You are on page 1of 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu jenis kerusakan gigi adalah terbentuknya cavity atau lubang
pada gigi yang umumnya disebabkan oleh adanya karies (Schuurs, 1988). Lubang
pada gigi karena karies harus segera mendapatkan penanganan, untuk mencegah
meluasnya area kerusakan karena meluasnya persebaran bakteri penyebab karies.
Pilihan penanganan untuk gigi berlubang adalah dicabut atau ditambal.
Bahan tambal gigi yang sudah dikenal dan digunakan adalah glass
ionomer cements atau di Indonesia dikenal sebagai semen gelas ionomer, resin-
modified glass ionomer, compomers (polyacid-modified composite), composite
dan amalgam. Diantara bahan tambal gigi tersebut, yang menarik adalah semen
gelas ionomer dengan beberapa keuntungan yaitu komposisinya sederhana dan
mampu berikatan secara kuat dengan enamel maupun dentin (Craig, 2002). Selain
itu, jangka waktu preparasi penambalan relatif singkat, sehingga menguntungkan
jika digunakan pada penambalan gigi anak-anak.
Semen gelas ionomer komersial terdiri atas dua komponen utama yaitu
serbuk gelas ionomer dan larutan asam poliakrilat dalam air. Culbertson (2001),
melaporkan bahwa pada pembuatan gelas ionomer digunakan tiga komponen
yaitu SiO
2
, Al
2
O
3
dan CaF
2
. SiO
2
sebagai kerangka utama jaringan oksida
berperan dalam mengembangkan suatu ikatan antara gelas dengan jaringan
melalui pembuatan sisi deposit dari kalsium. Al
2
O
3
mampu meningkatkan
kemampuan gelas untuk mempromosikan ikatan kimia dengan jaringan gigi serta
dapat meningkatkan kekuatan mekanik semen gelas ionomer. CaF
2
sebagai
sumber fluorida memiliki aktivitas anti karies gigi atau efek anti kavitas (Momete
dkk., 2006). Serbuk dari semen gelas ionomer adalah gelas yang mudah larut dan
akan terjaga dari serangan asam jika nilai perbandingan antara atom Si dan Al
kurang dari 2:1 (Craig, 2002).
Gelas ionomer dengan komposisi kalsium-fluoroaluminosilikat disintesis
menggunakan metode solid state melalui pelelehan campuran oksida logam pada
suhu tinggi yaitu rentang 1200 sampai 1550C (Nicholson, 1998., Todo dkk.,
2000). Lelehan campuran ini selanjutnya didinginkan secara mendadak dengan
cara meneteskan lelehan tersebut ke atas plat logam dingin atau ke dalam air
dengan suhu kamar. Suhu yang tinggi pada metode solid state digunakan, agar
difusi spesies terjadi lebih cepat melalui lelehan dibandingkan padatan (Schubert
dan Husing, 2005). Kelemahan metode solid state ini adalah kekuatan mekanik
tidak merata yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat homogenitas.
Pilihan sintesis material yang lain yaitu melalui rute prekursor, salah
satunya adalah metode sol gel. Partikel berukuran sub-mikrometer dapat
dihasilkan melalui sintesis sol gel sehingga diharapkan terjadi penurunan suhu
sintesis yang signifikan karena kereaktifan pereaksi-peraksinya akan meningkat
dengan naiknya luas permukaan. Peningkatan luas permukaan ini akan
mengurangi jarak difusi antara kation-kationnya sehingga membantu migrasi
kation-kation untuk saling mendekat (Bertolini dkk., 2004). Dilaporkan bahwa
sintesis serbuk gelas ionomer sistem SiO
2
-Al
2
O
3
-Nb
2
O
5
-CaO melalui metode sol
gel hanya memerlukan suhu sintesis 700C (Bertolini dkk., 2004), lebih kecil dari
suhu yang diperlukan untuk metode sintesis solid state pada umumnya. Selain itu,
melalui proses sol gel tingkat homogenitas kimia hasil sintesis tinggi sehingga
kekuatan mekaniknya merata. Kekurangan penggunaan metode solid state dalam
sintesis komposit alumina-zirkonia adalah homogenitas campuran rendah (Edwin
dkk., 2011). Peningkatan jumlah kandungan partikel nano CaF
2
sampai dengan
3% mol dapat meningkatkan sifat mekanik gelas keramik apatite-mullite (Fathi
dkk., 2005).
Pada penelitian ini dilakukan sintesis gelas ionomer menggunakan metode
sol gel untuk mengatasi kelemahan metode solid state dan optimasi komposisi
gelas ionomer SiO
2
, Al
2
O
3
dan CaF
2
dengan teknik triaxial blend sehingga
diperoleh material semen gelas ionomer yang dapat digunakan sebagai bahan
baku tambal gigi.

1.2 Rumusan Masalah
Sintesis gelas ionomer sebagai penambal gigi komersial menggunakan
metode solid state. Metode solid state memiliki kelemahan yaitu penggunaan
suhu sintesis yang tinggi (T >1200C) serta homogenitas yang rendah (Edwin
dkk., 2011). Oleh karena itu, diperlukan metode lain untuk mengatasi kelemahan
metode solid state, dalam hal ini dipilih metode sol gel yang dapat dilakukan pada
suhu dibawah suhu sintesis dengan solid state (600 - 750C). Optimasi komposisi
gelas ionomer SiO
2
, Al
2
O
3
dan CaF
2
juga dilakukan melalui teknik triaxial blend
(Nicholson, 1998., Yli-Urpo dkk., 2005). Pencampuran dua fasa prekursor yang
berbeda pada proses sol gel dilakukan dengan penambahan padatan CaF
2
kedalam
fasa cair. Pencampuran ini diharapkan dapat meningkatkan homogenitas gelas
ionomer hasil sintesis, sehingga material semen gelas ionomer yang dapat
digunakan sebagai bahan baku tambal gigi diperoleh melalui pemilihan metode
sol gel dan optimasi campuran gelas.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gelas ionomer melalui proses
sintesis pada suhu rendah (600 - 750C) dan komposisi optimum campuran semen
gelas ionomer yang dapat dipakai sebagai bahan baku tambal gigi.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mendapatkan material semen gelas ionomer yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tambal gigi.








.Halaman ini sengaja dikosongkan.

You might also like