You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sangatlah penting bagi bayi untuk memulai hidup dengan sistem imun

yang kuat dan berfungsi baik. Salah satu aspek fondasi sistem imun ini adalah

perkembangan mikroflora gastrointestinal yang menyehatkan. Ada dua faktor

yang mempengaruhi apakah seorang bayi berkesempatan memiliki sistem imun

yang sehat setelah dilahirkan. Faktor-faktor ini yaitu, persalinan pervaginam dan

pemberian ASI.1

Mikroflora normal pada usus manusia adalah suatu mikroekosistem yang

sangat komplek, yang untuk mempertahankan homeostasis kolonisasinya

diperlukan adanya nutrien yang masuk kedalam usus, mikrobiota usus adalah

sangat penting untuk pejamu dalam arti fungsi metabolik dan ketahanan terhadap

infeksi bakteri terutama gastroenteritis, kadar lemak darah, sifat anti tumor,

toleransi laktosa, imunitas usus. Diet dan lingkungan akan mempengaruhi proses

kolonisasi.2,3

Kolonisasi adalah proses yang bertahap yang ditentukan oleh banyak

faktor antara lain, komposisi mikroflora usus ibu, lingkungan dan mungkin juga

aspek genetik, derajat kebersihan, cara persalinan, pemakaian antibiotika dan

perawatan inkubator terutama bayi prematur, proses kolonisasi bakteri

Bifidobakterium akan terlambat dan akan terjadi kolonisasi oleh kuman yang

patogen yang mudah tumbuh berlebihan dan kemungkinan besar akan terjadi

translokasi.4
Pada bayi kolonisasi bakteri terjadi segera setelah lahir, pada bayi yang

mendapat ASI kolonisasi bakteri didominasi oleh Bifidobakteria dari pada bakteri

yang membahayakan, sedangkan pada bayi yang minum susu formula kolonisasi

didominasi oleh bakteri Coliform, Enterococci dan Bacteroides.2,3

Pada bayi yang minum air susu ibu (ASI), mikrobiota usus didominasi

oleh Bifidobakteria (probiotik) oleh karena ASI mengandung prebiotik yang

merupakan faktor pertumbuhan untuk probiotik, bayi yang telah disapih lama

kelamaan kolonisasi probiotiknya akan berkurang dan bayi yang minum susu

formula saja masukan probiotik dapat dikatakan tidak ada sehingga

mikroekosistem menjadi tidak normal.5

Substansi ASI yang meningkatkan pertumbuhan Bifidobakteria pada usus

bayi disebut sebagai faktor bifidus.

1.2 Masalah

Kurangnya kesadaran akan pentingnya memberikan ASI kepada bayi baru

lahir dan kecendrungan pemilihan susu formula sebagai pengganti ASI pada awal

kehidupan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan gencarnya iklan susu formula dan

kurangnya pengetahuan tentang maanfaat ASI dan zat-zat penting yang

terkandung di dalamnya.

1.3 Tujuan

Mengetahui fungsi dan peranan faktor bifidus dalam ASI sebagai salah

satu bentuk perlindungan terhadap bayi baru lahir.


1.4 Manfaat

Memberikan kesadaran lebih tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi

baru lahir sebagai perlindungan untuk memulai kehidupannnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem imun bawaan lahir (Innate immune system)

Ada dua faktor yang mempengaruhi apakah seorang bayi berkesempatan

memiliki sistem imun yang sehat setelah dilahirkan. Faktor pertama yaitu

persalinan pervaginam. Saat dilahirkan, bayi dalam keadaan steril secara

mikrobiologi, yang berarti tidak ada bakteri dalam saluran gastrointestinalnya.

Walaupun demikian, apabila bayi melalui liang vagina saat persalinan normal,

kepala dan tubuh bayi akan diselimuti oleh sekresi mukus tipis dari liang vagina

ibunya.1

Sekresi mukus vagina ini mengandung sejumlah bakteri baik, yang

beberapa diantaranya masuk ke mulut bayi dan turun ke perut melalui

kerongkongan. Organisme ini kemudian mulai berploriferasi, dan inilah yang

merupakan permulaan dari perkembangan mikroflora intestinal yang menyehatkan

dan sistem imun yang sehat.1

Faktor penting lainnya pada perkembangan sistem imun yaitu pemberian

ASI. Para peneliti telah menemukan bahwa ASI, tetapi tidak susu sapi,

mengandung gula amino disakarida yang dibutuhkan sebagai faktor pertumbuhan

untuk bakteri-bakteri baik. Jadi, ASI mengandung substansi yang secara spesifik

menstimulasi pertumbuhan dan proliferasi Bifidobakteria pada bayi. Penelitian

menyebutkan bahwa jumlah flora fekal bayi disusui adalah 99% Bifidobakteria,

sedangkan jumlah flora fekal bayi disusui botol (susu formula) kurang dari 20%

Bifidobakteria. Bayi-bayi dengan sedikit jumlah Bifidobakteria inilah yang lebih

sering terkena kolik abdomen, diare, meningkatnya gas usus, fungal diaper rash

dan lain-lain.1
Sedangkan pada bayi yang dilahirkan secara Sectio Caesaria menurut

penelitian yang dilakukan oleh Gronlund, pembentukan bifidobakteria pada usus

bayi tersebut tertunda dan memerlukan waktu paling sedikit 6 bulan untuk bisa

menyamai jumlah bifidobakteria normal pada bayi yang dilahirkan secara

pervaginam.6

Sistem imun bawaan lahir membentuk lini pertahanan pertama melawan

infeksi, beraksi dalam hitungan menit setelah paparan mikroorganisme patogen,

dengan mengeluarkan respon nonspesifik awal. Komponen sistem ini antara lain

barier mukosa dan epitel bersamaan dengan udara, cairan, atau mukus yang

mengalir disepanjang permukaannya. Termasuk juga pengikatan patogen oleh

substansi bervariasi untuk mencegah masuknya atau pengkolonisasian dan juga

inaktivasi atau disrupsi agen penyebab infeksi yang dikarenakan beberapa faktor,

yaitu pH rendah, enzim, peptida, protein dan asam lemak.7

Imunitas bawaan lahir memerlukan kompetisi patogen potensial dengan

flora normal untuk hidup pada tempat tertentu pada tubuh pejamu. Juga termasuk

aktifitas fagosit, dalam jaringan dan sepanjang perrmukaan mukosa, yang mana

telah mengenali banyak jenis patogen dan menyebakan aktivasi komplemen.

Salah satu contoh imunitas bawaan lahir ini yaitu cara kolektin (surfaktan A dan

D) beraksi pada permukaan epitelial alveolus paru untuk mengikat mikroba dan

menyebabkan agregasi, opsonisasi, dan peningkatan pembersihan organisme oleh

makrofag alveolar. Imunitas bawaan lahir aktif terutama pada tingkat lokal atau

tempat infeksi awal, tersering pada mukosa dan epitel.7


2.2 Air susu ibu

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun makanan lain yang

dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi tiga

aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih

sayang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak.8

A. Kandungan ASI

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6

bulan pertama kehidupan, dianjurkan pada masa ini bayi hanya diberikan

ASI. Kandungan zat gizi dalam ASI, yaitu :9

a. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi

dalam jumlah yang tepat.

b. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu

lainnya dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bayi manusia.

c. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan

pertama tidak memerlukan vitamin tambahan.

d. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak

zat besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan

baik. Bayi yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat

besi.

e. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.

f. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat

B. Manfaat ASI

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI

harus diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan atau paling lambat
30 menit setelah lahir, karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat

untuk merangsang produksi ASI selanjutnya. ASI yang keluar beberapa

hari setelah persalinan disebut kolostrum.8

Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih

kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus

diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama

baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air

tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus

harus dihindari.8

Pada usia 0 – 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (ASI esklusif),

karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan

bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI

pada umur 0 – 4 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum

mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI. Apabila

pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan bukan ASI, maka akan

timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain

yang fatal. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara

lain bayi tidak rewel dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju

Sehat (KMS).8

C. Cara ASI melindungi terhadap infeksi

Secara garis besar terbagi atas tiga, yaitu komponen selular, humoral

dan non immunoglobulin.9

I. Komponen Selular
1). Makrofag

Makrofag adalah sel fagosit besar yang mengandung lisosom,

mitokondria, pinosom, dan aparat Golgi. Fungsi makrofag adalah

memfagositosis mikroorganisme bakteri dan jamur, membuat C3

dan C4, lisosom, dan laktoferin, membantu pelepasan IgA

intraselular ke jaringan, membentuk sel raksasa, meningkatkan

aktivitas limfosit, membantu pengangkutan dan penyimpanan

imunoglobulin, dan berpartisipasi dalam pembentukan

laktoperidase; suatu faktor pertumbuhan sel epitel usus dan maturasi

enzim dalam brush border usus.

2). Leukosit polimorfonuklear (PMN)

Kolostrum (hari 1-4 postpartum) mengandung 5 juta

leukosit/mm3 dan 40-60% diantaranya adalah PMN yang makin

menurun seiring maturnya ASI. Fungsi PMN terutama proteksi

jaringan kelenjar mama dan bukan untuk proteksi neonatus.

3). Limfosit

Limfosit T dan B merupakan bagian sistem imun ASI yang

terdapat dalam kolostrum dan ASI matur. Fungsi limfosit antara lain

Mensintesis IgA, merespon mitogen dengan cara berproliferasi,

meningkatkan interaksi makrofag-limfosit, dan melepaskan

mediator-mediator.

Di dalam ASI, sel B termasuk sel yang mengandung IgA,

IgG, dan IgM Surface immunoglobulin. Orga dan Orga dalam

penelitiannya melaporkan limfosit ASI akan berespon terhadap


antigen rubela, sitomegalovirus, dan mumps. Kolostrum ibu juga

berespon terhadap E.coli.

II. Komponen Humoral

Komposisi imunoglobulin dalam ASI berbeda dengan serum.

ASI mengandung IgA jauh lebih tinggi daripada serum. IgA dan IgG

dalam ASI sebagian berasal dari IgA dan IgG serum, sebagian lagi dari

kelenjar payudara.

Imunoglobulin A dalam ASI terutama IgA sekretori yang stabil

dalam pH rendah dan tahan terhadap enzim proteolitik. Fungsi sIgA ini

adalah memproteksi mukosa usus terhadap virus dan bakteri, dan tetap

ditemukan dalam ASI setelah satu tahun. Selain itu, faktor antibakterial

dalam kolostrum dan ASI sama antara wanita dengan gizi baik maupun

buruk.

III. Komponen non Immunoglobulin

1). Faktor Bifidus

Telah diketahui bahwa usus bayi mengandung

Bifidobakterium bifidus yang merupakan bakteri baik usus, juga

mengandung faktor bifidus yang menunjang pertumbuhan kuman

baik ini yang tak ada dalam susu sapi.

2). Antistaphylococcal factor

Pada percobaan binatang dengan tikus yang diberi infeksi

Staphylococcus dibuktikan ASI mengandung substansi yang dapat

mencegah bayi dari infeksi Staphylococcus.

3). Lisozim
Lisozim adalah enzim yang memiliki sifat bakteriolitik,

berada dalam konsentrasi tinggi dalam ASI tapi sangat rendah

dalam susu sapi.Enzim ini bersifat bakteriolitik terhadap

enterobaktericeae dan bakteri gram positif.

4). Nukelotid

Nukleotid adalah senyawa yang berasal dari hidrolisis asam

nukleat. Nukleotid bekerja sebagai pertahanan terhadap berbagai

bakteri, virus, dan parasit. Carver pada penelitiannya membuktikan

bahwa aktivitas sel NK dan produksi IL 2 lebih tinggi pada bayi

usia 2-4 bulan yang diberi ASI dan susu formula ditambahkan

nukleotid dibandingkan formula tanpa tambahan nukleotid

5). Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang dapat mengikat zat besi, mirip

dengan transferin dalam serum. Laktoferin bersifat bakteriostatik

terhadap berbagai bakteri gram positif, bakteri gram negatif baik

aerob maupun anaerob , dan jamur, kecuali Helicobakcter pylori

dan spesies Neisseria, Treponema, dan Shigella.

Laktoferin mengikat zat besi hingga bakteri tidak

memperoleh zat besi untuk pertumbuhannya. Afinitas terhadap zat

besi adalah 300 kali transferin. Laktoferin juga meningkatkan

pelepasan sitokinin dari sel dan menekan pelepasan IL1, IL2 dan

TNF alpha.

6). Interferon
Secara in vitro, diketahui interferon diproduksi oleh sel T

dalam ASI. Fungsinya memang belum diketahui pasti, tapi

interferon dapat meningkatkan fungsi makrofag dan menekan

produksi IgE dan IL-10.

7). Komplemen

ASI mengandung komponen C3 dan C4 walau dalam jumlah

sedikit. C3 teraktivasi oleh IgA dan IgE yang diketahui dapat

merusak bakteri yang terikat pada antibodi spesifik.

8). Protein Pengikat vitamin B-12

ASI mengandung sejenis protein bermolekul besar yang

mengikat vitamin B12. Secara tak langsung, protein ini

menghambat pertumbuhan E.coli yang memerlukan vitamin B12.

9). Gangliosid

Gangliosid adalah glikolipid yang terdapat dalam plasma sel

membran terutama di substansi kelabu otak. Gangliosid memblokir

aktivitas enterotoksin E.coli dan Vibrio cholerae dan Campylobacter

jejuni di usus dengan cara mengikat toksin dan membentuk

kompleks stabil yang mencegah toksin terikat pada sel usus.

10). Interleukin

Interleukin berefek terhadap aktifasi dan diferensiasi limfosit,

serta terhadap produksi berbagai sel lainnya.

11). Sitokin
Sitokin adalah salah satu substansi yang banyak diteliti akhir-

akhir ini. Meski sudah lama diduga keberadaannya dan perannya

terhadap imunologi serta proteksi ASI.

2.3 Faktor bifidus

ASI mengandung substansi yang menstimulasi pertumbuhan B. bifidum,

flora intestinal utama pada bayi disusui. Faktor bifidus ini aktif secara in vitro, dan

tidak membutuhkan enzim digestif untuk aktivasinya.10

Penelitian menggunakan B. bifidum serovariasi pennsylvanicus pada

pertumbuhannya di media dengan penambahan faktor penumbuh mengesankan

adanya faktor penumbuh bifidus pada ASI yang sebagian besar dikarenakan

oligosakarida ataupun glikoprotein yang mengandung N-asetilglukosamin.11

Faktor penumbuh pada ASI yang meningkatkan tumbuhnya B. infantis

mungkin tidak hanya dikarenakan oligosakarida atau glikoprotein. Hal ini juga

dimungkinkan karena faktor nitrogen nonprotein yang mana terdiri dari grup

heterogen dengan berat molekul rendah, campuran yang mengandung nitrogen.11

Berbagai protein dan peptida pada ASI memiliki efek antimikroba dan

juga efek bifidogenik yang terpisah. Kasein, α-laktalbumin, dan laktoferin adalah

contoh dari protein penumbuh Bifidobakteria terbaik dalam ASI. Tetapi beberapa

bukti menyatakan bahwa nukleotida juga meningkatkan pertumbuhan

bifidobakteria.7

Kasein menghambat adhesi berbagai bakteri pada setiap epitel dan

meningkatkan pertumbuhan Bifidobakteria. Sedangkan laktalbumin membawa

kalsium, yang merupakan bagian penting suatu komplek enzim yang mensintesis

laktosa, dan meningkatkan pertumbuhan Bifidobakteria. Setelah modifikasi dalam


usus, perubahan laktalbumin yang disebut “Human α-lactalbumin made lethal to

tumor cells”, terlihat bekerja dengan cara menyebabkan apoptosis sel ganas

(modulasi imun dan proteksi imun).7

Karbohidrat ASI, yaitu laktosa dan oligosakarida, sebagai komponen

terbanyak dan glikokonjugasi. Berfungsi terutama sebagai nutrisi penting untuk

produksi energi. Oligosakarida berfungsi sebagai prebiotik yang menstimulasi

pertumbuhan Lactobacillus dan Bifidobacterium, dan dengan mengikat antigen

mikroba. Glikokonjugasi mengikat bakteri spesifik (V. cholerae ) dan ligan virus

(rotavirus).7

Leach et al. telah menggambarkan nukleotida tersedia potensial total

(Total Potential Available Nucleoside / TPAN) sebagai suatu konsep tentang

sejumlah nukleotida yang tersedia dan bisa digunakan bayi dari ASI. Leach dkk.

juga mengukur kisaran rata-rata dari TPAN ASI pada populasi wanita yang

berbeda. Hal ini sangat bermanfaat dan telah digunakan oleh perusahaan sebagai

pedoman untuk penambahan nukleotida ke dalam formulasi susu. Penelitian in

vitro dan in vivo mengesankan peran berbeda nukleotida yang dicerna, yaitu:

meningkatkan absorpsi besi, peningkatan pertumbuhan Bifidobakteria,

meningkatkan pertumbuhan bayi, perkembangan, perbaikan mukosa

gastrointestinal dan meningkatkan aktivitas sel NK dan produksi IL-2. Beberapa

penelitian pada bayi, yang terutama menginvestigasi suplementasi nukleotida susu

formula, memperlihatkan manfaat kecil, dengan menurunnya frekuensi diare dan

meningkatnya jumlah IgM plasma dan IgA pada kelompok yang diberi suplemen.7

2.4 Probiotik, prebiotik dan sinbiotik

A. Probiotik
Probiotik, terdapat banyak macam definisi yang yang dibuat, tetapi

yang banyak dipakai, berlaku secara ilmiah dikemukakan oleh Fuller dan

Gibson yaitu bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan

yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada kesehatan baik pada

manusia dan binatang, dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora

intestinal. Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah yang

memproduksi asam laktat terutama misalnya Lactobacilli dan

Bifidobacteria walaupun jenis yang lain juga ada.12,13,14

Probiotik yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:12

1) memberikan efek yang menguntungkan pada pejamu

2) tidak patogenik dan tidak toksik

3) mengandung sejumlah besar sel hidup

4) mampu bertahan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus

5) tetap hidup selama dalam penyimpanan dan waktu digunakan

6) mempunyai sifat sensori yang baik

7) diisolasi dari pejamu

Efek kesehatan yang menguntungkan dari probiotik adalah:12,15,16

1) memperbaiki keluhan malabsorsi laktosa

2) meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi di usus

3) supresi kanker

4) mengurangi kadar kolesterol darah

5) memperbaiki pencernaan

6) stimulasi imunitas gastrointestinal

B. Prebiotik
Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dicerna, yang

mempunyai pengaruh baik terhadap pejamu dengan memicu aktivitas,

pertumbuhan yang selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih

bakteri penghuni kolon. Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat yang

tidak dicerna dan tidak diserap biasanya dalam bentuk oligosakarida

(oligofruktosa) dan serat makanan (inulin).14,17,18,19,20,21

Bahan makanan yang diklasifikasikan sebagai prebiotik

harus:3,16,18,20,22

1) tidak dihidrolisa dan tidak diserap dibagian atas traktus gastrointestinal

sehingga dapat mencapai kolon tanpa mengalami perubahan struktur dan

tidak diekskresikan dalam tinja

2) substrat yang selektif untuk satu atau sejumlah mikroflora komensal

yang menguntungkan dalam kolon, jadi memicu pertumbuhan bakteri yang

aktif melakukan metabolisme

3) mampu merubah mikroflora kolon menjadi komposisi yang

menguntungkan kesehatan. Supaya kerja prebiotik lebih efektif, fermentasi

selektif adalah hal yang sangat penting.

Bifidobakteria adalah target yang baik untuk prebiotik.22

Semua faktor yang berfungsi sebagai prebiotik dan meningkatkan

pertumbuhan Lactobacillus dan Bifidobacterium akan menghambat adanya

organisme patogen dan aksi inflamasi potensial organisme patogen ini

pada usus.7

C. Sinbiotik
Strategi pemeliharaan mikroflora lainnya adalah dengan

menggunakan sinbiotik yaitu kombinasi probiotik dan prebiotik.

Penambahan mikroorganisme hidup (probiotik) dan substrat (prebiotik)

untuk pertumbuhan bakteri misalnya fruktooligosakarida (FOS) dengan

Bifidobakteria atau laktitol dengan Laktobasilus. Keuntungan dari

kombinasi ini adalah meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik

oleh karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga

tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini.3

2.5 Mikrobiota usus

Bakteri bakteri nonpatogen (probiotik) yang berdomisili di usus terutama

usus besar dan mengadakan kolonisasi yang membentuk mikroekosistem yang

bermanfaat untuk kesehatan pejamu dalam aspek ketahanan terhadap infeksi,

aspek metabolik, dan aspek imunologis. Mikrobiota yang paling banyak

ditemukan adalah:3,16

Laktobasilus : L. acidophylus, L. casei, L. delbruckii subsp. Bulgaricus, L.

reuter, L. brevis, L. celobiosus, L. curvatus, L. fermentum, L. plantarum.

Gram-positif kokus : Lactococcus lactis subsp. Cremoris, Streptococcus

Salvarius subsp. Thermophylus, Enterococcus faecium, S. diaacetylactis, S.

intermedius.

Bifidobakteria : B.bifidum, B. adolescentis, B. animalis, B. infantis, B. longum,

B.thermophylum.

Bifidobakteria merupakan organisme terbanyak pada usus besar bayi yang

dususui ASI, sekitar 99% dari flora yang dapat di kultur. Laktobasilus,

Enterokokus, dan Coliform berbanding sekitar 1% dari keseluruhan flora.5


Usus besar manusia mengandung mikrobiota, suatu komponen yang

komplek dan mempunyai kegiatan metabolisme yang bermacam-macam. Fungsi

utamanya adalah menampung energi dari karbohidrat yang tak tercerna di usus

bagian atas, hal ini dapat dimungkinkan oleh karena kemampuan fermentasi dan

absorpsi produknya antara lain short chain fatty acid (SCFA), yang mewakili 40-

50% energi dari karbohidrat. SCFA, asetat, propionat, butirat, dimetabolisir oleh

epitel kolon (butirat), hati (propionat), dan otot (asetat). Mikrobiota juga

mempunyai peranan dalam sintesis vitamin B dan vitamin K, dan metabolisme

asam empedu, sterol dan xenobiotik. Mikrobiota dalam usus sangat responsif

terhadap diet karbohidrat yang dapat di fermentasi, misalnya non starch

polysaccharide, resistent starch dan oligosakarida. Dengan adanya bahan tersebut

bakteri akan tumbuh subur sehingga dapat mensintesis sebanyak 15 gram biomasa

yang diekskresikan lewat tinja yang mengandung 1 gram bakterial –N.23

Komposisi mikrobiota probiotik dalam traktus gastrointestinal dipengaruhi

oleh banyak faktor baik eksternal maupun internal. Yang termasuk faktor

eksternal adalah jumlah bakteri yang masuk, kebiasaan makan dan minum,

komposisi mikrobiota pada ibu, terapi obat-abatan. Faktor diet tampaknya

mempunyai pengaruh yang kuat, diet yang banyak mengandung oligosakarida

mempengaruhi komposisi spesies dan strain bakteri. Oligosakarida yang

ditambahkan pada formula bayi dapat menurunkan pH usus besar dan dapat

meningkatkan populasi Bifidobakteria di usus besar sehingga banyak ditemukan

di tinja.21 Terapi antibiotika mempengaruhi suksesi mikrobiota melalui beberapa

cara, antibiotika mempunyai efek spesifik terhadap individual komponen dari


pada supresi secara umum terhadap mikrobiota, profil mikrobiota setelah

mendapat terapi antibiotika menetap walaupun terapi telah dihentikan.24

Peranan Bifidobakteria pada traktus intestinal antara lain;5

a. Produksi antibiotik

Antibakterial alamiah B. bifidum melawan beberapa organisme patogen

seperti E.coli, Salmonella sp., Shigella sp., dan Basilus sp. mengesankan

bahwa B. bifidum mungkin memproduksi substansi antibakterial.

Pemberian oral kultur beku kering B. bifidum dalam konjungsinya dengan

laktulosa telah dilaporkan mengeradikasi golongan enteropatogenik E.coli

pada bayi dan anak-anak.

b. Produksi asam organik

Bifidobakteria memproduksi asetat dan asam laktat, tetapi lebih banyak

asam asetat. Asam asetat memiliki efek antagonis yang lebih kuat terhadap

bakteri gram negatif daripada asam laktat. Bifidobakteria memfermentasi

karbohidrat menjadi L(+)-asam laktat dan asam asetat pada rasio molar

2:3, memproduksi sejumlah kecil asam format, asam suksinat dan etanol.

L(+)-asam laktat lebih mudah dimetabolisme.

c. Menurunkan pH

Faktor bifidogenik (contohnya; laktulosa) yang ditambahkan pada

makanan menginduksi pertumbuhan Bifidobakteria, sehingga menurunkan

pH pada usus besar.

d. Antagonis kompetitif

Bifidobakteria mencegah kolonisasi patogen penginvasi pada usus dengan

mengkompetisi nutrisi dan tempat menempel di permukaan epitel usus.


Golongan Bifidobakteria bisa menginhibisi secara parsial ataupun komplit

reduksi nitrat organisme lain melalui kompetisi menguntungkan dengan

bakteri intestinal lainnya.

e. Dekonjugasi empedu

Bifidobakteria memiliki resistensi pada asam empedu, sehingga

Bifidobakteria bertahan hidup ketika melewati traktus gastrointestinal.

f. Detoksifikasi

Peran B. bifidum dan laktulosa dalam proses detoksifikasi pada pasien

dengan penyakit hati kronik telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa B.

bifidum dengan laktulosa berpengaruh dalam pertumbuhan kembali flora

normal usus yang biasanya terganggu pada pasien dengan sirosis hepar.

Hal ini dicapai karena penurunan ammonia dan fenol bebas dalam darah.

2.6 Mekanisme kerja prebiotik, interaksi dengan probiotik

Mikrobiota pada kolon manusia dapat memberikan manfaat kesehatan

pada pejamu atau potensial patogen. Saat ini banyak dilakukan penelitian untuk

memanipulasi komposisi mikrobiota kolon dalam upaya memperoleh aspek

potensial yang menguntungkan untuk pejamu. Pendekatan melalui prebiotik, suatu

komponen yang tidak hidup dari makanan (non-viable food components) yang

secara spesifik difermentasi di kolon oleh bakteri probiotik misalnya Laktobasilus

dan Bifidobakteria. Sebenarnya setiap bahan makanan yang masuk kedalam usus

besar adalah kandidat prebiotik, namun demikian untuk efektivitas, selektivitas

fermentasi adalah sangat penting. Bahan yang banyak dipakai dan berhasil, yaitu

non digestible oligosaccharide yang termasuk dalam klasifikasi tersebut adalah

fruktosa, xylosa, soya, galaktosa, glukosa, dan manosa. Sumber oligosakarida


yang mengandung fruktosa dan terdapat dalam alam misalnya bawang, asparagus

pisang, chicori, memenuhi kriteria sebagai prebiotik.22

Data penelitian menunjukan bahwa fruktooligosakarida (FOS) yang secara

spesifik difermentasi oleh Bifidobakteria. Mengkomsumsi bahan prebiotik secara

signifikan dapat memodulasi komposisi mikrobiota kolon yang menyebabkan

Bifidobakteria lebih dominan didalam kolon dan banyak ditemukan didalam

tinja.22

2.7 Fruktooligosakarida dan galaktooligosakarida

FOS atau fruktooligosakarida berasal dari sayur-sayuran. FOS banyak

ditemukan pada bawang merah, asparagus, artichoke, dan juga tomat. Struktur

kimianya terdiri dari molekul glukosa yang terikat pada dua, atau tiga, atau empat

molekul fruktosa yang masing-masing membentuk kestosa, nystosa, dan fruktosil-

nistosa, inilah yang disebut fruktooligosakarida. FOS yang ada sekarang ini salah

satunya diproduksi dari gula bit (beetroot) dengan menggunakan enzim

fruktosilfuranosidase melalui peristiwa transfruktosilasi.

GOS atau galaktooligosakarida merupakan komponen dari susu sapi. GOS

didapat dari laktosa melalui proses transgalaktosilasi dengan menggunakan enzim

beta-D-galaktosidase. Struktur kimianya terdiri dai molekul glukosa dan galaktosa

yang saling berikatan satu sama lain.

Produksi FOS dan GOS oleh industri adalah sebagai langkah dalam

menyediakan prebiotik terutama bagi bayi yang biasanya terdapat pada ASI.

Tetapi perlu diingat bahwa FOS dan GOS tidak serta merta menyamai kandungan
prebiotik yang terdapat di dalam ASI. Perlu diketahui bahwa di dalam ASI

terdapat lebih dari 130 oligosakarida yang berperan sebagai prebiotik.

FOS dan GOS dikatakan sebagai pangan fungsional karena keduanya tidak

terdekomposisi oleh enzim-enzim pencernaan dan keduanya dapat dimanfaatkan

oleh bakteri-bakteri baik yang terdapat dalam kolon atau usus besar, khususnya

Bifidobacterium spp dan Bacteroides spp. Ketika bakteri-bakteri baik tersebut

“memakan” FOS dan GOS, maka pertumbuhan mereka di dalam kolon akan

semakin banyak sehingga mampu menciptakan suasana asam di dalam saluran

pencernaan kita yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen

penyebab penyakit.

Manfaat FOS dan GOS adalah :

1. Meningkatkan kemampuan adaptasi bakteri baik di usus besar

2. Mengurangi jumlah bakteri Clostridium perfringens di dalam saluran

pencernaan dan mengurangi produk antara pada proses pembusukan

makanan di urin dan feses.

3. Mengurangi metabolit toksik dan enzim yang tidak dibutuhkan. Proses

pencernaan 3-6 g FOS dan GOS per hari dapat mengurangi produksi zat

toksik di saluran pencernaan, serta dapat mengurangi enzim yang tidak

dibutuhkan berturut-turut sebanyak 44.6% dan 40.9%.

4. Mencegah diare baik itu yang disebabkan oleh bakteri pathogen ataupun

tidak.

5. Meningkatkan absorpsi berbagai macam mineral di dalam saluran

pencernaan, seperti besi dan kalsium.


6. Mencegah terjadinya konstipasi. Hal tersebut berhubungan dengan

produksi asam lemak rantai pendek oleh bifidobacteria yang akan

merangsang gerakan peristaltis saluran pencernaan dan meningkatkan

kelembaban feses sehingga mudah dikeluarkan.

7. Mengurangi konsentrasi kolesterol di dalam serum darah.

8. Mengurangi tekanan darah.

9. FOS dan GOS juga memiliki efek antikarsinogenik (mencegah kanker).

Hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya kekebalan tubuh

seseorang.

10. Secara tidak langsung meningkatkan produksi nutrisi, seperti vitamin B1,

B2, B6, B12, asam nikotinat, dan asam folat.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteri

khusus yaitu Bifidobakteria, tumbuh dalam usus bayi. Bifidobakteria mencegah

tumbuhnya bakteri berbahaya lain yang menyebabkan kolik abdomen, diare,

meningkatnya gas usus, fungal diaper rash dan lain-lain.

Faktor bifidus ASI antara lain karbohidrat (oligosakarida), protein dan

peptida (kasein, α-laktalbumin, laktoferin), dan nukleotida (TPAN).

3.2 Saran

Tenaga kesehatan bertanggung jawab memberi pengetahuan pada Ibu

hamil tentang pentingnya membantu bayi-bayi mereka untuk membentuk

mikroflora usus yang menyehatkan segera setelah lahir. Kita harus mendorong

Ibu-ibu untuk menyusui dan merekomendasikan suplemen probiotik untuk bayi

yang lahir dengan bedah sesar.


DAFTAR PUSTAKA

1. --------The human intestinal microflora, antibiotics and probiotics. 2000


June. Available from: URL: http://www.naturalchoices.com. (diunduh
2009 juli)

2. Dai D, Walker WA. Protective nutrients and bacterial colonization in the


immature human gut. Adv Pediatr 1999;46:353-82.

3. Collins, Gibson GR. Prebiotic, probiotic, and synbiotic : approaches for


modulating the microbial ecology of the gut. Am J Clin Nutr 1999;
69(5):1052S-1057S.

4. Kirjavainen PV, Gibson GR. Healthy gut microflora and allergy : factors
influencing development of the microbiota. Ann Med 1999; 31(4):288-92.

5. Baron JM, Schepper LD, Domingue G et al. Friendly bacteria-


lactobacillus acidophilus & bifido bacterium. Arthritis trust of america
2001; 1-8.

6. Grolund, MM, Lehtoner et al. Fecal microflora in healthy infants born by


different methods of delivery: Permanent changes in intestinal flora after
cesarean delivery. JPGN 1999; 28(1):19-25.

7. Lawrence RM, Pane AC. Human breast milk: current concepts of


immunology and infectious diseases. Curr Probl Pediatr Adolesc Health
Care 2007;37:7-36.

8. Siregar A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu


melahirkan. USU digital library 2004.

9. Soetjiningsih. ASI. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, 1997.

10. Beerens Henri C, Neut C. Influence of breast-feeding on the bifid flora of


the newborn intestine. Am J Clin Nutr 1980; 2434-39.
11. Loh SP, Maznah. The effect of different milks and milk proteins on the
growth of Bifidobacterium infantis ATCC 27920 in vitro. Mal J Nutr
1999;5:61-70.

12. Fuller, R. Probiotics in human medicine. Gut 1991; (32): 439-442.

13. Gibson GR, Roberfroid MB. Dietary modulation of the human colonic
microbiota: introduction the concept of prebiotics. J Nutr 1995;
125(6):1401-12.

14. Gibson GR, Fuller R. Aspect of invitro and invivo researches directed
toward identifying probiotics and prebiotics for human use. J Nutr
2000;130:391S-395S.

15. McCracken VJ, Gaskin HR. Probiotics and the immune system. 1999 Nov.
Available from :URL: http://horizonpress.com/hsp/pro.html. (diunduh
2009 Juli)

16. Mcfarlane GT, Cummings JH. Probiotics and prebiotics : can regulating
the activities of intestinal bacteria benefit health?. BMJ 1999;318: 999-
1003.

17. Salminen S, Bouly C, Cumming JH et al. Functional food science


gastrointestinal physiology and function. Br J Nutr Suppl 1998;1:147-71.

18. Roberfroid, MB. Prebiotics and probiotics: are they functional foods? Am
J Clin Nutr 2000;71(6):1682S-7S.

19. Reddy, BS. Prevention of colon cancer by pre- and probiotics : evidence
from laboratory studies. Br J Nutr 1998;80(4):S219-23.

20. Grizard D, Barthomeuf C. Non-digestible oligosaccharides used as


prebiotic agents : mode of production and benefecial effects on animal and
human health. Reprod Nutr Dev 1999; 39(5-6):563-88.

21. Reddy, BS. Possible mechanism by which pro- and prebiotics influence
colon carcinogenesis and tumor growth. J Nutr 1999; 129(7):1478S-82S.

22. Gibson GR. Dietary modulation of the human gut microflora using
prebiotics. Br J Nutr 1998; 80(4):S209-12.

23. Cumming JH, MacFarlane GT. Role of intestinal bacteria in nutrient


metabolism. J Panenter Enteral Nutr 1997; 21(6):357-65.

24. Mackie RI, Sghir A, Gaskin HR. Developmental microbial ecology of the
neonatal gastrointestinal tract. Am J Nutr 1999;69: 1035s-45s.

25. Benno Y. Oligosaccharides and human fecal bifidobacteria. 1995, January.


26. Yun JW. Fructooligosaccharides-occurrence, preparation, and application.
Enzyme Microb Technol 1996;19:107-117.

27. Carlo A, Irene A, Chrristian B et al. Probiotic bacteria in dietetic products


for infants: A commentary by the ESPGHAN committee on nutrition.
JPGN 2004:38;365-74.
Referat

PERAN FAKTOR BIFIDUS DALAM ASI

Oleh

Muhammad Thaufiqurrakhman
I1A004015

Pembimbing

dr. H. Ari Yunanto, Sp.A(K), IBCLC, S.H

SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat

September 2009

You might also like