You are on page 1of 27

RHINITIS

OLEH :
KELOMPOK 3
RHINITIS VASOMOTOR
Rinitis vasomotor adalah gangguan pada
mukosa hidung yang ditandai dengan adanya
edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar
pada mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan
spesifik.
EPIDEMIOLOGI
Sunaryo, dkk ( 1998 ) pada penelitiannya
terhadap 2383 kasus rinitis selama 1 tahun di
RS Sardjito Yogyakarta menjumpai kasus rinitis
vasomotor sebanyak 33 kasus ( 1,38 % )
sedangkan pasien dengan diagnosis banding
rinitis vasomotor sebanyak 240 kasus (10,07
%).

ETIOLOGI
Etiologi yang pasti belum diketahui
Beberapa faktor yang mempengaruhi
keseimbangan vasomotor :
1. obat-obatan.
2. faktor fisik
3. faktor endokrin
4. faktor psikis

PATOFIOLOGI
Pada rinitis vasomotor terjadi disfungsi sistem
saraf otonom yang menimbulkan peningkatan
kerja parasimpatis yang disertai penurunan
kerja saraf simpatis.
Peningkatan peptide vasoaktif dari sel - sel
seperti sel mast.
MANISFESTASI KLINIS
1. Hidung tersumbat
2. Rinore

DIAGNOSIS
Gambaran pemeriksaan Rhinitis Vasomotor
adalah :
1. Riwayat penyakit
2. Pemeriksaan THT
3. Radiologi
4. Bakteriologi
5. Test alergi

PENATALAKSANAAN
FARMAKOTERAPI
a) Dekongestan (pseudoefedrin)
b) Antihistamin
c) Kortikosteroid
NON-FARMAKOTERAPI
a. Menghindari penyebab terjadinya stress
b. Melakukan yoga
c. Melakukan olahraga diruang terbuka

PROGNOSIS
Penyakit ini prognosisnya bervariasi, dimana
kadang kadang dapat membaik dengan tiba
tiba, tetapi bisa juga resistensi terhadap
pengobatan yang diberikan.

RHINITIS ALERGI
Rhinitis alergi adalah Penyakit inflamasi yang
disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi
yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan
dengan alergen spesifik tersebut.
EPIDEMIOLOGI
Rhinitis alergi sangat sering terjadi di Amerika
Serikat. Pada studi populasi dilaporkan bahwa
prevalensinya sekitar 14%-40% dari total
populasi. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit
ini adalah lebih dari 6 juta dollar.

ETIOLOGI
Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas
Alergen inhalan
Alergen kontaktan
Alergen injektan
Alergen ingestan


KLASIFIKASI
Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam
berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :
Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial).
Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever,
polinosis)

Saat digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi
dari WHO Intiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Atshma) tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya
dibagi menjadi :
Intermiten (kadang-kadang)
Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan
lebih dari 4 minggu.


PATOFISIOLOGI
Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap
sensititasi yang diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi
terdiri dari 2 fase yaitu;

Immediate Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase
cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen
sampai 1 jam setelahnya
Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat
(RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase
hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung
sampai 24-48 jam.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan;
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
In vitro
In vivo

PENATALAKSANAAN
Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak
dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
Medikamentosa
Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi-2 (non sedatif)
antikolinergik topikal
Imunoterapi
Operatif

PROGNOSIS
Secara umum, pasien dengan rinitis alergi tanpa kompli
kasi yang respondengan pengobatan memiliki prognosi
s baik. Pada pasien yang diketahui alergiterhadap
serbuk sari, maka kemungkinan rinitis pasien ini dapat
terjadi musiman.Prognosis sulit diprediksi pada anak-
anak dengan penyakit sinusitis dan telinga yang
berulang.
RHINITIS MEDIKAMENTOSA
Rinitis medikamentosa dikenal juga
dengan rebound rhinitis atau rinitis kimia karena
menggambarkan kongesti mukosa hidung yang
diakibatkan penggunaan vasokontriksi topikal yang
berlebihan.
EPIDEMIOLOGI
RM terjadi pada tingkat yang sama pada pria
dan wanita tetapi lebih sering terjadi pada
dewasa muda dan setengah baya.

Kejadian dilaporkan dalam rentang THT klinik
dari 1% menjadi 7%. Dari 500 pasien berturut-
turut dengan hidung tersumbat di klinik alergi,
9% memiliki RM.
ETIOLOGI
Penyakit rinitis medikamentosa disebabkan
oleh pemakaian obat sistemis yang bersifat
sebagai antagonis adreno-reseptor alfa
seperti anti hipertensi dan psikosedatif
PATOFISIOLOGI
pemakaian topikal
vasokonstriktor yang
berulang dan dalam
jangka waktu yang lama
fase dilatasi berulang
(rebound dilatation)
setelah vasokonstriksi
timbul gejala
obstruksi
menyebabkan pasien
lebih sering dan lebih
banyak lagi memakai
obat tersebut
RINITIS MEDIKAMENTOSA
MANIFESTASI KLINIS
Mukosa hidung kemerahan ( beefy-red )
dengan area bercak pendarahan dan sekret
yang minimal atau udem.
mukosanya bisa tampak pucat dan udem, juga
bisa menjadi atrofi dan berkrusta disebabkan
penggunaan dekongestan hidung dalan jangka
waktu yang lama.
DIAGNOSIS

Kriteria bagi diagnosis Rhinitis Medikamentosa
adalah
Riwayat pemakaian vasokontriktor topikal
seperti obat tetes hidung atau obat semprot
hidung dalam waktu lama dan berlebihan.
Obstruksi hidung yang berterusan ( kronik )
tanpa pengeluaran sekret atau bersin.
Ditemukan mukosa hidung yang menebal
pada pemeriksaan fisis.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada rhinitis medikamentosa
adalah hentikan pemakaian obat tetes atau
semprot vasokonstriktor hidung, untuk mengatasi
sumbatan berulang (rebound congestion).

Dapat diberikan kortikosteroid oral dosis tinggi
jangka pendek dan dosis diturunkan secara
bertahap (tappering off) dengan menurunkan dosis
sebanayak 5 mg setiap hari, (misalnya hari pertama
40 mg maka pada hari kedua diberikan 35 mg dan
seterusnya).
KOMPLIKASI
Dengan penggunaan yang berkelanjutan,
medicamentosa rhinitis dapat menyebabkan
sinusitis kronis, rinitis atropi, dan permanen
hiperplasia turbinate. Pasien mengembangkan
ketergantungan psikologis dan sindrom pantang
atas penarikan obat, yang terdiri dari sakit
kepala, gangguan tidur, gelisah, lekas marah dan
kecemasan.
PROGNOSIS
Studi menunjukkan bahwa hampir semua pasien
mampu akhirnya berhenti menggunakan obat.
Apabila mereka yang menggunakan preparat
topikal lagi, bahkan 1 tahun kemudian, dapat
memunculkan kemacetan rebound yang cepat
dalam beberapa hari.

You might also like