Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Dalam penulisan ini yang menjadi permasalahan adalah:
a. Apa yang dimaksud dengan AFTA.
b. Apa tujuan pembentukan AFTA.
c. Kapan AFTA diberlakukan secara penuh.
tBAB II
PENGERTIAN AFTA
2.1 Asean Free Trade Areas
Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota
maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus
memperhatikan beberapa aspekyang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti
mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative
advantage),serta pro dan kontra di bidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana
berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar
valuta asing. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas
ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif
bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA.
Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai berikut, Vietnam menjual sepatu
ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran
tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa
akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun
dalam konsep perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan non-tarif bagi negara – negaraASEAN melalui skema CEPT-AFTA.
Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan
tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara
ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya operasional mampu
ditekan sehingga akan menguntungkan.
BAB III
IMPLEMENTASI AFTA
BAB IV
Kesimpulan
I. AFTA dilakukan secara bertahap
1. Perdagangan bebas ASEAN (AFTA = ASEAN Free Trade Area) disetujui pada KTT-
ASEAN di Singapura tahun 1992, dengan tujuan untuk meningkatkan perdagangan intra-
ASEAN dan pendayagunaan bersama semua sumber daya dari dan oleh negara-negara
ASEAN. Pada waktu disetujuinya AFTA tersebut, target implementasi penuhnya adalah
pada 1 Januari 2008, dengan cakupannya adalah produk industri.
2. Sejak tahun 1993, dimulailah program penurunan tarif masing-masing negara ASEAN-
6, melalui penyampaian Legal Enactment yang dikeluarkan setiap tanggal 1 Januari. Di
Indonesia Legal Enactment tersebut berbentuk SK Menteri Keuangan tentang CEPT-
AFTA (Common Effective Preferential Tariff for AFTA).
3. Pada tahun 1994, sidang Menteri Ekonomi ASEAN memutuskan untuk mempercepat
implementasi penuh AFTA menjadi 1 Januari 2003, dengan cakupannya termasuk produk
hasil pertanian.
4. Pada tahun 1998, KTT-ASEAN di Hanoi mempercepat implementasi penuh AFTA
menjadi 1 Januari 2002, dengan fleksibilitas. Fleksibilitas disini berarti bahwa beberapa
produk yang dirasakan masih belum siap, dapat ditunda pelaksanaannya sampai 1 Januari
2003.
5. KTT-ASEAN tahun 1998 tersebut juga menyepakati target-target penurunan tariff
sebagai berikut :
a. Tahun 2000 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 85% dari seluruh
jumlah pos tarif yang dimasukkan dalam Inclusion List (IL).
b. Tahun 2001 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 90% dari seluruh
pos tarif yang dimasukkan dalam IL.
c. Tahun 2002 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh
pos tarif yang dimasukkan dalam IL, dengan fleksibilitas.
d. Tahun 2003 : menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh
pos tarif yang dimasukkan dalam IL, tanpa fleksibilitas.
Negara-negara ASEAN telah memasukkan semua produknya kedalam Inclusion List,
kecuali produk-produk yang dikatagorikan sebagai General Exception (GE), Highly
Sensitive List (HSL) dan Sensitive List (SL).
Produk yang dikatagorikan dalam General Exception adalah produk-produk yang secara
permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan
nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk
melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya. Indonesia mengkatagorikan produk-
produk dalam kelompok senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya
sebanyak 68 pos tarif sebagai General Exception.
Sedangkan produk-produk beras dan gula Indonesia yang dikatagorikan dalam Highly
Sensitive List, masih dapat menerapkan tarif MFN sampai tahun 2010, kemudian mulai
dari tahun 2010 sampai waktu yang tidak terbatas dapat menerapkan tarif maksimum
20%. Jumlah pos tarif masing-masing negara dalam paket CEPT-AFTA tercantum pada
lampiran 1 dan 2.