Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014
1
EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 i
KATA PENGANTAR Kebutuhan akan informasi cuaca, iklim, dan kualitas udara serta bencana alam termasuk yang disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami dirasakan semakin penting dan strategis dalam membuat perencanaan dan melaksanakan program di berbagai sektor pembangunan antara lain sektor pertanian, pengairan, peringatan dini, kebakaran hutan, banjir dan longsor serta puting beliung. Dengan pelayanan prima dan baik oleh sistem komunikasi Stasiun Meteorologi Tabing Padang memungkinkan untuk melayani selain informasi meteorologi seperti Klimatologi, Geofisika dan Kualitas Udara. Buletin Meteorologi diterbitkan Stasiun Meteorologi kelas II Minangkabau Padang setiap bulannya merupakan salah satu sarana dan usaha penyampaian informasi tersebut diatas kepada semua pengguna dan masyarakat, yang memuat 1 ( satu ) evaluasi bulan yang lalu, prediksi dan prakiraan bulan, makalah, artikel dan kegiatan- kegiatan seputar meteorologi. Sebagai sarana informasi kami menyadari bahwa Buletin ini masih jauh dari memenuhi kebutuhan para pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami perlukan. Semoga bermanfaat.
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 ii
REDAKSI BULETIN STASIUN METEOROLOGI KELAS II MINANGKABAU PADANG
Penasehat : Yayat Suriyat (Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang) Penanggung Jawab : Budi Iman Samiaji, ST (Kasi. Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang)
Umar Hasan, ST, M. Kom (Kasubag TU Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang)
Ketua Redaksi : Yudha Nugraha Tata Naskah dan Percetakan : Yuni Fitria, S. Si Data dan Distribusi : Susilowati Editor Pelaksana : Yuni Fitria, S.Si Siska Anggraini Yudha Nugraha BMKG
Syukur Alhamdulillah, atas terbitnya Buletin Meteorologi edisi kedelapan ini. Dalam edisi ini mungkin masih banyak kekurangan dan kekhilafan sehingga saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan. Demikian, semoga bulletin ini dapat bermanfaat.
Terima kasih
Redaksi EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i REDAKSI BULETIN ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii EVALUASI ........................................................................................................... 1 PRAKIRAAN ....................................................................................................... 9 KEGIATAN .......................................................................................................... 13
BMKG EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 1
CURAH HUJAN BULAN JULI DIBAWAH STANDAR NORMAL
I. PENDAHULUAN I.1. Topografi Sumatera Barat merupakan provinsi yang berada di bagian barat tengah pulau Sumatera dengan luas 42.297,30 km dan dilewati oleh Ekuator Bumi. Provinsi ini memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk Bukit Barisan yang membentang dari barat laut ke tenggara. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini. Garis pantai Sumatera Barat seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Dengan kondisi yang demikian, maka Sumatera Barat memiliki tipe iklim Ekuatorial yaitu daerah yang antara musim hujan dan musim kemarau tidak jauh berbeda sehingga memiliki dua puncak musim hujan atau bisa dikatakan tidak memiliki musim kering, selain itu dengan kondisi yang berada di antara laut dan Bukit Barisan menyebabkan faktor lokal sangat mempengaruhi kondisi iklim maupun cuaca di Sumatera Barat, khususnya Padang yang dimana 60% bagian wilayahnya merupakan daerah perbukitan di sebelah timur memanjang dan berbatasan langsung dengan laut di sebelah barat. Pertumbuhan awan-awan hujan terjadi pada siang hari di sepanjang Bukit Barisan akibat dari terbawanya masa uap air oleh angin laut yang kemudian terangkat ketika membentur Bukit Barisan dan hujan di Padang cenderung terjadi pada sore hingga malam hari, hal ini disebabkan oleh adanya unsur orografis akibat posisi Padang tersebut.
EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 2
II. EVALUASI CUACA 2.1. Suhu 2.1.1. Suhu Muka Laut
Gambar 1. Suhu Muka Laut Awal Juli (sumber: www.noaa.gov)
Pada awal bulan Juli suhu di perairan Pantai Sumatera Barat hangat yaitu 29,9C.
Gambar 2. Suhu Muka Laut Pertengahan Juli (sumber: www.noaa.gov)
Pada pertengahan bulan Juli, suhu di perairan Pantai Sumatera Barat 30,1 C. EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 3
Gambar 3. Suhu Muka Laut akhir Juli (sumber: www.noaa.gov)
Pada akhir Juli suhu muka laut masih 30,3C. Sehingga dapat di katakan rata-rata suhu muka laut untuk perairan pantai Sumatera Barat 30,0C.
Gambar 4. Suhu Muka Laut Rata-rata Bulan Juli (www.bom.gov.au)
2.1.2. Suhu Tercatat di Stamet Minangkabau Berdasarkan data Observasi/pengamatan di Stasiun Meteorologi Minangkabau Padang didapatkan data suhu rata-rata, maksimum, minimum harian dalam bentuk grafik. EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 4
Grafik 1. Suhu udara tercatat (sumber: BMKG Minangkabau)
Dalam grafik terlihat bahwa suhu maksimum tertinggi yaitu 31,9C pada tanggal 25 Juli ini lebih tinggi dari suhu maksimum standar normal untuk bulan Juli yaitu 30,8 C untuk bulan Juli. Suhu minimum terendah 21,0C pada tanggal 24 Juli , lebih rendah dari rata- rata suhu minimum standar normal untuk bulan Juli yaitu 22,1C.
2.2. Pola Angin Pola angin untuk wilayah Sumatera Barat pada umumnya dan Padang pada khususnya pada bulan Juli bertiup dari Barat dengan kecepatan rata-rata 5 knot (9,3 km/jam) sedangkan kecepatan tertinggi terjadi tanggal 12 Juli yaitu berkisar 26 knot (50 km/jam). Untuk arah dan kecepatan angin pada bulan Juli tampak pada gambar di bawah ini:
EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 5
Gambar 5. Arah dan Kecepatan Angin bulan Juli (sumber: BMKG Minangkabau Padang)
Sedangkan untuk distribusi angin terlihat pada diagram batang berikut;
Grafik 2. Distribusi Angin Bulan Juli (sumber: BMKG Minangkabau Padang)
EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 6
Terlihat bahwa untuk distribusi angin terbesar dengan kecepatan 7- 11 Knot (13 21 km/jam) sebanyak 59,4%.
2.3. Curah Hujan Curah hujan kota Padang pada bulan Juli 166 mm dengan jumlah hari hujan 13 hari. Sifat hujan dibawah dibawah normal. Normal hujan 30 tahun kota Padang pada bulan Juli adalah 319 mm dengan jumlah hari hujan 14 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 4 Juli dengan jumlah curah hujan terukur 50 mm.
Gambar 6. Prakiraan Distribusi dan Sifat Hujan Bulan Juli 2014 (sumber: BMKG Pusat)
Distribusi curah hujan tinggi terjadi pada dasarian I saat terjadi konvergensi di wilayah Sumatera Barat. Sedangkan pada dasarian II EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 7
dan III rendah. Kejadian hujan terbanyak terjadi antara pukul 16.00 - 20.00 WIB dan paling sedikit 07.00 11.00 WIB. Dasarian Curah Hujan I 119 II 48 III 0
Tabel 1. Jumlah Curah Hujan Dasa Harian bulan Juli 2014 Stamet Minangkabau (sumber: BMKG Minangkabau)
Grafik 3. Curah Hujan Harian Bulan Juli 2014 Stamet Minangkabau Padang (sumber : BMKG Minangkabau)
Gambar 7. Streamline 4 Juli 2014(sumber: bom.gov.au)
EVALUASI
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII / Agustus 2014 8
Gambar 8. Streamline 14 Juli 2014(sumber: bom.gov.au)
Gambar 9. Streamline 25 Juli 2014(sumber: bom.gov.au)
PRAKIRAAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Tabing Padang Edisi. VIII/ Agustus 2014 9
AWAL HINGGA PERTENGAHAN AGUSTUS SUMATERA BARAT POTENSI HUJAN RINGAN
1. Analisis Suhu Muka Laut Dari analisa Suhu Muka Laut pada akhir Juli wilayah perairan Samudera Hindia sebelah barat Sumatera Barat masih cukup panas dibanding dengan suhu muka laut diwilayah perairan Afrika. Hal ini mengakibatkan penguapan di wilayah peraiaran Sumatera Barat pada awal bulan Juli masih berpotensi tinggi di sebagian besar wilayah Sumatera Barat khususnya wilayah perairan pantai barat Sumatera Barat atau disekitar perairan barat Mentawai.
Gambar 10. Suhu Muka Laut Akhir awal Agutus 2014
2. Pola Angin Secara umum pola angin untuk wilayah Sumatera Barat, dipengaruhi oleh angin dari Australia. Dimana angin dari Australia ini cenderung kering. Namun pola - pola sirkulasi di sekitar Samudera Hindia bagian barat Mentawai masih terjadi di akhir Juli dan berpotensi masih terjadi di awal Agustus dan juga polapola tekanan mulai terjadi di perairan Filipina, hal ini mempengaruhi pergerakan massa udara diwilyah Sumatera Barat dan berpotensi untuk PRAKIRAAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Tabing Padang Edisi. VIII/ Agustus 2014 10
terjadinya cuaca buruk dan gelombang tinggi khususnya disekitar wilayah Mentawai.
Gambar 11. Pola angin akhir Juni 2014
Angin untuk wilayah Sumatera Barat bertiup dari Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 10 35 km/jam
3. Kondisi lokal Secara umum kondisi wilayah daratan Sumatera Barat cukup kering dari kelembaban pada paras 850 mb dan 500 mb, namun kondisi udara di wilayah perairan masih cukup labil. Potensi hujan di wilayah daratan Sumatera Barat sangat di pengaruhi kondisi cuaca dan pergerakan angin di wilayah perairan Sumatera Barat atau wilayah Mentawai.
4. Gelombang Laut Kondisi perairan wilayah Sumatera Barat pada bulan Agustus diperkirakan akan berkisar 1.252.5 meter dan 2.03.0 meter untuk wilayah barat Mentawai. Namun kondisi angin diperairan Sumatera Barat cukup kencang terutama pada sore hingga malam hari dikarenakan adanya pola sirkulasi tertutup di atas PRAKIRAAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Tabing Padang Edisi. VIII/ Agustus 2014 11
wilayah Sumatera Barat khususnya di perairan barat Mentawai hal ini perlu untuk diwaspadai khususnya pada awal bulan Agustus.
5. Kemungkinan Kebakaran Hutan dan Cuaca Ekstrim.
Gambar 12. Potensi kebakaran pada bulan Juli 2014
Dari paparan diatas secara umum daratan Sumatera Barat cenderung lebih kering. Untuk potensi terjadinya kebakaran lahan tidak berbeda dengan bulan sebelumnya yaitu daerah Pasaman, Pesisir Selatan, Solok Selatan, Sijunjung, Dhamasraya dan Pasaman Barat Cuaca Eksrim yang berpotensi terjadi pada bulan Agustus adalah 1. Hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang di wilayah Kepulauan Mentawai pada awal hingga pertengahan Agustus. 2. Hujan sedang di wilayah Padang Panjang pada awal hingga pertengahan Agustus. PRAKIRAAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Tabing Padang Edisi. VIII/ Agustus 2014 12
3. Potensi kebakaran intensitas sedang di wilayah Dhamasraya, Pesisir Selatan , Sijunjung dan Solok Selatan pada bulan Agustus.
Gambar 13. Prakiraan Curah Hujan Juli 2014
Dari paparan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum cuaca di daratan Sumatera Barat cukup kering kecuali di wilayah Mentawai masih berpotesi hujan sedang hingga lebat. Potensi kebakaran lahan intensitas ringan hinga sedang berpotensi di wilayah Sumatera Barat. Untuk gelombang laut di sekitar perairan barat Sumatera Barat bulan Agustus pada umumnya berkisar 1.5 sampai 2.5 meter. Sehingga para nelayan diharapkan untuk waspada terutama perubahan cuaca mendadak dan angin yang cukup kencang di sekitar perairan Sumatera khususnya pada awal hingga pertengahan.
KEGIATAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII/Agustus 2014 13
PERAN SERTA BMKG MINANGKABAU DALAM PELAKSANAAN OPERASI KETUPAT LEBARAN 2014
Mudik merupakan suatu kegiatan massal yang telah menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat muslim Indonesia dalam menyambut Idul Fitri. Dalam setiap hari raya Idul Fitri atau lazim disebut juga dengan istilah Lebaran, selalu terjadi pergerakan manusia dalam jumlah besar dari kota-kota yang menjadi pusat tujuan utama arus urbanisasi seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, dan lain-lain yang tak lain hanya bertujuan untuk kembali bisa berkumpul bersama sanak famili maupun keluarga besar merayakan suasana hari raya dan saling bersilaturahmi. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan tradisi merantau yang sangat kuat dan masih bertahan hingga saat ini. Bermacam alasan yang menjadi penyebab terus berlangsungnya arus urbanisasi ini, namun umumnya dikarenakan masyarakat Minangkabau merantau untuk dapat mencari kehidupan yang lebih baik, penghargaan dari komunitas adat, ataupun untuk mendapatkan pengalaman hidup yang berbeda. Dalam hal ini, kota-kota yang menjadi tujuan utama para perantau dari Sumatera Barat ialah Jakarta, Medan, Pekanbaru, Bandung, Palembang, dan sebagian kecil kota-kota lain di Indonesia. Namun, selain dari pergerakan dari luar Sumatera Barat, terjadi juga arus perpindahan antara kota-kota di Provinsi Sumatera Barat seperti Padang, Bukittinggi, Pariaman, Batusangkar, dll.
KEGIATAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII/Agustus 2014 14
Gambar 14. Kedatangan Pemudik di Bandara Internasional Minangkabau
Perpindahan manusia dalam jumlah besar dalam waktu yang bersamaan menyebabkan rentan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan dan kebencanaan. Ditambah dengan kontur beberapa daerah di Sumatera Barat yang beresiko tinggi apabila terjadi keadaan cuaca yang kurang baik mengakibatkan perlunya kewaspadaan tinggi dalam menjalankan tradisi mudik sehingga Lebaran dapat berjalan lancar. Demi kelancaran dan keamanan arus mudik dan balik Idul Fitri 1435 H, BMKG berkoordinasi dengan instansi dinas terkait seperti Pemprov Sumbar, Polda Sumbar, serta Dishub untuk memberikan pelayanan informasi cuaca dan kebencanaan di jalur-jalur mudik serta titik-titik yang diprakirakan menjadi pusat berkumpulnya masyarakat seperti tempat wisata, bandara, dan pelabuhan. BMKG membentuk posko pelayanan informasi cuaca Sumatera Barat. Informasi yang diberikan merupakan informasi cuaca aktual dan prakiraan cuaca khusus Sumatera Barat yang selalu diperbaharui setiap enam jam yang dapat di akses web http://meteo.bmkg.go.id/posko/index/3. Selain itu, informasi peringatan dini terjadinya cuaca ekstrem yang beresiko tinggi terjadinya bencana di berikan kepada Pemprov Sumbar, BPBD Sumbar, Polda Sumbar, serta media massa sehingga masyarakat maupun aparat dapat bertindak secara cepat tanggap apabila terjadi bencana yang mengganggu kelancaran arus mudik dan balik.
KEGIATAN
Buletin Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Edisi. VIII/Agustus 2014 15
Gambar 15. Kemacetan di daerah Lembah Anai saat arus mudik (sumber : antarasumbar.com)