Pajak
(Triliun Rp)
PAD
(Triliun Rp)
Kenaikan
PAD (%)
Kontribusi Pajak
thd PAD (%)
1 2003 1,301 1,467 - 88,68
2 2004 1,602 1,865 27,13 85,89
3 2005 1,996 2,490 33,51 80,16
4 2006 2,106 2,630 5,62 80,07
6 2007 2,422 2,932 11,48 82,60
7 2008 2,942 3,598 22,71 81,76
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi J awa Tengah
TA. 2003-2007
2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi J awa Tengah TA. 2008 (Data diolah)


2. Dana Perimbangan;
Proporsi dana perimbangan terhadap APBD J awa Tengah relatif kecil, namun
demikian dana perimbangan ini memiliki arti yang besar bagi Provinsi J awa
Tengah. Proporsi dana perimbangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
berkisar diantara angka 30% sepeti diperlihatkan oleh tabel 6.4.

Tabel 6.4
J umlah Dana Perimbangan dan Proporsinya terhadap APBD
Provinsi J awa Tengah Tahun 2003 2008
No Tahun Dana
Perimbangan
(trilyun Rp)
APBD
(triliun Rp)
Proporsi dana
Perimbangan thd
APBD (%)
1 2003 0,714 2,452 29,10
2 2004 0,789 2,883 27,37
3 2005 0,807 3,526 22,89
4 2006 1,186 3,818 31,06
6 2007 1,419 4,363 32,53
7 2008 1,532 5,131 29,86
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD
- TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi J awa Tengah
TA. 2003-2007
2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi J awa Tengah TA. 2008







99
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah
J enis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah untuk menganggarkan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut
obyek pendapatan yang mencakup :
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. J asa Giro;
c. Pendapatan Bunga;
d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
e. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain dari akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
h. Pendapatan denda pajak;
i. Pendapatan denda retribusi;
j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
k. Pendapatan dari pengembalian;
l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;
m. Pendapatan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.


C. Belanja Daerah
Struktur belanja dalam APBD Provinsi J awa Tengah terdiri dari Belanja Aparatur dan
Belanja Pelayanan Publik pada struktur anggaran 2003 2006 (Kepmendagri 29 tahun
2002), sedangkan pada tahun anggaran 2007 2008 struktur belanja berubah
menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung (Permendagri 13 tahun 2006).
Pada tahun 2003 2006 proporsi belanja aparatur lebih sedikit dibandingkan dengan
belanja pelayanan publik, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 proporsi belanja
tidak langsung lebih besar daripada belanja langsung.

1. Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, meliputi:
a. Belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan
pegawai, penerimaan lainnya pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala
Daerah / Wakil Kepala Daerah dan biaya pemungutan pajak daerah.
100
b. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman
Pemerintah Daerah kepada pihak lainnya.
c. Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan
dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
d. Belanja hibah, yaitu pemberian hibah untuk penyelenggaraan program dan
kegiatan yang bersifat cross cutting issue.
e. Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan antara lain
bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, pengadaan pangan dan
bantuan partai politik.
f. Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi
daerah kepada Kabupaten/Kota.
g. Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus kepada
Kabupaten/Kota.
h. Belanja tak terduga, untuk kegiatan yang sifatnya tidak bisa atau
diharapkan tidak terulang.

2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung
dengan program dan kegiatan, meliputi :
a. Belanja Pegawai, Belanja Pegawai, untuk pengeluaran honorarium PNS,
honorarium non PNS dan uang lembur
b. Belanja Barang dan J asa, Belanja Barang dan J asa, untuk pengeluaran
bahan habis pakai, bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan
kendaraan bermotor, cetak dan penggandaan, sewa alat berat, sewa
perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat kantor, makanan dan minuman,
pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas,
bea siswa pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis
perjalanan pindah tugas dan lain sebagainya.
c. Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-
alat angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan darat tidak bermotor,
alat-alat angkutan di air bermotor, alat-alat angkutan di air tidak bermotor,
alat-alat bengkel, alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan
kantor, perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.



101
Tabel 6.5
Struktur Belanja Provinsi J awa Tengah
Tahun 2003 2006

No Tahun
Belanja Tdk
Langsung
(Milyar Rp)
Belanja
Langsung
(Milyar
Rp)
Belanja Bagi
Hasil dan
Bantuan
Keuangan
(Milyar Rp)
Belanja Tidak
Tersangka/
Tak Terduga
(Milyar Rp)
APBD
(Trilyun
Rp)
1 2003 838,51 1.777,37 857,41 49,42 2,452
2 2004 820,82 776,35 923,61 51,77 2,883
3 2005 906,12 799,22 1.203,64 27,34 3,526
4 2006 762,42 209,07 1.135,31 26,38 3,818
5 2007 1.085,60 1.446,78 1.366,93 5,91 4,363
6 2008 1.883,73 1.988,05 1.768,42 20,00 5,131
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD
- TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi J awa Tengah
TA. 2003-2007
2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi J awa Tengah TA. 2008


Proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total belanja. Pada tahun 2007
mencapai 25,43%, sedangkan pada tahun 2008 berdasarkan anggaran penetapan
proporsinya sebesar 16,81% sebagaimana tabel 6.6

Tabel 6.6
Proporsi Belanja Pegawai Provinsi J awa Tengah
Tahun 2003 2006


No

Tahun
Belanja
Pegawai
(Milyar Rp)
Total Belanja
(triliun Rp)
Persentase
Belanja pegawai
thd total belanja
(%)
1 2007 992,94 3.905,22 25,43
2 2008 951,39 5.660,20 16,81
Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD
- TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD
Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi J awa Tengah
TA. 2003-2007
2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi J awa Tengah TA. 2008

D. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah, semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri
dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan mencakup :
102
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b. Pencairan dana cadangan;
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Penerimaan pinjaman daerah;
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman;
f. Penerimaan piutang daerah;
g. Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; dan
h. Penerimaan kembali dana talangan.

Pengeluaran pembiayaan mencakup :
a. Pembentukan dana cadangan;
b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
c. Pembayaran pokok utang;
d. Pemberian pinjaman daerah;
e. Pembayaran utang belanja;
f. Pemberian dana talangan; dan
g. SiLPA tahun berkenaan.

Pengelolaan dana APBN di provinsi dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan
dana APBN. Dana APBN di provinsi berupa dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Penyerahan DIPA dilaksanakan setiap awal tahun anggaran oleh pemerintah pusat,
selanjutnya pemerintah provinsi akan melaksanakan kegiatan tersebut dan
selanjutnya dilaporkan kepada pemerintah pusat, setelah selesai dilaksanakan.
Prinsip-prinsip pengelolaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan dilakukan
sesuai ketentuan perundangan yang telah ditetapkan. Pelaporan dana dekonstrasi dan
tugas pembantuan dilakukan oleh provinsi bersamaan penyusunan Laporan
Keterangan Pertanggung jawaban Gubernur tahun berjalan.

Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terutama yang bergerak dalam
transaksi keuangan seperti Bank J ateng, Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat
(PD BPR BKK) dan Perusahaan Daerah Badan Kredit Kecamatan (PD BKK) dapat
didayagunakan untuk meningkatkan kinerja perekonomian regional J awa Tengah.
Melalui fungsinya sebagai lembaga intermediasi, kedua BUMD tersebut dapat lebih
progresif menyalurkan pembiayaannya kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Hal ini dapat dilakukan secara optimal apabila lembaga tersebut mampu menyerap
103
dana masyarakat yang berlebihan dengan memberikan pelayanan yang optimal
kepada para nasabah dan pada saat yang sama memperkuat permodalannya
sehingga bank menjadi lebih sehat dan lebih mampu meningkatkan pembiayaannya
untuk pengembangan usaha masyarakat.

E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah.
Prediksi Pendapatan Asli Daerah dalam kurun waktu 2009 2013 diasumsikan terjadi
peningkatan rata-rata sebesar 3%. Sedangkan untuk pajak daerah diprediksi akan
mengalami kenaikan secara bertahap rata-rata sebesar 2% pertahun, dengan asumsi
kondisi perekonomian stabil. Namun apabila dilihat dari kontribusi pajak daerah
terhadap PAD akan mengalami perlambatan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan oleh adanya rencana potensi pendapatan pajak dan retribusi daerah yang
sebagian diserahkan ke Kab/Kota, antara lain : Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air
Permukaan, dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan Retribusi Ijin
Pengambilan Air Bawah Tanah. Prediksi PAD dan Pajak Daerah Provinsi J awa Tengah
Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 6.7

Tabel 6.7
Prediksi PAD dan Pajak Daerah
Provinsi J awa Tengah Tahun 2009 2013

No Tahun PAD
(Triliun Rp)
Pajak Daerah
(Triliun Rp)
Kontribusi
Pajak Daerah
terhadap PAD
(%)
1 2009 3,625 2,955 81,52
2 2010 3,374 3,014 80,73
3 2011 3,846 3,074 79,94
4 2012 3,961 3,136 79,17
6 2013 4,078 3,199 78,40
Sumber : DPPAD Prov. J ateng




104
BAB VII
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH


Penyusunan Program Pembangunan Daerah Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013
berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota;
Permendagri No 13 Tahun 2006 jo Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah; serta visi dan misi yang disampaikan oleh pasangan calon
gubernur terpilih yang ditetapkan oleh KPU Provinsi J awa Tengah tanggal 5 J uni 2008.
Program-program pembangunan dalam RPJ MD ini juga mengacu program nasional yang
terdapat dalam RPJ P Nasional (UU No. 17 Tahun 2007) dan RPJ M Nasional (Perpres No. 7
Tahun 2004), dan tahapan pembangunan lima tahunan RPJ PD Provinsi J awa Tengah
(Perda No. 3 Tahun 2008).

Selain peraturan perundangan di atas, program pembangunan dalam RPJ MD Provinsi
J awa Tengah Tahun 2008-2013 mendasarkan pada Perda No.21 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi J awa Tengah; Peraturan Gubernur (Pergub) No. 82
Tahun 2007 tentang Program Indikatif Provinsi J awa Tengah Tahun 2009 jo Pergub No.
30 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur (Pergub) No. 82 Tahun 2007
tentang Program Indikatif Provinsi J awa Tengah Tahun 2009; serta Peraturan Gubernur
No. 88 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-
PRB) Provinsi J awa Tengah.

Program pembangunan dalam RPJ MD Provinsi J awa Tengah Tahun 2008-2013 meliputi
Program Kewenangan Urusan Wajib, Program Kewenangan Urusan Pilihan, Pelaksanaan
Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, serta Pelaksanaan Tugas Umum
Pemerintahan.

A. Kewenangan Urusan Wajib
Kelompok program kewenangan urusan wajib, meliputi 26 kewenangan urusan,
rincian program masing-masing kewenangan urusan tersebut adalah sebagai berikut :
105
1. Kewenangan Urusan Wajib Pendidikan
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) antara lain disebabkan:
a) Belum terbangunnya pemahaman masyarakat terhadap PAUD bagi
pengembangan potensi anak (golden age).
b) Keterbatasan lembaga penyelenggara dan sarana prasarana PAUD.
c) Belum terpenuhinya rasio ideal pendidik PAUD berbanding dengan peserta
didik.
2) Belum optimalnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Dasar antara lain
disebabkan oleh:
a) Belum terbangunnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan dasar.
b) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal pendidikan dasar.
c) Belum terpenuhinya rasio ideal pendidik Dikdas berbanding dengan peserta
didik.
d) Belum optimalnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
3) Belum optimalnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing
Pendidikan Menengah yang disebabkan oleh:
a) Rendahnya kemampuan ekonomi sebagian masyarakat berdampak pada
angka putus sekolah.
b) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal Pendidikan
Menengah.
c) Belum terbangunnya links and match antara sekolah dengan dunia usaha
dan industri.
d) Belum terpenuhinya rasio ideal pendidik Dikmen berbanding dengan
peserta didik.
4) Belum optimalnya pemerataan, akses, mutu dan relevansi serta daya saing
Pendidikan Non Formal dan Informal yang disebabkan oleh:
a) Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap Pendidikan Non Formal.
b) Kurangnya biaya untuk mengikuti Pendidikan Non Formal.
c) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal Pendidikan Non
Formal.
d) Rendahnya mutu pada Pendidikan Non Formal.
106
5) Belum optimalnya pemerataan, akses, mutu dan relevansi Pendidikan Khusus
yang disebabkan oleh:
a) Rendahnya kesadaran masyarakat mendidik anak berkelainan khusus
pada Satuan Pendidikan Khusus.
b) Tingginya indeks biaya Pendidikan Khusus.
c) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal Pendidikan Khusus.
6) Belum optimalnya kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengelola pembelajaran yang
disebabkan oleh :
a) Belum meratanya persebaran pendidik dan tenaga kependidikan.
b) Sebagian pendidik belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan S-1/D-4
c) Sebagian pendidik belum bersertifikat pendidik.
d) Keterbatasan aktivitas dan media pengembangan profesi pendidik dan
tenaga kependidikan.
e) Upah, gaji, tunjangan dan penghasilan lain pendidik dan tenaga
kependidikan Non PNS belum memenuhi kebutuhan hidup minimal.
f) Penghargaan dan perlindungan hukum bagi pendidik dan tenaga
kependidikan belum sebanding dengan beban tugas profesi yang
disandang.
7) Belum optimalnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam
penyelenggaraan pendidikan, yang disebabkan oleh:
a) Belum diterapkannya SMM ISO 9001-2001 pada Dinas Pendidikan dan
Satuan Pendidikan Menengah.
b) Belum terpenuhinya standar pelaporan akuntabilitas Dinas Pendidikan.
c) Belum optimalnya penerapan Information Communication Teknologi (ICT)
yang mendukung realisasi manajemen pendidikan yang transparan dan
akuntabel.
d) Belum optimalnya pengendalian internal dalam pelaksanaan pembangunan
pendidikan.
8) Belum optimalnya fasilitasi pengembangan Perguruan Tinggi serta belum
optimalnya peran Pendidikan Tinggi dalam pembangunan daerah.
9) Masih rendahnya wawasan kebangsaan dan nasionalisme, kearifan lokal,
kesetaraan gender dalam penyelenggaraan pendidikan.

107
b. Kebijakan
Kebijakan pembangunan pendidikan Provinsi J awa Tengah diarahkan pada :
1) Meningkatkan pemerataan dan mutu serta perluasan akses penyelenggaraan
PAUD.
2) Meningkatkan pemerataan dan mutu serta perluasan akses penyelenggaraan
Pendidikan Dasar.
3) Meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi dan daya saing serta perluasan
akses penyelenggaraan Pendidikan Menengah.
4) Meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi dan daya saing serta perluasan
akses penyelenggaraan Pendidikan Non Formal dan Informal.
5) Meningkatkan pemerataan, mutu, dan relevansi serta perluasan akses
penyelenggaraan Pendidikan Khusus.
6) Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada Pendidikan Formal
dan Non Formal.
7) Meningkatkan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam
penyelenggaraan pendidikan.
8) Meningkatkan fasilitasi penyelengaraan Pendidikan Tinggi.
9) Meningkatkan wawasan kebangsaan, kearifan lokal dan kesetaraan gender
dalam penyelenggaraan pendidikan.

c. Strategi
1) Memantapkan komitmen dan sinergitas pembangunan pendidikan antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaaan pendidikan.
3) Membangun kemitraan dan kerjasama dengan stakeholder guna menjamin
relevansi dan daya saing pendidikan.
4) Meningkatkan kualitas aparatur pendidikan untuk mewujudkan tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) di bidang
pendidikan.
5) Pengembangan komoditas unggulan melalui pendidikan non formal.
6) Menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat akan perubahan melalui
pendidikan, kursus, pelatihan dan praktek langsung serta sekolah lapang.
7) Melaksanakan pelatihan/kursus dan kunjungan/studi lapangan, magang dan
praktek lapangan.

108
d. Program
1) Pendidikan Anak Usia Dini.
2) Pendidikan Dasar.
3) Pendidikan Menengah.
4) Pendidikan Non Formal dan Informal.
5) Pendidikan Khusus.
6) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
7) Manajemen Pelayanan Pendidikan.
8) Fasilitasi Pendidikan Tinggi.
9) Pendidikan Berkelanjutan.

e. Sasaran
1) Meningkatnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Anak Usia Dini.
2) Meningkatnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Dasar.
3) Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan
Menengah.
4) Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan
Non Formal dan Informal.
5) Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, dan relevansi Pendidikan Khusus.
6) Meningkatnya kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
7) Meningkatnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam
penyelenggaraan pendidikan.
8) Terwujudnya fasilitasi pengembangan Pendidikan Tinggi serta peningkatan
peran Perguruan Tinggi dalam pembangunan daerah.
9) Meningkatnya wawasan kebangsaan, kearifan lokal dan kesetaraan gender
dalam penyelengaran pendidikan.

f. Indikator Capaian
1) Rasio jumlah pendidik dengan Peserta Didik PAUD (1:20).
a) APK PAUD 65%.
b) 70 % sarana Prasarana PAUD layak.
c) Rasio jumllah pendidik dengan peserta didik PAUD (1:20).
d) Dokumen tentang Pedoman Pengelolaan PAUD.

109
2) Program Pendidikan Dasar, dengan indikator :
a) APM-SD/MI 98%.
b) APK Wajar DikDas 98%.
c) Nilai rata-rata Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) mencapai
7,0 untuk tingkat SD/MI dan Ujian Nasional SMP/MTs sebesar 6,78.
d) Angka Naik Kelas SD/MI 98%.
e) Angka Putus Sekolah SD/MI 0,12% dan SMP/MTs 0,22%.
f) Angka lulus SD/MI 98% dan SMP/MTs 93%.
g) 90% ruang kelas SD dan SMP sesuai standar.
h) 568 SD memiliki laboratorium IPA dan komputer.
i) 30% SMP memiliki laboratorium IPA, Bahasa, komputer (ICT).
j) 35% SD dan 80% SMP memiliki perpustakaan.
k) 100% SD/MI dan SMP/MTs terakreditasi.
l) 100% SD dan SMP Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
m) 100% SD dan SMP Melaksanakan Pembinaan Kesiswaan dengan Baik.
n) Setiap Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) SD.
o) Setiap Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) SMP.
3) Program Pendidikan Menengah, dengan indikator :
a) APK SMA/SMK/MA 70%.
b) Rasio siswa SMK : SMA = 70 : 30.
c) 40% Ruang Kelas SMA/SMK sesuai standar.
d) Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA 0,7%.
e) 90% SMA/SMK memiliki Perpustakaan.
f) 75% SMA/SMK memiliki Laboratorium.
g) Setiap Kabupaten/Kota terdapat 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) SMA.
h) Setiap Kabupaten/Kota terdapat 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) SMK.
i) 50% SMA/SMK menerapkan ICT Based Learning.
j) Nilai rata-rata Ujian Nasional SMA/ SMK sebesar 7,1.
k) 50% SMK memiliki Bengkel.
110
l) 30 Mata Pelajaran SMK memiliki Buku Teks Layak menurut Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
m) 100% SMA/SMK menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
n) 100% SMA/SMK/MA terakreditasi.
o) 50% SMA/SMK melaksanakan MBS dengan baik.
p) 59 SMA menerapkan ISO 9001-2000.
q) 122 SMK menerapkan ISO 9001-2000.
r) 100% SMA/SMK melaksanakan Pembinaan Kesiswaan dengan Baik.
4). Program Pendidikan Non Formal dan Informal, dengan indikator :
a) Pendidikan Kesetaraan
(1) 7% mendukung capaian APK Dikdas.
(2) Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket A 97%.
(3) Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket B 95%.
(4) Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket C 90%.
(5) 60% usia dewasa yang belum bersekolah terlayani pendidikan
kesetaraan.
b) Pendidikan Masyarakat (Dikmas)
(1) Angka Buta Aksara usia 15 tahun keatas kurang dari 1%.
(2) 15% desa di J awa Tengah memiliki Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
c) Kursus dan Kelembagaan
(1) 5% pengangguran usia 15-44 th memperoleh layanan pendidikan
Kecakapan Hidup.
(2) 10% lembaga PNF terakreditasi.
(3) Setiap Kabupaten/Kota memiliki 1 (satu) model layanan PNF
Unggulan.
5) Program Pendidikan Khusus, dengan indikator :
a) APK Pendidikan Khusus 40%.
b) Angka Naik Kelas 98%.
c) Angka lulus pendidikan khusus 100%.
d) 70% Ruang Kelas sesuai Standar.
e) 40% sarana dan prasarana pendidikan khusus terpenuhi.
f) 100% Pendidikan Khusus Terakreditasi.
111
6) Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dengan
indikator :
a) Pendidik J awa Tengah berkualifikasi S.1/D.4 mencapai :
(1) 30% pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
(2) 40% pada Satuan Pendidikan SD/SDLB/MI.
(3) 85% pada Satuan Pendidikan SMP/SMPLB/MTs.
(4) 93% Pada Satuan Pendidikan SMA/SMALB/MA dan SMK.
(5) 35% Pada Pendidikan Kesetaraan A, B dan C.
b) Pendidik J awa Tengah bersertifikat pendidik mencapai :
(1) 16% pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
(2) 45% pada Satuan Pendidikan SD/SDLB/MI.
(3) 94% pada Satuan Pendidikan SMP/SMPLB/MTs.
(4) 95% Pada Satuan Pendidikan SMA/SMALB/MA dan SMK.
c) Pendidik dan Tenaga Kependidikan J awa Tengah bersertifikat sesuai bidang
keahlian :
(1) 35% Pengawas TK/RA/SD/SDLB/MI bersertifikat pengawas.
(2) 40% Pengawas SMP/MTs bersertifikat pengawas.
(3) 50% Pengawas SMA/SMK/MA bersertifikat pengawas.
(4) 45% laboran pada Satuan Pendidikan SMP/MTs bersertifikat laboran.
(5) 30% laboran pada Satuan Pendidikan SMA/SMK/MA bersertifikat
laboran.
(6) 10 % instruktur Kejuruan bersertifikat kompetensi keahlian.
(7) 40 % pustakawan pada SMP/MTs bersertifikat pustakawan.
(8) 35% pustakawan pada SMA/SMK/MA bersertifikat pustakawan.
(9) 40% Pendidik/Instruktur kursus kejuruan bersertifikat bidang keahlian.
7). Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dengan indikator:
a) 40% lembaga PAUD memiliki tatakelola dan citra yang baik.
b) 15% SD/MI dan 30% SMP/MTs menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
c) 100% SMA/SMK/MA melaksanakan program MBS dengan baik.
d) Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SSM) ISO 9001-2000.
8). Program Fasilitasi Pendidikan Tinggi, dengan indikator :
25% perguruan tinggi bermitra dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat
dalam pembangunan pendidikan.
112
9). Program Pendidikan Berkelanjutan, dengan indikator :
a) 75% sekolah di J awa Tengah melaksanakan pembinaan wawasan
kebangsaan.
b) 100% sekolah di J awa Tengah melaksanakan kurikulum Bahasa J awa.

2. Kewenangan Urusan Wajib Kesehatan
a. Permasalahan
1) Masih kurangnya kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (tenaga,
sarana prasarana, pengangguran) dikarenakan:
a) Terbatasnya anggaran kesehatan untuk pengadaan tenaga kesehatan;
b) Masih adanya kesenjangan tenaga kesehatan di daerah pedesaan dan
perkotaan;
c) Masih kurangnya ketrampilan tenaga kesehatan terutama di kebidanan;
d) Masih banyaknya tenaga kesehatan yang belum bersertifikat (sertifikasi
kompetensi);
e) Masih kurangnya pemerataan distribusi tenaga kesehatan strategis (dokter
spesialis, dokter gigi, bidan, perawat) pada sarana pelayanan kesehatan di
daerah;
f) Masih rendahnya perlindungan dan kepastian hukum terhadap tenaga
kesehatan;
g) Masih rendahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan penganggaran
dan evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota;
h) Masih rendahnya kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan,
penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota;
i) Berkembangnya permasalahan kesehatan di daerah lintas batas dan
provinsi anggota MPU yang membutuhkan koordinasi dan kerjasama antar
wilayah;
j) Belum efektifnya pengawasan keuangan dan pencapaian retribusi
pendapatan pada dinas kesehatan dan UPT;
k) Belum semua masyarakat miskin mendapatkan J aminan Kesehatan
Masyarakat (J amkesmas);
l) Masih rendahnya keterlibatan pemerintah Kab./Kota dalam pengembangan
jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat;
113
m) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam sistem jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat secara mandiri;
n) Masih kurangnya jumlah dokter spesialis jiwa.
2) Masih banyaknya kasus gizi buruk di masyarakat hal ini dikarenakan :
a) Pengetahuan pembantu rumah tangga dalam pemberian makanan bergizi
masih rendah;
b) Daya beli masyarakat untuk makanan bergizi rendah;
c) Ketrampilan ibu dalam menyiapkan makanan bergizi belum memadai;
d) Kurangnya promosi tentang makanan bergizi;
e) Kurang terkoordinasinya program gizi buruk di Kabupaten/Kota dan antar
Kabupaten/Kota.
3) Masih terdapat masyarakat yang belum menikmati pelayanan kesehatan yang
bermutu sehingga ada kecenderungan meningkatnya angka kematian, baik ibu
melahirkan, angka kematian anak dan angka kematian karena meningkatnya
angka kesakitan, hal ini diantaranya disebabkan oleh:
a) Mahalnya pelayanan kesehatan yang baik
b) Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau karena jauhnya jarak dan
sulitnya akses pelayanan kesehatan
c) Masih kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dan prasarana kesehatan
dasar dan rujukan.
d) Masih tingginya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok
masyarakat yang rentan kesehatan (ibu, anak, remaja, usia lanjut dan
pekerja).
e) Masih diperlukannya peningkatan mutu pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin
4) Masih rendahnya kualitas lingkungan, hal ini dikarenakan oleh :
a) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan;
b) Masih kurangnya sarana dan prasarana dalam menunjang lingkungan
sehat.
5) Penyakit menular (DBD, Malaria, diare, AFP, HIV AIDS dan TB Paru) dan
penyakit tidak menular (jantung koroner, kencing manis, kanker) masih tinggi
di J awa Tengah. Masih tingginya angka kesakitan ini disebabkan oleh :
a) Survailance penyakit menular dan tidak menular yang masih lemah;
b) Masih jeleknya sanitasi lingkungan;
114
c) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih
dan sehat;
d) Masih tingginya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok
masyarakat yang rentan kesehatan (ibu, anak, remaja, usia lanjut dan
pekerja);
e) Masih tingginya angka penderita gangguan jiwa di J awa Tengah.
6) Masih belum optimalnya pembinaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang
farmasi, makanan, dan perbekalan kesehatan disebabkan:
a) Tingkat ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
belum sesuai kebutuhan;
b) Pelayanan kefarmasian belum terintegrasi secara komprehensif dan
optimal dalam pelayanan kesehatan;
c) Masih ditemukannya peredaran sediaan farmasi, makanan dan perbekalan
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan
kesehatan;
d) Belum semua sarana produksi (industri) farmasi, makanan dan perbekalan
kesehatan serta sarana distribusi farmasi dan alat kesehatan menerapkan
prinsip Good Production Practices dan Good Distribusion Practices;
e) Belum optimalnya mutu dan pengembangan obat tradisional serta masih
kurangnya pemanfaatan obat tradisional pada sarana pelayanan kesehatan
formal;
f) Belum optimalnya pemanfaatan laboratorium makanan minuman di tingkat
Kabupaten/ Kota dan Provinsi untuk menjamin mutu dan keamanan
produk makanan minuman;
g) Belum optimalnya kerja sama lintas program, lintas sektor, dengan
organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembinaan,
pengendalian dan pengawasan sediaan farmasi, makanan dan perbekalan
kesehatan, mulai dari produksi, distribusi sampai dengan pemanfaatannya.
7) Rendahnya perilaku hidup sehat di masyarakat, hal ini disebabkan antara lain
oleh :
a) Perbedaan pola penyakit dan persebaran pada setiap daerah;
b) Upaya promosi dan pencegahan belum menjadi prioritas;
c) Status kesehatan masyarakat dan lingkungan belum kondusif;
d) Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
115
e) Belum optimalnya pelaksanaan J aminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat;
f) Masih adanya penyimpangan dan pemanfaatan obat dan zat-zat terlarang;
g) Masih buruknya stigma masyarakat terutama mengenai kesehatan jiwa dan
rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan jiwa.

b. Kebijakan
1) Peningkatan kualitas akses pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, PKD) dalam rangka meningkatan derajat kesehatan masyarakat
J awa Tengah;
2) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka perilaku hidup sehat,
perbaikan gizi masyarakat dan perbaikan sanitasi lingkungan;
3) Pengawasan di bidang farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan;
4) Peningkatan kemampuan dan kualitas rumah sakit
5) Upaya peningkatan kesehatan baik jasmani maupun secara jiwa, sosial dan
spiritual;
6) Peningkatan pelayanan RSUD Provinsi dan RSJ D Provinsi.

c. Strategi
1) Meningkatkan peran kader kesehatan dan desa siaga dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular;
2) Meningkatkan kemitraan dalam pengawasan peredaran obat dan makanan;
3) Memanfaatkan penggunaan obat tradisional dalam mengeliminir penggunaan
obat berbahaya;
4) Meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam mewujudkan
perilaku hidup bersih dan sehat;
5) Meningkatan suplemen makanan (makanan tambahan) dengan melibatkan
kader kesehatan;
6) Diversifikasi makanan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat;
7) Meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan sehat;
8) Sertifikasi puskesmas dan rumah sakit.
9) Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan tenaga kesehatan yang dimiliki;
10) Sertifikasi tenaga kesehatan terutama tenaga medis;
11) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di bidang
farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan yang berkualitas;
116
12) Rumah Sakit diarahkan ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
13) Meningkatkan upaya kesehatan secara jiwa, sosial dan spiritual melalui
pengaktifan Tim Pembina Kesehatan J iwa Masyarakat (TPKJ M) dan integrasi
pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas;

d. Program
1) Sumberdaya Kesehatan
2) Perbaikan Gizi Masyarakat
3) Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
4) Pengembangan Lingkungan Sehat
5) Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit
6) Farmasi Dan Perbekalan Kesehatan
7) Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

e. Sasaran
1) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (tenaga, sarana
prasarana, penganggaran);
2) Meningkatnya gizi masyarakat;
3) Meningkatnya akses masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu;
4) Meningkatnya jumlah penduduk miskin yang memiliki J amkesmas/J amkesda
sampai 100 %;
5) Terciptanya lingkungan hidup yang sehat;
6) Berkurangnya kasus penyakit menular (DBD, Malaria, diare, AFP, HIV/AIDS, dan
TB paru) dan tidak menular;
7) Tertanganinya kasus atau permasalahan kesehatan serta menurunnya
morbiditas pada kelompok masyarakat rentan (ibu, anak, remaja, usia lanjut
dan pekerja);
8) Meningkatnya kesehatan jiwa, sosial dan spiritual yang mampu ditangani RSJ D;
9) Meningkatnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi,
makanan dan perbekalan kesehatan;
10) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

f. Indikator Capaian
1) Program sumberdaya kesehatan dengan target dan indikator capaian sebagai
berikut:
117
a) Melakukan pemerataan tenaga kesehatan di daerah pedesaan;
b) Bertambahnya SDM Kesehatan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
teknis kesehatan sebesar 10%;
c) Terakreditasinya pelatihan bidang kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
J awa Tengah sebesar 20%;
d) Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi sebesar 80%;
e) Bertambahnya tenaga kesehatan yang terakreditasi sebesar 80%;
f) Tenaga kesehatan yang mengetahui keberadaan dan peran Majelis Tenaga
Kesehatan Provinsi (MTKP) jawa tengah sebesar 70%;
g) Meningkatnya kompetensi tenaga medis dan non medis yang bersertifikat
di rumah sakit sesuai dengan standar yang berlaku;
h) Meningkatnya jumlah tenaga medis dan non medis sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit;
i) Pemanfaatan sistem informasi kesehatan terpadu di lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi J awa Tengah 100%;
j) Pemanfaatan sistem informasi kesehatan antar jejaring Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota sebesar 70%;
k) Peningkatan informasi SPM bidang kesehatan dan tersedianya Profil
Kesehatan sebesar 100%;
l) Pemanfaatan hasil kajian/penelitian sebagai dasar kebijakan dan pelaku
program bidang kesehatan sebesar 60%;
m) Program pemerataan distribusi tenaga kesehatan strategis pada sarana
kesehatan di daerah;
n) Adanya perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugas-tugas pelayanan kesehatan;
o) Memantabkan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, penganggaran
pembangunan kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota;
p) Memantabkan koordinasi dan sinkronisasi dalam evaluasi pembangunan
kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota;
q) Meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan,
penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan tingkat provinsi dan
kabupaten/kota;
r) Tertanganinya masalah kesehatan di lintas batas dan povinsi anggota
Mitra Praja Utama (MPU);
118
s) Meningkatnya persentase pengawasan keuangan dan pencapaian retribusi
100% pada Dinas Kesehatan dan UPT;
t) Meningkatnya mutu pengelolaan keuangan pada Dinas Kesehatan dan
UPT;
u) Terpenuhinya tenaga kesehatan (dokter spesialis jiwa) 100 %.
2) Program perbaikan gizi masyarakat dengan target dan indikator capaian
sebagai berikut:
a) Menurunnya jumlah gizi buruk pada balita. Prevalensi gizi buruk balita
0,82%;
b) Menurunnya jumlah KEK pada ibu hamil kurang dari 20 %;
c) Menurunnya kasus anemi pada ibu hamil, dan nifas sebesar 33,5%;
d) Meningkatnya cakupan pemberian vitamin A pada balita 100%;
e) Balita yang ditimbang secara teratur di posyandu 80%;
f) Balita gizi buruk GAKIN yang ditangani sesuai standar 100%;
g) Ibu menyusui asi eksklusif 65%;
h) Balita GAKIN 6-24 bulan mendapat MP ASI 80%;
i) Bayi, balita, bumil dan bufas yang mendapat suplemen zat gizi mikro 80%;
j) Keluarga mengkonsumsi garam beryodium 80%;
k) Surveilance gizi termasuk sistem kewaspadaan dini KLB Gizi Buruk 100%
setiap puskesmas.
3) Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan target dan indikator
capaian sebagai berikut :
a) Meningkatnya jumlah penduduk miskin yang memiliki J aminan
Pemeliharaan Kesehatan sampai 100%;
b) Tercapainya usia harapan hidup (UHH) 71 tahun;
c) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 102/100.000
kelahiran hidup;
d) Angka kematian bayi mencapai 9,8/1.000 kelahiran hidup;
e) Angka kematian balita mencapai 12/1.000 kelahiran hidup;
f) Balita yang sakit ditangani dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
90%;
g) Cakupan Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang (SDIDTK)
95%
h) Puskesmas PKPR 20% setiap kabupaten/kota;
119
i) Puskesmas KTA 25% setiap kabupaten/kota;
j) Meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan 95%;
k) Terlaksananya sistem rujukan rumah sakit
l) Tersedianya sarana dan prasarana alat kesehatan sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dan produk unggulan rumah sakit;
m) Penanganan Komplikasi normal Neonatal 79 % dari kasus yang ditemukan;
n) Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (Poned) berfungsi optimal ;
2 Puskesmas/Kabupaten/Kota;
o) Meningkatnya Kunjungan Nifas 90 %;
p) Meningkatnya cakupan pemanfaatan buku KIA 90 %;
q) Semua Desa melaksanakan P4K;
r) Terlaksananya sistem rujukan rumah sakit.
4) Program pengembangan lingkungan sehat dengan target dan indikator capaian
sebagai berikut:
a) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan Keluarga yang telah menggunakan
jamban sebesar 80 %;
b) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan keluarga yang telah menggunakan
air bersih 85 %;
c) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan cakupan rumah yang memenuhi
syaratkesehatan 75 %;
d) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan Tempat Usaha Penjamah Makanan
(TUPM) memenuhi syarat 80 %;
e) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan cakupan Institusi yang dibina
mencapai 80 %;
f) Terwujudnya pengelolaan sampah perkotaan 95% pedesaan 65%;
g) Meningkatnya sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah;
h) Meningkatnya inspeksi kesehatan pada Tempat-Tempat Umum (TTU) 80%;
i) Meningkatnya keluarga yang menggunakan air bersih 85%;
j) Cakupan institusi yang di bina mencapai 80%;
5) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, dengan target dan
indikator capaian sebagai berikut:
a) Menurunnya jumlah penderita DBD kurang dari < 15/100.000;
b) Cakupan Univesal Child Immunization (UCI) 100%;
120
c) Meningkatnya persentase Kabupaten/Kota dengan kelengkapan laporan
survailance lebih dari atau sama dengan 90%, dan ketepatan laporan lebih
dari atau sama dengan 80%;
d) Tertanganinya KLB kurang dari dari 24 jam;
e) Menurunnya kematian karena kasus DBD kurang dari 1%;
f) Menurunnya Angka Kesakitan Malaria (API) kurang dari 1/1.000;
g) Menurunnya angka kesakitan diare dari 10 20% menjadi 8 10%;
h) Menurunnya angka kematian akibat diare kurang dari 1%;
i) Meningkatnya persentase Kabupaten/Kota dengan Non Polio A F P lebih
besar dari 2/100.000 anak usia dibawah 15 tahun;
j) Meningkatnya persentase Kabupaten /Kota untuk penemuan baru kasus
AFP kurang dari 14 hari sesuai SOP;
k) Meningkatnya penemuan kasus HIV/ AIDS;
l) Menurunnya kematian akibat HIV/ AIDS;
m) Meningkatnya penemuan kasus TB paru atau Case Detection Rate (CDR)
70%;
n) Meningkatnya angka kesembuhan TB Paru lebih dari atau sama dengan
85%;
o) Menurunnya kecacatan dan kematian akibat kecelakaan dan cedera;
p) Menurunnya Pneumonia balita dari 10-20 % menjadi 8-10%;
q) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan sosialisasi PTM 50 %;
r) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan surveilans dan pengendalian
faktor resiko PTM 25 %;
s) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan surveilans kesakitan dan
kematian PTM 100 %;
t) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan deteksi dini PTM 25 %;
u) Persentase Kabupaten dengan keluarga yang telah menggunakan jamban
sebesar 80 % dan menggunakan air bersih 85 %. Sedangkan untuk kota
dengan keluarga yang telah menggunakan jamban sebesar 90 % dan
menggunakan air bersih 90 %;
v) Tertanganinya kasus kejiwaaan yang mampu diatasi RSJ D sebesar
15-20 %;
121
6) Program Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, dengan target dan indikator
capaian sebagai berikut :
a) Meningkatnya ketersediaan dan pemerataan obat publik dan perbekalan
kesehatan lainnya di pelayanan kesehatan;
b) Meningkatnya pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan;
c) Meningkatnya cakupan pembinaan sarana produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
d) Meningkatnya fasilitasi pembinaan makanan minuman kepada Kab./Kota;
e) Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional dalam
pelayanan formal;
f) Meningkatnya pemanfaatan laboratorium makanan dan minuman dalam
menjamin mutu dan keamanan produk makanan dan minuman;
7) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan target dan
indikator capaian sebagai berikut:
a) 35% Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan dalam mendukung
peningkatan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan;
b) 100% Kabupaten/Kota melaksanakan kampanye kesehatan melalui media
promosi kesehatan (cetak elektronik, outdoor, indoor dan penyuluhan
langsung);
c) 100 % Kab./Kota mengembangkan desa/kelurahan siaga;
d) 50% Kabupaten/kota mencapai rumah tangga sehat (rumah tangga ber
PHBS) 75%;
e) 50% Kabupaten/Kota menyelenggarakan J aminan Pemeliharaan Kesehatan
(J PK) masyarakat;
f) Menurunkan angka penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dan Zat
Aditif (Napza);
g) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa;
h) Meningkatnya pemanfaatan fasilitas kesehatan jiwa oleh masyarakat.

3. Kewenangan Urusan Wajib Pekerjaan Umum
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya kondisi pembangunan prasarana jalan dan jembatan dalam
mendukung pembangunan wilayah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP).
122
2) Belum optimalnya pemenuhan kebutuhan pengelolaan jaringan irigasi, rawa
serta jaringan pengairan lainnya dalam mendukung pembangunan pertanian
dan penyediaan air baku.
3) Belum optimalnya upaya konservasi dan pengendalian tata ruang Daerah
Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan penurunan kapasitas pengaliran sungai
dan daya tampung waduk, danau dan embung.
4) Belum optimalnya fungsi prasarana dan sarana pengendalian banjir dan
pengamanan pantai sehingga ada kecenderungan terjadinya banjir dan abrasi
pantai.
5) a. Masih adanya kesenjangan penyediaan sarana dan prasarana antara
wilayah perkotaan dan perdesaan.
b. Belum terpenuhinya cakupan fasilitas sarana prasarana di wilayah pantai
utara, tengah dan pantai selatan.
6) Rendahnya ketersediaan dan kinerja prasarana dan sarana air bersih, sanitasi,
dan persampahan terutama di lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah.
7) a. Rendahnya kualitas pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung
Pemerintah diakibatkan tidak dipatuhinya NSPM dan rendahnya sosialisasi
serta pengawasan pelaksanan NSPM yang telah diterbitkan oleh
pemerintah.
b. Belum berkembangnya jasa konstruksi karena kurangnya pembinaan dan
pengawasan serta belum mantapnya mekanisme sertifikasi kompetensi.

b. Kebijakan
1) Mewujudkan pembangunan jalan dan jembatan guna mendukung
pengembangan wilayah J awa Tengah;
2) Meningkatkan kondisi jalan dan jembatan provinsi dari kondisi rusak dan
sedang menjadi kondisi baik serta tertanganinya perbaikan kerusakan jalan dan
jembatan yang disebabkan bencana alam;
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kebinamargaan
dalam mendukung kinerja penanganan jalan dan jembatan provinsi;
4) Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air untuk irigasi dan
air baku dalam mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan berbagai sektor
(pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, pariwisata, dan lain-
lain);
123
5) Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana pengendalian banjir dan
pengamanan pantai untuk melindungi kawasan strategis, sentra produksi, serta
perumahan dan permukiman;
6) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pengembangan
dan pengelolaan infrastruktur;
7) Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana konservasi sumber daya air untuk
kelestarian air dan sumber air;
8) Mengurangi kesenjangan penyediaan sarana dan prasarana antar wilayah.
9) Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pemukiman bagi masyarakat
di perkotaan dan perdesaan;
10) Meningkatkan pelayanan air bersih, sanitasi dan persampahan terutama bagi
masyarakat RTM;
11) Menguatkan kinerja pengelolaan dan pembangunan gedung publik.

c. Strategi
1) Membangun jalan dan jembatan, meningkatkan struktur dan kapasitas jalan
dan jembatan provinsi guna menunjang pengembangan wilayah, kota dan
kawasan strategis;
2) Memelihara secara rutin maupun periodik jalan dan jembatan provinsi;
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas alat berat, sarana laboratorium, material
jalan dan jembatan, sistem informasi / data base serta perencanaan dan
pengawasan jalan dan jembatan;
4) Pendekatan pengembangan dan pengelolaan wilayah sungai berbasis
penataan ruang, yang sinergis antar sektor, antar daerah dan antar pemangku
kepentingan (pemerintah, masyarakat dan swasta);
5) Pendekatan pembangunan prasarana sumber daya air yang berkelanjutan
dengan berpedoman pada Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM)
berbasis partisipasi masyarakat.
6) Pendekatan peningkatan pelayanan masyarakat dengan membangun sistem
informasi sumber daya air didukung kelembagaan dan sumber daya manusia
yang handal.
7) Memfasilitasi dan mendorong kerjasama dan peran serta kabupaten/kota,
pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan sarana
dan prasarana wilayah.
124
8) Mendukung dan mendorong penanganan permasalahan pembangunan
perdesaan dan perkotaan.
9) Mendorong terpenuhinya pelayanan air bersih, sanitasi dan persampahan
terutama bagi masyarakat RTM.
10) Memfasilitasi penyusunan pedoman, juklak, juknis pelaksanaan pembangunan
gedung publik.

d. Program
1) Pembangunan J alan dan J embatan
2) Rehabilitasi / Pemeliharaan J alan dan J embatan
3) Peningkatan J alan dan Penggantian J embatan
4) Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
5) Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa serta jaringan
pengairan lainnya.
6) Penyediaan dan pengelolaan air baku.
7) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya
air lainnya.
8) Pengendalian banjir dan pengamanan pantai.
9) Peningkatan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan;
10) Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi;
11) Pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung serta pengembangan jasa
konstruksi.

e. Sasaran
1) Program Pembangunan J alan dan J embatan dengan sasaran sebagai berikut:
a) Meningkatnya efektifitas dan pembangunan J aringan J alan Lintas Selatan
(J J LS).
b) Terselesaikannya aksesibilitas ke Bandara A. Yani Semarang.
c) Terselesaikannya peningkatan aksesibilitas dari Pantai Utara (Pantura)
menuju Pantai Selatan (Pansela).
d) Meningkatnya kondisi prasarana jalan dan jembatan antara lain untuk
mendukung pengembangan Kawasan Blok Cepu, pariwisata, perbatasan
antar provinsi maupun perbatasan antar kabupaten / kota, daerah rawan
bencana dan kawasan pengembangan perekonomian wilayah.
125
2) Program Rehabilitasi / Pemeliharaan J alan dan J embatan, dengan sasaran
terlaksananya rehabilitasi / pemeliharaan jalan provinsi sepanjang 2.539,70 km
dan jembatan provinsi sepanjang 24.135 m.
3) Program Peningkatan J alan dan Penggantian J embatan, dengan sasaran
terlaksananya peningkatan jalan provinsi sepanjang 220 km dan penggantian
jembatan provinsi sepanjang 1.200 m.
4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan, dengan sasaran
sebagai berikut :
a) Terpenuhinya peningkatan kualitas dan kuantitas alat berat, sarana
laboratorium, material jalan dan jembatan, sistem informasi / data base
serta perencanaan dan pengawasan jalan dan jembatan.
b) Terfasilitasinya penanganan jalan dan jembatan Nasional, Kabupaten/ Kota
dan masyarakat/ lingkungan permukiman perdesaan.
5) Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa serta
pengairan lainnya dengan sasaran sebagai berikut:
a) Terlaksananya operasi dan pemeliharaan, peningkatan dan rehabilitasi
jaringan irigasi di 39 Daerah Irigasi (DI) seluas 346.998 Ha kewenangan
pemerintah, 106 DI seluas 86.252 Ha kewenangan provinsi dan 8.982 DI
seluas 559.205 Ha kewenangan kabupaten/kota.
b) Terlaksananya pengembangan Daerah Irigasi Lanang di Kabupaten
Grobogan seluas 1.818 Ha, Daerah Irigasi Slinga-Larangan di Kabupaten
Purbalingga seluas 1.400 Ha.
c) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat atau petani pemakai
air dalam pengembangan dan pengelolaan prasarana irigasi.
6) Program penyediaan dan pengelolaan air baku, dengan sasaran sebagai
berikut:
a) Terlaksananya target pemenuhan kebutuhan air baku untuk rumah tangga,
kota dan industri sebesar 10%.
b) Terfasilitasinya sarana dan prasarana penyediaan air baku pada wilayah
pedesaan dan perbatasan yang rawan air di Kabupaten / Kota.
c) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat dalam pengembangan
dan pengelolaan prasarana air baku.
126
7) Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan
sumber daya air lainnya.
a) Terlaksananya peningkatan penanganan dan pengendalian konservasi pada
sungai atau danau di 35 DAS kritis.
b) Terlaksananya peningkatan kerjasama pengembangan dan pengelolaan
sumberdaya air antara pemerintah dan pemerintah daerah.
c) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat dalam pengembangan
dan pengelolaan prasarana konservasi sumberdaya air.
8) Program pengendalian banjir dan pengamanan pantai, dengan sasaran
sebagai berikut :
a) Terlaksananya operasi dan pemeliharaan, peningkatan, rehabilitasi
prasarana dan sarana sistem pengendalian banjir pada 10 sungai di
wilayah sungai Bodri Kuto serta mengupayakan pengurangan luas rawan
genangan terhadap debit banjir rata-rata saat ini dengan luas rawan
genangan dari 199.427 Ha menjadi 167.000 Ha pada wilayah sungai
kewenangan pusat termasuk wilayah sungai Bodri Kuto.
b) Terfasilitasinya peningkatan pengelolaan prasarana pengendali banjir dan
pengaman pantai pada 7 Wilayah Sungai (WS) kewenangan Pemerintah
dan 2 WS kewenangan Kabupaten.
c) Mengupayakan pengamanan pantai untuk mengurangi pantai kritis dari
157 km menjadi 110 km.
d) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat dalam pengembangan
dan pengelolaan prasarana pengendali banjir dan pengaman pantai.
9) Program peningkatan prasarana dan sarana perkotaan dan pedesaan, dengan
sasarannya sebagai berikut:
a) Terwujudnya peningkatan dan pemerataaan pembangunan sarana
prasarana antar wilayah Pantura-Tengah-Pansela yang mendasarkan
karakteristik potensi dan kesesuaian dengan RTRW melalui peningkatan
kualitas kerjasama pembangunan kawasan strategis, peningkatan peran
dan fungsi perkotaan, percepatan dan peningkatan pembangunan
perdesaan dan peningkatan cakupan dan sistem infrastruktur wilayah.
b) Terwujudnya peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana dasar
permukiman bagi masyarakat di perkotaan dan perdesaan secara, efisien,
dan efektif;
127
10) Program peningkatan Kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi dengan
sasaran tercukupinya dan meningkatnya pelayanan air bersih, sanitasi dan
persampahan terutama bagi masyarakat RTM di perkotaan maupun perdesaan
11) Program pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung serta
pengembangan jasa konstruksi, dengan sasaran :
a) Peningkatan kualitas dan kinerja pengelolaan bangunan gedung (terutama
gedung publik)
b) Meningkatnya kompetensi dan peningkatan jumlah usaha jasa konstruksi

f. Indikator Capaian
1) Program Pembangunan J alan dan J embatan, dengan indikator capaiannya
sebagai berikut :
a) Tersedianya sebagian lahan bebas dan tertanganinya sebagian fisik ruas
J J LS di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo dan
Kabupaten Wonogiri.
b) Lancarnya aksesibilitas transportasi dari dan ke terminal baru Bandara A.
Yani.
c) Terhubungnya aksesibilitas yang aman lancar dan memadai antara lain
Kota Pekalongan Kabupaten Pekalongan - Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Wonosobo Kabupaten Kebumen; Kabupaten Pemalang
Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purwokerto Kabupaten Cilacap dan
Kabupaten Kendal (Weleri) Kabupaten Temanggung.
d) Membaiknya kondisi prasarana jalan dan jembatan dalam mendukung
kelancaran arus transportasi wilayah diantaranya kawasan Blok Cepu,
pariwisata, perbatasan antar provinsi maupun perbatasan antar kabupaten
/ kota, daerah rawan bencana dan kawasan pengembangan perekonomian
wilayah.
2) Program Rehabilitasi / Pemeliharaan J alan dan J embatan, dengan indikator
capaiannya meningkatnya waktu tempuh rata-rata menjadi 45 Km/jam dan
terfasilitasinya penanganan jalan dan jembatan nasional.
3) Program Peningkatan J alan dan Penggantian J embatan, dengan indikator
capaiannya meningkatnya kondisi jalan baik sebesar 86,54 % dan jembatan
sebesar 79%.
128
4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan, dengan indikator
capaiannya optimalnya kinerja fungsi jalan dan jembatan Provinsi J awa
Tengah.
5) Program Pengembangan dan Pengelolaan J aringan Irigasi, Rawa serta J aringan
Pengairan Lainnya, dengan indikator capaian meningkatkan kondisi fisik
jaringan irigasi kewenangan Pemerintah dari kondisi baik sebesar 79% menjadi
89%, kewenangan provinsi dari 41% menjadi 72 % dan kewenangan
kabupaten/kota dari 35% menjadi 60% melalui kegiatan operasi dan
pemeliharaan, peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana irigasi.
6) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku, dengan indikator capaian
meningkatkan pemenuhan kebutuhan air baku sebesar 10 %.
7) Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan
Sumber Daya Air Lainnya, dengan indikator capaiannya sebagai berikut :
a) Menurunkan tingkat laju erosi dan sedimen pada sungai atau danau di 35
DAS kritis.
b) Terlaksananya pembuatan sumur resapan percontohan dengan
pemberdayaan masyarakat di 6 Balai PSDA.
c) Terlaksananya pembangunan embung-embung atau tampungan air
sebanyak 5 buah embung
d) Terbentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA)
Wilayah Sungai (WS) Bodri Kuto dan Dewan Sumber Daya Air Provinsi
e) Terlaksananya Kerjasama Pengelolaan Sumber Daya Air pada 7 WS
kewenangan Pemerintah dan 2 WS kewenangan Kabupaten
f) Terbentuknya forum masyarkat peduli terhadap konservasi sumber daya
air
8) Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai, dengan indikator
capaiannya :
a) Terpenuhinya operasi dan pemeliharaan, peningkatan, rehabilitasi
prasarana dan sarana sistem pengendalian banjir pada 10 sungai di
wilayah sungai Bodri Kuto dan mengupayakan pengurangan luas rawan
genangan banjir dari 199.427 Ha menjadi 167.000 Ha, pada 7 WS
kewenangan Pemerintah, 1 WS kewenangan Provinsi dan 2 WS
kewenangan Kabupaten.
129
b) Terlaksananya Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan prasarana
Sumber Daya Air dari Pemerintah ke Pemerintah Daerah.
c) Berkurangnya panjang pantai kritis dari 157 km menjadi 110 km.
d) Terbentuknya forum masyarakat peduli banjir di 10 sungai pada wilayah
sungai Bodri Kuto dan wilayah sungai lainnya.
9) Program peningkatan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan, dengan
target dan indikator capaiannya sebagai berikut;
a) Berkurangnya kesenjangan pembangunan sarana dan prasarana antar
wilayah Pantura-Tengah-Pansela sesuai dengan karakteristik potensi dan
kesesuaian dengan RTRW melalui peningkatan kualitas kerjasama
pembangunan kawasan strategis, peningkatan peran dan fungsi perkotaan,
percepatan dan peningkatan pembangunan perdesaan dan peningkatan
cakupan dan sistem infrastruktur wilayah
b) Meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar permukiman bagi
masyarakat di perkotaan dan perdesaan
10) Program peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi dengan
target dan indikator capaiannya adalah meningkatnya pelayanan air bersih,
sanitasi, persampahan bagi RTM
11) Program pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung serta
pengembangan jasa konstruksi.
a) Meningkatnya pemahaman NSPM para konsultan dan kontraktor serta para
pihak yang terkait dengan pembangunan publik.
b) Meningkatnya jumlah gedung yang berkualitas sesuai NSPM baik dari segi
kualitas maupun kinerja pengelolaan semakin tinggi.
c) Meningkatnya penyelenggaraan pembinaan dan sosialisasi jasa konstruksi
d) Bertambahnya perusahaan jasa konstruksi yang memenuhi kualifikasi dan
memiliki sertifikasi kompetensi baik terhadap badan usahanya yaitu
Sertifikasi Badan Usaha (SBU) maupun terhadap SDM nya.

4. Kewenangan Urusan Wajib Perumahan Rakyat
a. Permasalahan
1) a. Meningkatnya kebutuhan rumah yang layak huni.
b. Banyaknya rumah yang tidak layak huni baik yang berlokasi di perdesaan
maupun perkotaan
130
2) a. Rendahnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, pengelolaan, dan peningkatan kualitas infrastruktur
perumahan/permukiman terutama pada masyarakat pedesaan dan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
b. Lemahnya konsolidasi dan koordinasi komunitas perumahan dalam
pengelolaan dan pemeliharaan serta sharing pembangunan dan
pembiayaan perumahan termasuk didalamnya infrastruktur.

b. Kebijakan
1) Program pembangunan perumahan, dengan kebijakan :
a) Prioritas pemenuhan kebutuhan rumah pada masyarakat perdesaan dan
MBR.
b) Pemanfaatan lahan perumahan dengan efisien dan efektif melalui
pembangunan rumah secara vertikal
2) Program pemberdayaan komunitas perumahan, dengan kebijakan
Meningkatkan partisipasi masyarakat terutama masyarakat perdesaan dan
MBR melalui pengembangan kearifan lokal dan memperhatikan kelembagaan
yang telah ada.

c. Strategi
1) Program pembangunan perumahan, dengan strategi :
a) Mengoptimalkan peran stakeholder, dalam hal ini pengembang dan
masyarakat dalam pembangunan rumah.
b) Memanfaatkan potensi lembaga pembiayaan keuangan lokal
(BKK,BPR,BMT), dalam pembiayaan perumahan terutama bagi masyarakat
pedesaan dan MBR.
2) Program pemberdayaan komunitas perumahan, dengan strategi:
a) Meningkatkan intensitas komunikasi dan informasi.
b) Mengembangkan model subsidi silang.

d. Program
1). Pembangunan perumahan.
2). Pemberdayaan komunitas perumahan.

131
e. Sasaran
1). Program pembangunan perumahan, dengan sasaran :
a) Terpenuhinya kebutuhan rumah yang dicukupi dengan kemampuan
pengembang, pemerintah dan masyarakat.
b) Meningkatnya kualitas rumah yang terjangkau oleh daya beli MBR .
2). Program pemberdayaan komunitas perumahan, dengan sasaran :
a) Meningkatnya pengetahuan pemahaman masyarakat tentang perumahan
yang sehat, aman dari bencana.
b) Meningkatnya kemampuan dan keberdayaan masyarakat dalam
pembangunan, pengelolaan, dan peningkatan perumahan serta siaga
terhadap bencana.
c) Peningkatan perumahan termasuk didalamnya infrastuktur.
d) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pembangunan, pengelolaan
perumahan.

f. Indikator Capaian
1) Program pembangunan perumahan, dengan capaian :
a) Terbangunnya rumah baik oleh pengembang, pemerintah/ pemerintah
daerah dan swadaya masyarakat.
b) Meningkatnya kualitas perumahan.
c) Terfasilitasinya MBR di Perdesaan dan perkotaan untuk memiliki rumah
yang layak.
d) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan lahan kawasan
perumahan/permukiman.
2) Program pemberdayaan komunitas perumahan.
a). Meningkatnya pengetahuan kesadaran, partisipasi masyarakat perdesaan
dan MBR dalam peningkatan kualitas hunian.
b). Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
pengurangan risiko bencana.
c). Meningkatnya kualitas infrastruktur perumahan/ permukiman.
d) Meningkatnya sinergitas komunitas perumahan dalam pengelolaan dan
pemeliharaan serta sharing pembangunan dan pembiayaan perumahan.


132
5. Kewenangan Urusan Wajib Penataan Ruang
a. Permasalahan
1). Terdapat beberapa item pengaturan dalam RTRW yang telah ada belum sesuai
dengan Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.
2). Belum seluruhnya tersusun rencana rinci Kawasan Strategis J ateng .
3). Perlu penyesuaian terdapat perubahan-perubahan ruang
4). Masih Rendahnya kesadaran pelaksana pembangunan dalam pemanfaatan
rencana tata ruang sebagai dasar pelaksanaan pembangunan.
5). Rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan ruang
sesuai dengan peruntukannya.
6). Rendahnya upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran pemanfaatan
ruang.
7). Kinerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, (BKPRD) belum optimal
dalam memfasilitasi pemecahan permasalahan dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

b. Kebijakan
1). Program perencanaan tata ruang
a) Penyusunan rencana detail kawasan strategis diprioritaskan pada kawasan-
kawasan yang memiliki potensi konflik pemanfaatan sumberdaya maupun
antar daerah;
b) Koordinasi dan fasilitasi dalam rangka sinkronisasi dan sinergitas antara
RTRWN, RTRW Provinsi J awa Tengah dan RTRW Kab/Kota
2). Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang
a) Meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat umum dan
aparatur pemerintah dalam penataan ruang
b) Meningkatkan kinerja BKPRD Provinsi dan BKPRD Kabupaten/kota sesuai
dengan fungsinya;

c. Strategi
1). Program perencanaan tata ruang
Optimalisasi peningkatan kesadaran para pihak atas rencana tata ruang
melalui pendekatan normatif dan partisipatif
2). Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang
133
a) Peningkatan kesadaran masyarakat maupun aparat melalui komunikasi,
informasi dan edukasi
b) Optimalisasi upaya penegakan hukum tentang tata ruang

d. Program
1). Perencanaan Tata Ruang;
2). Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Tata Ruang.

e. Sasaran
1) Program perencanaan tata ruang, dengan sasaran :
a) RTR yang sesuai dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
b) Tersedianya Rencana Rinci Kawasan Strategis Provinsi J awa Tengah .
2) Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang, dengan sasaran :
a) Akurasi informasi data terkait kondisi ruang
b) Meningkatnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan
ruang
c) Konsistensi pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukungnya dan
penerapan pengendalian pemanfaatan ruang, terutama pada kawasan
lindung dan sawah lestari didukung kelembagaan serta peran serta
masyarakat.
d) Terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukkannya;
e) Meningkatnya kinerja BKPRD Provinsi J awa Tengah

f. Indikator Capaian
1) Program perencanaan tata ruang dengan target dan indikator capaiannya;
a) RTRW Provinsi J awa Tengah sesuai dengan UU 26/2007 tentang penataan
ruang;
b) Fasilitasi penyesuaian RTRW Kab/Kota sesuai UU 26/2007 tentang
Penataan Ruang;
c) Tersusunnya rencana rinci Kawasan Strategis Provinsi J awa Tengah.
2) Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang dengan target dan
indikator capaiannya :
a) Monitoring dan pembaharuanan data spasial;
134
b) Peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan
ruang sesuai dengan peruntukannya;
c) Berkurangnya pelanggaran pemanfaatan ruang;
d) Peningkatan upaya penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran
pemanfaatan ruang;
e) Meningkatnya kesadaran aparatur dalam pengendalian ruang;
f) Peningkatan kinerja Badan Koordinasi Pernataan Ruang Daerah, (BKPRD)
dalam memfasilitasi pemecahan permasalahan dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

6. Kewenangan Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya kerjasama dan sinergitas pembangunan antar daerah
kabupaten/kota dan provinsi lain yang disebabkan oleh belum diketahuinya
manfaat serta masih belum jelasnya aturan pelaksanaan kerjasama antar
daerah;
2) Belum optimalnya perkembangan dan pertumbuhan wilayah perbatasan yang
disebabkan oleh rendahnya aksesibilitas karena jaraknya jauh dari pusat
pemerintahan serta kurang memadainya kondisi sarana prasarana dan
sumberdaya pendukung pelayanan publik;
3) Belum optimalnya perkembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang
disebabkan oleh masih minimnya publikasi serta dukungan kebijakan yang
mengarah pada pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh;
4) Belum optimalnya pengendalian kota-kota besar dan menengah yang
disebabkan oleh masih belum jelasnya arah pengembangan kota-kota besar
dan menengah;
5) Belum optimalnya sumber daya aparatur di bidang perencanaan, pelaksanaan
penelitian dan pengembangan pembangunan daerah yang disebabkan oleh
kurangnya keahlian dan keterampilan sumberdaya aparatur serta dukungan
sarana prasarana;
6) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah,
yang disebabkan oleh belum mantabnya dukungan data dan keterbatasan
kapasitas aparatur perencana;
135
7) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bidang ekonomi, antara lain disebabkan oleh dinamika perubahan ekonomi,
akurasi data dan belum profesionalnya aparatur perencana;
8) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bidang sosial budaya, antara lain disebabkan oleh dinamika perubahan sosial,
akurasi data dan belum profesionalnya aparatur perencana;
9) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bidang prasarana wilayah dan sumberdaya alam, antara lain disebabkan oleh
dinamika perubahan iptek, akurasi data dan belum profesionalnya aparatur
perencana serta kompleknya permasalahan menurunnya kualitas lingkungan;
10) Belum optimalnya koordinasi dan perencanaan pembangunan daerah rawan
bencana, antara lain disebabkan oleh belum lengkapnya data base, akurasi
data dan belum profesionalnya aparatur perencana.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan kerjasama dan sinergitas perencanaan pembangunan antar
daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi;
2) Mengembangkan perencanaan wilayah perbatasan;
3) Mengembangkan perencanaan wilayah strategis dan cepat tumbuh;
4) Meningkatkan pengendalian perencanaan pengembangan kota-kota besar dan
menengah;
5) Meningkatkan kapasitas kelembagaan perencanaan, penelitian dan
pengembangan pembangunan daerah;
6) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.
7) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bidang ekonomi;
8) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bidang sosial budaya;
9) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah
bidang prasarana wilayah dan sumber daya alam.;
10) Meningkatkan koordinasi perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

c. Strategi
1) Peningkatan kerjasama perencanaan pembangunan antar wilayah
Kabupaten/Kota dan Provinsi;
136
2) Peningkatan kerjasama perencanaan pembangunan wilayah perbatasan;
3) Pengoptimalan penyusunan perencanaan pembangunan wilayah strategis dan
cepat tumbuh;
4) Pengendalian perencanaan pembangunan wilayah kota-kota besar dan
menengah;
5) Peningkatan pelatihan aparatur perencanaan pembangunan dan pelaksanaan
penelitian dan pengembangan secara optimal;
6) Penyempurnaan dokumen perencanaan pembangunan yang lebih berkualitas;
7) Penyempurnaan perencanaan pembangunan yang lebih berkualitas;
8) Peningkatan perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

d. Program
1) Peningkatan Kerjasama Pembangunan;
2) Perencanaan Pengembangan Wilayah Perbatasan;
3) Perencanaan Pengembangan wilayah Strategis dan cepat tumbuh;
4) Perencanaan Pengembangan Kota-kota Menengah dan Besar;
5) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah;
6) Perencanaan Pembangunan Daerah;
7) Perencanaan Pembangunan Ekonomi;
8) Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya;
9) Perencanaan Pembangunan Prasarana Wilayah dan Sumberdaya Alam;
10) Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana;

e. Sasaran
1) Meningkatnya kerjasama antara daerah kabupaten/kota dan provinsi dalam
perencanaan pembangunan;
2) Berkembangnya pertumbuhan wilayah perbatasan;
3) Meningkatnya pusat-pusat pertumbuhan di J awa Tengah;
4) Meningkatnya pengendalian pengembangan kota-kota besar dan menengah.
5) Meningkatnya kapasitas kelembagaan perencanaan, penelitian dan
pengembangan pembangunan daerah;
6) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah;
7) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang
ekonomi;
137
8) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang
kesejahteraan rakyat serta bidang pemerintahan dan kependudukan;
9) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang
prasarana wilayah dan sumberdaya alam;
10) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah rawan
bencana.

f. Indikator Capaian
1) Terselenggaranya forum kerjasama antar daerah kabupaten/kota dan provinsi
dalam perencanaan pembangunan;
2) Terwujudnya akselerasi perkembangan dan pertumbuhan wilayah perbatasan.
3) Berkembangnya wilayah strategis sebagai pusat-pusat pertumbuhan di
Provinsi J awa Tengah;
4) Terkendalinya pengembangan kota-kota Besar dan Menengah di J awa Tengah.
5) Tersedianya Sumber Daya Aparatur perencanaan pembangunan daerah,
tersusun dan terlaksananya kebijakan daerah di bidang penelitian dan
pengembangan;
6) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan, seperti Renja SKPD,
Renstra SKPD, RKPD, RPJ MD, dan RPJ PD;
7) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan ekonomi daerah;
8) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan bidang kesejahteraan
rakyat serta bidang pemerintahan dan kependudukan.
9) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan bidang prasarana wilayah
dan sumberdaya alam.
10) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

7. Kewenangan Urusan Wajib Perhubungan
a. Permasalahan
1) Tingginya beban lalu lintas dan banyaknya daerah rawan kecelakaan serta
minimnya fasilitas perlengkapan jalan.
2) J aringan pelayanan angkutan penumpang tidak sebanding dengan permintaan
jasa angkutan.
3) Masih kurangnya keterpaduan sistem jaringan jalan, lemahnya manajemen
lalu lintas, dan rendahnya ketertiban pengguna jalan.
138
4) Biaya subsidi dan investasi di bindang kereta api sangat besar, disamping itu
rendahnya kapasitas lintas dan rendahnya kualitas sarana dan prasarana
sehingga perlu adanya terobosan baru dalam sistem penyelenggaraan
perkeretaapian dan dukungan dari berbagai pihak.
5) Perkembangan produktivitas Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP)
relatif kecil dibanding moda transportasi jalan Kereta Api, laut dan udara
disamping itu peran swasta dalam pengembangan masih rendah.
6) Rendahnya volume bongkar muat barang perdagangan, angkutan peti kemas
dan penumpang di Tanjung Emas dibanding Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
Demikian juga pelabuhan Cilacap, Tegal dan J uwana sebagai pelabuhan
bongkar muat barang relatif konstan.
7) Belum optimalnya pelabuhan Tanjung Emas baik sarana prasarana sisi darat
maupun laut.
8) Minimnya Sarana Bantu Navigasi (SBNP) di wilayah perairan J awa Tengah
untuk mendukung keselamatan pelayaran.
9) Kolam dan alur pelayaran di beberapa pelabuhan di J awa Tengah sering
mengalami pendangkalan.
10) Perlu adanya peningkatan sarana prasarana perhubungan udara sejalan
mengingat tejadinya peningkatan pertumbuhan penumpang / barang, yang
didukung dengan aspek keselamatan penerbangan dan pengembangan
ekonomi daerah.
11) Masih banyaknnya penggunaan frekuensi yang illegal, sehingga perlu penataan
dan pengawasan penggunaanya.
12) Penyelenggaraan pos dan telekomunikasi perlu pengaturan bersama,
mengingat saat ini banyak perusahaan pos tumbuh dan berkembang untuk
menjamin tingkat pelayanan konsumen.
13) Belum optimalnya peningkatan pengembangan teknologi, informasi,
komunikasi, metereologi dan, Search and Rescue (SAR) dalam penanggulangan
bencana.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan sarana prasarana lalu lintas, kualitas pelayanan jasa bidang
angkutan jalan dan manajemen rekayasa lalu lintas, serta prasarana
keselamatan sungai danau dan penyeberangan serta Kereta Api.
139
2) Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan laut, keselamatan,
keamanan serta ketertiban angkutan laut di J awa Tengah.
3) Mengembangkan kapasitas dan kualitas layanan Bandar udara di J awa
Tengah.
4) Mengembangkan dan meningkatkan teknologi, informasi, telekomunikasi,
metereologi dan SAR.
5) Meningkatkan ketertiban dan efektivitas pengawasan jasa pos; pengaturan
dan pengendalian frekuensi radio amatir; memperkuat kemandirian industri
telekomunikasi; dan peningkatan pemenuhan penyediaan data untuk ramalan
cuaca, iklim dan meningkatkan kualitas pelaksanaan operasi SAR.

c. Strategi
1) Meningkatkan jangkauan, kualitas dan kuantitas pelayanan sarana dan
prasarana angkutan barang dan penumpang secara bertahap.
2) Meningkatkan dan mengembangkan fasilitas lalu lintas jalan, kereta api, sungai
danau dan penyeberangan, pelabuhan laut dan bandar udara.
3) Meningkatkan fasilitas keamanan, ketertiban, keselamatan lalu lintas jalan,
pelayaran dan penerbangan.
4) Meningkatkan pelayanan jasa pos.
5) Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi, telekomunikasi, komunikasi
dan telematika.
6) Meningkatkan kapasitas komunikasi dan media massa serta kualitas lembaga
komunikasi sosial.
7) Meningkatkan sarana dan prasarana melalui kerjasama dengan pemerintah,
pemerintah kabupaten/kota, pemangku kepentingan dan swasta dalam
pembangunan perhubungan, komunikasi dan informatika di J awa Tengah

d. Program
1) Pengembangan Perhubungan Darat
2) Pengembangan Perhubungan Laut
3) Pengembangan Perhubungan Udara
4) Pos, Telekomunikasi, Metereologi, dan SAR.



140
e. Sasaran
1) Terwujudnya peningkatan sarana prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
kelaikan jalan kendaraan bermotor, kualitas pelayanan, kualitas pengawasan
dan pengendalian, meningkatnya disiplin, manajemen dan rekayasa untuk
mewujudkan keselamatan jalan raya.
2) Terwujudnya peningkatan keselamatan dan pelayanan kereta api serta
mendorong peran swasta, pemerintah dan koperasi dalam pengembangan
transportasi kereta api dan ASDP.
3) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang LLAJ , ASDP dan Kereta Api.
4) Terwujudnya sarana dan prasarana, keselamatan, keamanan dan ketertiban
angkutan laut di J awa Tengah.
5) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang perhubungan laut.
6) Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan Bandara A. Yani
Semarang, Adisumarmo Surakarta, Tunggul Wulung Cilacap dan Dewadaru
Karimunjawa J epara.
7) Terfasilitasinya pengembangan Bandara Ngloram Cepu.
8) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang Perhubungan Udara.
9) Terwujudnya pelayanan jasa pos dan telekomunikasi yang sesuai dengan
permintaan pasar dan ketentuan yang berlaku.
10) Tertibnya penggunaan frekuensi dan meningkatnya kapasitas pengguna
frekuensi.
11) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang Pos, Telekomunikasi,
Meteorologi dan SAR.
12) Terwujudnya suatu kinerja dan kapasitas dalam pengembangan dan
peningkatan teknologi, informasi, telekomunikasi, metereologi dan SAR dalam
penanggulangan bencana
13) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung sistem komunikasi yang
memadai
14) Tersedianya sistem informatika yang memadai untuk mendukung efisiensi
pelayanan publik dan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah;
15) Terwujudnya efektifitas penyebarluasan sistem komunikasi, informasi,
telematika dan media massa.
16) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang Komunikasi dan
Informatika sesuai dengan tuntutan masyarakat.

141
f. Indikator Capaian
1) Program Pengembangan Perhubungan Darat, dengan indikator :
a ) Meningkatnya kualitas dan kuantitas perencanaan bidang perhubungan,
komunikasi dan informatika;
b ) Terfasilitasinya pembangunan terminal tipe A dan B;
c ) Terbangunnya jembatan timbang 4 buah dan meningkatnya kapasitas
timbang serta integrasi jaringan interkoneksi sebanyak 17 buah;
d ) Terfasilitasinya pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) di 3 kota
(Semarang, Surakarta dan Purwokerto);
e ) Meningkatnya jumlah fasilitas perlengkapan jalan;
f ) Meningkatnya unjuk kerja alur alternatif dan perintis;
g ) Meningkatnya kinerja pelayanan bis Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP);
h ) Terbangunnya Area Traffic Control System (ATCS) di 2 Kab./Kota;
i ) Peningkatan SDM bidang LLAJ , ASDP dan KA;
j ) Terfasilitasinya revitalisasi jalur-jalur non operasi KA terutama di
Kedungjati-Tuntang, Magelang-Bedono, Magelang-J ogja, Semarang-
Demak-Kudus-Rembang, Kudus-J epara , Rembang-Blora;
k ) Terfasilitasinya pengoperasian KA terutama di lintas KlatenSolo Sragen,
Pekalongan-Semarang;
l ) Terfasilitasinya pengoperasian KA Komuter terutama di lintas Semarang
Tegal Purwokerto Kutoarjo J ogja Solo Semarang;
m ) Terfasilitasinya pembangunan double track lintas Tegal Pekalongan
Semarang - Cepu dan angkutan kereta api perkotaan di Solo;
n ) Peningkatan keselamatan : pembinaan / sosialisasi, penertiban,
peningkatan, pemeliharaan, rehabilitasi, pembangunan perlintasan
sebidang di 22 Kabupaten/kota;
o ) Terfasilitasinya pengembangan KA wisata Tuntang-Ambarawa-Bedono
dan Borobudur dan sekitarnya;
p ) Terfasilitasinya peningkatan frekuensi KA lintas Tegal-Semarang,
Semarang-Solo-Sragen, Semarang-Cepu, dan Solo-Wonogiri;
q ) Terfasilitasinya pembangunan Dry Port Kalijambe, Purwokerto dan
Gombong;
r ) Terfasilitasinya dan pendampingan pembangunan pelabuhan
penyeberangan Kendal;
142
s ) Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana transportasi 8 waduk
(Malahayu, Sempor, Wadas lintang, Kedungombo, Gajah Mungkur,
Cacaban, Rawa Pening dan Mrica);
t ) Terfasilitasinya pengoperasian kapal penyeberangan lintas Kendal-Kumai
dan terfasilitasinya pengoperasian coastal ferry Lampung Banten DKI
J abar Kendal J atim Bali NTB, NTT;
u ) Pengembangan dan peningkatan transportasi ASDP di 3 lokasi;
v ) Terfasilitasinya kegiatan yang berkaitan dengan kelancaran angkutan
pada saat Musim Haji, Lebaran, Natal dan Tahun Baru;
2) Program Pengembangan Perhubungan Laut, dengan indikator :
a ) Terfasilitasinya pemeliharaan alur dan kolam di 4 lokasi (Pelabuhan
Rembang, J epara, Brebes, dan Karimunjawa);
b ) Pengoperasian KM Kemojan di Karimunjawa;
c ) Terfasilitasinya peningkatan dan pengembangan sarana prasarana
pelabuhan di 9 lokasi (Tanjung Emas, Tanjung Intan, Tegal, Batang,
J uwana, Rembang, Karimunjawa, J epara dan Brebes);
d ) Tersedianya fasilitas keselamatan pelabuhan (SBNP) di perairan J awa
Tengah;
e ) Meningkatnya usaha di bidang angkutan laut di 5 lokasi (Tanjung Emas,
Tanjung Intan, Tegal, J uwana, Rembang, Karimunjawa dan Brebes;
f ) Terfasilitasinya pembangunan fasilitas pendukung di pelabuhan Tanjung
Emas;
g ) Peningkatan SDM bidang perhubungan laut;
3) Program Pengembangan Perhubungan Udara, dengan indikator :
a. Terfasilitasinya pengembangan fasilitas Bandar Udara dan keselamatan
penerbangan di 4 lokasi (Bandara A. Yani Semarang, Adisumarmo
Surakarta, Tunggul Wulung Cilacap dan Dewadaru Karimunjawa J epara);
b. Terfasilitasinya pengoperasian dan pengembangan Bandara Ngloram Cepu;
c. Peningkatan SDM bidang perhubungan udara.
4) Program Pos, Telekomunikasi, Metereologi dan, SAR dengan indikator :
a) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian postel dan frekuensi;
b) Terlaksananya publikasi informasi cuaca dan iklim;
c) Terlaksananya koordinasi dan optimalisasi pelaksanaan KPU/USO;
143
d) Terlaksananya ujian ORARI dan RAPI di 5 lokasi (Semarang, Solo,
Purwokerto, Pekalongan dan Pati);
e) Terlaksananya kegiatan siaran radio tetap dan bergerak;
f) Peningkatan SDM bidang Pos dan telekomunikasi;
g) Pengembangan kapasitas, sarana dan prasarana SAR, sistem data base/
sistem informasi manajemen kebencanaan dan pengoptimalan teknologi
informasi, telekomunikasi, metereologi, dan SAR dalam penanggulangan
bencana;

8. Kewenangan Urusan Wajib Lingkungan Hidup
a. Permasalahan
1) Tingginya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh usaha dan atau kegiatan
Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) dan Besar, Pertanian, Rumah Tangga, ,
Rumah Sakit, Hotel, Transportasi maupun kegiatan lainnya telah
menurunkan kualitas lingkungan;
2) Meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun (B-3) dan
menghasilkan limbah B-3 yang belum dikelola secara benar menimbulkan
resiko yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan;
3) Rendahnya pemahaman masyarakat dan aparat terhadap peraturan
perundang-undangan bidang lingkungan serta belum optimalnya penegakan
hukum di bidang lingkungan;
4) Tingginya tingkat kerusakan lingkungan karena adanya kebakaran hutan dan
lahan, kerusakan tanah untuk produksi biomasa, telah menurunkan daya
dukung lingkungan dan mengancam keseimbangan ekosistem Daerah Aliran
Sungai (DAS);
5) Tingginya kerusakan kawasan lindung dan kerusakan cadangan sumber daya
alam karena pengelolaan yang tidak sesuai dengan fungsinya;
6) Belum berkembangnya pelaksanaan diversifikasi/penerapan integrasi
perkebunan ternak di kawasan lahan kritis , DAS dan tangkapan waduk;
7) Rendahnya luasan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan untuk
mempertahankan proses-proses alamiah dan menjaga keseimbangan
lingkungan hidup;
8) Kemampuan daya dukung lingkungan dibandingkan dengan jumlah,
pertumbuhan dan kebutuhan penduduk telah terlampaui serta terbatasnya
144
daya tampung untuk menerima beban buangan dari aktifitas usaha dan/atau
kegiatan telah melampaui kemampuan alamiah;
9) Berkurangnya keseimbangan lingkungan fisik dan sosial di kkawasan
perluasan/pengembangan perkotaan;
10) Rendahnya kapasitas aparatur dan masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup;
11) Terbatasnya data dan informasi tentang sumber daya alam dan lingkungan
hidup;

b. Kebijakan
1) Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan;
2) Menurunkan tingkat pencemaran melalui upaya pengendalian, pengawasan dan
penegakan hukum lingkungan serta fasilitasi penanganan sumber penyebab
pencemaran dan pemulihan kualitas lingkungan;
3) Mengendalikan kerusakan lingkungan melalui upaya pengawasan dan
penegakan hukum lingkungan serta fasilitasi penanganan pemulihan kerusakan
lingkungan;
4) Membangun kerjasama keterpaduan dengan stakeholders untuk menangani
sumber penyebab permasalahan lingkungan;
5) Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia, membangun kesadaran dan
kepedulian masyarakat untuk berperan aktif dalam penanganan dan
melakukan kontrol sosial terhadap pengelolaan lingkungan;
6) Pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas, penataan fisik lahan dan
lingkungan sosial masyarakat;
7) Peningkatan dukungan swadaya masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup;
8) Peningkatan sarana dan prasarana penunjang pengelolaan sumber daya alam;

c. Strategi
1) Membangun komitmen dengan stakeholders untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan;
2) Meningkatkan partisipasi dunia usaha dan masyarakat dalam pengendalian
pencemaran lingkungan;
145
3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam pengendalian
dan pemulihan kerusakan lingkungan;
4) Meningkatkan koordinasi dengan stakeholders dalam pengelolaan lingkungan
hidup;
5) Meningkatkan pembelajaran lingkungan bagi aparatur, dunia usaha dan
masyarakat;
6) Pengelolaan lahan kritis dengan sentuhan civil teknis sederhana, drop stuktur,
gullyplug, rorak, pengaturan kontur dan rehabilitasi atau diversifikasi tanaman
perkebunan, peternakan disertai tanaman penguat teras;
7) Meningkatkan partisipasi swadaya masyarakat dalam pengelolaan lahan;
8) Melaksanakan pelatihan peningkatan kemampuan dan ketrampilan pengelolaan
lahan kritis;
9) Melaksanakan intensifikasi pertanian, rehabilitasi, diversifikasi, dan integrasi
perkebunan dan peternakan pada lahan kritis.

d. Program
1) Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan;
2) Pengembangan J asa Lingkungan Kawasan-Kawasan Konservasi Laut dan
Hutan;
3) Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam;
4) Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
5) Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam;
6) Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup;
7) Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan LH;

e. Sasaran
1) Terkendalinya beban pencemaran lingkungan pada usaha dan/atau kegiatan
UMKM, menengah / besar, pertanian, domestik, rumah sakit, hotel, transportasi
serta berkurangnya resiko pencemaran bahan-bahan berbahaya dan beracun
(B-3) maupun limbah B-3;
2) Meningkatnya kedisiplinan masyarakat maupun pelau usaha dan/atau kegiatan
terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup;
146
3) Meningkat dan berkembangnya kearifan lokal/tradisional masyarakat,
perbaikan kualitas sumberdaya manusia aparatur dan masyarakat dalam
pencegahan bencana dan pelestarian lingkungan hidup;
4) Meningkatnya penanganan kawasan lahan kritis dengan komoditas perkebunan
berupa tanaman keras atau tanaman tahunan, tanaman penutup tanah;
5) Meningkatnya pelaksanaan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi dan civil teknis
serta integrasi perkebunan-ternak pada lahan kritis DAS serta tangkapan
waduk;
6) Meningkatnya pengelolaan lahan, teknik budidaya, manajemen usaha tani dan
kualitas hasil;
7) Meningkatnya luasan ruang terbuka hijau kota yang dapat mendukung
keteduhan, kenyamanan dan keindahan daerah perkotaan di J awa Tengah;
8) Meningkatnya dan pulihnya daya dukung lingkungan pada kawasan lindung,
pesisir dan laut, cadangan sumberdaya alam serta lahan di ekosistem Daerah
Aliran Sungai (DAS /sub DAS) Bengawan Solo, Progo, Luk Ulo, Bogowonto,
Serayu, Pemali, Comal serta J ratun Seluna;
9) Meningkatnya kapasitas aparat, masyarakat dan warga sekolah dalam
pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan serta pengembangan
teknologi ramah lingkungan;
10) Meningkatnya penyediaan data dan informasi sumberdaya alam, daerah rawan
bencana serta kualitas lingkungan hidup;

f. Indikator Capaian
1) Terlaksananya pengendalian dan pengawasan terhadap sumber-sumber
pencemaran 10 kluster UMKM, 500 usaha dan/atau kegiatan menengah/besar
dan 50 obyek domestik, sehingga menurunkan tingkat pencemaran dari
sumber pencemaran klaster UMKM sebesar 75%, sebesar 14% dari usaha
dan/atau kegiatan menengah/besar dan 10% dari obyek domestik;
2) Terlaksananya perbaikan kinerja pengelolaan B-3 dan limbah B-3 pada 300
usaha dan/atau kegiatan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundangan
yang berlaku;
3) Terealisirnya pengawasan dan penegakan hukum pada 100 usaha
dan/kegiatan;
4) Terkuranginya penyimpangan aspek lingkungan dalam pemanfaatan ruang
sebesar 17% di 6 Daerah;
147
5) Meningkatnya fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan sebesar 5% dari
luasan 222.759 ha di 31 Kabupaten/kota dan sebesar 10% tangkapan sumber
air dapat terpelihara serta tertanamnya 360 jenis tanaman langka di sejumlah
daerah;
6) Terlaksananya penanganan kawasan lahan kritis dengan komoditas perkebunan
350 ha per tahun;
7) Meningkatnya penerapan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi dan civil teknis
serta integrasi perkebunan ternak pada lahan kritis, DAS, dan tangkapan
waduk;
8) Terlaksananya peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas hasil serta
terpeliharanya sumber daya alam;
9) Terlaksananya perlluasan dan peningkatan kualitas runag terbukan hijau
sebesar 20% di 10 daerah;
10) Tertanganinya kerusakan lingkungan hutan dan lahan sebesar 10% dari seluruh
area ekosistem DAS di 6 Sub DAS J awa Tengah;
11) Tersusunnya hasil kajian penghitungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan pada 6 DAS/Sub DAS sebagai masukan dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang;
12) Terfasilitasinya pembelajaran 350 orang aparat pengelola lingkungan hidup, 500
anggota kelompok masyarakat, 100 orang guru dan 400 pelajar;
13) Terfasilitasinya pelaksanaan program adiwiyata di 10 sekolah;
14) Tersusun dan terpublikasikannya dokumen statistik lingkungan, status
lingkungan hidup daerah dan informasi lingkungan melalui media cetak dan
elektronik setiap tahun;

9. Kewenangan Urusan Wajib Pertanahan
a. Permasalahan
Belum optimalnya penataan, penguasaan dan kepemilikan serta pemanfaatan
tanah yang disebabkan oleh:
1) Masih rendahnya pemahaman terhadap peraturan pertanahan;
2) Masih banyaknya bidang-bidang tanah di J awa Tengah yang belum
didaftarkan dan disertifikatkan;
3) Belum tertibnya penguasaan dan pemilikan tanah;
4) Masih sering terjadinya konflikkonflik pertanahan;
5) Tingginya konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian;
148
6) Masih rendahnya pendekatan kemitraan dan partisipatif dalam pengendalian
konservasi sawah produktif;

b. Kebijakan
1) Memfasilitasi peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan arti
penting legalitas pemilikan tanah kepada Kabupaten/ Kota;
2) Memfasilitasi perwujudan tertib administrasi pertanahan yang berkualitas
dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mensertifikatkan
tanah;
3) Mengupayakan pengurangan konversi lahan pertanian ke non pertanian;

c. Strategi
1) Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan Badan Pertanahan Nasional di
tingkat Provinsi dalam rangka peningkatan kualitas tertib adminstrasi
pertanahan;
2) Melanjutkan program program pensertifikatan tanah secara masal dan murah
khususnya di wilayah pedesaan;

d. Program
Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.

e. Sasaran
1) Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan pertanahan;
2) Meningkatnya bidang-bidang tanah yang didaftarkan/ disertifikatkan;
3) Terwujudnya pengembangan cakupan dan penerapan penatagunaan pertanahan
yang mendasarkan pada RTRW dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pemanfaatan lahan;
4) Peningkatan cakupan serta kualitas tertib administrasi pertanahan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pelayanan publik dalam rangka mengendalikan
pemanfaatan lahan secara merata dan berkeadilan;
5) Terkendalinya konversi lahan pertanian ke non pertanian;
6) Tersosialisasinya dan diterapkannya Manajemen Pertanahan Berbasis
Masyarakat (MPBM);
7) Sertifikasi Tanah yang mempunyai potensi fungsi sebagai kawasan lindung dan
tanah sawah lestari;
149

f. Indikator Capaian
1) Berkurangnya kasus pelanggaran penggunaan tanah;
2) Meningkatnya bidang tanah yang bersertifikat;
3) Meningkatkan bidang tanah yang terpetakan;
4) Terselesaikannya konflik-konflik pertanahan;
5) Terbangunnya sistem informasi pertanahan;
6) Berkurangnya konversi lahan pertanian ke non pertanian;
7) Meningkatnya kualitas tertib administrasi pertanahan;
8) Tersosialisasi dan diterapkannya Manajemen Pertanahan Berbasis Masyarakat
(MPBM) di 150 Desa pd 29 Kab. dng total luas lahan 900.000 ha di J ateng;
9) Tersertifikasnya tanah masyarakat yang potensi fungsi sebagai tanah sawah
lestari dan kawasan lindung;

10. Kewenangan Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil
a. Permasalahan
1). Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan kebijakan Administrasi
Kependudukan dan Catatan Sipil;
2). Belum optimalnya pengelolaan sistem pengelolaan Administrasi Kependudukan
dan Catatan Sipil;
3). Belum optimalnya pelayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil
sesuai harapan masyarakat;

b. Kebijakan
Kebijakan pembangunan kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi J awa Tengah
diarahkan pada :
1). Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil;
2). Peningkatan sistem Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil serta
Peningkatan kualitas SDM aparat;

c. Strategi
1) Meningkatkan dan mengoptimalkan sistem Administrasi Kependudukan dan
Catatan Sipil;
150
2) Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM penyelenggara Administrasi
Kependudukan dan Catatan Sipil;

d. Program
Penataan Administrasi Kependudukan;

e. Sasaran
1). Meningkatnya keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan penyelenggaraan
adminitrasi kependudukan dan Catatan Sipil;
2). Mewujudkan Pengelolaan Informasi Adminitrasi Kependudukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di seluruh
J awa Tengah.
3). Meningkatnya kualitas SDM dan pelayanan Administrasi Kependudukan dan
Catatan Sipil:
a). Data Kependudukan dan Catatan Sipil di 35 Kabupaten/kota;
b). Profil kependudukan di J awa Tengah;
c). Pelatihan bagi petugas teknisi 350 orang;
4). Mingkatnya cakupan kepemilikan dokumen kependudukan dan akta catatan
sipil bagi masyarakat J awa Tengah;
5). Mengembangkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) melalui
kerjasama dengan berbagai pihak.

f. Indikator Capaian
1) Tercapainya peningkatan keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan
penyelenggaraan administrasi kependudukan dan Catatan Sipil;
2) Terwujudnya pengelolaan informasi dengan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) secara on line di J awa Tengah;
3) Tersedianya data kependudukan dan pencatatan sipil yang valid dan dinamis
sesuai dengan perkembangan di lapangan;
4) Tersedianya berbagai bentuk laporan hasil pengelolaan data kependudukan dan
pencatatan sipil;



151
11. Kewenangan Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
a. Permasalahan
1). Kebijakan Pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum optimal untuk
memperbaiki kualitas anak dan perempuan, hal ini di sebabkan:
a) Belum semua kebijakan pendukung kualitas anak dan perempuan
tersedia di J awa Tengah;
b) Berbagai kebijakan masih belum semuanya berpihak pada anak dan
perempuan;
c) Para pengambil kebijakan masih belum responsif terhadap kebutuhan
anak dan perempuan.
2). Lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak ditunjukkan
oleh:
a) Kelembagaan pengarusutamaan gender di ukur dari 7 syarat untuk
penguatan kelembagaan gender yang meliputi : pemahaman dan
komitmen, kerangka kebijakan, struktur dan mekanisme kelembagaan,
informasi gender dan penelitian, ketrampilan perencanaan, manajemen,
mekanisme partisipasi, serta sumberdaya. Namun kondisinya saat ini
adalah:
(1) Pemahamanan dan komitmen tentang kesetaraan dan keadilan
gender masih rendah;
(2) Kerangka kebijakan responsif gender belum cukup memberikan
dukungan bagi penguatan kelembagaan;
(3) Stuktur dan kelembagaan yang ada masih belum mampu
meningkatkan kemampuan membangun kelembagaan yang ada;
(4) Data pilah gender dan anak, informasi gender dan anak hasil
penelitian masih belum dimanfaatkan sebagai bahan untuk
menyusun perencanaan responsif gender;
(5) Kemampuan menyusun perencanaan responsif gender dan hak anak
masih lemah;
(6) Mekanisme partisipasi dalam penbangunan responsif gender belum
optimal;
(7) Sumberdaya manusia dan sumberdaya pendukung masih rendah.
152
b) Belum kuatnya kelembagaan pengarusutamaan anak yang disebabkan
oleh pemahaman yang kurang optimal terhadap pemenuhan upaya
perlindungan anak secara umum dan yang membutuhkan perlindungan
khusus (anak korban bencana, korban penelantaran, anak korban
perlakuan salah, anak korban tindak kekerasan, dan anak yang
berhadapan dengan hukum).
3). Relatif rendahnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak,
yang disebabkan oleh :
a) Tingginya buta huruf perempuan 68% (2.985.005) tahun 2007;
b) Rendahnya rata-rata lama sekolah perempuan (6,0 tahun) tahun 2007;
c) Askes pada pendidikan yang masih berbeda antara laki-laki dan
perempuan;
d) Tingginya kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu sebesar 101,37 pada
tahun 2006; 97,62 pada tahun 2007; kematian bayi dan balita sebesar
14,23 pada tahun 2006 dan 9,52 pada tahun 2007;
e) Terbatasnya akses pada pelayanan kesehatan berkualitas;
f) Keterbatasan akses dan kontrol perempuan serta sumber daya ekonomi;
g) Rendahnya perlindungan dari rasa aman khususnya pada penduduk
miskin, perempuan dan anak;
h) Kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak yang semakin
meningkat baik jumlah maupun bentuk dan modusnya;
i) Faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan kearifan lokal
kurang mendukung peningkatan kualitas hidup dan perlindungan
perempuan dan anak;
j) Rendahnya pendapatan perempuan;
k) Rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak;
l) Lemahnya penegakan hukum perlindungan perempuan dan anak;
m) Meningkatnya jumlah anak yang bermasalah dengan hukum;
n) Masih rendahnya cakupan kepemilikan akte kelahiran.
4). Masih rendahnya peran serta anak dan kesetaraan gender dalam
pembangunan, yang disebabkan oleh :
a) Belum optimalnya kesadaran dan pengetahuan aparatur pemerintah
tentang kesetaraan dan keadilan gender;
153
b) Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang pengarusutamaan
gender dalam pembangunan karena belum optimalnya peran serta
kelembagaan masyarakat;
c) Masih kuatnya budaya tradisional yang masih bias gender.
5). Masih kurangnya keterlibatan anak dalam perencanaan pembangunan, yang
disebabkan oleh:
a) Belum optimalnya kesadaran dan pengetahuan aparatur pemerintah
tentang partisipasi dan hak berpendapat anak;
b) Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang pengarusutamaan
hak anak dalam pembangunan;
c) Belum optimalnya peran serta kelembagaan masyarakat dalam
memahami dan merespon persoalan.

b. Kebijakan
1). Mewujudkan peningkatan kualitas perempuan dan anak dalam berbagai
kebijakan dan program responsif terhadap kebutuhan perempuan dan anak.
2). Mendorong mewujudkan penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender
dan hak anak melalui pencapaian prasyarat untuk penguatan kelembagaan
pengarusutamaan gender yang meliputi pemahaman dan komitmen,
kerangka kebijakan, struktur dan mekanisme kelembagaan, data informasi
dan penelitian, keterampilan perencanaan, dan menajemen publik,
mekanisme partisipasi, serta sumber daya;
3). Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak,
sehingga mencapai keadilan dan kesetaraan gender dan anak;
4). Mendorong peningkatan peran serta kesetaraan gender dan anak dalam
pembangunan sehingga akan mampu meningkatkan IPG dan IDG.

c. Strategi
1). Mengintegrasikan kebijakan dan program peningkatan kualitas perempuan
dan anak dalam dokumen perencanaan daerah ( RPJ P, RPJ M dan RKPD);
2). Meningkatkan pemahaman dan komitmen SKPD dalam penguatan
pengarusutamaan gender dan hak anak, mendorong mewujudkan kerangka
kebijakan responsif gender dan hak anak, mewujudkan struktur dan
mekanisme kelembagaan yang responsif gender dan anak, mewujudkan
data informasi dan penelitian yang berkualitas untuk penguatan PUG dan
154
PUHA, peningkatan ketrampilan perencanaan dan managemen bagi SKPD
yang responsif gender dan hak anak serta mewujudkan mekanisme
partisipasi serta pengolahan sumber daya yang responsif gender dan anak;
3). Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan melalui
peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, partisipasi politik, terbukanya
akses sumber daya, dan ekonomi;
4). Meningkatkan peran serta dan partisipasi perempuan dan kelembagaan
masyarakat pembangunan melalui berbagai program yang mendorong
peningkatan kualitas hidup perempuan;

d. Program
1). Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan;
2). Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak;
3). Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak;
4). Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan.

e. Sasaran
1). Mewujudkan program yang mendorong peningkatan kualitas perempuan dan
anak dibidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan,
lingkungan hidup, ekonomi, ketenagakerjaan, politik, SDM, aparatur, dan
pengurangan kekerasan terhadap perempuan dan anak;
2). Meningkatkan pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan keadilan
gender serta hak anak pada seluruh pelaku pembangunan, dalam rangka
mewujudkan penguatan kelembagaan pengursutamaan gender serta
mengoptimalkan perlindungan anak secara luas melalui penguatan
kelembagaan pengarusutamaan anak, termasuk anak yang membutuhkan
perlindungan khusus (anak korban bencana, korban penelantaran, anak
korban perlakuan salah, anak korban tindak kekerasan, anak yang
berhadapan dengan hukum);
3). Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak
melalui upaya-upaya menurunkan angka buta huruf perempuan dan anak,
meningkatkan rata-rata lama sekolah perempuan dan anak, meningkatkan
akses pada pendidikan yang masih berbeda, menurunkan AKI hamil dan
bersalin, kematian bayi dan balita, membuka dan memperluas akses
pelayanan kesehatan berkualitas, membuka akses dan kontrol perempuan
155
pada sumberdaya ekonomi, mewujudkan perlindungan dari rasa aman
khususnya pada penduduk miskin perempuan dan anak, mengurangi
kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak, melindungi
perempuan dan anak terhadap faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi,
lingkungan, dan kearifan lokal yang kurang mendukung kualitas hidup
perempuan dan perlindungan anak, meningkatkan pendapatan perempuan,
meningkatkan kualitas pendidikan dan mewujudkan penegakan hukum
perlindungan perempuan dan anak, peningkatan cakupan kepemilikan akte
kelahiran, pemenuhan dan perlindungan anak secara umum dan
memerlukan perlindungan hukum, terwujudnya kota layak anak dan
peningkatan partisipasi anak;
4). Terwujudnya kebijakan dan program kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan.

f. Indikator Capaian
1). Keserasian kebijakan Peningkatan kualitas perempuan dan anak dicapai
dengan indikator:
a) Berbagai kebijakan dan program yang mendorong peningkatan kualitas
perempuan dan anak masuk dalam dokumen perencanaan (RPJ P, RPJ M,
RKPD, RKA);
b) Terwujudnya peran dan posisi perempuan di bidang politik dan jabatan
publik dalam rangka menuju quota 30% perempuan di legislatif;
c) Terwujudnya Perda perlindungan anak;
d) Terwujudnya peningkatan kualitas SDM aparatur yang responsif
perempuan dan hak anak;
e) Terwujudnya kebijakan penilaian kinerja untuk jabatan publik yang
responsif gender;
f) Terwujudnya kebijakan yang mendorong meningkatnya partisipasi politik
perempuan dan pelibatan partisipasi anak;
2). Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak dicapai dengan
indikator :
a) Meningkatnya pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan
keadilan gender serta hak anak pada seluruh pelaku pembangunan;
b) Terwujudnya kerangka kebijakan yang responsif gender dan hak anak
untuk memberikan dukungan bagi penguatan kelembagaan melalui
156
kebijakan, program dan kegiatan responsif gender dan hak anak, pada
30% SKPD dan di 10 Kabupaten/kota dengan GDI rendah;
c) Terwujudnya struktur dan kelembagaan telah ada untuk meningkatkan
kemampuan membangun kelembagaan yang responsif gender dan hak
anak dalam pemahaman dan kemampuan melalui IPG, pada :
(1) 30% perencanaan SKPD Provinsi;
(2) Seluruh PSW / PSG di J awa Tengah;
(3) 5 lembaga keagamaan di Provinsi;
(4) 1 J aringan LSM;
(5) 1 J aringan organisasi perempuan;
(6) 10 Kabupaten/kota dengan GDI rencah;
(7) Terwujudnya Kota Layak Anak di 10 Kabupaten / Kota;
d) Terwujudnya data pilah gender, data tentang anak, informasi gender dan
anak, serta pemanfaatan hasil penelitian untuk menyusun perencanaan
resposif gender dan anak melalui tersedianya sistem informasi gender dan
anak pada satu sistem informasi di Provinsi serta di 5 Kabupaten/kota;
e) Meningkatnya kemampuan aparat SKPD dalam menyusun perencanaan
kebijakan responsif gender dan anak;
f) Terwujudnya mekanisme partisipasi masyarakat dalam pembangunan
yang responsif gender dan anak;
g) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan anggaran yang
responsif gender dan anak;
h) Terwujudnya perlindungan anak secara luas, termasuk yang
membutuhkan perlindungan khusus (anak korban bencana, korban
penelantaran, anak korban perlakuan salah, anak korban tindak
kekerasan, anak yang berhadapan dengan hukum);
3). Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak dicapai
dengan indikator :
a) Meningkatnya jumlah kelompok integrasi pelestarian buta aksara
perempuan dan BKB/Posyandu;
b) Terwujudnya kerangka kebijakan yang responsif gender dan hak anak
untuk memberikan dukungan bagi penguatan kelembagaan melalui
berbagai kebijakan, program dan kegiatan responsif gender dan hak anak
pada 30% SKPD dan di 10 Kabupaten/kota dengan IPG rendah;
c) Meningkatnya jumlah perempuan pada setiap jenjang pendidikan;
157
d) Meningkatnya kemampuan sesuai dengan keahlian yang dimiliki
perempuan, sehingga mampu bersaing dalam dunia kerja;
e) Meningkatnya kepedulian keluarga dalam pengambilan keputusan di
bidang kesehatan di 10 Kabupaten/kota dengan kematian ibu tinggi;
f) Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kehamilan sehat dan
persalinan aman, serta hak reproduksi di 10 Kabupaten/kota dengan
kematian ibu tinggi;
g) Meningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif 10% melalui Gerakan
Sayang Ibu dan Bayi (GSIB);
h) Meningkatnya jumlah Kecamatan Sayang Ibu di 10 Kabupaten/kota
dengan Kasus Kematian ibu Tinggi;
i) Meningkatnya penguasaan ilmu dan teknologi jaringan usaha menengah
dan koperasi, serta pemahaman kewirausahaan yang dikelola perempuan.
j) Meningkatnya jumlah Desa yang mengembangkan Program Desa Prima di
10 Kabupaten dengan GDI rendah diintegrasikan dengan PNPM Mandiri;
k) Meningkatnya akses 5 kelompok perempuan pelaku usaha menengah dan
kecil berkelanjutan pada jaringan usaha, modal, informasi pasar (bahan
baku dan komoditas), meningkatnya penguasaan ilmu dan teknologi,
jaringan usaha menengah dan koperasi, serta pemahaman
kewirausahaan;
l) J umlah kasus kekerasan terhadap anak menurun, jumlah anak sejahtera
meningkat, meningkatnya perlindungan anak secara luas termasuk anak
yang membutuhkan perlindungan khusus (anak korban bencana, korban
penelantaran, korban perlakuan salah, korban tindak kekerasan, dan anak
yang berhadapan dengan hukum);
m) Berkembangnya model keadilan restoratif untuk penanganan anak
yang bermasalah dengan hukum;
n) Meningkatnya cakupan akte kelahiran;
o) Berkembangnya metode dan pola pembinaan anak terlantar yang
responsif anak;
p) Tersusunnya kebijakan, program dan kegiatan perlindungan perempuan
dan anak korban kekerasan termasuk Tindak Pidana Perdagangan Orang
(trafficking);
q) Menguatnya kapasitas kelembagaan pelayanan terpadu dalam
penanganan kekerasan berbasis gender dan anak termasuk trafficking di:
158
(1) Provinsi (PPT Provinsi dan Komisi Perlindungan Korban Kekerasan
Berbasis Gender dan Anak (KPK2BGA));
(2) 15 Kabupaten/kota.
r) Tersedianya mekanisme perlindungan korban kekerasan (termasuk
trafficking) berbasis masyarakat dan kearifan lokal di 15 desa di 15
kabupaten/kota yang PPT nya sudah berjalan;
s) Terlindunginya setiap perempuan dan anak yang menjadi korban
kekerasan, yang melaporkan kepada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)
Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak Provinsi J awa Tengah;
t) Meningkatnya kualitas pelayanan PPT Provinsi dan PPT Kabupaten/kota
kepada perempuan dan anak korban kekerasan termasuk trafficking;
u) Menguatnya kerjasama antar provinsi dalam penanganan kekerasan
terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking, pada :
(1) 10 Provinsi anggota MPU;
(2) 5 Provinsi di luar J awa yang menjadi daerah transit atau tujuan
trafficking.
v) Meningkatnya jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak
yang terlaporkan dan ditangani;
w) Peningkatan jumlah Kabupaten/kota Layak anak di 12 Kabupaten/Kota.
x) Terfasilitasinya pembentukan P2TP2A di 8 Kabupaten yang terintegrasi
dengan Program Penanggulangan Kemiskinan;
4). Peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan di
capai dengan indikator:
a) Meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IDG) mencapai 61,8 dan
Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) mencapai 65,9 pada tahun 2013;
b) Terlatihnya aparatur pemerintah tentang peningkatan peran serta anak
dan kesetaraan dan keadilan gender;
c) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta
anak dan kesetaraan serta keadilan gender dalam pembangunan;

12. Kewenangan Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
a. Permasalahan
1). Program Keluarga Berencana : J umlah penduduk J awa Tengah diperkirakan
meningkat 0,35% per tahun (angka Nasional, Sensus, 2006) atau bertambah
sekitar 11.160,52 jiwa per tahun, hal tersebut di karenakan :
159
a) Tingkat Drop Out (DO) peserta KB masih cukup tinggi yaitu di atas 10%;
b) Unmet need relatif masih tinggi, yaitu 7,4%;
c) Tingginya angka TFR , yaitu 2,3%;
d) Menurunnya penyuluh/petugas lapangan KB (PKB/PLKB) di
Kabupaten/kota karena terkait otonomi daerah, sehingga sangat
menghambat jangkauan pelayanan KB;
e) Belum tersedianya sarana mobilitasTim KB Keliling di Kabupaten/kota;
f) Semakin berkurangnya pembinaan peran serta masyarakat dan lembaga
masyarakat dalam berKB;
g) Semakin mahalnya alat kontrasepsi jangka panjang (IUD dan Implant);
h) Sedikitnya variasi alat kontrasepsi untuk laki-laki;
i) Belum optimalnya layanan untuk informasi KB dan & Keluarga Sejahtera;
2). Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di lapangan belum di
laksanakan secara maksimal oleh Kabupaten/kota, dilain pihak pelatihan
pendidik sebaya dan konselor sebaya masih belum berjalan sesuai dengan
harapan, serta makin banyaknya remaja yang tidak mengetahui kesehatan
reproduksi, Kurangnya pemahaman/pengetahuan masyarakat tentang
bahaya NAPZA, PMS dan HIV/AiDS, meningkatnya jumlah korban NAPZA,
PMS dan HIV/ AIDS (65% dan 422 kasus), serta selama ini masyarakat
masih belum optimal dalam berpartisipasi bagi upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS;
3). Program Pengembangan Model Operasional BKB, Posyandu, PAUD : belum
optimalnya pelaksanaan model integrasi BKB, Posyandu dan PAUD dalam
peningkatan pendidikan anak usia dini, hal ini dikarenakan :
a. Belum adanya model bina keluarga balita (BKB), Posyandu dan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
b. Belum tersedianya kader Posyandu yang mampu melakukan BKB dan
PAUD;
c. Belum optimalnya kelompok Bina Keluarga dan Bina Lingkungan
Keluarga;
d. Masih terbatasnya tenaga pendamping kelompok bina keluarga;
e. Masih tingginya keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1.
f. Belum optimal dan maksimalnya fasilitasi pelaksanaan, buku pedoman,
norma, standar, prosedur, kriteria dan pengembangan ketahanan dan
160
pemberdayaan keluarga melalui kelompok catur bina (bina lingkungan
keluarga, bina keluarga balita, bina keluarga remaja dan bina keluarga
lansia);
g. Masih rendahnya cakupan dan partisipasi institusi masyarakat
pedesaan / perkotaan (IMP) yang peduli pada pemberdayaan keluarga;
4). Program Pembinaan dan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB
Mandiri : belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pelayanan KB
Mandiri dan pelayanan KB sektor swasta / bagi masyarakat dalam KB
Mandiri;
5). Program Promosi Kesehatan Ibu Bayi dan Anak melalui Kelompok Bina
Keluarga dan Bina Balita : belum optimalnya model integrasi BKB, Posyandu
dan PAUD, masih rendahnya cakupan keluarga yang mengikuti catur bina
dan cakupan keluarga Pra KS dan KS I yang mengikuti kelompok UPPKS;.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana untuk masyarakat dan
mendorong masyarakat untuk mengendalikan kelahiran;
2) Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) melalui berbagai
program yang responsif terhadap kebutuhan remaja, sehingga semakin
meningkatkan kualitas remaja yang memahami kesehatan reproduksi,
menurunnya dan mencegah korban penyalahgunaan NAPZA, PMS termasuk
HIV/ AIDS serta meningkatkan kualitas pelayanan korban penyalahgunaan
NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS melalui pemberdayaan keluarga;
3) Mewujudkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga dalam pengembangan
model operasional Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu, PAUD, sehingga
dapat berkembang optimal sebagai wahana dalam pengembangan anak usia
dini dan menguatnya Kelompok Bina Lingkungan Keluarga, Bina Keluarga
Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia;
4) Penguatan pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas melalui peningkatkan
peran serta masyarakat dan pengembangan informasi program KB-KS serta
meningkatnya peserta KB mandiri dan meningkatnya kualitas dan kuantitas
serta peran akitf para pengelola, kader IMP dan pengembangan jejaring
kerja / kemitraan melalui sektor swasta / LSOM;
161
5) Meningkatkan Kesehatan Ibu Bayi dan Anak melalui kelompok Bina
Lingkungan Keluarga dan Bina Keluarga Balita serta partisipasi masyarakat
dalam Promosi Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak;

c. Strategi
1) Meningkatkan kemampuan petugas lapangan baik para medis maupun
penyuluh lapangan (PKB/PLKB), serta mengkampanyekan Program Dua
Anak Lebih Baik agar mendorong partisipasi masyarakat dalam ber-KB;
2) Meningkatkan kapasitas dalam meningkatkan pemahaman remaja dalam
reproduksi Sehat, serta terus melakukan advokasi untuk mendorong
partisipasi masyarakat dalam reproduksi sehat remaja;
3) Merumuskan kebijakan ketahanan dan pemberdayaan keluarga;
4) Meningkatkan kapasitas penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
serta Meningkatkan kapasitas pembinaan dan peran serta masyarakat dalam
pelayanan KB Mandiri;
5) Meningkatkan partisipasi kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina
Keluarga Balita serta mengembangkan advokasi dan KIE dalam
meningkatkan kualitas keluarga;

d. Program
1) Pelayanan Keluarga Berencana;
2) Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR);
3) Pengembangan model operasional BKB Posyandu PAUD;
4) Pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB Mandiri;
5) Promosi Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak melalui Kelompok Bina Keluarga dan
Bina Balita.

e. Sasaran
1) Terkendalinya jumlah penduduk melalui berbagai program pengendalian
kelahiran yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
melaksanakan Keluarga Berencana di 35 Kabupaten / Kota;
2) Meningkatnya program KRR, dan meningkatnya pemahaman masyarakat
terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dan meningkatnya
pemahaman masyarakat dan pelaku pembangunan tentang bahaya dan
upaya pencegahan serta penanggulangan NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS di
162
sekolah, maupun di masyarakat sehingga mampu menekan angka korban
penyalahgunaan NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS;
3) Meningkatnya peran Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu dan PAUD serta
terumuskannya model Bina Keluarga Balita, Posyandu dan PAUD untuk
mewujudkan keluarga yang sehat sejahtera;
4) Meningkatnya rumusan kebijakan ketahanan dan pemberdayaan keluarga
serta kapasitas kebijakan penguatan pelembagaan keluarga kecil yang
berkualitas, dan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB Mandiri,
5) Meningkatnya kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina Keluarga Balita
serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Promosi Kesehatan Ibu-
Bayi dan Anak;

f. Indikator Capaian
1) Program Pelayanan Keluarga Berencana dengan indikator capaian :
a) Menurunnya tingkat Drop Out peserta KB dari 10% menjadi 9%;
b) Menurunnya Unmet Need hingga 7%;
c) Total Fertility Rate (TFR) dari 2,3% menjadi 2,1%;
d) Meningkatnya jumlah dan kualitas penyuluh/petugas lapangan KB
(PKB/PLKB), PPKBD, Sub PPKBD di Kabupaten/Kota;
e) Meningkatnya sarana mobilitas Tim KB keliling di Kabupaten/kota;
f) Meningkatnya peran serta masyarakat dan lembaga masyarakat dalam
ber KB;
g) Tersedianya alat kontrasepsi jangka panjang (IUD dan Implant) yang
dapat menjangkau seluruh masyarakat termasuk alat kontrasepsi untuk
pria;
h) Memperluas cakupan dan jangkauan kualitas layanan KB.
2) Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan indikator
capaian:
a) Meningkatnya kelompok KRR diseluruh Kabupaten/kota;
b) Meningkatnya peran kelompok KRR dalam penyebarluasan kesehatan
reproduksi remaja;
c) Kesehatan reproduksi menjadi muatan lokal dalam bidang pendidikan;
d) Peningkatan penanggulangan Narkoba, PMS termasuk HIV/ AIDS dengan
indikator capaian :
163
(1) Meningkatnya pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba dan PMS
dan termasuk HIV/ AIDS;
(2) Berkurangnya remaja yang menjadi korban bahaya narkoba dan PMS
termasuk HIV/ AIDS;
(3) Meningkatnya generasi muda penerus yang sehat jasmani rohani dan
sosial;
(4) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dan penyelenggaraan
penanggulangan HIV AIDS.
3) Program pengembangan model operasional BKB - Posyandu dan PAUD
dengan indikator capaian :
a. Terbentuknya model BKB, Posyandu dan PAUD;
b. Meningkatnya kualitas Posyandu dalam BKB dan PAUD;
c. Meningkatnya kapasitas kader pendamping kelompok bina keluarga di
kabupaten/kota;
d. Tersedianya kader Posyandu dan PAUD dalam melakukan BKB dan PAUD;
e. Makin meningkatnya Kelompok BKB dan PAUD yang terbina;
f. Meningkatnya peran lembaga masyarakat dalam ber KB dan KS;
g. Terwujudnya layanan informasi dalam pelaksanaan KB-KS;
h. Terlaksananya fasilitasi TMKK, Kesatuan Gerak PKK KB-Kesehatan,
Bhayangkara KB-Kesehatan dan Harganas;
i. Meningkatnya peran kelompok Bina Lingkungan Keluarga, Bina Keluarga
Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia.
4) Program Pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB Mandiri.
a) Menurunnya angka drop out KB bagi masyarakat melalui keikutsertaan
dalam KB Mandiri;
b) Terwujudnya KB Mandiri oleh masyarakat yang akan menekan angka
unmet need;
c) Meningkatnya partisipasi dan kesertaan masyarakat dalam pelayanan KB
Mandiri termasuk peserta KB pria;
d) Meningkatnya jumlah masyarakat miskin untuk memperoleh akses dalam
memperoleh pelayanan KB;
5) Promosi Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak melalui Kelompok Bina Keluarga dan
Bina Balita.
164
a). Terbinanya kelompok-kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina
Keluarga Balita hingga tingkat desa;
b). Makin tersebarnya informasi kesehatan ibu-bayi dan anak hingga
menjangkau wilayah perdesaan ;
c). Terselenggaranya KIE untuk menunjang Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak
melalui Kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina Keluarga Balita.

13. Kewenangan Urusan Wajib Sosial
a. Permasalahan
1). Masih banyaknya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti :
fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), keterlantaran, kecacatan dan
ketuna sosial, hal ini dikarenakan :
a) Semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin;
b) Belum optimalnya penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS);
c) Masih terbatasnya sarana dan prasarana penanganan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
2). Masih rendahnya kualitas pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, hal
ini dikarenakan :
a) Kurangnya pembinaan dalam penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial baik di Panti Sosial maupun di luar Panti Sosial
atau masyarakat;
b) Belum adanya standar operasional dalam pemberian pelayanan dan
rehabilitasi kesejahteraan sosial;
3). Belum terbinanya secara optimal eks penyandang penyakit sosial (eks
narapidana, Pekerja Seks Komersial (PSK), narkoba dan penyakit sosial
lainnya), hal ini dikarenakan:
a) Belum adanya kesadaran keluarga eks narapidana, PSK, narkoba dan
penyandang penyakit sosial lainnya untuk melaporkan perkembangan
kondisinya;
b) Belum optimalnya lembaga/organisasi pembina penyandang penyakit
sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya);
165
c) Masih terbatasnya kegiatan untuk penanganan penyandang penyakit
sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya).
4). Belum optimalnya kelembagaan kesejahteraan sosial dalam penanganan
dan pembinaan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS), hal ini dikarenakan :
a) Masih terbatasnya lembaga/organisasi yang menangani Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
b) Masih terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola
lembaga/organisasi pelayanan kesejahteraan sosial;
c) Masih rendahnya peran serta dunia usaha dalam pengembangan usaha
kesejahteraan sosial atau pembangunan kesejahteraan sosial.
5). Belum optimalnya kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana baik
sebelum (pra bencana), pada saat (tanggap darurat bencana) maupun
sesudah terjadinya bencana (pasca bencana) yang disebabkan antara lain
oleh kurangnya kapasitas masyarakat dan aparatur, sarana prasarana serta
upaya pencegahan dan kesiapsiagaan;

b. Kebijakan
1) Peningkatan kualitas penanganan PMKS dalam melindungi dan
mengembalikan fungsi sosial dalam masyarakat;
2) Penyusunan standar operasional dalam pemberian pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial;
3) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial;
4) Peningkatan kualitas penanggulangan bencana yang terencana , terkoordinasi
dan menyeluruh.

c. Strategi
1) Meningkatkan peran dan pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan
sosial (PSKS) dalam menurunkan jumlah PMKS;
2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial ;
3) Menguatkan lembaga pembina PMKS dan meningkatkan kesadaran keluarga
dalam membina PMKS;
166
4) Meningkatkan kader di masyarakat dalam keberdayaan lembaga kesejahteraan
sosial;
5) Meningkatnya kualitas penanggulangan bencana melalui upaya :
a) Menurunkan ancaman;
b) Menurunkan ketentraman;
c) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan aparatur.

d. Program
1) Pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya;
2) Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial;
3) Pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan
penyakit sosial lainnya);
4) Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial;
5) Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

e. Sasaran
1) Berkurangnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial;
2) Meningkatnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, meningkatnya
ketrampilan pengelola panti dalam memberikan layanan dan rehabilitasi sesuai
standar operasional.
3) Terbinanya eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan
penyakit sosial lainnya);
4) Meningkatnya kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial
5) Meningkatnya upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan pengurangan resiko
bencana;
6) Meningkatnya penyelamatan dan evakuasi terhadap korban bencana,
penanganan pengungsi dan pemulihan sarana prasarana vital untuk aktifitas
masyarakat;
7) Meningkatnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana melalui
perbaikan pemulihan, peningkatan dan pembangunan yang lebih baik;
8) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, peralatan dan logistik bencana;

f. Indikator Capaian
167
1) Program pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil (KAT) dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya, dengan target dan
indikator capaian sebagai berikut:
a) Terlaksananya pelatihan ketrampilan keluarga rawan sosial ekonomi
(PKRSE) sebesar 7.900 orang;
b) Didampinginya 500 komunitas adat terpencil;
c) Terfasilitasinya kesejahteraan bagi perintis kemerdekaan/pahlawan
nasional, wakawuri, dan veteren beserta keluarganya;
d) Terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung usaha bagi keluarga
miskin;
e) Menurunnya jumlah keluarga miskin di J awa Tengah;
f) Menurunnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
sebesar 5%;
g) Meningkatnya jumlah dan ketrampilan tenaga yang menanganani PMKS.
2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial, dengan target dan
indikator capaian sebagai berikut:
a) Meningkatnya kualitas pembinaan penanganan penyandang cacat 1.000
orang, eks penyandang kronis 1.150, penderita penyakit menahun terlantar
1.100 orang, penyandang cacat bibir sumbing dan katarak 500 orang dan
penyandang cacat lewat BLK 800 orang;
b) Meningkatnya sarana dan prasarana panti-panti sosial;
c) Tersusunnya standar operasional pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan
sosial;
d) Tersosialisasinya standar operasional pelayanan dan rehabilitasi
kesejateraan sosial;
3) Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK,
narkoba dan penyakit sosial lainnya), dengan target dan indikator capaian
sebagai berikut:
a) Terdatanya eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba
dan penyakit sosial lainnya);
b) Meningkatnya kegiatan pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks
Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) 500 orang, eks napi
500 orang, eks PSK dan penyandang HIV AIDS 1.000);
168
4) Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, dengan target dan
indikator capaian sebagai berikut:
a) Teridentifikasinya potensi dan sumber kesejahteraan sosial di seluruh
Kabupaten/Kota;
b) Meningkatnya kualitas penanganan dan kapasitas lembaga yang
menangani PMKS;
c) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penanganan PMKS;
d) Meningkatnya peran dunia usaha (Corporate Social Responsibility) dalam
penanganan PMKS.
5) Program Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana , dengan target dan
indikator capaian sebagai berikut :
a) Meningkatnya kemampuan masyarakat dan aparatur dalam melakukan
upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana ;
b) Meningkatnya penyelamatan dan evakuasi terhadap korban bencana,
penanganan pengungsi dan pemulihan sarana prasarana vital untuk
ektifitas masyarakat;
c) Meningkatnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana melalui
perbaikan;
d) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, perlatan dan logistik bencana;

14. Kewenangan Urusan Wajib Ketenagakerjaan
a. Permasalahan
1) Sempitnya kesempatan kerja yang disebabkan oleh:
a) Ketidakseimbangan antara kesempatan kerja yang ada dengan kebutuhan
masyarakat akan pekerjaan;
b) Penyerapan angkatan kerja yang ada tidak sebanding dengan
pertumbuhan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran bertambah
(Backlog);
2) Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh:
a) Rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja;
b) Rendahnya ketrampilan tenaga kerja;
c) Ketidak sesuaian antara persyaratan kualifikasi jabatan yang dibutuhkan
oleh pasar kerja dengan kompetensi pendidikan yang dimiliki oleh tenaga
kerja.
169
3) Belum optimalnya perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja,
yang disebabkan oleh :
a) Kurang berfungsinya lembaga tenaga kerja;
b) Belum optimalnya fungsi Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia
Swasta (PPTKIS) dalam memberikan perlindungan kepada Tenaga Kerja
Indonesia TKI;
c) Rendahnya tingkat kesejahteraan tenaga kerja;
d) Lemahnya pengawasan ketenagakerjaan.

b. Kebijakan
Kebijakan pembangunan ketenagakerjaan Provinsi J awa Tengah diarahkan pada :
1) Peningkatan dan perluasan lapangan pekerjaan di berbagai sektor;
2) Peningkatan kopetendi dan produktivitas tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja;
3) Penegakkan hukum dan perlindungan tenaga kerja;
4) Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja;
5) Memantapkan hubungan industrial yang harmonis.

c. Strategi
1) Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam penyerapan
tenaga kerja, baik regional, nasional maupun internasional;
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya pelatihan dan produktivitas;
3) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan bursa kerja
dan optimalisasi sistem informasi bursa kerja yang mudah diakses oleh
masyarakat;
4) Meningkatkan pengawasan dan perlindungan tenaga kerja sesuai norma
hukum yang belaku, serta meningkatkan peran lembaga ketenagakerjaan.

d. Program
1) Peningkatan Kesempatan Kerja;
2) Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;
3) Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.

e. Sasaran
1). Meningkatkan jumlah Angkatan Kerja Lokal (AKAL);
170
2). Meningkatkan jumlah Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD);
3). Meningkatkan jumlah Angkatan Kerja Antar Negara (AKAN);
4). Mewujudkan penyelenggaraan dan sistem informasi pasar kerja yang mudah
diakses oleh masyarakat;
5). Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja;
6). Meningkatkan peran serta dan partisipasi lembaga-lembaga pendidikan dalam
penyiapan kualitas tenaga kerja;
7). Meningkatkan perlindungan dan jaminan kesejahteraan tenaga kerja;
8). Meningkatkan pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan;
9). Meningkatkan peran serta lembaga ketenagakerjaan;

f. Indikator Capaian
1) Tercapainya AKL 100.000 orang;
2) Tercapainya AKAD 75.000 orang;
3) Tercapainya AKAN 336.000 orang;
4) Terselenggaranya bursa kerja dengan 12.500 lowongan verja, melalui Bursa
Kerja Kursus (BKK);
5) Terbentuknya 350 BKK;
6) Terbinanya 500 BKK;
7) Terselenggaranya J ob Market Fair yang diikuti yang diikuti oleh 350 peru-
sahaan dengan menghasilkan 12.000 lowongan kerja;
8) Tersebarnya informasi pasar kerja di 35 Kabupaten/kota;
9) Tercapainya peningkatan kopetensi 52.000 tenaga kerja;
10) Tercapainya 1.100 lembaga penyelenggaran pelatihan kerja dan berperan aktif
dalam peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja;
11) Terfasilitasinya 10.000 tenaga kerja dan 250 instruktur;
12) Tercapainya Revitalisasi 5 Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja
(UPTD BLK);
13) Terfasilitasinya peningkatan kompetensi 500 instruktur dan 250 pengelola LPK;
14) Tercapainya penempatan 500 orang pemagangan dalam negeri dan 3.000
orang pemagangan luar negeri;
15) Tersusunya 25 program pelatihan CBT (Competensy Base Training) dan 100
modul pelatihan CBT;
16) Terbentuknya 25 tempat uji kompetensi ;
17) Terakreditasinya 250 lembaga pelatihan kerja ;
171
18) Tercapainya peningkatan produktivitas 2.500 tenaga kerja dan 1.000
perusahaan;
19) Tercapainya jaminan perlindungan tenaga kerja dan terwujudnya kondisi
hubungan Industrial yang harmonis melalui :
a) Terbentuknya 2500 Serikat Pekerja Serikat Pekerja (SP) di tingkat
perusahaan;
b) Terbentuknya 660 Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit;
c) Revitalisasi peran 36 LKS Tripartit dalam memberikan pertimbangan
ketenagakerjaan kepada pimpinan daerah;
d) Revitalisasi 36 organisasi pengusaha untuk mendukung kondisi Hubungan
Internasional di J ateng.
20) Terwujudnya Peningkatan kesejahteraan pekerja.
a) Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dengan pencapaian 100
% Kebutuhan Hidup Layak (KHL) s.d 2013., 2009 sebesar 90,10 %, 2010
sebesar 92,57 %, 2011 sebesar 95,05 %, 2012 sebesar 97,51 %. 2013
sebesar 100 %;
b) Penambahan peserta program jamsostek luar hub. kerja dari jumlah pek
informal sebanyak 10 % dari 14.799.001 orang;
c) Terbentuknya koperasi karyawan sebanyak 1.200 koperasi;
d) Tersedianya fasilitas kesejahteraan pekerja di 3.705 perusahaan;
e) Adanya Sistem Pengupa-han dalam bentuk struktur dan Skala Upah di
perusahaan.
21) Terwujudnya peningkatan syarat-syarat kerja di perusahaan
a) Meningkatnya kualitas materi PP dan Pejanjian Kerja Bersama (PKB);
b) Perusahaan yang wajib membuat PP se J ateng sebanyak 5.840;
c) Serikat kerja yang dapat membuat PKB sebanyak 1.446 SP/SB;
22) Berkurangnya kasus-kasus ketenagakerjaan di J awa Tengah, baik kasus
perselisihan hubungan industrial maupun kasus TKI sebesar 50 %;
23) Peningkatan profesionalisme 129 mediator se J ateng, konsiliator dan arbiter se
J awa Tengah;
24) Revitalisasi terhadap 15 PPTKIS dan 500 cabang PPTKIS;
25) Terwujudnya pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan DI 35 Kabupaten
Kota meliputi : 16.581 Perusahaan dan PPTKIS 1500 Perusahaan formal dan
PPTKIS, 15 PPTKIS, 500 cabang PPTKIS dan 212 Pegawai pengawas
ketenagakerjaan, 100 kasus;
172
15. Kewenangan Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
a. Permasalahan
1) Lemahnya kualitas kelembagaan Koperasi dan UMKM pada bidang manajemen,
organisasi dan tatalaksana;
2) Lemahnya Koperasi dan UMKM terhadap akses pasar;
3) Lemahnya akses Koperasi dan UMKM terhadap permodalan dan pembiayaan
usaha;
4) Lemahnya Koperasi dan UMKM terhadap penguasaan teknologi, pemenuhan
sarana dan prasarana usaha;
5) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia Koperasi dan UMKM, yang meliputi
kompetensi, semangat dan jiwa kewirausahaan;

b. Kebijakan
1) Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat pedesaan, perkotaan dalam
basis sistem agrobisnis (KUD, KOPTAN, KSP/USP);
2) Pengembangan jaringan usaha dan perluasan akses dan pangsa pasar
Koperasi dan UMKM baik di dalam maupun di luar negeri;
3) Memperluas akses Koperasi dan UMKM terhadap lembaga pembiayaan dan
penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola masyarakat
(KSP/USP, KJ KS dll);
4) Mendorong pertumbuhan dan memberdayakan UMKM melalui berbagai insentif
dibidang perijinan, pemberian fasilitas pemasaran, melalui berbagai pameran
produk-produk UMKM, serta penguatan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan usaha UMKM;
5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia Koperasi dan UMKM melalui
pendidikan untuk menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi dan daya saing
yang tinggi;

c. Strategi
1) Penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi masyarakat pedesaan dan
perkotaan dalam basis sistem agrobisnis, (KUD, KOPTAN, KSP/USP);
2) Membangun dan mengembangkan sistem jaringan distribusi dan networking
ekonomi Koperasi dan UMKM;
173
3) Menumbuh kembangkan lembaga keuangan alternatif (KSP/USP Koperasi dan
KJ KS/UJ KS Koperasi) dan lembaga pendukung lainnya bagi pengembangan
Koperasi dan UMKM;
4) Meningkatkan daya saing sektor UMKM melalui peningkatan produktifitas dan
kualitas produk yang berbasis produk unggulan daerah, berdaya saing global
dan berorientasi eksport serta perbaikan manajemen pemasaran ke arah
pembentukan produk bermerek (branded product);
5) Mewujudkan SDM pengelola Koperasi dan UMKM yang profesional melalui
kerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan dan sertifikasi profesi dalam
rangka peningkatan SDM secara periodik dan berkelanjutan, serta perluasan
sertifikasi kompetensi SDM Koperasi dan UMKM;

d. Program
1) Penguatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan UMKM;
2) Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui Penguatan dan Pengembangan
Diversifikasi Usaha dan Sistem Distribusi/ J aringan Usaha serta Peningkatan
Daya Saing;
3) Penguatan dan Pengembangan Permodalan dan J aringan Kemitraan Usaha
KSP/USP-Koperasi;
4) Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui Peningkatan Produktivitas
Pemasaran dan J aringan Usaha;

e. Sasaran
1) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Koperasi sesuai dengan jatidiri Koperasi;
2) Semakin meluasnya pangsa pasar produk UMKM di pasar domestik maupun
internasional;
3) Meningkatnya akses permodalan bagi KSP/USP-Koperasi dan UMKM;
4) Meningkatnya produktivitas UMKM melalui pemanfaatan teknologi dan
pemenuhan sarana dan prasarana;
5) Meningkatnya kualitas SDM koperasi dan UMKM yang handal dan profesional.

f. Indikator Capaian
1) Menguatnya kapasitas kelembagaan Koperasi dengan target :
a) Sejumlah 5.000 Koperasi berkwalitas dari 12.290 koperasi aktif;
174
b) KSP/USP-Kperasi yang sehat di tiap-tiap kecamatan 1 KSP/USP-Koperasi
sehat;
2) Meluasnya pangsa pasar produk Koperasi dan UMKM melalui :
a) Promosi, pameran kontak dagang, pasar rakyat dan temu usaha sebanyak
100 event;
b) J aringan usaha ritel Koperasi : 57 Koperasi (Sensuko);
c) Menguatnya waserda Koperasi 300 waserda;
d) Revitalisasi KUD/KOPTAN 566;
e) HKI, 150 sertifikat;
f) Ijin kesehatan usaha 3.000 UMKM;
3) Terwujudnya fasilitasi sertifikat tanah 1.750, pelaksanaan linkage program 566
Koperasi/KSP/USP, bim,bingan teknis permodalan 1500 KSP/USP dan
pendampingan 115 sentra;
4) Meningkatnya produktivitas UMKM melalui :
a) Bantuan peralatan produksi 2.000 UMKM;
b) Bimbingan teknis produksi 4.500 UMKM;
c) Workshop 1.500 UMKM.
5) Meningkatnya pengetahuan kemampuan dan ketrampilan SDM 8.700,
Kompetensi SDM KUMKM sasaran 750 orang pengelola Koperasi dan UMKM.

16. Kewenangan Wajib Penanaman Modal
a. Permasalahan
1) Target investasi belum dapat tercapai karena promosi investasi kurang optimal
dalam menampilkan potensi unggulan J awa Tengah dan belum terjalinnya
kerjasama pengelolaan aset J awa Tengah dengan investor agar menjadi
sarana investasi;
2) Masih rendahnya realisasi investasi, kurang optimalnya dukungan iklim dan
jejaring investasi karena lemahnya kepastian hukum, ketidakstabilan kondisi
ekonomi, gangguan keamanan, kerjasama pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota, serta hambatan lain dalam menciptakan iklim
investasi yang kondusif;
3) Masih kurang optimalnya dukungan terhadap potensi investasi karena kurang
siapnya sumberdaya dan sarana prasarana dalam menarik investor baik terkait
lahan, tenaga kerja dan infrastruktur;

175
b. Kebijakan
1) Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi di dalam dan luar negeri
secara selektif dan terpadu serta pengembangan fasilitasi kerjasama berkaitan
dengan investasi;
2) Penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk realisasi investasi dan menjaga
investasi berkelanjutan;
3) Peningkatan sumberdaya yang mendukung realisasi investasi, maupun sarana
dan prasarana investasi yang memadai;

c. Strategi
1) Meningkatkan promosi potensi dan peluang investasi yang dilakukan secara
selektif dan terpadu serta meningkatkan kerjasama investasi;
2) Menyusun kebijakan investasi yang strategis yang mengarah pada upaya
mendorong iklim kondusif untuk terjadinya peningkatan realisasi penanaman
modal;
3) Meningkatkan kemampuan sumberdaya dalam mendukung realisasi investasi,
maupun sarana dan prasarana di bidang penanaman modal;

d. Program
a) Peningkatan promosi dan kerjasama investasi;
b) Peningkatan iklim dan realisasi investasi;
c) Penyiapan potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah;

e. Sasaran
1) Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi, dengan sasarannya :
a) Meningkatnya jumlah investor yang mengenal potensi investasi, yang
tertarik dan yang menanamkan modalnya di J awa Tengah;
b) Meningkatnya kerjasama pengelolaan aset J awa Tengah dengan para
investor;
2) Program peningkatan iklim dan realisasi investasi, dengan sasarannya :
a) Meningkatnya iklim investasi yang kondusif di J awa Tengah;
b) Meningkatnya realisasi investasi J awa Tengah;
3) Program Penyiapan Potensi Sumberdaya Sarana dan Prasarana Daerah.,
dengan sasarannya :
176
a) Meningkatnya sarana prasarana infrastruktur yang mendukung investasi;
b) Meningkatnya kesiapan lahan untuk investasi.
c) Meningkatnya kemampuan SDM/tenagakerja untuk investasi dan kesadaran
masyarakat menerima investasi;

f. Indikator Capaian
1) Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi, dengan target dan
indikator capaiannya :
a) Meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi investasi yang dapat
disampaikan ke calon investor, dan tercapainya realisasi investasi meliputi
tersedianya profil 6 sektor usaha, terselenggaranya event promosi dan
temu usaha tingkat nasional 5 kali, terselenggaranya event promosi dan
temu usaha internasional 10 kali, serta updating website 10 kali;
b) Meningkatnya jumlah kerjasama investasi meliputi kerjasama dalam negeri
dengan 20 provinsi potensial, dan kerjasama luar negeri dengan 5 negara.
2) Program peningkatan iklim dan realisasi investasi, dengan target dan indikator
capaiannya :
a) Tesusunnya sebuah Perda tentang penanaman modal dan empat peraturan
pelaksanaannya;
b) Menurunnya gangguan keamanan investasi;
c) Meningkatnya persetujuan dan realisasi investasi. Diharapkan tercapai
realisasi investasi dalam tahun 2008: 40,156 trilyun, tahun 2009: 46,157
trilyun, tahun 2010: 55,502 trilyun, tahun 2011: 68,613 trilyun, tahun
2012: 84,970 trilyun dan tahun 2013: 105,384 trilyun;
d) Meningkatnya kerjasama Pemerintah Provinsi dengan 20 provinsi potensial
dan 35 Pememerintah kabupaten/kota J awa Tengah dalam menarik
investasi.
3) Program Penyiapan Potensi Sumberdaya Sarana dan Prasarana Daerah,
dengan target dan indikator capaiannya :
a. Meningkatnya jumlah dan kualitas infrastruktur pendukung investasi,
meliputi: peningkatan kualitas jalan akses ekono-mi dari desa ke kota,
peningkatan kualitas pelabuhan untuk ekspor/impor, dan dermaga peti
kemas, peningkatan kualitas bandara, peningkatan energi, telekomunikasi,
air dan fasilitas kesehatan terkait investasi;
177
b. Tersedianya sarana prasarana dan tersedianya lahan di 9 kawasan industri;
c. J umlah tenaga kerja terdidik/terampil meningkat di 35 kabupaten/kota di
J awa Tengah;
d. Kesadaran masyarakat untuk menerima kegiatan investasi meningkat di 35
kabupaten/kota di J awa Tengah;

17. Kewenangan Urusan Wajib Kebudayaan
a. Permasalahan
1) Budaya daerah belum banyak mendapatkan apresiasi oleh masyarakat
nasional dan internasional serta lunturnya nilai nilai etika, moral, budaya
dan keagamaan pada masyarakat yang disebabkan oleh :
a) Pengaruh negatif globalisasi, budaya asing terhadap budaya masyarakat
Indonesia ;
b) Belum optimalnya pelestarian sejarah dan permuseuman ;
c) Belum optimalnya perlindungan dan pelestarian terhadap kekayaan
budaya nasional/daerah, sehingga sangat rentan untuk diambil alih/diakui
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ;
d) Belum optimalnya promosi budaya daerah ;
e) Belum efektifnya sistem inventarisasi dan penyajian informasi mengenai
jenis dan ragam budaya daerah J awa Tengah ;
f) Belum optimalnya pembinaan/pendidikan moral, etika dan budi pekerti
bagi para remaja dan siswa sekolah.
2) Kesempatan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
mengamalkan kepercayaannya masih mengalami banyak hambatan
hambatan sosial dan budaya.

b. Kebijakan
1) Mengoptimalkan pembinaan, perlindungan, pelestarian budaya dan kesenian
daerah, dan meningkatkan daya tangkal penangkal pengaruh negatif
globalisasi dan budaya asing serta pelestarian peninggalan sejarah dan
permuseuman;
2) Meningkatkan pembinaan dan pengendalian bagi organisasi dan penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam mengamalkan
kepercayaannya.

178
c. Strategi
1) Optimalisasi pembinaan, perlindungan, pelestarian budaya, kesenian dan
tradisi daerah, dan peningkatan daya tangkal pengaruh negatif globalisasi dan
budaya asing serta pelestarian peninggalan sejarah dan permuseuman;
2) Peningkatan pembinaan dan pengendalian organisasi dan penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d. Program
1) Pembinaan tradisi dan Pengembangan Nilai Kekayaan dan Keragaman
Budaya;
2) Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e. Sasaran
1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai Kekayaan dan Keragaman
Budaya, dengan sasaran :
a) Meningkatnya kesadaran, pemahaman dan perilaku masyarakat dalam
beretika dengan mengedepankan moral serta nilai nilai keagamaan dan
kekayaan budaya lokal guna memperkuat identitas masyarakat J awa
Tengah;
b) Meningkatnya eksistensi budaya J awa Tengah di tingkat regional, nasional
dan internasional;
c) Menyelamatkan, melestarikan dan mengembangkan serta
mendayagunakan warisan budaya bangsa.
2) Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dengan sasaran meningkatnya akses dan kualitas penghayat kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mengamalkan kepercayaan.

f. Indikator Capaian
1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai Kekayaan dan Keragaman
Budaya, dengan indikator :
a) Meningkatnya pembinaan nilainilai etika, moral, budaya dan keagamaan
Indonesia kepada masyarakat melalui berbagai media;
179
b) Meningkatnya penanaman nilainilai etika, moral, budaya dan keagamaan
melalui organisasi sosial keagamaan di berbagai lapisan dengan berbagai
sosialisasi dan media;
c) Meningkatnya penanaman dan sosialisasi etika, moral, budaya dan nilai
keagamaan di kalangan para remaja dan organisasi pemuda;
d) Tersusunnya data base kekayaan ragam budaya daerah J awa Tengah;
e) Meningkatnya upayaupaya perlindungan, pelestarian dan promosi budaya
daerah di tingkat regional, nasional dan internasional.
2) Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dengan indikator meningkatnya pembinaan dan jumlah serta jenis
kelembagaan, penghayatan dan pengamalan terhadap kepercayaan yang
dianut.

18. Kewenangan Urusan Wajib Kepemudaan dan Olah raga
a) Permasalahan
1) Masih rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah yang
diantaranya disebabkan oleh:
a) rata-rata tingkat pendidikan dan ketrampilan pemuda masih rendah dan
tidak merata antar daerah;
b) Menurunnya rasa kebangsaan generasi muda dan rendahnya kepedulian
pemuda terhadap masalah-masalah pembangunan;
c) akses bagi pemuda untuk bepartisipasi dalam pembangunan daerah
masih terbatas;
d) Masih rendahnya daya tangkal di kalangan pemuda terhadap pengaruh
destruktif sebagai akibat perubahan kondisi lingkungan strategis domestik
maupun global;
e) Belum optimalnya kemitraan kepemudaan.
2) Masih rendahnya peran kelembagaan / organisasi kepemudaan dalam
pembangunan kepemudaan;
3) Belum optimalnya prestasi dan pemasyarakatan olah raga disebabkan oleh:
a) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas pembibitan, pembinaan dan
pemanduan serta pemasyarakatan olah raga;
b) belum optimalnya penelitian dan pengembangan keolahragaan;
4) Masih rendahnya kualitas dan kapasitas kelembagaan/ organisasi olah raga;
5) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana olah raga.
180
b. Kebijakan
1) Mengupayakan perwujudan partisipasi dan kepedulian pemuda terhadap
pembangunan dengan memperluas kesempatan memperoleh pendidikan
keterampilan dan meningkatkan daya tangkal pemuda terhadap pengaruh
destruktif, meningkatkan kemitraan kepemudaan, serta mengembangkan rasa
kebangsaan (national character building);
2) Memberdayakan organisasi kepemudaan agar benar-benar mampu menjadi
wadah aktivitas dan kreatifitas pemuda;
3) Meningkatkan kualitas pembibitan dan pembinaan olah raga pada semua
cabang olah raga, melalui peningkatan motivasi masyarakat dalam olah raga
dan kesegaran jasmani;
4) Meningkatkan pembinaan dalam rangka mengembangkan kemampuan
pengelolaan lembaga/organisasi olah raga pada semua cabang olah raga;
5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana olah raga.

c. Strategi
1) Pengembangan dan pemberdayaan generasi muda khususnya di perdesaan,
peningkatan daya tangkal pemuda terhadap pengaruh destruktif,
pengembangan kemitraan kepemudaan, serta pengembangan rasa
kebangsaan (national character building);
2) Pemberdayaan dan pengembangan organisasi kepemudaan;
3) Pembibitan, pembinaan dan pemanduan olah raga secara intensif dan
berkelanjutan, serta pembinaan dan pengembangan minat olah raga
masyarakat;
4) Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia tenaga pengelola dan lembaga/
organisasi olah raga;
5) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana olah raga;

d. Program
1) Pengembangan dan pemberdayaan pemuda;
2) Pemberdayaan lembaga/ organisasi kepemudaan;
3) Pembibitan, pembinaan dan pemanduan serta pemasyarakatan olah raga;
4) Pengembangan kapasitas kelembagaan organisasi olah raga;
5) Peningkatan sarana prasarana olah raga.

181
e. Sasaran
1) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda, dengan sasaran:
a) Meningkatnya partisipasi generasi muda dalam pembangunan daerah;
b) Meningkatnya rasa kebangsaan generasi muda dan kepedulian pemuda
terhadap masalah pembangunan;
c) Meningkatnya akses pemuda dalam pembangunan daerah;
d) Terwujudnya daya tangkal pemuda terhadap pengaruh destruktif;
e) Terwujudnya kemitraan pemuda.
2) Program Pemberdayaan Lembaga/ Organisasi Kepemudaan, dengan sasaran
terwujudnya peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan/ organisasi
kepemudaan;
3) Program pembibitan, Pembinaan dan Pemanduan serta Pemasyarakatan Olah
Raga, dengan sasaran:
a) Terwujudnya pembibitan, pembinaan, pemanduan olah raga secara
kontinyu;
b) Terwujudnya motivasi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olah raga
dan kesegaran jasmani;
c) Berkembangnya cabang olah raga unggulan di J awa Tengah.
4) Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Organisasi Olah Raga,
dengan sasaran terwujudnya peningkatan kualitas dan kapasitas
kelembagaan/organisasi olah raga;
5) Program Peningkatan Sarana Prasarana Olah Raga, dengan sasaran
terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olah
raga.

f. Indikator Capaian
1) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda, dengan indikator :
a) Meningkatnya kualitas dan partisipasi pemuda dalam pembangunan;
b) Meningkatnya kuantitas dan kualitas kewirausahaan pemuda;
c) Meningkatnya wawasan dan rasa kebangsaan generasi muda;
d) Tumbuhnya kesadaran, kewajiban bela negara;
e) Berkembangnya budaya lokal;
182
f) Meningkatnya kesadaran terhadap bahaya narkoba, pornografi dan
pornoaksi.
2) Program pemberdayaan lembaga/ organisasi kepemudaan, dengan indikator
meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan kepemudaan dalam
memecahkan permasalahan pemuda di 35 kabupaten/ kota dan meningkatnya
kualitas dan kapasitas kelembagaan kepemudaan, kesiswaan dan pencinta
alam;
3) Program pembibitan, Pembinaan dan Pemanduan serta Pemasyarakatan Olah
Raga, dengan indikator :
a) Munculnya bibit -bibit atlet olah raga yang berprestasi;
b) Meningkatnya kualitas dan kemampuan atlet olah raga di J awa Tengah;
c) Meningkatnya motivasi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan
olah raga dan kesegaran jasmani;
d) Muncul 5 cabang olah raga unggulan baru.
4) Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Organisasi Olah Raga,
dengan indikator meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan olah
raga;
5) Program Peningkatan Sarana Prasarana Olah Raga, dengan indikator
meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olah raga.

19. Kewenangan Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
a. Permasalahan
1) Masih adanya gangguan keamanan dan kenyamanan lingkungan di
beberapa daerah, yang antara lain disebabkan masih rendahnya kesadaran
hukum dan tingkat pengangguran yang cukup tinggi;
2) Masih tingginya angka kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban
dalam masyarakat, antara lain disebabkan oleh tindak kejahatan,
pelanggaran hukum dan keterbatasan petugas serta kesadaran hukum
masih rendah;
3) Belum optimalnya pengembangan wawasan kebangsaan dalam masyarakat,
antara lain disebabkan oleh rendahnya kesadaran warga negara tentang hak
dan kewajiban warga negara, kesadaran hukum dan pendidikan politik;
183
4) Belum optimalnya kerjasama antara pemerintah, LSM dan masyarakat
untuk pengembangan wawasan kebangsaan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh masih rendahnya komitmen ormas dan LSM tentang wawasan
kebangsaan, kurangnya pendidikan wawasan kebangsaan;
5) Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
ketertiban dan keamanan, antara lain disebabkan rendahnya partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum dan keterbatasan aparatur pemerintah
daerah;
6) Masih tingginya penyalahgunaan Napza, Miras, dan Penyakit Masyarakat
(Pekat) lainnya, yang disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat,
ketaatan hukum dan rendahnya sosial ekonomi masyarakat (rentan);
7) Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan politik masyarakat. Hal ini antara
lain disebabkan oleh masih rendahnya pendidikan politik dan kesadaran
politik masyarakat, pemilih pemula, perempuan dan penduduk di perdesaan.
Organisasi massa, kelompok kepentingan dan partai politik belum secara
optimal menjalankan peran dan fungsinya menjalankan fungsi-fungsi politik
dalam masyarakat serta belum optimalnya peran dan fungsi lembaga politik
di daerah, karena ketersediaan sumberdaya belum sepenuhnya mendukung
upaya peningkatan peran dan fungsi lembaga politik daerah;
8) Belum optimalnya fungsi Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat
Terlatih (RATIH) sebagai ujung tombak dalam melaksanakan penanganan
awal terhadap gangguan Kamtibmas;

b. Kebijakan
1) Meningkatkan keamanan dan kenyamanan lingkungan;
2) Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pencegahan
tindak kriminal;
3) Meningkatkan dan mengembangkan wawasan kebangsaan dalam
masyarakat;
4) Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, LSM dan masyarakat;
5) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan;
6) Meningkatkan pemberantasan penyalahgunaan Napza, miras dan penyakit
masyarakat;
7) Meningkatkan pendidikan politik dalam masyarakat;
184
8) Meningkatkan kemampuan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat
Terlatih (RATIH).

c. Strategi
1) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap keamanan dan kenyamanan
lingkungan;
2) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam membina keamanan dan
ketertiban masyarakat serta pencegahan tindak kriminal;
3) Peningkatan dan pengembangan wawasan kebangsaan bagi masyarakat;
4) Peningkatan kerjasama antara pemerintah, LSM dan masyarakat secara
optimal;
5) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga ketertiban dan
keamanan secara optimal;
6) Peningkatan kesadaran masyarakat dan penegakan hukum terhadap
penyalahgunaan Napza, Miras, dan Penyakit Masyarakat (Pekat);
7) Peningkatan pendidikan politik dalam masyarakat;
8) Peningkatan kemampuan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat
Terlatih (RATIH) Peningkatan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap
gangguan kamtibmas;

d. Program
1) Peningkatan Keamanan dan kenyamanan Lingkungan;
2) Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal;
3) Pengembangan Wawasan Kebangsaan;
4) Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan;
5) Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan;
6) Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat;
7) Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat;
8) Peningkatan kemampuan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat
terlatih (RATIH).

e. Sasaran
1) Meningkatnya keamanan dan kenyamanan lingkungan;
2) Terpeliharanya kamtrantibmas dan pencegahan tindak kriminal;
3) Meningkatnya wawasan kebangsaan dalam masyarakat;
185
4) Meningkatnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa;
5) Meningkatnya kerja sama antara pemerintah, LSM dan masyarakat untuk
pengembangan wawasan kebangsaan;
6) Meningkatnya sinergitas pemerintah dan masyarakat dalam rangka upaya
menjaga ketertiban dan keamanan;
7) Meningkatnya pemberantasan penyalahgunaan Napza, Miras, dan penyakit
masyarakat (Pekat) lainnya;
8) Meningkatnya pendidikan politik masyarakat;
9) Meningkatkan kemampuan perlindungan masyarakat (LINMAS) dan rakyat
terlatih (RATIH).

f. Indikator Capaian
1) Menurunnya gangguan keamanan dan meningkatnya kenyamanan
lingkungan;
2) Menurunnya tingkat gangguan kamtrantibmas;
3) Meningkatnya wawasan kebangsaan bagi masyarakat;
4) Bertambahnya jumlah kemitraan dan kerjsama antara pemerintah dengan
LSM dan masyarakat untuk pengembangan wawasan kebangsaan;
5) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menjaga ketertiban dan
keamanan;
6) Menurunnya tingkat penyalahgunaan Napza, Miras, dan penyakit
masyarakat (Pekat) lainnya;
7) Meningkatnya partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dan Pilkada;
8) Meningkatnya partisipasi LINMAS dan RATIH.

20. Kewenangan Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,
Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
a. Permasalahan
1) Belum sinerginya peraturan perundangan pusat dan daerah dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini antara lain disebabkan oleh dinamika
perubahan dalam masyarakat dan kebijakan otonomi daerah yang belum
mantab, kesadaran dan penegakkan hukum dan HAM masih perlu
ditingkatkan;
186
2) Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum dalam pelayanan
publik yang antara lain disebabkan sarana dan prasarana, dan kapasitas
aparat dalam pelaksanaan kepemerintahan yang amanah belum sepenuhnya
dilaksanakan;
3) Belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi J awa Tengah,
yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman kabupaten/kota terhadap
seperangkat peraturan tentang otonomi daerah;
4) Belum optimalnya pemanfaatan akses teknologi informasi, antara lain
disebabkan oleh rendahnya pendidikan, ekonomi dan ketimpangan sarana
dan prasarana terutama di perdesaan;
5) Belum optimalnya kerjasama daerah, antara lain disebabkan, kemampuan
aparatur pemerintah daerah yang belum profesional dan peraturan-peraturan
daerah yang belum sinkron dalam mendukung kerjasama daerah;
6) a. Belum sinergi dan sinkronnya regulasi/peraturan pengelolaan keuangan
daerah yang mengakibatkan multitafsir sehingga menimbulkan kesulitan
dalam mengimplementasikan dan optimalisasi tertib administrasi keuangan
daerah;
b. Belum optimalnya peningkatan pengelolaan dan pengembangan
pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini antara lain disebabkan oleh belum
optimalnya usaha intensifikasi dan ekstensifikasi PAD serta keterbatasan
sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD);
7) Belum optimalnya manajemen pengelolaan aset daerah yang disebabkan oleh
kurang akurasinya data aset dan belum dipahaminya pola pengamanan dan
pemberdayaan;
8) Belum optimalnya sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan kepala daerah, yang disebabkan oleh keterbatasan anggaran dan
belum profesionalnya aparatur pemerintah daerah;
9) Belum optimalnya tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan, yang
disebabkan oleh terbatasnya aparatur pemeriksa dan aparat pengawasan,
dukungan peraturan perundangan serta kesadaran hukum masyarakat;
10) Belum optimalnya peran lembaga perwakilan rakyat daerah dalam
melaksanakan peran dan fungsi politik;
11) Belum optimalnya pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH, antara lain
disebabkan oleh keterbatasan sarana pendukung;
187
12) Belum optimalnya pengelolaan keuangan desa/kelurahan. Hal ini disebabkan
oleh kapasitas aparatur pemerintah desa/kelurahan yang rendah, belum
lengkapnya peraturan daerah tentang desa/kelurahan dan rendahnya alokasi
anggaran;
13) Belum optimalnya kualitas aparatur yang profesional dan memiliki kompetensi
yang sesuai dengan peran strategisnya sehingga dibutuhkan manajemen
kepegawaian daerah yang mampu mengelola dan meningkatkan kualitas
aparatur pemerintah daerah;
14) Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, antara lain
disebabkan oleh keterbatasan pendanaan, analisis kebutuhan, pengelolaan
sarana dan prasarana serta keterbatasan aparatur pemerintah daerah;
15) Terbatasnya kapasitas kerja aparatur dibandingkan dengan perkembangan
dan kompleksitas permasalahan daerah.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan sinergitas penyusunan peraturan perundangan pusat dan
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah;
2) Mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan umum dan pelayanan publik
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana publik, dan
peningkatan kapasitas aparatur;
3) Mengoptimalkan administrasi penataan wilayah;
4) Mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi J awa Tengah;
5) Meningkatkan pemanfaatan akses teknologi informasi, melalui peningkatan
mutu pendidikan, perbaikan taraf ekonomi serta mengurangi ketimpangan
sarana dan prasarana teknologi informasi antara perdesaan dan perkotaan;
6) Meningkatkan kerjasama antar daerah melalui peningkatan kemampuan dan
profesionalisme aparatur pemerintah daerah, serta melakukan sinkronisasi
peraturan daerah yang mendukung pelaksanaan kerjasama antar daerah;
7) a. Mensinergikan regulasi/peraturan pengelolaan Keuangan Daerah dalam
rangka implementasi dan optimalisasi tertib administrasi keuangan daerah;
b. Mengoptimalkan peningkatan pengelolaan keuangan daerah dan
pengembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
8) Mengoptimalkan manajemen pengelolaan aset daerah;
188
9) Mengoptimalkan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kepala Daerah;
10) Mengoptimalkan tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan melalui
dukungan peraturan perundangan serta kesadaran hukum masyarakat;
11) Meningkatkan peran Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;
12) Mengoptimalkan pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH;
13) Mengoptimalkan pengelolaan keuangan desa, melalui peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah desa, serta melengkapi peraturan daerah tentang Desa;
14) Mengoptimalkan penyelenggaran kepegawaian daerah dan perangkat daerah
dengan melaksanakan reformasi secara bertahap;
15) Mengoptimalkan penyediaan sarana dan prasarana pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
16) Meningkatkan kapasitas kinerja aparatur selaras dengan perkembangan dan
kompleksitas permasalahan daerah.

c. Strategi
1) Peningkatan sinergitas penyusunan peraturan perundangan pusat dan daerah
dalam pelaksanaan otonomi daerahl
2) Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan umum dan pelayanan publik
melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana publik, dan
peningkatan kapasitas aparaturl
3) Peningkatan kapasitas penyelenggaraan administrasi penataan wilayahl
4) Peningkatan pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi J awa Tengahl
5) Peningkatan pemanfaatan akses teknologi informasi, melalui peningkatan
mutu pendidikan, perbaikan taraf ekonomi serta mengurangi ketimpangan
sarana dan prasarana teknologi informasi antara perdesaan dan perkotaan;
6) Peningkatan kerjasama antar daerah melalui peningkatan kemampuan dan
profesionalisme aparatur pemerintah daerah, serta melakukan sinkronisasi
peraturan daerah yang mendukung pelaksanaan kerjasama antar daerah;
7) a. Peningkatan kuantitas dan kualitas penyusunan regulasi/peraturan
pengelolaan Keuangan Daerah dalam rangka implementasi dan
optimalisasi tertib administrasi keuangan daerah;
b. Peningkatan pengelolaan keuangan daerah dan pengembangan
Pendapatan Asli Daerah (PAD);
189
8) Optimalisasi manajemen pengelolaan aset daerah dengan prioritas
inventarisasi yang kredibel, pemahaman pola pengamanan aset daerah yang
benar dan pemberdayaan aset daerah;
9) Peningkatan pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan
Kepala Daerah;
10) Peningkatan kualitas tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan melalui
diklat dan dukungan peraturan perundangan serta kesadaran hukum
masyarakat;
11) Peningkatan peran Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;
12) Peningkatan pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH;.
13) Peningkatan pengelolaan keuangan desa/kelurahan, melalui peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa/kelurahan, melengkapi peraturan daerah
tentang desa/kelurahan dan meningkatkan alokasi anggaran untuk
penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan;
14) Peningkatan kualitas penyelenggaran kepegawaian daerah dan perangkat
daerah;
15) Peningkatan kualitas dan kuantitas penyediaan sarana dan prasarana
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
16) Peningkatan kapasitas kinerja aparatur selaras dengan perkembangan dan
kompleksitas permasalahan di daerah;

d. Program
1) Penataan Peraturan Perundang-undangan;
2) Penyelenggaraan Pemerintahan Umum;
3) Peningkatan Pelaksanaan Otonomi Daerah;
4) Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi;
5) Peningkatan Kerjasama Pemerintah Daerah;
6) Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah;
7) Peningkatan pengelolaan Aset Daerah;
8) Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Kebijakan Kepala
Daerah;
9) Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan;
10) Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;
11) Peningkatan Pelayanan Kedinasan KDH/WKDH;
12) Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa;
190
13) Penyelenggaraan Kepegawaian dan Perangkat Daerah;
14) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pemerintah Daerah;
15) Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur Pemerintah Daerah.

b. Sasaran
1) Terwujudnya produk hukum daerah yang mendorong pencapaian
akuntabilitas dan kondusifitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan;
2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas penyelenggaran pemerintahan dan
pembangunan, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan;
3) Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan administrasi penataan wilayah;
4) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang mendukung penyelenggaraan otonomi daerah serta meningkatnya
sinergitas antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah;
5) Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat;
6) Meningkatnya kerjasama antara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
Provinsi, Pusat dan Luar Negeri;
7) a) Meningkatnya sinkronisasi pelaksanaan administrasi keuangan,
meningkatnya tertib administrasi keuangan daerah dalam
mengefektifkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah,
meningkatnya kapasitas birokrasi dan profesionalisme aparat dengan
menekankan pada perubahan sikap dan perilaku aparat pemerintah
daerah yang efektif, efisien, responsif, transparan dan akuntabel ;
b) Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD);
8) Optimalisasi manajemen pengelolaan aset daerah yang diprioritaskan pada
tersedianya data aset yang akurat, pemahaman pola pengamanan dan
pemberdayaan aset daerah;
9) Meningkatnya sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kepala Daerah;
10) Meningkatnya profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan;
11) Meningkatnya peran dan fungsi politik Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;
12) Meningkatnya pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH;
13) Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan desa/kelurahan;
14) Meningkatnya kualitas aparatur dengan dukungan manajemen kepegawaian
yang profesional melalui peningkatan kompetensi dan prestasi kerja;
191
15) Meningkatnya sarana dan prasarana pemerintahan;
16) Meningkatnya kapasitas kerja aparatur pemerintah daerah.

c. Indikator Capaian
1) Tercapainya koordinasi dan sinergitas penyusunan peraturan perundang-
undangan daerah, meningkatnya kesadaran dan kepatuhan hukum serta
meningkatnya kemampuan teknis dalam penerapan dan penegakan Hukum
/HAM;
2) Tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan
pemerintahan umum dalam pelayanan publik : One Stop Service (OSS),
pelayanan haji, pengendalian penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan serta penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan;
3) Terwujudnya tata kelola administrasi penataan dan pemetaan wilayah;
4) Tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah;
5) Tercapainya peningkatan jumlah pengguna teknologi informasi;
6) Tercapainya kesepakatan MoU dan tindak lanjut kerjasama dengan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota, Provinsi, Pusat dan Luar Negeri;
7) a. Tercapainya peningkatan penerimaan Pajak, Retribusi Daerah dan laba
perusahaan daerah serta pengelolaan keuangan daerah;
b. Tercapainya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
8) Meningkatkan pelaksanaan manajemen pengelolaan aset daerah khususnya
akurasi data, pola pengamanan dan pemberdayaan asset daerah;
9) Tercapainya penurunan tingkat penyimpangan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan;
10) Terwujudnya tenaga pemeriksa dan aparat pengawasan yang professional;
11) Tercapainya peningkatan profesionalisme dan kapasitas Lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah;
12) Tercapainya pelaksanaan urusan kedinasan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;
13) Tercapainya peningkatan kualitas, penyusunan peraturan pemerintahan
desa/kelurahan;
14) Tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan manajemen kepegawaian
daerah;
192
15) Tercapainya peningkatan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
16) Terwujudnya aparatur pemerintah daerah yang profesional sesuai dengan
kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan, Bimbingan Teknis (Bintek)
serta Sosialisasi;

21. Kewenangan Urusan Wajib Ketahanan Pangan
a. Permasalahan
1) Belum tercukupinya ketersediaan pangan strategis bagi kebutuhan konsumsi
masyarakat khususnya kedelai, gula, susu, dan ikan;
2) Belum optimalnya cadangan pangan (beras) untuk menghadapi rawan pangan
dan gejolak harga pangan, yang dikelola oleh pemerintah daerah;
3) Belum efisiennya alur distribusi pangan yang masuk dan keluar di J awa
Tengah;
4) Masih banyaknya desa miskin yang berpotensi terjadi kerawanan pangan;
5) Rendahnya kualitas konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman
yang ditunjukkan dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) (tahun 2007 = 82,08);
6) Kelompok pangan padi-padian sebagai sumber karbohidrat masih dominasi
oleh beras (75,7 % : Susenas 2007);
7) Belum terpenuhinya tuntutan pasar domestik maupun ekspor pada pangan
segar karena kemampuan petani untuk menjamin mutu produk pangan segar
masih rendah;
8) Belum tercukupinya ketersediaan pangan yang memenuhi kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas bagi masyarakat.
9) Produktivitas pangan dan penguasaan teknologi rendah serta pengelolaan
usaha tani relatif tradisional.
10) Belum optimalnya kelembagaan petani, keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan serta pendapatan petani yang masih rendah.
11) Sumberdaya lahan dan air belum efektif/ optimal dalam pengelolaan untuk
komoditi pangan.

b. Kebijakan
1) Memantapkan ketersediaan dan cadangan pangan pemerintah serta
masyarakat;
2) Meningkatkan aksesibilitas rumah tangga terhadap pangan;
193
3) Memperlancar pasokan dan fasilitasi tunda jual serta stabilitas harga;
4) Mengembangkan kelembagaan dan sarana pengolahan serta pemasaran di
pedesaan;
5) Memantapkan kewaspadaan pangan dan gizi masyarakat;
6) Mempercepat proses diversifikasi konsumsi pangan yang bertumpu pada
potensi sumberdaya lokal;
7) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan yang bermutu, aman dan
bergizi;
8) Tercukupinya ketersediaan pangan yang memenuhi kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas bagi masyarakat.
9) Pengembangan komoditas pangan dengan menggunakan varietas unggul
baru, penyediaan dan penggunaan sarana produksi.
10) Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani.
11) Peningkatan dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan air tanah untuk
pengembangan tanaman pangan.

c. Strategi
1) Pengembangan cadangan pangan pemerintah dan lumbung pangan
masyarakat;
2) Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan melalui
Pengembangan Desa Mandiri Pangan;
3) Pengembangan sistem distribusi pangan dan pemantauan harga pangan
secara berkala;
4) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya untuk
meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga;
5) Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan melalui pemberian
penghargaan, promosi, kampanye dan pendampingan;
6) Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal melalui
pemanfaatan pekarangan;
7) Peningkatan kesadaran mutu dan keamanan produk pangan kepada pelaku
usaha bidang pangan serta konsumen;
8) Pengembangan komoditas pangan alternatif.
9) Melaksanakan intensifikasi pertanian dengan menggunakan varietas unggul
baru.
10) Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani.
194
11) Peningkatan dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan air tanah untuk
pengembangan komoditas pangan.

d. Program
1) Peningkatan Ketahanan Pangan;
2) Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan;
3) Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan;

e. Sasaran
1) Berfungsinya kelembagaan pangan dalam mendukung ketersediaan dan
cadangan pangan;
2) Tersedianya pangan yang cukup baik dari segi jumlah maupun mutunya
cukup, aman dan halal, serta terjangkau oleh daya beli masyarakat;
3) Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui gerakan
percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal;
4) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan
pangan;
5) Terwujudnya intensifikasi pertanian dengan menggunakan varietas unggul
baru.
6) Terwujudnya peningkatan penggunaan sarana dan prasarana produksi
komoditas pangan.
7) Terwujudnya kelembagaan, dan sumberdaya manusia petani dalam
mengembangkan usaha.
8) Terkendalinya serangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT), antisipasi
dan penangglangan dampak banjir/ kekeringan.
9) Terwujudnya pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kawasan
serta agroekositem.
10) Terlaksananya dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan sarana
pengairan untuk pengembangan komoditas pangan.
11) Terwujudnya pengembangan produksi dan produktifitas pangan.

f. Indikator Capaian
1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan
195
a) Meningkatnya produksi padi 1,5 % per tahun, jagung 1,5 % per tahun,
kedelai 10 % dalam 5 tahun, kacang tanah 3 % dalam 5 tahun, kacang
hijau 1% per tahun, ubi kayu 3 % dalam 5 tahun;
b) Meningkatnya penggunaan benih padi bermutu dari 35.000 ton per tahun
menjadi 45.000 ton per tahun;
c) Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis, sumber protein nabati dan
hewani;
d) Terbentuknya sistem distribusi pangan yang efisien dan mudah terjangkau
oleh masyarakat;
e) Mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200
Kkal/Kap/hari dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gr/kap/hr
sesuai WNPG VIII tahun 2004;
f) Tercapainya skor PPH sebesar 90 dari target skor ideal 100 pada tahun
2020 dengan sasaran tahunan
(1) Konsumsi beras turun 1 % per tahun;
(2) Konsumsi umbi-umbian naik 1 % per tahun;
(3) Konsumsi pangan hewani naik 2 % per tahun;
(4) Konsumsi sayur dan buah naik 1 % per tahun.
g) Meningkatnya konsumsi energi minimal 2.000 Kkal/kap/hari dan konsumsi
protein minimal 52 gr/kap/hari sesuai rekomendasi WNPG VIII tahun 2004;
h) Terwujudnya 210 unit Dersa Mandiri Pangan pada tahun 2013;
i) Terlaksananya peningkatan produksi tebu 10 persen per tahun;
j) Terlaksananya optimalisasi pemanfaatan atau pengelolaan lahan kering
atau tegalan 100 hektar per tahun di bidang perkebunan;
k) Meningkatnya penyediaan dan penggunaan sarana produksi : pupuk
organik 10 persen, dan penerapan asas 6 tepat;
l) Terkendalinya ekplosi OPT utama pada sentra komoditas pangan di J awa
Tengah;
m) Tersedianya peta kerawanan pangan di 35 Kabupaten/Kota;
n) Tersedianya peta kekeringan / rawan banjir di 35 Kabupaten/Kota;
2) Program Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan.
- Berkembangnya diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal
di masyaraka


196
3) Program Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan;
a) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang aman dan
bermutu sesuai dengan standar mutu pangan;
b) Tersertifikatnya Produk PRIMA 3 (aman di konsumsi) untuk 17 komoditas
di 29 Kabupaten.

22. Kewenangan Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
a. Permasalahan
1) Lemahnya kapasitas dan akses masyarakat desa/kelurahan terhadap
pemanfaatan potensi sumberdaya produktif;
2) Belum optimalnya keterlibatan masyarakat desa/kelurahan dalam perdesaan
dan masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam aplikasi teknologi tepat
guna;
3) Belum optimalnya fungsi kelembagaan dan sistem informasi masyarakat baik
sosial maupun ekonomi dalam menunjang pemberdayaan masyarakat;
4) Masih rendahnya kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan dan
kurangnya koordinasi antar SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini disebabkan SDM
yang kurang profesional dan rendahnya pengetahuan aparat pemerintahan
desa/kelurahan;
5) Terbatasnya anggaran yang dikelola desa/kelurahan untuk pemerintahan dan
pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan;
6) Kurangnya koordinasi antar SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.

b. Kebijakan
1) Fasilitasi pengembangan masyarakat dan lembaga desa/kelurahan dalam
melaksanakan pembangunan;
2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembangunan desa/kelurahan;
3) Meningkatkan fungsi kelembagaan dan sistem informasi masyarakat
menunjang pemberdayaan masyarakat;
4) Meningkatkan kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan;
5) Meningkatkan kemampuan manajemen keuangan desa/kelurahan.
197
6) Meningkatkan jumlah anggaran yang dikelola desa/kelurahan dan
meningkatkan kemampuan managemen keuangan desa.
7) Meningkatkankoordinasi baik antar SKPD Provinsi maupun dengan kab/kota.
c. Strategi
1) Mengoptimalkan sumberdaya (aparat desa/kelurahan) dalam memberikan
fasiltasi kepada masyarakat dan desa/kelurahan;
2) Meningkatkan SDM masyarakat desa/kelurahan dalam pembangunan.
3) Pengembangan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan potensi dan
kearifan lokal;
4) Mengoptimalkan kelembagaan ekonomi desa/kelurahan dalam memperbaiki
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa/kelurahan;
5) Peningkatan fasilitasi Bintek dan pelatihan Pemerintahan Desa/Kelurahan.
6) Mengoptimalkan bantuan langsung masyarakat kepada masyarakat
desa/kelurahan dan meningkatkan serta fasilitasi bintek dan diklat
pemerintahan desa.
7) Memantapkan perencanaan program pemberdayaan masyarakat dan
mengefektifkan rapat koordinasi baik antar SKPD Provinsi maupun dengan
Kab/Kota

d. Program
1) Fasilitasi pengembangan masyarakat dan desa;
2) Peningkatan partisipasi masyarakat;
3) Penguatan kelembagaan masyarakat;
4) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa.

e. Sasaran
1) Program Fasilitasi Pengembangan Masyarakat dan Desa dengan sasaran
sebagai berikut:
a) Terselenggaranya pelatihan perencanaan partisipasif pembangunan
masyarakat desa dan terselenggaranya pelatihan metodologi
pemberdayaan masyarakat;
b) Terfasilitasinya penguatan kapasitas aparat pemerintahan desa;
c) Tersusunnya data Desa tertinggal dan profil Desa/Kelurahan;
d) Terevaluasinya data kegiatan dan kinerja pemberdayaan masyarakat desa
dan kelurahan;
198
e) Meningkatnya jumlah bantuan yang dikelola oleh desa/kelurahan untuk
pelaksanaan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan;
2) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat, dengan sasaran sebagai berikut:
a) Meningkatnya peranserta masyarakat dalam pembangunan;
b) Teraplikasikannya Teknologi Tepat Guna di masyarakat perdesaan;
c) Terlaksananya Identifikasi, Sosialisasi, sinkronisasi dan evaluasi program
pemberdayaan masyarakat di J awa Tengah;
d) Terlaksananya review pokjanal orientasi kader dan pemilihan Posyandu
berprestasi;
e) Terselenggaranya pelatihan kader program dan tersosialisasinya program
dan perlindungan masyarakat;
f) Teridentifikasi dan terlatihnya lembaga sosial dan budaya di masyarakat
tentang pemahaman hak anak sebagai anggota masyarakat;
g) Teridentifikasinya komunitas adat tertinggal;
h) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan program raskin
dan distribusi minyak tanah bersubsidi;
i) Terwujudnya sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat;
j) Terwujudnya kesamaan persepsi tentang strategi metode dan aplikasi
pemberdayaan masyarakat bagi pemangku kepentingan.
3) Program Penguatan kelembagaan masyarakat, dengan sasaran sebagai
berikut:
a) Berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat;
b) Meningkatnya sistem koordinasi dan kinerja Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPKD) secara sinergis;
c) Meningkatnya kualitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Pedesaan;
d) Meningkatnya kualitas kecerdasan anak sekolah di perdesaan dan
meningkatnya partisipasi masyarakat pada program Program
Pemberdayaan Masyarakat Pemberi Makanan Tambahan Anak Sekolah P2M
PMTAS;
e) Menguatnya peran dan fungsi lembaga Usaha Pembinaan Pemberdayaan
Keluarga (UP2K);
199
4) Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa, dengan sasaran
meningkatnya kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan;

f. Indikator Capaian
1) Program Fasilitasi Pengembangan Masyarakat dan Desa, dengan indikator
sebagai berikut:
a) Terlatihnya 600 orang Kader Pemberdayaan Masyarakat;
b) Terlatihnya 350 aparatur pemerintahan desa/kelurahan;
c) Tersusunnya dokumen untuk 8.674 desa/kelurahan;
d) Terpilihnya 30 desa dan 30 kelurahan berprestasi;
e) Meningkatnya jumlah bantuan yang dikelola oleh 7.807 desa untuk
penanganan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa.
2) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat, dengan indikator sebagai
berikut:
a) Terlaksananya Bulan Bhakti Gotong Royong di 8.670 Desa/Kelurahan di
J awa Tengah;
b) Penerapan Teknologi Tepat Guna di 150 desa/kelurahan;
c) Tersusunnya dokumen-dokumen program pemberdayaan masyarakat di
J awa Tengah;
d) Meningkatnya status tingkat perkembangan 15.000 Unit Posyandu dari
status mandiri ke posyandu model;
e) Tertanamnya nilai-nilai budaya damai bagi 5.000 anak usia Sekolah
Dasar;
f) Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang hak anak sesuai UU
No.23 Tahun 2002 sebanyak 3.000 Orang di 35 Kabupaten/Kota;
g) Meningkatnya kesadaran, kepedulian, kemampuan kader adat terpencil;
h) Meningkatnya peran dan fungsi Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)
terhadap pelaksanaan distribusi minyak tanah, konversi LPG dan Raskin di
35 Kabupaten/Kota;
i) Tersusunnya dokumen program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat
di 35 Kabupaten/Kota.
3) Program penguatan kelembagaan masyarakat, indikator capaiannya adalah :
200
a) Meningkatnya peran dan fungsi 90 unit pasar desa, 90 unit Usaha
Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) dan 116 Lembaga Cadangan
Pangan Pemerintah Desa (CPPD);
b) Optimalnya peran dan fungsi 35 TKPKD Kabupaten/ Kota dalam
penanggulangan kemiskinan di J awa Tengah;
c) Bantuan langsung masyarakat PNPM-Program Pengembangan Kecamatan
(PPK) terserap sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat dan
meningkatnya kinerja TK PNPM-PPK Kabupaten, Kecamatan dan Desa di
35 Kabupaten/Kota;
d) Meningkatnya status gizi 10.000 anak sekolah dasar dan meningkatnya
kemampuan 500 kader P2M PMTAS;
e) Meningkatnya peran 200 lembaga UP2K se-J awa Tengah;
4) Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa dengan indikator
capaian:
c) Meningkatnya kapasitas dan kelembagaan pemerintah desa/kelurahan;
d) Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan desa/kelurahan dan
penyusunan peraturan pemerintahan desa/kelurahan;

23. Kewenangan Urusan Wajib Statistik
a. Permasalahan
Belum tersedianya data statistik yang valid dan akurat sesuai dengan kebutuhan
data untuk perencanaan pembangunan, hal ini dikarenakan :
1) Belum optimalnya kerjasama antar SKPD dalam pengelolaan dan penyediaan
data;
2) Belum tersedianya sistem informasi data yang baik;
3) Masih rendahnya kesadaran aparat akan pentingnya data;

b. Kebijakan
Kebijakan pembangunan urusan statistik Provinsi J awa Tengah diarahkan pada :
1). Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar SKDP dalam pengelolaan dan
penyediaan data statistik;
2). Pengembangan sistem informasi data statistik yang akurat;
3). Peningkatan kesadaran dan tanggungjawab aparat dalam pengelolaan dan
penyediaan data staitstik;

201
c. Strategi
1) Mengembangkan dan mengoptimalkan kerjasama antar SKPD dan pihak-pihak
terkait dalam pengelolaan data statitisik;
2) Peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan dan penyediaan data statitik.

d. Program
Pengembangan Data / Informasi / Statistik Daerah

e. Sasaran
1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan dan penyediaan
data statistik;
2) Tersedianya data statistik sesuai dengan kebutuhan perencanaan
pembangunan dan mudah diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan;
3) Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab aparat pentingnya data statistik.

f. Indikator Capaian
1) Tersedianya data statistik sesuai dengan kebutuhan perencanaan
pembangunan;
2) Terwujudnya sistem informasi data statitik yang handal dan akurat serta
mudah diakses;
3) Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab petugas akan pentingnya data
statistik.

24. Kewenangan Urusan Wajib Kearsipan
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya Sistem Kearsipan yang disebabkan oleh kurangnya SDM dan
sarana dan prasarana kearsipan serta rendahnya perhatian dan pengawasan
terhadap pelaksanaan sistem kearsipan;
2) Belum optimalnya penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara banyaknya arsip dengan jumlah
SDM yang menangani;
3) Kurangnya khasanah arsip yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya arsip;
4) Belum optimalnya pelayanan informasi kearsipan daerah yang disebabkan oleh
belum tersedianya sistem informasi kearsipan yang memadai.
202

b. Kebijakan
1) Meningkatkan Sistem Administrasi Kearsipan secara efisien;
2) Meningkatkan penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah;
3) Meningkatkan kesadaran kearsipan masyarakat;
4) Meningkatkan pelayanan informasi kearsipan daerah .

c. Strategi
1) Penyempurnaan sistem administrasi kearsipan secara efisien;
2) Peningkatan penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah baik secara
konvensional maupun modern;
3) Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kearsipan;
4) Peningkatan mekanisme pelayanan informasi kearsipan daerah.

d. Program
1) Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan;
2) Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/ Arsip Daerah;
3) Pemasyarakatan kearsipan kepada masyarakat;
4) Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi.

e. Sasaran
1) Meningkatnya kualitas Sistem Administrasi Kearsipan;
2) Meningkatnya Pengelolaan dokumen/arsip daerah;
3) Meningkatnya apresiasi masyarakat akan pentingnya arsip;
4) Meningkatnya pelayanan informasi kearsipan daerah.

f. Indikator Capaian
1) Terselenggaranya Sistem Administrasi Kearsipan;
2) Terpeliharanya dokumen/arsip daerah;
3) Terselenggaranya pameran dan sosialiasi kearsipan;
4) Terwujudnya pelayanan informasi kearsipan daerah bagi masyarakat.




203
25. Kewenangan Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya jangkauan dan akses komunikasi informasi yang
disebabkan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan
komunikasi informasi serta lemahnya jejaring;
2) Belum optimalnya kerjasama informasi antara Pemerintah Daerah dengan
Mass Media yang disebabkan oleh masih minimnya publikasi pemerintahan
daerah di berbagai mass media;
3) Belum optimalnya penelitian bidang informasi dan komunikasi yang
disebabkan oleh belum terintegrasinya kegiatan penelitian dalam satu jaringan
penelitian yang efektif sehingga terjadi duplikasi penelitian;
4) Masih lemahnya kualitas SDM bidang komunikasi dan informasi yang
disebabkan oleh kesenjangan antara kemajuan IPTEK yang sangat cepat
dengan penguasaan teknologi oleh aparatur bidang komunikasi dan informasi;
5) Belum optimalnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran;

b. Kebijakan
1) Meningkatkan sarana dan prasarana dan memperkuat jejaring di bidang
komunikasi dan informasi;
2) Meningkatkan kerjasama pemerintah daerah dengan mass media dalam
rangka penyebarluasan informasi pembangunan daerah;
3) Meningkatkan pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi;
4) Meningkatkan kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika;
5) Meningkatnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran.

c. Strategi
1) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta memperkuat jejaring di
bidang komunikasi dan informasi;
2) Peningkatan kerjasama pemerintah daerah dengan mass media;
3) Peningkatan pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi;
4) Peningkatan kualitas SDM bidang komunikasi dan informasi;
5) Peningkatan peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran.
204

d. Program
1) Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa;
2) Kerjasama Informasi dengan Mass Media;
3) Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan Komunikasi;
4) Fasilitasi Peningkatan SDM bidang Komunikasi dan Informatika.

e. Sasaran
1) Meningkatnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan urusan
komunikasi dan informasi;
2) Meningkatnya kerjasama informasi dengan Mass Media;
3) Terlaksananya pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
yang baik dan akurat;
4) Meningkatnya kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika;
5) Meningkatnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran.

f. Indikator Capaian
1) Tersedianya sarana dan prasarana urusan komunikasi dan informasi utamanya
di bidang kehumasan, akses informasi, telematika, komunikasi dan media
massa.
2) Tersedianya hasil kajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi;
3) Tersedianya SDM bidang Komunikasi dan informasi yang profesional;
4) Terwujudnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran.
5) Terlaksananya fasilitasi pengembangan Forum Komunikasi Media Tradisional
(FK-METRA).
6) Terwujudnya lembaga komunikasi masyarakat;
7) Terwujudnya kerjasama informasi dengan mass media dalam penyampaian
informasi dan sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat melalui
Ormas/LSM, organisasi profesi pers (OPP dan media watch);
8) Terlaksananya pengembangan sistem J ateng On-Line (Sijoli);



205
26. Kewenangan Urusan Wajib Perpustakaan
a. Permasalahan
1) Kurangnya minat baca di dalam masyarakat yang disebabkan oleh rendahnya
budaya membaca masyarakat;
2) Rendahnya kualitas pelayanan perpustakaan (perpustakaan daerah,
perpustakaan umum kabupaten/kota, perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan khusus/instansi, perpustakaan desa/kelurahan, perpustakaan
rumah ibadah, dan perpustakaan sekolah) yang disebabkan oleh:
a) Terbatasnya tenaga pustakawan;
b) Terbatasnya pendanaan untuk pengembangan perpustakaan;
c) Lemahnya pengelolaan perpustakaan;
d) Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan;
e) Terbatasnya koleksi buku perpustakaan;
f) Sedikitnya jumlah perpustakaan masyarakat;
g) Belum optimalnya pelestarian koleksi perpustakaan.
3) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan karya
rekam.

b. Kebijakan
1) Mengupayakan perwujudan peningkatan budaya baca masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan yang sederhana dan menyenangkan;
2) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perpustakaan khususnya koleksi
buku perpustakaan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas perpustakaan
keliling;
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan
karya rekam.

c. Strategi
1) Meningkatkan peran pemerintah dan organisasi masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk gemar membaca;
2) Meningkatkan kapasitas perpustakaan dan pengelola perpustakaan;
3) Meningkatkan peran pemerintah dan partisipsi masyarakat dalam
pengembangan sarana dan prasarana perpustakaan;
4) Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan sebagai pusat pembelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi;
206
5) Meningkatkan peran perpustakaan dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam.

d. Program
1) Pengembangan budaya baca;
2) Pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan;
3) Penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan.

e. Sasaran
1) Program pengembangan budaya baca dengan sasaran meningkatnya budaya
membaca masyarakat;
2) Program pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan dengan sasaran
meningkatnya jumlah perpustakaan sekolah dan masyarakat yang berkembang
dan dikelola dengan baik;
3) Program penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan, dengan sasaran
terselamatkan koleksi penting dan bernilai sejarah, serta lestarinya koleksi
perpustakaan.

f. Indikator Capaian
1) Program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan, dengan
indikator meningkatnya jumlah pengunjung perpustakaan/ pemustaka;
2) Program pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan, dengan
indikator:
a) Meningkatnya persentase perpustakaan semua jenis perpustakaan;
b) Meningkatnya persentase perpustakaan yang memiliki sarana dan
prasarana lengkap;
c) Meningkatnya dan terpiliharanya koleksi perpustakaan;
d) Meningkatnya jumlah perpustakaan masyarakat;
e) Meningkatnya jumlah pengelola perpustakaan / pustakawan.;
3) Program penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan, dengan
indikator Meningkatnya persentase koleksi pemting bernilai sejarah yang
terselamatkan.


207
B. Kewenangan Urusan Pilihan
Program-progam kewenangan urusan pilihan, dikelompokkan dalam 8 kewenangan
urusan, sebagai berikut :
1. Kewenangan Urusan Pilihan Pertanian
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produksi
pertanian;
2) Belum memadainya jalan dan jaringan irigasi tingkat usaha tani yang
mendukung proses produksi serta pemasaran hasil pertanian;
3) Kurangnya akses petani terhadap informasi teknologi, modal dan pasar;
4) Belum optimalnya fungsi kelembagaan petani;
5) Rendahnya daya saing hasil pertanian;
6) Belum terpadu, efektif dan efisiennya pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang
diakibatkan manajemen yang tidak dalam satu Satmikal (Satuan administrasi
pangkal);
7) Kurangnya Sinergi Aplikasi Teknologi Spesifik Lokasi;
8) Terbatasnya sumberdaya lahan dan air yang luasannya cenderung menurun
serta tidak efektif dalam pengelolaannya;
9) Produktivitas pertanian relatif rendah, pengelolaan usaha tani masih
tradisional, penguasaan teknologi rendah serta terbatasnya ketersediaan benih
sesuai standar teknis;
10) Terbatasnya sarana/prasarana produksi, alat mesin dan pengendalian hama
penyakit;
11) Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan semua aspek
usahanya, sehingga pendapatan masih rendah;
12) Kurang tersedianya benih dan bibit ternak yang berkualitas di masyarakat;
13) Bencana alam dan serangan penyakit yang menyebabkan kerugian akibat
kematian dan penurunan produktivitas ternak dan kerawanan sosial lainnya.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan dan memantapkan produksi melalui penyediaan air irigasi yang
cukup, sarana produksi dan pengamanan pertanaman serta produksi;
2) Mengembangkan industri pertanian perdesaan melalui pengolahan hasil,
manajemen usaha dan penguatan sistem pemasaran;
3) Menguatkan kelembagaan petani melalui fasilitasi, bimbingan dan pembinaan;
208
4) Penguatan Sistem Kelembagaan Penyuluhan, Pelaku utama (petani) dan
Pelaku usaha di bidang Pertanian;
5) Pengembangan komoditas dengan peningkatan dukungan terhadap
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
6) Peningkatan produksi, produktivitas dengan intensifikasi, rehabilitasi,
diversifikasi, integrasi pertanian serta penggunaan benih/bibit unggul;
7) Fasilitasi penggunaan sarana/prasarana produksi, alat mesin dan pengendalian
hama penyakit;
8) Peningkatan kemampuan/ketrampilan teknik budidaya, pengelolaan lahan,
kelembagaan, kemitraan, pengolahan hasil, pasca panen dan pemasaran.

c. Strategi
1) Peningkatan produktivitas, peningkatan indeks pertanaman (IP) dan
pengamanan produksi pertanian;
2) Penyediaan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida), alsintan dan
jaringan irigasi serta jalan usaha tani;
3) Pencegahan, pengendalian dan pemantauan organisme pengganggu tanaman
(OPT), bencana alam banjir/kekeringan;
4) Penyediaan sarana air irigasi melalui pompanisasi, pembangunan embung,
serta memberikan pelatihan P3A;
5) Peningkatan promosi, informasi, dan akses pemasaran bagi petani;
6) Mempertahankan luas baku lahan pertanian;
7) Peningkatan peran penyuluhan;
8) Pengembangan kawasan berbasis komoditas pertanian;
9) Melaksanakan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi, integrasi pertanian dan
penggunaan benih/bibit unggul;
10) Memfasilitasi pengembangan, penggunaan, pemanfaatan lahan air, sarana dan
prasarana produksi serta perlindungan hama penyakit;
11) Melaksanakan pelatihan, magang kerja, lomba inovasi, penghargaan, promosi
dan meningkatkan partisipasi swadaya masyarakat;

d. Program
1) Pengembangan Agribisnis;
2) Peningkatan Kesejahteraan Petani;

209
e. Sasaran
1) Program Pengembangan Agribisnis
a) Terwujudnya industri pertanian perdesaan;
b) Terwujudnya peningkatan pendapatan petani;
c) Terwujudnya akses permodalan, pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian;
d) Terwujudnya pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan
kawasan;
e) Terwujudnya pengembangan peningkatan produksi dan produktivitas
pangan;
f) Terwujudnya pengembangan usaha, kelembagaan, kawasan dan sumber
daya manusia petani;
g) Terfasilitasinya pengolahan hasil, pasca panen dan pemasaran;
h) Tersedianya benih/bibit ternak berkualitas (semen beku sapi dan
kambing);
i) Tersedianya bibit dan produk hasil ternak yang berkualitas pada satuan
kerja pembibitan dan budidaya ternak ruminansia;
j) Terwujudnya produksi bibit ternak pada satuan kerja pembibitan dan
budidaya ternak non ruminansia;
k) Terlaksananya pelayanan kesehatan hewan;
l) Terwujudnya pengambilan dan pengujian specimen, pengobatan dan
pengawasan lalu lintas ternak;
2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a. Terwujudnya penguatan kelembagaan petani;
b. Terwujudnya fasilitasi, bimbingan dan pembinaan petani;
c. Terwujudnya peningkatan ketrampilan petani dalam mengadopsi teknologi;
d. Terwujudnya Kelembagaan Penyuluhan di Kabupate/Kota se J awa Tengah;
e. Terwujudnya peningkatan kualitas SDM dalam teknik budidaya,
manajemen usaha tani dan pengelolaan hasil;
f. Terwujudnya peningkatan SDM penyuluh baik PNS, Swasta maupun
Swadaya;
g. Terwujudnya penyelenggaraan penyuluha yang terintegrasi, efektif dan
efisien.

210
f. Indikator Capaian
1) Program Pengembangan Agribisnis
a) Meningkatnya penggunaan pupuk organik 2 ton/ ha di lahan sawah;
b) Menurunnya kehilangan hasil padi dari 11, 58 % menjadi 11,50%;
c) Tersedianya informasi OPT dan iklim di 6 laboratorium hama dan penyakit
di Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura J awa Tengah
(BPTPH);
d) Meningkatnya produksi hortikultura unggulan daerah dan meningkatnya
konsumsi sayuran dan buah buahan dari 35 kg/kap/thn menjadi 45
kg/kap/thn pada akhir tahun 2013;
e) Terlaksananya promosi, pasar lelang dan pasar tani di 10 sub terminal
agribisnis (STA);
f) Tersedianya data informasi pasar 25 unit di 23 kabupaten/kota (harian,
mingguan, bulanan,tahunan);
g) Berkembangnya perekayasaan alsintan: power mower 10 unit/tahun,
power weeder 10 unit/tahun, dan ripper 10 unit/tahun;
h) Berkembangnya luas areal, rehabilitasi dan intensifikasi komoditas
prospektif untuk peningkatan produksi : kelapa, kakao, karet, kopi, nilam,
wijen, mete, teh, tembakau, cengkeh dan aren;
i) Meningkatnya kualitas penggunaan sarana produksi : pupuk sesuai asas 6
tepat (waktu, jenis, jumlah, mutu, tempat dan harga) dan fasilitas
alsinbun;
j) Terselenggaranya fasilitasi agropolitan dan klaster di J awa Tengah;
k) Terlaksananya fasilitasi promosi produk perkebunan dan pelayanan
informasi harga di sentra produksi;
l) Terlaksananya pembinaan, penggunaan, peningkatan, peningkatan
produksi serta pengawasan peredaran benih/bibit bersertifikat;
m) Tercapainya peningkatan mutu hasil produk perkebunan;
n) Terlaksananya pemeliharaan dan peningkatan kinerja 32 (tiga puluh dua)
Kebun Dinas Perkebunan dan 44 (empat puluh empat) kebun Dinas
Pertanian;
o) Peningkatan produksi dan produktivitas kebun dinas sehingga PAD
meningkat 10%;
p) Tercapainya penyediaan sarana pengendalian OPT berupa agensia
pengendali hayati (APH) dan pestisida nabati serta penyebarannya;
211
q) Meningkatnya produksi semen beku sapi 20% per tahun dan produksi
semen beku kambing 10% per tahun;
r) Meningkatnya populasi ternak (sapi potong 2 % per tahun, sapi perah 0,6
% per tahun, kambing 10 % per tahun) dan produksi hasil-hasil
peternakan (daging 7 % per tahun, telur 2,3 % per tahun, susu 3 % per
tahun)
s) Terlaksananya pemeliharaan pejantan bull sapi 30 ekor dan kambing 15
ekor, serta replacement bull 8 ekor/2 tahun;
t) Tersedianya bibit ternak ruminansia besar sapi perah 20 ekor /tahun, sapi
potong 80 ekor/tahun, ternak ruminansia kecil kambing 400 ekor/tahun
produksi susu 20.000 liter/tahun;
u) Meningkatnya produksi pakan konsentrat di pabrik pakan mini sebanyak
10 % per tahun;
v) Tersedianya bibit ternak ayam buras 1500 ekor / tahun, itik 3000
ekor/tahun, kelinci 720 ekor/tahun, produksi telur ayam 159.999
butir/tahun, telur itik 340.000 butir per tahun;
w) Terlaksananya surveylans penyakit hewan 3000 sampel/tahun;
x) Menurunnya angka kesakitan ternak besar dibawah 9%/tahun, ternak
kecil dibawah 15% tahun, ternak unggas dan aneka ternak dibawah 20
% / tahun, sedangkan angka kematian ternak besar dibawah 3 %/tahun,
ternak kecil dibawah 5%/tahun, unggas dan aneka ternak di bawah 10%
per tahun (dihitung terhadap populasi).

2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a) Terlaksananya kemitraan kelompok tani padi organik dengan swasta dari
10 kelompok menjadi 50 kelompok;
b) Terbinanya Gapoktan untuk memperoleh alokasi anggaran PUAP
(Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dalam manajemen usaha
pertanian di perdesaan sebanyak 10 Gapoktan menjadi 50 Gapoktan;
c) Terbentuknya lembaga pengembangan usaha pertanian dengan
pendekatan kawasan serta agroekosistem;
d) Meningkatnya fungsi kelembagaan dan unit usaha pertanian: Usaha
Pelayanan J asa Alsintan (UPJ A), Lumbung pangan, Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM), rice mill;
212
e) Meningkatnya pembinaan Gabungan kelompok tani (Gapoktan) dari 904
menjadi 955, dan terfasilitasinya pemberian penghargaanterhadap
prestasi kelembagaan petani (pelaku utama ) dan pelaku usaha.
f) Semakin mantapnya kelembagan penyuluhan baik ditingkat
kabupaten/kota, tingkat kecamatan dan desa;
g) Tersusunnya programa penyuluhan, terwujudnya Sistem Informasi
Manajemen (SIM) dan metode Penyuluhan.
h) Terbentuknya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) BPP model dan Pos-pos
penyuluhan pedesaan (Posluhdes) di setiap Kabupaten dan meningkatnya
kapasitas SDM Penyuluh PNS, Swasta dan Swadaya.
i) Terfasilitasinya kebutuhan dasar penyuluhan sejumlah 3.590 orang se
J awa Tengah, dan terfasilitasinya pemberian penghargaan terhadap
prestasi penyuluh.
j) Meningkatnya penyelenggaraan penyuluhan yang terintegrasi, efektif dan
efisien di setiap tingkatan.
k) Meningkatnya motivasi dan sumberdaya manusia petani melalui kegiatan
pelatihan, magang kerja, bintek dan pemberdayaan kelompok : 900
petani (kelapa, kopi, kakao, karet dan tebu) per tahun;
l) Peningkatan SDM petani peternak di pedesaan;
m) Terlatihnya ketrampilan pengolahan hasil pertanian pada kelompok wanita
tani.

2. Kewenangan Urusan Pilihan Kehutanan
a. Permasalahan
1) Tingginya tingkat kerusakan hutan negara dan masih luasnya lahan kritis;
2) Belum optimalnya fungsi hutan sebagai sistem pengendali tata air;
3) Belum optimalnya fungsi lingkungan, ekonomi dan sosial dalam pengelolaan
hutan;
4) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan;
5) Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar hutan;
6) Belum terpadu, efektif dan efisiennya pelaksanaan kegiatan penyuluhan
kehutanan yang diakibatkan manajemen yang tidak dalam satu Satmikal
(Satuan administrasi pangkal);


213
b. Kebijakan
1) Peningkatan pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat;
2) Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan;
3) Pemantapan Kelembagaan dan Pengembangan J aringan Kerja dan Kemitraan
Penyuluhan Kehutanan;

c. Strategi
1) Meningkatkan rehabilitasi lahan kritis dan reboisasi kawasan hutan serta
meningkatkan perlindungan hutan;
2) Meningkatkan kualitas sumber daya hutan;
3) Meningkatkan sistem perencanaan pengelolaan hutan;
4) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya hutan dan pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan;
5) Peningkatan peran penyuluhan kehutanan dalam mendukung penerapan dan
kebijakan teknologi pembangunan kehutanan;

d. Program
1) Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
2) Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan;
3) Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan;
4) Perencanaan dan Pengembangan Hutan;
5) Rehabilitasi, Perlindungan dan Konservasi Hutan;
6) Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Devisa Sumber Daya Alam;
7) Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam;
8) Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Sumber Daya Hutan;
9) Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.

e. Sasaran
1) Tercapainya optimalisasi pemanfaatan lahan, rehabilitasi lahan kritis dan
reboisasi tanah kosong didalam kawasan hutan;
2) Terwujudnya tertib industri hasil hutan dalam pemanfatan bahan baku,
pengelolaan lingkungan dan ijin industri;
3) Terwujudnya pengelolaan sumber daya hutan yang optimal;
214
4) Tersedianya sistem informasi dan perencanaan sumber daya hutan;
5) Terwujudnya pemantapan kawasan hutan sesuai fungsinya;
6) Terwujudnya hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi sesuai
fungsinya;
7) Tercapainya Perlindungan hutan dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) hutan secara optimal;
8) Terwujudnya pengendalian pemanfaatan hasil hutan, flora dan fauna;
9) Terwujudnya pengelolaan hutan secara partisipatif terhadap kelestarian
sumberdaya hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;
10) Terwujudnya Fasilitasi dan Sosialisasi Pengembangan Penyuluhan dalam paket
teknologi pembangunan kehutanan;

f. Indikator Capaian
1) Terlaksananya kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 25.000 ha per tahun;
2) Meningkatnya jumlah perusahaan industri hasil hutan yang tertib sebesar 10 %
per tahun;
3) Meningkatnya pemanfaatan sumberdaya hutan sebesar 10 % per tahun dan
meningkatnya kontribusi bagi hasil produksi hasil hutan untuk kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan hutan sebesar 10 % per tahun berdasarkan
prakiraan bagi hasil tahun 2008;
4) Meningkatnya kualitas data dan informasi sumberdaya hutan dan sistem
perencanaan pembangunan kehutanan dan pengembangan kehutanan
berkelanjutan;
5) Terwujudnya pemantapan batas luar, batas fungsi kawasan hutan dan fungsi
konservasi kawasan hutan;
6) Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari;
7) Berkurangnya kejadian pencurian hasil hutan, terkendalinya organisme
pengganggu tanaman (OPT), perambahan dan kebakaran hutan;
8) Terjkendalinya pemanfaatan hasil hutan, flora dan fauna;
9) Terwujudnya kemantapan kelembagaan 1.702 LMDH dan terbentuknya 307
LMDH pada program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM);
10) Meningkatnya kinerja penyuluhan kehutanan.



215
3. Kewenangan Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral
a. Permasalahan
1) Masih terbatasnya kapasitas SDM bidang energi dan sumber daya mineral;
2) Adanya citra pertambangan yang merusak lingkungan, terutama tambang
terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga
mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Citra ini diperburuk oleh
banyaknya Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) yang sanagat merusak
lingkungan;
3) Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral;
4) Belum optimalnya pengelolaan air tanah dan banyaknya daerah yang rentan
terhadap kekeringan (terutama air baku) ;
5) Masih rendahnya rasio elektrifikasi di J awa Tengah 72,70%;
6) Belum optimalnya pemanfaatan, diversifikasi (penganekaragaman) dan
konservasi energi (baik EBT maupun non EBT) ;
7) Masih adanya penyimpangan penyimpangan dalam distribusi migas;
8) Posisi geografis J awa Tengah yang rentan terhadap bencana geologi dan
masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana alam;

b. Kebijakan
1) Peningkatan SDM Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;
2) Peningkatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral serta menerapkan
good mining practice dilokasi tambang yang sudah ada dengan selalu
memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan;
3) Peningkatan manfaat pertambangan dan nilai tambah serta peluang usaha
pertambangan dengan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup;
4) Peningkatan upaya konservasi air tanah dan keseimbangan daya dukung dan
daya tampung lingkungan;
5) Penyediaan infrastruktur kelistrikan untuk masyarakat dan industri;
6) Mendorong pencarian potensi dan cadangan energi baru serta
penganekaragaman pemanfaatan energi baru terbarukan maupun yang tidak
terbarukan (energi alternatif) ;
7) Peningkatan konservasi energi untuk menjamin generasi yang akan datang;
8) Peningkatan pengawasan dalam distribusi migas;
9) Peningkatan pelayanan informasi kawasan yang rentan terhadap bencana
geologi dan pengembangan sistem mitigasi bencana alam;
216

c. Strategi
1) Menyertakan diklat, kursus dan studi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;
2) Melakukan identifikasi potensi dan sosialisasi peraturan mineral dan batubara;
3) Meningkatkan pengunaan teknologi tepat guna dan promosi usaha
pertambangan;
4) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha pertambangan;
5) Menertibkan ijin usaha pertambangan dan pemanfaatan Air Tanah;
6) Membangun jaringan dan pembangkit listrik dengan potensi sumber energi
setempat;
7) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber sumber energi alternatif;
8) Menertibkan usaha jasa penunjang migas;
9) Peningkatan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam.

d. Program
1) Peningkatan SDM Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;
2) Pengembangan Pertambangan dan Air Tanah;
3) Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas;
4) Pengembangan Mitigasi Bencana Alam dan Geologi;

e. Sasaran
1) Meningkatnya kemampuan SDM Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;
2) Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI) dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap pembangunan berkelanjutan dalam eksploitasi
sumber daya mineral;
3) Meningkatnya produksi dan nilai tambah produk pertambangan serta
terjadinya alih teknologi;
4) Optimalnya pengelolaan air tanah dan terpenuhinya kebutuhan air baku pada
daerah rawan kering;
5) Meningkatnya rasio elektrifikasi dan terpenuhinya kebutuhan energi bagi
masyarakat dan industri;
6) Optimalnya pemanfaatan dan diversifikasi energi alternatif;
7) Terjaminnya distribusi migas untuk kepentingan masyarakat dan industri;
217
8) Berkurangnya korban bencana alam geologi dan teridentifikasinya kawasan
rawan bencana geologi sebagai upaya pengembangan sistem mitigasi
bencana;

f. Indikator Capaian
1) Meningkatnya kemampuan dan kapasitas tenaga teknis Bidang Energi dan
Sumber Daya Mineral sebanyak 55 Orang;
2) Meningkatnya perijinan sebanyak 140 IUP dan terwujudnya ketertiban dalam
kegiatan usaha pertambangan di 32 kabupaten/kota serta terwujudnya
konservasi sumber daya mineral melalui pembangunan demplot reklamasi
lahan bekas penambangan pada 12 Kabupaten dan penataan 6 (enam)
kawasan pertambangan serta penyusunan Perda/Pergub Minerba Provinsi
J awa Tengah;
3) Meningkatnya jumlah investasi di bidang pertambangan melalui
pengembangan kemitraan usaha pertambangan dan penyusunan profil mineral
unggulan sebanyak 20 jenis yang dipromosikan dalam 12 kali penyelenggaraan
pameran serta penerapan teknologi tepat guna pada 12 kelompok penambang
dan penguatan data base bidang energi dan sumber daya mineral;
4) Meningkatnya perijinan pemanfaatan air tanah sebanyak 250 obyek dan
tercatatnya obyek pajak pada 6.555 sumur serta terwujud
rehabilitasi/konservasi air tanah melalui penataan 10 kawasan daerah resapan
dan terbangunnya 22 sumur pantau serta 30 sumur bor untuk memenuhi
kebutuhan air baku pada daerah rawan kering;
5) Meningkatnya rasio elektrifikasi sebesar 10 % melalui pengembangan J aringan
Tegangan Menengah (J TM) sepanjang 30 kms, J aringan Tegangan Rendah
(J TR) sepanjang 20 kms, pembangunan PLTMH 8 (delapan) Unit,
pembangunan PLTS SHS 1.400 Unit dan pembangunan PLTS Komunal 3 (tiga)
Unit serta PLTP 1 (satu) Unit;
6) Optimalnya pemanfaatan energi alternatif melalui identifikasi potensi 5 (lima)
komplek panas bumi, 9 (sembilan) lokasi air, 11 lokasi gas rawa, 12 lokasi
biogas, 3 (tiga) lokasi biomasa dan pengembangan Desa Mandiri Energi pada
18 desa serta terbangunnya demplot pemanfaatan gas rawa sebanyak 5
lokasi, biogas 12 lokasi dan penerapan teknologi tepat guna pada 10 lokasi;
218
7) Berkurangnya penyimpangan distribusi migas pada 3 (tiga) kilang, 7 (tujuh)
depo, 485 SPBU, 7 (tujuh) SPBE, 98 agen LPG, 242 agen minyak tanah dan
16.449 Pangkalan Minyak Tanah;
8) Tersedianya peta up to date untuk potensi rawan longsor pada 21
kabupaten/kota, potensi rawan vulkanik 4 (empat) kabupaten, Potensi rawan
tektonik/tsunami 10 kabupaten/kota, penataan relokasi permukiman akibat
tanah longsor 12 Kabupaten, geologi tata lingkungan 15 kabupaten/kota dan
terpasangnya alat deteksi (warning system) zona merah pada 12 kabupaten
serta sosialisasi mitigasi bencana alam geologi pada 50 lokasi/kecamatan;

4. Kewenangan Urusan Pilihan Pariwisata
a. Permasalahan
1) Sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB masih belum optimal. Hal ini
disebabkan oleh belum optimalnya promosi yang dilakukan baik di dalam
maupun luar negeri, sehingga jumlah kunjungan, lama tinggal dan
pengeluaran belanja wisatawan masih relatif kecil;
2) Daya saing dan daya jual destinasi pariwisata masih lemah. Hal ini disebabkan
oleh masih rendahnya kualitas produk dan jasa pariwisata, kurang tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai di lingkungan obyek dan daya tarik
wisata, masih rendahnya kualitas SDM pengelola obyek dan daya tarik wisata,
pramuwisata maupun para pelaku pariwisata lainnya;
3) Kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha pariwisata dan
masyarakat masih belum terjalin dengan baik. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya jejaring, kerjasama, koordinasi dan keterpaduan dalam
pengembangan pariwisata serta rendahnya partisipasi masyarakat;

b. Kebijakan
1) Peningkatan jumlah kunjungan, lama tinggal dan pengeluaran belanja
wisatawan melalui pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di dalam
dan luar negeri;
2) Peningkatan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata melalui diversifikasi
dan pengembangan kualitas produk dan jasa pariwisata, pemenuhan sarana
dan prasarana di lingkungan obyek dan daya tarik wisata, serta peningkatan
kualitas pengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata dan para pelaku
pariwisata lainnya;
219
3) Peningkatan kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha
pariwisata dan masyarakat guna mensinergikan pengembangan pariwisata dan
mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat.

c. Strategi
1) Meningkatkan pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di dalam dan
luar negeri yang lebih gencar, efektif dan efisien melalui pengembangan
kerjasama, riset pasar, penyediaan sarana promosi dan informasi, pameran,
event, roadshow, farm tour, dan pemanfaatan teknologi informasi;
2) Meningkatkan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata melalui
diversifikasi dan pengembangan kualitas produk dan jasa pariwisata,
pembangunan sarana dan prasarana yang lebih memadai di lingkungan obyek
dan daya tarik wisata serta pelatihan SDM pengelola obyek dan daya tarik
wisata, pramuwisata dan para pelaku wisata lainnya;
3) Meningkatkan sinergi hubungan kemitraan antara pemerintah dengan pelaku
dunia usaha pariwisata dan masyarakat melalui pembentukan forum dan
klaster pariwisata, perkuatan dan fasilitasi kelembagaan asosiasi dan
peguyuban pelaku kepariwisataan serta kelompok masyarakat peduli
pariwisata.

d. Program
1) Pengembangan pemasaran pariwisata;
2) Pengembangan destinasi pariwisata;
3) Pengembangan kemitraan.

e. Sasaran
1) Tercapainya peningkatan jumlah kunjungan wisata, lama tinggal dan
pengeluaran belanja wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara guna
meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB;
2) Tercapainya peningkatan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata guna
meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan;
3) Tercapainya peningkatan sinergi antara pemerintah, dunia usaha pariwisata
dan masyarakat guna mengoptimalkan pengembangan potensi pariwisata
daerah.

220
f. Indikator Capaian
1) Program pengembangan pemasaran pariwisata, dengan target dan indikator
capaian berupa:
a) Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 2% per
tahun dengan rata-rata lama tinggal 2,3 hari dan rata-rata pengeluaran
sebesar US$ 200 per kunjungan;
b) Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebesar 5% per
tahun dengan rata-rata lama tinggal 2,0 hari, dan rata-rata pengeluaran
Rp 336.000,- per kunjungan;
2) Program pengembangan destinasi pariwisata, dengan target dan indikator
capaian:
a) Kualitas produk dan jasa pariwisata semakin meningkat;
b) Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana obyek dan daya tarik wisata
semakin meningkat;
c) Kualitas sumber daya manusia pengelola obyek dan daya tarik wisata,
pramuwisata, dan para pelaku pariwisata lainnya semakin meningkat.
3) Program pengembangan kemitraan, dengan target dan indikator capaian
berupa:
a) Sinergi pengembangan pariwisata antara pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat semakin meningkat;
b) Peran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan potensi
pariwisata daerah semakin meningkat.
c) Forum dan klaster pariwisata, lembaga/asosiasi/paguyuban pelaku
pariwisata dan kelompok masyarakat peduli pariwisata semakin kuat dan
mandiri.

5. Kewenangan Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan
a. Permasalahan
1) Rendahnya kemampuan SDM dan kapasitas kelembagaan masyarakat,
utamanya masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan akibat rendahnya tingkat pendidikan;
2) Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum yang mengakibatkan tidak
terkendalinya eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan yang disebabkan
kurangnya kualitas dan kuantitas petugas penegak hukum di lapangan;
221
3) Menurunnya produksi perikanan tangkap yang disebabkan oleh penggunaan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, rusaknya habitat vital dan belum
optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;
4) Belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan budidaya serta
rendahnya kemampuan pembudidaya ikan terhadap good aquaculture
practices yang disebabkan kurangnya penguasaan teknis;
5) Banyaknya pelaku usaha pengolahan hasil perikanan yang bersifat tradisional
(dengan mutu produk, syarat teknis, sanitasi dan higienis yang rendah dan
masih jauh dari persyaratan mutu ekspor) karena rendahnya kesadaran,
pengetahuan dan permodalan.
6) Adanya kerusakan habitat vital di laut / pesisir yang disebabkan pencemaran,
perusakan oleh manusia, maupun faktor bencana alam, akibat rendahnya
pengetahuan, kesadaran dan peran serta masyarakat pesisir dalam menjaga
kelestarian ekosistem / lingkungan.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan kemampuan SDM dan kapasitas kelembagaan masyarakat,
utamamya masyarakat pesisir dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
kelautan dan mengurangi ketergantungan terhadap eksploitasi sumberdaya
kelautan dan perikanan;
2) Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum untuk pengendalian
eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan memperbesar peran
serta Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) ;
3) Melaksanakan optimalisasi usaha perikanan tangkap, memasyarakatkan
penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dan pengembangan sarana
dan prasarana pendukung perikanan tangkap;
4) Peningkatan usaha perikanan budidaya dengan dukungan sarana dan
prasarana pendukung yang diperlukan serta meningkatkan kemampuan teknis
pembudidayaan ikan, terutama dalam penerapan good aquaculture practices;
5) Optimalisasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan untuk
meningkatkan mutu produk, teknologi, sanitas dan higienis agar dapat
memenuhi persyaratan mutu ekspor maupun pemenuhan kebutuhan dalam
negeri;
6) Rehabilitasi dan konservasi habitat vital di laut / pesisir baik dengan
penanganan fisik maupun vegetasi serta meningkatkan pengetahuan,
222
kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian
ekosistem/lingkungan.

c. Startegi
1) Memanfaatkan peluang usaha masyarakat pesisir yang belum optimal seperti
usaha garam rakyat, aktivitas perempuan pesisir, dan taruna pesisir, dan
kemungkinan pengenalan kegiatan usaha lain yang tidak tertumpu pada
eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan;
2) Memanfaatkan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) untuk berperan
serta dalam pengawasan dan penegakan hukum dalam pengendalian eksploitasi
sumberdaya kelautan dan perikanan, menumbuhkan kelompok-kelompok baru,
dan membantu sarana kelengkapan operasionalnya, dengan tetap melakukan
operasi pengawasan bersama aparat terkait;
3) Mengembangkan dan memasyarakatkan penggunaan alat tangkap yang ramah
lingkungan, mendekatkan fishing ground dengan pembuatan rumpon tetap, dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;
4) Mengembangkan usaha perikanan budidaya sesuai komoditas unggulan yang
berbasis kawasan dan diminati pasar, dengan meningkatkan mutu hasilnya
melalui penerapan good aquaculture practices;
5) Meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran yang masih tradisional dalam
hal mutu produknya guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor,
dengan tetap membina usaha pengolahan dan pemasaran modern;
6) Meningkatkan upaya rehabilitasi dan konservasi habitat vital di laut / pesisir,
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan peran serta masyarakat pesisir
dalam menjaga kelestarian ekosistem / lingkungan melalui pembinaan,
pelatihan, dan sosialisasi peraturan-perundangan yang berlaku;

d. Program
1) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir;
2) Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan;
3) Pengembangan Perikanan Tangkap;
4) Pengembangan Perikanan Budidaya;
5) Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan;
6) Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
223

e. Sasaran
1) Tercapainya peningkatan usaha dan kesejahteraan masyarakat pesisir,
termasuk nelayan dan pembudidaya ikan;
2) Tercapainya peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat pesisir (Kelompok
Masyarakat Pengawas / POKMASWAS) dalam pengendalian dan pengawasan
sumberdaya kelautan dan tumbuhnya POKMASWAS baru;
3) Tercapainya peningkatan produksi perikanan tangkap, penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana;
4) Tercapainya peningkatan produksi perikanan budidaya, penyediaan dan
pengembangan sarana dan prasarana;
5) Tercapainya peningkatan konsumsi makan ikan dan ekspor produk perikanan;
6) Tercapainya rehabilitasi dan konservasi untuk peningkatan kualitas habitat vital
di pesisir / laut.

f. Indikator Capaian
1) Meningkatnya usaha petambak garam 250 orang, wanita pesisir 800 orang, dan
taruna pesisir 275 orang;
2) Beraktivitasnya 21 kelompok kelembagaan masyarakat di bidang pengendalian
dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (POKMASWAS),
tumbuhnya 30 kelompok baru, dan terlaksananya 50 kali operasi pengawasan;
3) Meningkatnya produksi perikanan tangkap sebesar 1,0 % per tahun, pendapatan
nelayan (laut dan perairan umum) sebesar 0,93 % per tahun, serta sarana dan
prasarana utamanya di 9 Pelabuhan Perikanan Pantai;
4) Meningkatnya produksi perikanan budidaya sebesar 6,62 % per tahun,
pendapatan pembudidaya ikan sebesar 6,59% per tahun; serta sarana dan
prasarana utamanya di 3 UPT perikanan budidaya;
5) Meningkatnya konsumsi makan ikan sebesar 2,40 % per tahun dan ekspor
produk perikanan sebesar 5,10 % per tahun;
6) Meningkatnya kualitas habitat vital di pesisir / laut dengan penanaman pohon
mangrove 1.017.500 biji / batang, terumbu karang buatan 225 unit,
transplantasi karang 265 unit, dan penebaran benih ikan di kawasan konservasi
/ calon kawasan konservasi 1.017.500 ekor.


224
6. Kewenangan Urusan Pilihan Perdagangan
a. Permasalahan
1) Terbatasnya akses dan perluasan pasar produk ekspor dan belum
berkembangnya kerjasama perdagangan internasional;
2) Lemahnya daya saing dan belum optimalnya pengembangan mutu, desain dan
merek dagang beberapa produk ekspor J awa Tengah;
3) Belum optimalnya ketersediaan dan distribusi bahan kebutuhan pokok
masyarakat dengan harga yang layak dan terjangkau di seluruh wilayah serta
belum terintegrasinya pasar lokal dan regional;
4) Masih lemahnya jaringan usaha perdagangan di dalam negeri dan luar negeri;
5) Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang perdagangan;
6) Belum optimalnya pelaksanaan perlindungan konsumen dan pengawasan
barang beredar;
7) Terbatasnya kemampuan Sumber Daya Manusia Pelaku Usaha di sektor
perdagangan khususnya Usaha Dagang Kecil dan Menengah;

b. Kebijakan
1) Meningkatkan akses dan perluasan pasar produk ekspor serta pengembangan
kerjasama perdagangan internasional yang saling menguntungkan;
2) Meningkatkan daya saing produk utama ekspor, produk potensial ekspor dan
produk jasa;
3) Memperkuat kelembagaan usaha perdagangan dan pengembangan jaringan
usaha perdagangan (networking) di dalam negeri dan luar negeri;
4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem distribusi, tertib niaga,
perlindungan konsumen dan kepastian berusaha;
5) Mengembangkan prasarana distribusi dan sarana penunjang perdagangan;
6) Mengembangkan jaringan informasi produksi dan pasar serta pengintegrasian
pasar lokal dan regional;
7) Meningkatkan pembudayaan penggunaan produksi dalam negeri;
8) Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor perdagangan secara
intensif melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi;
9) Meningkatnya promosi produk unggulan.

c. Strategi
1) Penyempurnaan sistem distribusi barang dan jasa yang efisien dan efektif;
225
2) Pengamanan produk unggulan dan komoditi strategis di pasar global;
3) Pengembangan sarana dan prasarana usaha perdagangan;
4) Peningkatan ekspor non migas melalui pengembangan komoditi unggulan
daerah;
5) Peningkatan akses, penetrasi dan promosi pasar untuk produk orientasi ekspor
di pasar Global;
6) Pengembangan jejaring kerja antara pemerintah, dunia usaha dan berbagai
pemangku kepentingan yang terkait di sektor perdagangan;
7) Pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia pelaku usaha di sektor
perdagangan.

d. Program
1) Peningkatan dan Pengembangan Ekspor;
2) Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional;
3) Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri;
4) Peningkatan Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan;
5) Pemberdayaan Usaha Dagang Kecil dan Menengah.

e. Sasaran
1) Meningkatnya ekspor non migas J awa Tengah antara 8 8,5% per tahun;
2) Terwujudnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi barang dan jasa untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan penting masyarakat;
3) Terwujudnya tertib niaga, tertib ukur dan kepastian berusaha dalam rangka
perlindungan konsumen dan pengawasan barang beredar;
4) Terciptanya iklim usaha kondusif yang mampu mendorong berkembangnya
kesempatan dan kepastian berusaha;
5) Terwujudnya kelembagaan usaha perdagangan yang produktif dan mampu
beradaptasi terhadap perubahan global.

f. Indikator Capaian
1) Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri, melalui pembinaan terhadap
jumlah pelaku usaha perdagangan sebanyak 5.000 dan pembangunan sarana
pasar 25 unit dengan indikator:
a) Meningkatnya ketersediaan Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat dan
kelancaran distribusi;
226
b) J umlah Sarana Penunjang Perdagangan meningkat;
c) Meningkatnya jumlah Pelaku Usaha di bidang Perdagangan;
d) Berkembangnya kegiatan ekonomi perdagangan di daerah perdesaan.
2) Peningkatan dan Pengembangan Ekspor, melalui kegiatan ekspor non migas
dengan pertumbuhan 8% - 8,5% per tahun, jumlah komoditas ekspor
meningkat 15 jenis komoditas, dan kegiatan sertifikasi mutu barang 350 jenis
dengan indikator :
a) Meningkatnya volume dan nilai Ekspor Non Migas;
b) Meningkatnya kemampuan pelaku ekspor;
c) J umlah jenis komoditi ekspor semakin meningkat;
d) Meningkatnya kegiatan Promosi dan pameran dalam dan luar negeri;
e) Bertambahnya jumlah negara tujuan ekspor.
3) Peningkatan Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan, melalui
kegiatan tera dan tera ulang sebanyak 50.000 buah dan pengawasan
barang beredar pada pelaku usaha 2.500 UU dengan indikator :
a) Meningkatnya jumlah produksi alat Ukuran Timbang Takar dan
Perlengkapannya (UTTP) ;
b) J umlah pengujian Tera & Tera Ulang alat UTTP meningkat;
c) Meningkatnya pengawasan terhadap Barang Dalam Keadaan Terbungkus
(BDKT).
4) Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional, melalui pengembangan
kerjasama, misi dagang, kontak dagang, dan promosi di 10 negara tujuan
ekspor utama, dengan indikator :
a) Terjalinnya kerjasama perdagangan internasional melalui kontrak dagang,
misi dagang dan kerjasama dengan Atase Perdagangan di luar negeri;
b) Tersedianya data dan informasi kebijakan dan peluang pasar luar negeri.
5) Pemberdayaan Usaha Dagang Kecil dan Menengah, melalui pembinaan dan
bimbingan teknis terhadap pelaku usaha perdagangan sebanyak 5000 unit
usaha, dengan indikator :
a) Meningkatnya J umlah Usaha Dagang Kecil dan Menengah (UDKM) ;
b) Terbinanya kelembagaan UDKM;
c) Terlaksananya penataan tempat usaha bagi UDKM.


227
7. Kewenangan Urusan Pilihan Industri
a. Permasalahan
1) Ketergantungan terhadap impor Bahan Baku Industri (kandungan bahan baku
impor berkisar 30 60 %);
2) Keterbatasan infrastruktur industri di wilayah perdesaan;
3) Daya saing dan Nilai tambah beberapa produk industri relatif rendah;
4) Terbatasnya penguasaan teknologi;
5) Lemahnya struktur industri terutama keterkaitan antara industri hulu dan hilir;
6) Lemahnya akses permodalan usaha bagi industri rumah tangga di wilayah
perdesaan;
7) Dukungan R & D belum secara optimal memenuhi kebutuhan sektor industri;
8) Terbatasnya ketersediaan SDM industri yang memiliki kompetensi, etos kerja
tinggi dan profesional.

b. Kebijakan
1) Meningkatkan efisiensi kerja IKM, sehingga mereka mampu bersaing baik
ditingkat nasional maupun internasional;
2) Memperbaiki keterkaitan industri hulu-hilir secara terpadu terhadap industri
unggulan J awa Tengah;
3) Peningkatan penguasaan teknologi untuk mendukung pengembangan IKM.

c. Strategi
1) Meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam
negeri untuk mendorong kemandirian dan daya saing;
2) Mengembangkan klaster industri yang mempunyai daya saing produk untuk
mendukung industri-industri unggulan J awa Tengah;
3) Meningkatkan penataan kelembagaan struktur industri untuk meningkatkan
kapasitas sektor industri;
4) Memanfaatkan teknologi modern dan kearifan lokal untuk meningkatkan daya
saing produk;
5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menguasai teknologi.

d. Program
1) Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang berbasis pada sumber
daya lokal;
228
2) Pengembangan sentra/klaster industri potensial;
3) Penataan struktur industri;
4) Peningkatan kemampuan teknologi industri;
5) Peningkatan SDM, pelatihan dan bantuan peralatan industri.

e. Sasaran
1) Berkembangnya IKM dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta memiliki
ketergantungan rendah pada bahan baku impor;
2) Terwujudnya efisiensi industri-industri unggulan melalui klaster;
3) Terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir dengan
berbasis pada pendekatan klaster sehingga berdaya saing tinggi dan
terbentuknya keterkaitan antara industri hulu dan hilir;
4) Meningkatnya jumlah IKM yang menerapkan teknologi modern dan terlindungi
dari kemungkinan pembajakan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) ;
5) Tersedianya tenaga kerja berkualitas dalam mendukung perkembangan
industri;

f. Indikator Capaian
1) Program Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM), melalui
pengembangan produk unggulan daerah, 35 jenis produk, penurunan
kandungan bahan baku impor pada IKM 20-40 % dengan indikator:
a). Kandungan bahan baku impor pada IKM menurun;
b). Tersedianya bahan baku lokal sebagai substitusi bahan baku impor bagi
IKM meningkat;
c). Berkembangnya IKM yang mampu menghasilkan produk unggulan dan
diterima pasar.
2) Program pengembangan sentra/klaster industri potensial, melalui
pengembangan klaster industri penghela sebanyak 6 klaster dan klaster
pendukung lainnya dengan indikator :
a). Terwujudnya keterkaitan antara industri inti, industri pendukung, dan
industri terkait yang mendorong peningkatan dayasaing;
b). Terbentuknya kelembagaan klaster IKM yang kuat.
3) Program penataan struktur industri dengan pembinaan terhadap IKM
sebanyak 1.500 Unit Usaha (UU) dengan indikator :
229
a). Semakin kuatnya keterkaitan industri hulu dan industri hilir;
b). Terwujudnya jejaring kerjasama antara IKM dengan industri skala besar.
4) Program peningkatan kemampuan teknologi industri, dengan melakukan
pembinaan dan bimbingan teknis terhadap 1.000 UU dengan indikator :
a). Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi bagi IKM;
b). Meningkatnya teknologi produksi dan jenis produk bersertifikasi sesuai
dengan standar mutu internasional.
5) Program peningkatan SDM, pelatihan dan bantuan peralatan industri, melalui
pendidikan dan latihan terhadap 3.000 UU IKM dan penyaluran bantuan
peralatan dengan indikator :
a). Kemampuan dan keahlian SDM industri meningkat;
b). Produktivitas usaha IKM meningkat.

8. Kewenangan Urusan Pilihan Transmigrasi
a. Permasalahan
1) Belum optimalnya pengembangan wilayah transmigran yang disebabkan oleh:
a). Koordinasi dan kerjasama antar daerah belum sesuai yang diharapkan;
b). Kurang optimalnya penyiapan calon transmigran yang trampil dalam
mengelola potensi SDA dilokasi tujuan;
c). Rendahnya kompetensi SDM calon transmigran.
2) Terbatasnya alokasi target penempatan transmigran.

b. Kebijakan
Kebijakan pembangunan ketransmigrasian Provinsi J awa Tengah diarahkan pada :
1). Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan dan
pengembangan wilayah transmigrasi;
2). Peningkatan media Komunikasi, informasi dan edukasi ketransmigrasian untuk
menumbuhkan minat masyarakat;
3). Peningkatan kompetensi calon transmigan melalui pelatihan.

c. Strategi
1). Mengembangkan kerjasama dan koordinasi antar daerah serta pelibatan
pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan transmigrasi;
230
2). Mengoptimalkan media informasi yang untuk menyampaikan pesan program
transmigrasi;
3). Meningkatkan kemampuan aparat dalam penyelenggaraan transmigrasi;
4). Meningkatkan ketrampilan calon transmigrasi sesuai dengan kondisi dan
potensi SDA di lokasi tujuan.

d. Program
Pengembangan wilayah transmigrasi

e. Sasaran
1). Mewujudkan koordinasi & sinkronisasi antar wilayah dalam penyelenggaraan
transmigrasi;
2). Meningkatkan jumlah pengiriman transmigran yang trampil baik transmigran
umum (TU), Swakarsa (TS) Transmigran Berbantuan (TB) dan Transmigran
swakarsa Mandiri (TSM) ;
3). Meningkatkan profesionalisme aparat dalam penyelenggaraan transmigrasi.

f. Indikator Capaian
1). Terwujudnya koordinasi & singkronisasi antar wilayah dalam penyelenggaraan
transmigrasi di 19 Provinsi lokasi transmigrasi di luar Pulau J awa;
2). Nota kesepakatan kerjasama antar wila-yah dalam pengem-bangan kawasan
transmigrasi;
3). Tercapainya pengiriman transmigran sebanyak 7500 KK;
4). Meningkatnya kualitas manajemen pengelolaan dan pelayanan transmigran;
5). Tercapainya 2500 KK calon transmigran mendapatkan Pelatihan Dasar Umum
(PDU).

C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dianut asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan
diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat
dilakukan dengan desentralisasi, karena pertimbangan kepentingan nasional dan
efektivitas pemerintahan.

231
Pelaksanaan asas dekonsentrasi oleh pemerintah provinsi dalam kedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Pelaksanaan
dekonsentrasi bertujuan untuk :
1. Memelihara keutuhan dan integrasi nasional.
2. Melaksanakan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan antar daerah.
3. mewujudkan keserasian hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dan antar pemerintah daerah.
4. Mengidentifikasi potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya
daerah.
5. Mencapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, serta
pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik.

Bidang tugas pemerintahan yang penyelenggaraannya diperbantukan kepada daerah
sebagai wilayah administratif, terkait erat dengan pelaksanaan 6 (enam) urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu : politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, hukum, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Penyelenggaraan tugas pembantuan adalah cermin dari sistem dan prosedur
penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, untuk menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan dan pembangunan oleh pemerintah pusat dan disertai
dengan kewajiban pendanaannya, dimana pelaksana wajib melaporkan pelaksanaan
dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraannya.

D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan
Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah mewujudkan tata
pemerintahan amanah, antara lain dilaksanakan melalui reformasi birokrasi,
penegakan hukum dan penataan kelembagaan. Reformasi birokrasi diterapkan untuk
menciptakan kepemerintahan yang amanah dengan mengedepankan prinsip-prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, efektif, efisien, menjunjung tinggi supremasi hukum,
demokratisasi, transparansi, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Pelaksanaan kepemerintahan yang amanah ditujukan untuk menjamin kelancaran,
keserasian, keterpaduan tugas serta fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembanguan di daerah. Isu strategis dalam pemerintahan umum di Provinsi J awa
232
Tengah antara lain: penataan kelembagaan dan sistem ketatalaksanaan; peningkatan
sumberdaya aparatur yang didukung oleh sistem renumerasi yang layak untuk
memenuhi kebutuhan hidup serta pelaksanaan sistem pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang efektif dan efisien.

Program-program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintahan, meliputi :
1. Program peningkatan Kerjasama Antar Daerah (KAD).
Program KAD meliputi kerjasama antar pemerintah provinsi dan kerjasama
provinsi dengan pihak ketiga, baik kerjasama Pemerintah Provinsi dengan Badan
Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah (BUMN/BUMD), usaha swasta dan
koperasi, baik dalam negeri/luar negeri. Kerjasama antar daerah dilaksanakan
terutama dalam upaya meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, peningkatan
penanaman modal dan pelayanan publik serta pengembangan potensi daerah
dan pariwisata.
2. Program peningkatan pembangunan kawasan wilayah perbatasan.
Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kepaduserasian
pembangunan antar wilayah serta antar wilayah tertinggal.
3. Program pencegahan dan penanggulangan bencana.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya potensi
bencana, baik bencana sosial maupun bencana alam yang terdapat di 27
kabupaten/kota di J awa Tengah, dalam upaya mengurangi kerugian harta benda
dan korban manusia.
4. Program peningkatan pengelolaan kawasan khusus.
Program ini dilaksanakan pada kawasan khusus, seperti kawasan lindung,
kawasan konservasi alam dan kawasan cagar budaya, dalam rangka peningkatan
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
5. Program peningkatan ketertiban umum dan ketenteraman dalam masyarakat.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan kehidupan dan toleransi
antar umat beragama, penegakan hukum termasuk peraturan perundangan
daerah dan partisipasi masyarakat dalam rangka mendorong berkembangnya
kehidupan sosial yang kondusif.


233
BAB VIII
PENUTUP

Dokumen RPJ MD Propinsi J awa Tengah tahun 2008-2013 ini merupakan penjabaran dari
visi, misi dan program kerja pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, yang telah
dipresentasikan dan dipromosikan pada saat kampanye. Dalam penyusunannya telah
memperhatikan aspek normatif seperti diatur dalam sejumlah peraturan perundangan.
Penyusunan program-program dalam RPJ MD ini mengacu sejumlah program yang
secara hierarkis berada pada ordo yang lebih tinggi yaitu RPJ PNasional, RPJ MNasional,
RPJ PD dan produk-produk perencanaan yang telah ditetapkan dalam produk hukum
yang mengikat, misalnya RTRW dan Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah.

Dokumen RPJ MD ini secara normatif telah diupayakan memuat program-program atau
rencana kerja seluruh tugas seorang Gubernur/Wakil Gubernur meliputi tugas-tugas
desentralisasi, tugas dekonsentrasi, tugas pembantuan dan tugas-tugas pemerintahan
umum. Namun demikian dalam menjalankan peran sebagai wakil pemerintah pusat,
dalam menjalankan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan tidak sepenuhnya dapat
direncanakan sejak awal, sejalan dengan proses penyusunan RPJ M.

Sebagai acuan bagi pelaku pembangunan, dalam implementasinya harus
memperhatikan kaidah-kaidah pelaksanaannya sebagai berikut :
1. RPJ MD ini merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis
(Renstra) SKPD dengan time frame yang sama yaitu 2008-2013, dengan demikian
terjadi kesamaan arah pembangunan masing-masing SKPD selamat 5 tahun kedepan.
2. RPJ MD ini akan menjadi dasar atau acuan dalam penyusunan RKPD setiap tahun
anggaran.
3. Penyusunan RPJ MD ini telah melalui tahap konsultasi publik, dengan harapan
program-progam yang ada di dalam RPJ MD ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan demkian para stakeholder memahami peran yang perlu diambil dalam
pelaksanaan pembangunan J awa Tengah selama 5 tahun kedepan.
234
4. RPJ MD ini akan menjadi dasar bagi Gubernur dan Wakil Gubernur dalam menyusun
LKPJ -AMJ di akhir periode masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, dan RPJ MD
ini akan menjadi dasar bagai DPRD dan anggota masyarakat untuk melakukan
evaluasi.

Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah Provinsi J awa Tengah tahun 2008-
2013 menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun 2013.
Namun secara substansial juga berlaku sebagai RPJ MD transisi, sehingga berlaku juga
sebagai acuan dalam penyusunan RKPD Tahunn 2014 sebelum tersusunnya RPJ MD
Tahun 2013 2018 yang memuat visi dan misi Kepala Daerah terpilih.

Untuk menjaga dan mengendalikan pemanfaatan RPJ MD serta konsistensi dokumen-
dokumen prencanaan lain dan penganggaran dengan RPJ MD maka diperlukan
monitoring dan pelaporan implementasi RPJ MD secara reguler dan periodik. Untuk itu
diperlukan suatu tim monitoriing RPJ MD yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah
maupun dari unsur Non Pemerintah Daerah. Hal ini berkaitan dengan pentingnya
pengawasan internal dan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik
(good governance).




GUBERNUR JAWA TENGAH




BIBIT WALUYO

You might also like