You are on page 1of 8

0

POST-TEST PERINATOLOGI

RESUSITASI PADA NEONATUS





OLEH:
IBNU KHARISMAN
G99141066/D-15-2014

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA


1


RESUSITASI PADA NEONATUS
A. PENDAHULUAN
Resusitasi pada nonatus adalah kemampuan yang esensial yang harus
dikuasai oleh semua praktisi kesehatan yang berhubungan dengan proses
kelahiran bayi. Diperkirakan 10% dari kelahiran membutuhkan bantuan resusitasi
dari tenaga medis. Asfiksisa perinatal dan prematuritas adalah 2 komplikasi
kehamilan yang paling sering membutuhkan resusitasi. Hanya 60% dari kasus
asfiksia pada neonatus yang dapat diindentifikasi pada saat ante partum.
Bayi baru lahir yang tidak membutuhkan resusitasi dapat diidentifikasi
dengan assesment cepat meliputi 3 kriteria berikut:
a. apakah kelahiran sesuai masa kehamilan (aterm)?
b. apakah bayi menangis atau bernafas?
c. apakah bayi memiliki tonus otot yang baik?
Apabila semua jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut adalah iya maka bayi
tidak membutuhkan resusitasi dan tidak boleh dipisahkan dari ibunya. Bayi dapat
dikeringkan, ditempatkan di atas dada dan perut ibunya secara kontak langsung
kulit dengan kulit, serta diselimuti dengan kain yang kering untuk menjaga shunya
tetap hangat. Observasi nafas, aktivitas, dan warna bayi tetap dilakukan. Apabila
jawaban dari salah satu pertanyaan tersebut adalah tidak maka bayi
membutuhkan satu atau lebih dari 4 kategori tindakan berikut:
a. langkah awal (beri kehangatan, bersihkan jalan nafas jika perlu,
keringkan, beri stimulasi)
2

b. ventilasi takanan posiif
c. kompresi dada
e. beri ephinefrin dan atau penambah volume
Berikut ini adalah rekomendasi untuk resusitasi pada neonatus sesuai
dengan Guideline yang dikeluarkan oleh American Heart Association pada tahun
2010.

3

Dari bagan di atas dapat kita lihat bahwa ada alokasi waktu sekitar 60 detik atau
disebut juga dengan the golden minute untuk melengkapi langkah awal, menilai
kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan langkah berikutnya
berdasarkan pada dua tanda vital yaitu pernafasan dan frekuensi denyut jantung.
Jika denyut jantung berkurang sampai dibawah 100 kali per menit maka kemudian
dilakukan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP). Setelah pemberian VTP atau
oksigen tambahan, penilaian didasarkan pada 3 hal, yaitu pernafasan, denyut
jantung, dan status oksigenasi (dengan menggunakan alat pulse oxymeter).
Berikut ini adalah penjabaran secara terperinci tentang jalannya resusitasi pada
neonatus.
1. setelah langkah awal dilakukan, maka penilaiamn yang dilakukan yaitu
penilaian simultan antara pernafasan, denyut jantung, dan status oksigenasi.
Alat ysng dapat digunakan untuk melakukan penilaian ini adalah alat pulse
oxymeter, karenqa dapat menampilkan data yang akurat dan obyektif
dibanding menilai warna kulit ataupun capilary refill time saja.
2. resusitasi pada bayi aterm, lebih baik dilakukan dengan oksigen ruangan
dibandingkan dengan oksigen 100 %.
3. oksigen tambahan yang digunakan adalah oksigen campuran antara oksigen
100% dengan oksigen dari udara ruangan. Konsentrasi dapat diamati dengan
alat oksimeter.
4. penghisapan trakea pada bayi dengan air ketuban bercampur mekoneum
hanya dilakukan seperlunya saja dan tidak perlu dilakukan secara rutin (lihat
keterangan pada bagan)\
4

5. rasio kompresi dada dan ventilasi adalah 3:1, kecuali jika memang benar-
benar diketahui bahwa penyebab kebutuhan resusitasi adalah dari kelainan
pada jantung, maka perlu dipertimbangkan untuk menggunakan rasio yang
lebih besar.
6. bayi lahir cukup bulan atau mendekati cukup bulan dengan perkembangan ke
arah ensefalopati hipoksik sedang berat perlu mendapatkan terapi hipotermia
dengan protokol yang sesuai panduan.
7. jiika tidak terdeteksi detak jantung selama 10 menit, maka resusitasi dapat
dihentikan dengan beberapa faktor yang dijadikan bahan pertimbangan

B. LANGKAH AWAL
Langkah awal dari resusitasi neonatus adalah memberikan kehangatan,
dapat dilakukan secara radiasi dengan meletakkan bayi di bawah pemancar panas.
Untuk mejaga jalan nafas bayi, maka bayi diposisikan pada posisi sedikit
menengadah untuk membuka jalan nafas bayi, jaln nafas dapat dibersihkan
dengan cara dihisap bila perlu, selah itu bayi dikeringkan dan diberi stimulasi
nafas dengan cara menyentil ujung-ujung ekstremitasnya.
Dalam keadaan cairan amnion jernih, penghisapan untuk membuka jalan
nafas tidak dilakukan secara rutintapi hanya dilakukan bagi bayi yang mengalami
obstruksi nafas dan yang memerlukan VTP. Jika cairan amnion keruh atau
bercampur mekoneum, maka dapat dilakukan penghisapan secara endotrakeal,
namun apabila intubasi perlu waktu lama dan atau tidak berhasil, ventilasi
5

sebaiknya dilakukan dengan balon atau sungkup terutama jika ada bradikardia
yang persisten.

C. MENILAI KEBUTUHAN DAN PEMBERIAN OKSIGEN
Kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi, oleh karena
itu diperlukan adanya pemberian oksigen yang optimal. Kebutuhan oksigen
berdasarkan waktu dapat dilihat pada bagan algoritma resusitasi neonatus di
bagian pendahulaun. Penggunaan pulse oxymeter digunakan apabila resusitasi
dapat diantisipasi, diperlukan VTP lebih dari beberapa kali nafas, ada siaonosis
yang menetap, dan perlu diberikan olsigen tambahan.

D. PEMBERIAN OKSIGEN TAMBAHAN
Saturasi oksigen yang diharapkan dapat dicapai dengan memulai resusitasi
menggunakan oksigen campuran dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen
sehingga mencapai saturasi yang ditargetkan (SpO
2
target dapat dilihat pada
bagan algoritma). Jika oksigen campuran tidak tersedia, maka resusitasi dimulai
dengan udara ruangan. Jika frekuensi denyut jantung bayi kurang dari 60 kali per
menit stelah resusitasi selama 90 detikdengan oksigen konsentrasi rendah, maka
konsentrasi oksigen dapat dinaikkan sampai 100% hingga didpatkan frekuensi
denyut jantung yang normal.

E. KOMPRESI DADA
6

Indikasi kompresi dada adalah frekuensi denyut jantung kurang dari 60
kali per menit setelah diberikan ventilsi adekuat dengan oksigen selama 30 detik.
Untuk neonatus, rasio kompresi : ventilasi tetap adalah 3:1, pernafasan, frekuensi
denyut jantung,n dan oksigenasi harus dinilai secara periodik dan harus terus
dilakukan sampai frekuensi denyu jantung sama atau lebih dari 60 kali per menit.

F. MEDIKASI
Jika frekuensi denyut jantung masih kurang dari 60 kali per menit walapun
sudah diberikan ventilasi yang adekuat dengan oksigen 100% dan kompresidada,
maka perlu diberikan apinefrinn dan atau pengembang volume vaskuler berupa
kristaloid.
a. Epinefrin: direkomendaiskan untuk diberikan secara intravena dengandosis
0.01-0.03 mg/kg. Dapat pula diberikan secara endotrakeal dengan dosis 0.05-1.0
mg sambil menunggu akses intravena didapatapabila sulit untuk mendapatkan
akses intravena. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk neonatus adalah
1:10.000 (0.1 mg/ml).
b. Pengembang volume: dapat diberikan apabila diduga ada kehilangan darah
dan frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap
upaya resusitasi lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan dengan dosis
10 ml/kg, dan dapat diulangi.

G. PERAWATAN SETELAH RESUSITASI
7

Setelah dilakukan resusitasi dan menujukkan tanda-tanda vital yang
normal, bayi tetap memilikio risiko untuk mengalami perburukan kembali. Oleh
karena itu setelah ventilasi dan sirkulasin adekuat tercapai, bayi tetap harus
diawasi ketat dan diantisipasi jika didapatkan gangguan.

H. PENGHENTIAN RESUSITASI
Jika tidak didapatkan detak jantung selama 10 menit maka resusitasi dapat
dihentikan. Penghentian resusitasi ini juga tetap harus mempertimbangkan banyak
faktor.
I. DAFTAR PUSTAKA
Barber CA, Wyckoff MH. 2006. Use and efficacy of endotracheal versus
intravenous epinephrine during neonatal cardiopulmonary resuscitation in
the delivery room. Pediatrics. 118:1208-1034
Kamin CO, Dawson JA, ODonnell CP, et.al. 2008. Accuracy of pulse oxymetry
measurment of heart rate of newborn infants in the delivery room.
J.Pediatr.152:756-760
Kattwinkel J, Perlman JM, Aziz K, Colby C, et.al.. 2010. Neonatal resuscitation:
2010 American Heart Association guidelines for cardiopulmonary
rescucitation and emergency cardiovascular care. Cirrculation. 122:S909-
S919

You might also like