You are on page 1of 27

HIPERTIROID

PADA
KEHAMILAN

Pendahuluan
Hipertiroidisme adalah suatu
penyakit yang banyak terjadi
pada wanita usia produktif.
Prevalensi hipertiroid dalam
kehamilan berkisar 0,2% dari
semua kehamilan.
PENGARUH HIPERTIROIDISME
TERHADAP KEHAMILAN

Kehamilan dapat berakibat
berubahnya struktur dan fungsi
kelenjar tiroid.
Hipertiroidisme yang tidak terkontrol
selama kehamilan abortus
(abortus habitualis), lahir mati,
kematian neonatal, dan partus
prematurus.
HIPERTIROID



penurunan berat badan, peningkatan nafsu makan, diare,
muntah-muntah, dehidrasi, nyeri perut, perubahan emosi,
gagal jantung kongestif, krisis tiroid, gangguan pertumbuhan
janin, lahir mati tirotoksikosis pada janin dan neonatus.
Pada wanita penderita hipertiroidisme
yang tidak terkontrol harus
diperhatikan adanya gejala-gejala krisis
tiroid
Gejala khas krisis tiroid, adalah
kenaikan suhu tubuh yang mencapai 40
0

C disertai takikardia ,timbul beberapa
jam setelah persalinan atau operasi.
Gejala lain krisis tiroid :

gangguan sistem saraf sentral
seperti gelisah, psikosis, stupor,
dan kadang-kadang koma.
Terdapat kenaikan insidensi preeklamsia
berat pada wanita hamil dengan
hipertiroid yang tidak terkontrol, dan
onset preeklamsia berat terjadi lebih
dini
Tidak diperlukan pengelolaan yang spesifik
pada proses intrapartum, kecuali pada
wanita hamil dengan tanda-tanda krisis
hipertiroid
Dalam persalinan terutama dalam kala II,
persalinan sebaiknya diakhiri dengan cunam
atau ekstraktor vakum karena dapat
terjadi Dekompensasi kordis.

EFEK PADA JANIN DAN
NEONATAL

Hipertiroid pada wanita hamil akan
berpengaruh pada bayi yang dilahirkan.
Terdapat kenaikan insidensi partus
prematurus (11-25%), lahir mati (8-15%),
dan penurunan rata-rata berat badan
bayi pada waktu lahir.
Risiko untuk melahirkan bayi prematur
lebih besar pada wanita hamil dengan
hipertiroidisme yang tidak terkontrol
dibandingkan wanita hamil dengan
hipertiroidisme yang terkontrol atau
terkontrol selama hamil.
DIAGNOSIS

Beberapa gejala dan tanda
hipertiroidisme adalah takikardia,
kehilangan berat badan, hiperemesis
gravidarum berat, heat intolerance,
tremor, oftalmopatia (manifestasi-nya
antara lain eksoftalmus), hiperkinesis

Konfirmasi diagnosis dapat
dilakukan dengan melihat
kenaikan kadar T4 bebas
dan T3 bebas.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pada wanita hamil evaluasi fungsi tiroid
yang terbaik adalah dengan mengukur
konsentrasi TSH dan T4 bebas
.
Pada
hipertiroidisme didapatkan kenaikan
T4 serum 25-45 % dan 5-12 mg %
menjadi 9-16 %.
Total T3 meningkat kira-kira 30 % pada
trimeser I, dan 50-65 % pada trimeser II dan
II. Terdapat penurunan nilai TSH serum.

Hipertiroidisme dapat kambuh dalam waktu 6
minggu sampai 12 bulan setelah persalinan
sehingga uji fungsi tiroid, seharusnya masih
dikerjakan secara teratur dalam kurun waktu ini.

TERAPI

Wanita hamil penderita hipertiroidisme
yang tidak diobati atau diobati tidak
adekuat akan melahirkan bayi dengan
insidensi kelainan minor yang lebih
tinggi.


Hipertiroidisme yang tidak terkendali
dengan baik akan berakibat abortus
atau kematian janin, sedangkan
pengendalian hipertiroidisme yang
berlebihan akan berbahaya bagi janin,
karena dapat menimbulkan struma,
hipotiroid atau berat badan lahir bayi
rendah.

Ada tiga pilihan pengobatan yang dapat
diberikan untuk penderita hiper-
tiroidisme, yaitu medikamentosa, opersi,
dan radiasi internal.
internal merupakan kontraindikasikan
mutlak bagi wanita hamil, karena kelenjar
tiroid janin dapat rusak.
Ada tiga macam medikamentosa yang
digunakan untuk pengobatan hipertiroid
yaitu tiomide, beta blocker, dan yodium.
Tioamide adalah terapi utama
hipertiroidisme dalam kehamilan.
Propiltiourasil (PTU) dan metimazol
adalah dua agen thioamide yang bisa
digunakan (100 mg propiltiourasil
ekivalen dengan 10 mg methimazol)
kedua obat ini efektif untuk
menghalangi sintesis hormon di dalam
kelenjar tiroid
Dosis permulaan propiltiourasil adalah 100-
150 mg tiap delapan jam dan dapat
mengontrol hiperitiroid dalam waktu empat
sampai delapan minggu.
Setelah tanda-tanda klinik dan kadar T4
serum turun, maka dosis diturunkan
perlahan-lahan sampai dosis terkecil yang
masih efektif untuk mencapai eutiroid.
Pada hipertiroidisme dapat
dilakukan tiroidektomi subtotalis &
operasi direncanakan untuk pasien
yang tidak respons terhadap
pengobatan antitiroid


Pemeriksaan klinik dan laboratorik
(TSH. T4 bebas dan T3 bebas)
dilakukan tiap dua sampai empat
minggu. Pada hipertiroidisme yang
disebabkan proses otoimun,
hipertiroidisme dapat menjadi
lebih buruk setelah melahirkan.

PENGELOLAAN POST
PARTUM

Gejala klinik ringan hipertiroid dapat
ditemukan 4-8 minggu setelah
persalinan. Indeks T4 bebas dan T3
bebas meningkat, tetapi kembali normal
secara spontan namun waktu beberapa
minggu.
Pemberian air susu ibu tidak
direkomendasikan, apabila ibu masih
terapi dengan obat-obat antitiroid
Apabila propiltiourasil digunakan,
dosis yang diberikan harus kurang
dari 200 mg/hari dan diberikan
empat kali sehari setelah menyusui.
PROGNOSIS

Prognosis hipertiroidisme dalam
kehamilan bagi ibu baik, asal mendapat
pengobatan yang adekuat. Bagi bayi
prognosis tetap kurang baik.

You might also like