di daerah pedesaan dan 32% di daerah perkotaan adalah ibu
PBB DI INDONESIA DALAM EDISI INI Peran Pemuda dalam Pemilu 2014 Aceh+10: Wawancara dengan staf PBB Pengusaha Muda
Twitter & Harga Pangan Perburuhan Anak & Perlindungan Sosial Laporan Statistik Pengungsi Terbaru Sebulan Penuh Merayakan Kaum Muda di Indonesia Badan PBB dan rekan-rekan: Investasi pada pemuda dan pahami kebutuhan mereka
Jakarta Bicara tentang pemuda di Indonesia, bisa dipastikan istilah bonus demogra akan muncul. Selama beberapa dekade ke depan, para ahli sepakat bahwa 63 juta pemuda Indonesia yang saat ini berusia 10-24 yang jumlahnya lebih dari seperempat dari penduduk Indonesia akan menjadi kelompok yang krusial untuk memastikan pertumbuhan negara yang sehat dan pembangunan berkelanjutan.
Mengingat pentingnya peran pemuda Indonesia, maka Hari Kependudukan Dunia PBB (WPD) ditandai bukan dengan satu acara tetapi dengan suatu rangkaian acara yang dijalankan selama sebulan penuh dengan kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada Investasi pada Kaum Muda. Kampanye ini dimulai di Jakarta bulan lalu dengan seminar yang dihadiri oleh para perwakilan pemerintahan dan masyarakat sipil dibuka oleh Perwakilan PBB Douglas Broderick dan perwakilan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Acara ini juga meluncurkan Monogra Pemuda UNFPA (cerita bisa dilihat di kiri).
Kami ingin sepenuhnya melibatkan kaum muda dalam proses pembangunan, kata Pak Fasli Jalal, Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada konferensi pers peluncuran WPD di Hotel Borobudur. Pak Fasli menekankan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi oleh pemuda sangatlah penting, mengingat dampaknya terhadap produktivitas bangsa dan transisi pemuda ke dalam angkatan kerja. (berlanjut ke halaman 2) Follow #UNYouthEnvoy ! https://www.facebook.com/UN4Youth A g u s t u s
2 0 1 4
1 Sebulan Penuh Merayakan Pemuda di Indonesia (lanjutan dari halaman 1) P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4
Dengan investasi yang tepat, kaum muda saat ini dapat mencapai potensi penuh mereka sebagai individu, pemimpin dan agen kemajuan, kata Jose Ferraris, Perwakilan UNFPA di Indonesia. Dunia jelas membutuhkan energi mereka, partisipasi mereka dan keterampilan mereka, kata Ferraris, yang menggarisbawahi bahwa proses transisi yang pemuda lakukan terkadang sulit, ketika mereka berpindah dari sekolah menuju bekerja, dan menuju pembentukan keluarga mereka sendiri. Ada risiko dalam proses transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, termasuk kehamilan dini dan yang tidak diinginkan, serta kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, ujar Ferraris. Kaum muda harus diberi ruang untuk mengatasi pentingnya permasalahan penting ini.
Bagaimana Pemerintah harus merespons?, tanya Sri Moertiningsih Adioetomo (Ibu Tuning), dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pasar tenaga kerja akan menuntut lebih banyak dalam hal keterampilan TI (Teknologi Informasi), katanya, dan pernikahan usia dini masih terjadi. Kesimpulan saya adalah bahwa pemuda- pemuda di Indonesia belum siap, dan Pemerintah perlu mendukung transisi mereka.
Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berbicara tentang jebakan pendapatan menengah-ke bawah" dan menggunakan bonus demogra untuk membantu mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih sejahtera. Menyebutkan contoh dari Korea Selatan, salah satu negara termiskin di Asia pada tahun 1950, Wakil Menteri menekankan perlunya untuk mengembangkan modal intelektual sebagai cara untuk "beralih dari ekonomi berbasis komoditas ke ekonomi berbasis proses.
Handry Satriago, Chief Executive O!cer General Electric Indonesia, memperingatkan pemuda bahwa Anda harus siap untuk dunia yang berjalan lebih cepat setiap hari. Di antara faktor-faktor yang paling dibutuhkan untuk menjadi kompetitif, ia memilih keterampilan komunikasi dan kepemimpinan - untuk meyakinkan orang, menjual ide dan mempertahankan inovasi. Pembicara tambahan termasuk penyanyi idola remaja, Vidi Aldiano, dalam foto di atas, Dr. Sonny H.B. Harmadi dari Universitas Indonesia dan Prof. Dr. Prijono Tjiptoharijanto, ketua Ikatan Peminat dan Ahli Demogra Indonesia (IPADI). Diperkirakan 1500 pemuda Indonesia meramaikan Balai Kartini, di Jakarta pada tanggal 9 Agustus untuk merayakan Konser dan Festival Youthnesian yang diadakan oleh UNFPA dan Ford Foundation.
Yout h Hangout s menampi l kan pembi cara- pembicara muda dalam berbagai isu yang berbeda. Dr. Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan, dan Dino Patti Djalal, Wakil Menteri Luar Negeri turut hadir.
Stan dari organisasi-organisasi masyarakat sipil dan badan-badan PBB di Indonesia turut meramaikan suasana di Youth Fair. Pertunjukan oleh tiga penyanyi muda berbakat Indonesia Vidi Aldiano, Maudy Ayunda, dan Raisa menutup perayaan. FESTIVAL YOUTHNESIAN 2 KAUM MUDA PBB DI YOUTHNESIAN Memberi suara untuk masa depan mereka para pemuda Indonesia menyuarakan prioritas mereka di Survei MY World 2015 yang dikumpulkan di Konser dan Festival Youthnesian di Balai Kartini, Jakarta (9/8). Survei ini dilakukan oleh para staf dan relawan muda dari UNIC Jakarta, kantor RC PBB dan UNICEF di Youth Fair. Lebih dari 28.000 suara telah terkumpul di Indonesia, dan proses ini akan berlangsung hingga tahun 2015. Berdasarkan hasil survei di Indonesia, para pemilih muda sejauh ini mengidentikasi pendidikan sebagai prioritas yang paling penting, pemerintah yang responsif dan jujur sebagai pilihan kedua, dan layanan kesehatan yang lebih baik sebagai pilihan ketiga mereka. LEBIH LANJUT DARI OCHA! Peluncuran sebuah platform data baru
OCHA meluncurkan platform data kemanusiaan baru di Open Knowledge Festival di Berlin pada bulan Juni. Humanitarian Data Exchange (HDX) mengumpulkan data yang sudah ada sebelumnya dari lebih dari 20 sumber (seperti Bank Dunia, UNHCR, WFP, dan lain-lain), menciptakan satu tempat untuk mencari data-data kemanusiaan.
Layanan ini juga menyediakan alat untuk analisis dan visualisasi data. HDX akan menggunakan sumber terbuka, konten terbuka, dan data yang terbuka sesering mungkin untuk mengurangi biaya dan dalam rangka menjunjung semangat transparansi.
http://hdx.rwlabs.org/launch/?2/slide-2 #HumanitarianHeroes Ada kemanusiaan dalam diri kita semua.
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah meluncurkan sebuah komunitas online: Messengers of Humanity.
Komunitas ini terdiri dari para pendukung global yang akan mengambil tindakan terhadap krisis dan acara-acara besar dengan berbagi konten inspiratif di jejaring sosial.
Kunjungi http://worldhumanitarianday.org P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 3 Jakarta Selama masa Pemilihan Umum Presiden 2014, sekelompok pemuda Indonesia secara rutin berkumpul di sebuah kafe di Jakarta Selatan untuk menonton dan mendiskusikan debat politik antara calon Presiden.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Ayo Vote, sebuah inisiatif untuk mendorong kaum muda untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Menurut situs web mereka, organisasi ini tidak beraliasi dengan partai atau calon tertentu tetapi bertujuan untuk menjadi sumber informasi yang terbuka dan seimbang.
Karena sebagian besar media-media utama sangat jelas keberpihakannya, pemuda Indonesia beralih ke internet dan media sosial untuk mencari informasi yang tidak bias mengenai debat tersebut. Kaum muda merupakan kelompok demogra yang sangat penting dalam pemilihan umum baru-baru ini: Ada sekitar 55 juta pemilih muda berusia 18-30 di Indonesia, kata Disna Harvens, 24 tahun, perwakilan dari Ayo Vote. Para pemilih muda ini cenderung swing voters atau undecided voters, yang banyak diantaranya aktif di media sosial. Menurut Facebook, lebih dari setengah 64 juta pengguna di Indonesia berusia 16 sampai 24 tahun. Warga Jakarta juga mengirim tweet lebih dari jumlah penduduk perkotaan di dunia, dengan sekitar 87 persen tweet dikirim melalui ponsel.
Media sosial adalah alat yang paling dapat dijangkau dan murah untuk mempromosikan sesuatu, terutama di Indonesia, kata Disna. Meskipun begitu, media sosial belum dapat menjangkau daerah-daerah yang melampaui wilayah perkotaan dalam luasnya wilayah kepulauan Indonesia. Media sosial hanya dapat menjangkau audiens di kota-kota besar, Disna meneruskan.
Hak untuk berpartisipasi merupakan salah satu dari prinsip Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, kata Michele Zaccheo, Direktur Pusat Informasi PBB (UNIC) Jakarta. Dari perspektif PBB, merupakan hal yang sangat penting bahwa kaum muda memiliki akses ke peralatan yang me mu n g k i n k a n me r e k a u n t u k t e t a p mendapatkan informasi dan akses ke hak-hak sipil mereka, tambahnya.
Ayo Vote bukan satu-satunya komunitas online mendorong keterlibatan kaum muda dalam pemilu. Transparency International Indonesia, misalnya, meluncurkan beberapa kampanye seperti si tus web di mana pemi l i h dapat memeriksa kredensial para calon, mengadakan youth camp tentang Pemilu, dan melakukan survei kepada kaum muda pada persepsi mereka tentang integritas. Menurut Disna, Ada Rock the Vote versi Indonesia, yang diselenggarakan oleh Center for Election and Political Party (CEPP). Ada juga Celup Kelingking dan Jari Ungu. Gerakan-gerakan ini berfungsi sebagai forum untuk berbagi ide dan mencoba untuk mendidik, mendorong, dan mel i batkan kaum muda sebanyak mungkin. Atas: Poster Ayo Vote tentang Nonton Bareng perdebatan antara calon Wakil Presiden Para pemilih muda pertama kali dengan jari mereka yang dicelupkan ke tinta #Pemilu Partisipasi Pemuda & Media Sosial di Pemilu 2014 P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 4
Ceritakan sedikit tentang Anda dan bagaimana Anda bisa berada di Aceh?
Saya dokter lulusan Universitas Airlangga, Surabaya. Setelah lulus, saya menjalankan pekerjaan wajib untuk Pemerintah Indonesia selama tiga tahun sebagai kepala Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di Pulau Madura. Pada tahun 2001 terdapat konik etnis (Dayak Sambas) yang mengakibatkan sebuah perpindahan penduduk yang besar di sana. Untuk pertama kalinya, saya terlibat dalam pekerjaan kemanusiaan dengan sebuah LSM internasional yang menyediakan layanan kesehatan reproduksi (RH) bagi para Pengungsi Internal (IDP) dari Madura. Saya telah bekerja di bidang kemanusiaan selama lebih dari 10 tahun sekarang: di Bank Dunia dan Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebelum bergabung dengan UNFPA. Pada saat Aceh dilanda Tsunami, saya bekerja dengan WHO, dan kemudian pada tahun 2005 saya bergabung dengan UNFPA sebagai penasihat untuk Kesehatan Reproduksi (RH) untuk program Tsunami UNFPA.
Apa peran Anda di Aceh? Memberikan materi dan bantuan teknis dalam Kesehatan Reproduksi, komponen terbesar dalam program darurat Tsunami UNFPA, serta mengoordinasikan RH dengan berbagai organisasi yang berada di Aceh maupun di Jakarta. Kemudian saya ditugaskan untuk memimpin tim, sampai proyek tersebut selesai tahun 2006. UNFPA tidak memiliki Unit Kemanusiaan sebelum peristiwa Tsunami Aceh, tetapi kami belajar dari pengalaman tersebut bahwa memiliki unit kemanusiaan itu penting. Sejak saat itu, UNFPA secara khusus memperkenalkan unit kemanusiaan untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat selama 24/7. (berlanjut ke halaman 7) INDONESIA TANGGUH ACEH +10
SUARA PBB DARI TSUNAMI Dalam newsletter kami sebelumnya, kami memulai seri wawancara dengan staf PBB yang bekerja pada bantuan, pemulihan dan rekonstruksi di Aceh setelah kehancuran akibat Tsunami.
Beberapa dari mereka masih bersama PBB di Indonesia. Beberapa bergabung dengan PBB setelah Tsunami. Lainnya meninggalkan Indonesia, tetapi telah kembali. Semua mempunyai kisah untuk diceritakan. Rosilawati Anggraini National Humanitarian Programme O!cer, Dana Populasi PBB (UNFPA) Ceritakan sedikit tentang Anda dan bagaimana Anda bisa berada di Aceh?
Suatu hari saya berada di Maroko saat sedang sarapan, menonton berita dan kemudian saya mendengar tentang tsunami ini. Saya sedang menangani sebuah proyek di kantor pusat ILO pada waktu itu dan saya diminta untuk melakukan misi pertama yang mungkin dapat menjadi kegiatan ILO di Aceh. Saya tiba di Aceh tujuh minggu setelah tsunami dan saya ditempatkan selama dua bulan di Banda Aceh untuk melakukan koordinasi pengaturan program kami. Mereka bertanya apakah saya bisa tinggal selama satu tahun, tapi saya tidak bisa karena ada proyek di kantor pusat. Saya kemudian bergabung dengan ILO Jakarta sebagai Wakil Direktur, pada bulan September 2007. Pada bulan Agustus 2010 saya menjabat sebagai Direktur.
Apa peran Anda di Aceh?
Saya adalah program o#cer senior yang melakukan koordinasi pekerjaan ILO di Aceh dan Nias selama dua bulan pertama. Kami memiliki banyak orang yang tiba di sana untuk melakukan penilaian dan kegiatan ad hoc. Saya mulai bekerja sekitar seminggu setelah tiba dengan melakukan layanan ketenagakerjaan. Kemudian melalui program kami, tidak hanya untuk menghubungkan masyarakat tetapi juga untuk mata pencaharian - yang kami sebut sebagai pembangunan ekonomi lokal - kami menyediakan dukungan konsultasi dan pelatihan untuk memulai usaha mereka sendiri, akses ke pendanaan seperti halnya kredit mikro, pelatihan ket er ampi l an sehi ngga mereka memi l i ki keterampilan teknis untuk memproduksi atau memberikan produk nilai yang lebih. (berlanjut ke halaman selanjutnya) Peter Van Rooij Director, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) di Indonesia P B B
I N
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 5 Bagaimana Anda mendekati masyarakat? Saya harus mengatakan bahwa hal ini unik untuk ILO. Sebagai organisasi tripartit - anggota kami bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari buruh dan pengusaha. Jadi kami sudah biasa melakukan konsultasi dan berdialog seperti yang kami lakukan juga di Aceh dan Nias. Sebagai contoh: pekerjaan infrastruktur yang kami lakukan. Kami terlibat karena hal itu merupakan suatu kesempatan untuk lebih melibatkan tenaga kerja lokal. Karena itu sejak awal kami kerap melakukan konsultasi secara erat dengan masyarakat lokal bukan hanya agar mereka dapat menyediakan tenaga kerja sebanyak mungkin, sehingga lebih banyak uang yang masuk ke komunitas itu, tetapi mereka juga memiliki kepemilikan.
Apa pengalaman paling menarik bagi Anda di sana? Di sana sangat intens, kami bekerja tujuh hari dalam seminggu, dan itu tidak sehat. Kami memang tidak harus bekerja selama tujuh hari seminggu untuk membantu masyarakat di Aceh tetapi kami semua merasa bersalah untuk mengambil hari libur. Jadi, pada hari Minggu pun kami semua bekerja. Tapi kami bermain sepak bola di sawah di luar wisma dan bola akan kemana-mana karena lapangannya tidak rata. Anak-anak sangat antusias, bahkan lebih antusias ketika kami menyediakan minuman dan makanan. Mereka bermain dengan kaki telanjang, dan mereka adalah pemain bola yang lebih baik dibandingkan dengan kami. Sungguh luar biasa: kenangan yang indah, masyarakat yang mengagumkan. Di sisi lain juga sangat emosional ketika melihat setengah dari kota tersebut hancur, melihat kantong-kantong mayat - namun mereka mencoba untuk melanjutkan hidup mereka serta mencoba untuk melakukan yang terbaik dari semua itu. Saya ingat ketika bertemu dengan kepala pengusaha, yang menunjukkan foto-foto kantornya yang hancur, foto Mercedes-nya yang hancur, foto anaknya yang telah meninggal, dan beliau melanjutkan kisahnya seolah-olah rumah, mobil, dan anaknya ada dalam kategori yang sama. Bukan di kategori yang sama, tetapi ia mungkin sudah menceritakan kisah ini berulang kali sehingga sudah menjadi suatu rutinitas. Omong-omong, di Aceh kami memiliki kuota perempuan sebesar 30 persen - dikatakan bahwa perempuan tidak dapat membuat batu bata. Tapi proyek tersebut sangat sukses. Saya menyadari bahwa mungkin ini mengenai masyarakat yang memiliki sesuatu untuk dilakukan dan tidak hanya sekedar duduk sepanjang hari dan hanya mengenang apa yang terjadi sepanjang hari. Pekerjaan berhasil menggeser pola pikir. P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 Apa nilainya bagi Indonesia dari pengalaman PBB? Pengembangan kapasitas. PBB memberikan kontribusi yang sangat penting dalam hal kuantitas, tetapi juga dari segi kualitas. PBB memiliki sejumlah keunggulan komparatif secara teknis mengenai tema-tema tertentu, tetapi juga mengenai bagaimana kami mendekati hal-hal: bersikap netral, dipandu oleh Negara- Negara Anggota kami, sebagai badan penyelenggara, sebagai fasilitator. Jadi saya pikir kontribusi PBB adalah kunci - tapi itu bukanlah program PBB, dan kami tidak boleh berpura-pura bahwa itu adalah program PBB.
Bagaimana Anda menjelaskan keberhasilan dan tantangan upaya ILO pada waktu itu? Tantangannya adalah pergantian staf; banyak organisasi yang mengirimkan orangnya selama seminggu atau dua minggu. Banyak orang yang datang dan tidak tahu apa-apa mengenai topik ini dan Anda mencoba untuk berbagi praktik terbaik dengannya. Sebelum mereka memahaminya, mereka sudah pergi dan rekan-rekan yang baru berdatangan, dan kemudian Anda mulai dari awal lagi. Tapi secara keseluruhan saya pikir ini adalah salah satu contoh yang lebih baik di dunia komitmen nasional dan internasional, yang dipimpin oleh masyarakat lokal, pemersatu untuk menanggapi sebuah bencana besar dalam cara yang sangat positif. Saya pikir itulah sebabnya mengapa Indonesia merasa cukup bangga dengan ini dan telah mempromosikan pekerjaan ini ke negara-negara lain. Ada koordinasi yang sangat baik di bawah kepemimpinan pemerintah bukannya membiarkan orang melakukan hal secara sendiri-sendiri. Ada koordinasi yang efektif yang dilakukan oleh pemerintah di bawah Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi di Indonesia (BRR). Ini adalah sebuah kisah nyata yang sukses bagi Indonesia oleh Indonesia. Sebagai badan- badan PBB kami saling bekerja sama, di lapangan, dan saya pikir ini adalah yang terbaik dari dua dunia. SUARA PBB DARI TSUNAMI: Peter Van Rooij (ILO) Sangat Hebat: Kenangan yang baik, orang-orang yang luar biasa. Di sisi lain, sangat emosional juga untuk melihat setengah kota hancur ... namun orang-orang tetap berusaha melanjutkan hidup dan mencoba untuk membuat yang terbaik dari itu. - Peter Van Rooij 6 SUARA PBB DARI TSUNAMI: Rosilawati Anggraini (UNFPA) Apa tantangan-tantangan profesional yang Anda hadapi? Membangun kepercayaan dengan masyarakat Aceh itu tidak mudah, terutama setelah konik yang terjadi di sana selama bertahun-tahun. Kami membangun kepercayaan secara perlahan. Kami menyewa beberapa rumah untuk tempat tinggal dan bekerja. Perangkat komunikasi seperti ponsel tidak dapat digunakan saat itu. UNFPA tidak secara langsung melaksanakan programnya, tetapi melalui para mitra pelaksana, termasuk berbagai kantor provinsi dan kabupaten yang kewalahan dengan bantuan tsunami. Pada akhirnya Indonesia menjadi sebuah contoh, dan berbagai pihak lain ingin belajar dari pengalaman tsunami di Aceh. Sebelumnya, Indonesia tidak memiliki prosedur standar dalam menangani bencana. Terlalu banyak organisasi kemanusiaan yang memberikan dukungan dan bekerja dengan mitra lokal yang sama, oleh karena itu sangat sulit untuk memastikan kualitas pelaksanaan program yang tepat waktu.
Apa yang paling menakjubkan tentang pengalaman Anda di sana? Saya belum pernah ke Aceh sebelum peristiwa Tsunami tersebut. Saya ditempatkan empat atau lima hari setelah bencana terjadi, ketika saya masih bisa melihat kehancuran dan jenazah di mana-mana. Saya merasakan berbagai gempa susulan dan getaran. Saya juga merasakan gempa bumi terbesar dalam hidup saya: yaitu gempa Nias pada tahun 2005 dengan kekuatan 8.6 skala richter. Untuk pertama kalinya saya merasa sangat takut terhadap hidup saya ketika menanggapi sebuah bencana! Itu juga merupakan pertama kalinya saya terlibat dengan sebuah proyek kemanusiaan besar dengan jumlah pendanaan yang besar, serta staf yang begitu banyak. Keterlibatan saya selama dua tahun dengan program darurat tsunami bukan hanya menjadi bagian dari pengembangan pribadi saya (seperti menghadiri program kemanusiaan intensif selama dua tahun), hal tersebut membuat sebuah perubahan besar bagi hidup saya. Setelah menyelesaikan program darurat tsunami tersebut, saya memutuskan untuk meneruskan karir profesional saya sebagai seorang pekerja kemanusiaan, sampai pada hari ini.
Melihat kembali sekarang, bagaimana Anda menggambarkan keberhasilan dan tantangan yang Anda alami? UNFPA memulihkan fungsi sepuluh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan lima rumah sakit untuk menyediakan layanan reproduksi kesehatan. Pada tahun 2005, untuk sensus, UNFPA mendukung BPS Indonesia (Badan Pusat Statistik) dalam melaksanakan sebuah sensus penduduk untuk mendapatkan data demogras yang akurat pasca-Tsunami Aceh. Sensus tersebut (dikenal dengan SPAN) mencakup Aceh dan Nias. Sebelum Tsunami, dikarenakan konik yang ada, cakupan sensus untuk Aceh paling banyak hanya 60 persen, namun SPAN mampu mendapatkan 100 persen cakupan di provinsi Aceh, yang mana sangat berguna selama tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Peristiwa tsunami tersebut juga merupakan panggilan bagi Indonesia dan juga UNFPA untuk lebih siap dalam mengantisipasi bencana besar di masa depan mengingat kerentanan negara kita terhadap bencana. Apakah nilai dari dukungan PBB dalam berbagai upaya bantuan dan rekonstruksi bagi Indonesia? Saya rasa segala upaya PBB berkontribusi banyak dalam membangun Aceh lebih baik. Sebelum tsunami, Aceh dianggap sebagai sebuah daerah yang kurang beruntung, tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Tapi melalui berbagai program tsunami yang dilaksanakan oleh berbagai badan PBB yang berbeda, provinsi Aceh mampu mengejar ketertinggalan. Contohnya, di bawah program kesehatan reproduksi UNFPA, masyarakat Aceh mampu memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan RH yang berkualitas. Hal tersebut merupakan perubahan besar bagi hidup saya Saya memutuskan untuk meneruskan karir profesional saya sebagai seorang pekerja kemanusiaan, sampai pada hari ini. -Rosilawati Anggraini P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 7 Jakarta - Mengikuti perkembangan perubahan harga di pasar pangan bukanlah hal yang mudah bagi siapapun, tetapi dapatkah analisis media sosial membantu?
Itulah pertanyaan yang diajukan pada Pulse Lab Jakarta (PLJ), di mana para ilmuwan data menguji hipotesis yang menyatakan bahwa aktivitas Twitter dapat membantu memperkirakan harga pangan setiap harinya dengan menggali mention tiga harga komoditas utama: daging sapi, ayam, dan bawang.
Proyek ini dilakukan bersama-sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Program Pangan Dunia (WFP).
Indonesia adalah tempat yang ideal untuk menguji hipotesis ini, sebagai peringkat kelima terbesar di dunia untuk jumlah pengguna Twitter. Bentuk negara kepulauan yang luas juga menjadi tantangan geogras untuk mengumpulkan data.
Analisis PLJ menunjukkan bahwa, memungkinkan untuk memprediksi harga pangan tetapi dengan beberapa peringatan penting. Tampaknya masyarakat bersifat reaktif di media sosial terhadap peningkatan harga, tetapi tidak terhadap penurunan atau stabilitas harga jangka panjang.
PLJ menemukan bahwa masyarakat Indonesia men- tweet mengenai harga pangan secara real time, menciptakan data yang mungkin dapat digunakan untuk menyediakan peringatan dini untuk lonjakan harga yang tak terduga.
Dapatkah model tersebut diterapkan pada komoditas l ai n? Apakah ada si nyal yang memadai untuk menginvestigasi variasi daerah dalam harga?
Ini adalah beberapa bidang terkait penelitian lebih lanjut yang sedang diamati oleh PLJ:
http://nowcasting.unglobalpulse.org/
Dapatkah data Twitter digunakan untuk memantau Perubahan Harga Pangan? Saat mengembangkan idenya lebih lanjut, Yoi dihadapi dengan beberapa tantangan manajerial. Untungnya, saya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pelatihan ILO dengan 19 pengusaha muda lainnya di Yogyakarta, ujarnya. Saya belajar begitu banyak tentang memulai dan meningkatkan bisnis saya. Saya juga belajar tentang perencanaan bisnis, perencanaan keuangan, pembelian, biaya, kemasan, pemasaran, dan promosi, tambahnya.
Yoi juga mendapatkan dukungan pasca-pelatihan. Hasilnya, pendapatan bisnis saya meningkat dari Rp 18 juta menjadi Rp 40 juta per bulan! Pada akhir 2014, saya targetkan untuk mencapai Rp 60 juta. Yoi juga telah meningkatkan tenaga kerjanya dari dua pegawai menjadi 15. Tujuannya untuk masa depan? Saya ingin membuka usaha saya ke pengusaha lain yang ingin belajar bagaimana mengelola dan meningkatkan bisnis, kata Yoi. Pengusaha Muda Mengubah Sampah Menjadi Uang, dengan Style Seorang pengusaha muda di Yogyakarta telah menemukan cara yang menarik untuk mendaur ulang sampah kulit. Yoi Yohanantoko memulai perusahaannya yang dinamakan Bucini Footwear, sepatu yang terbuat dari kulit-kulit bekas.
Bucini Footwear: The Beauty of Leather menjadi salah satu yang terpilih dari 100 aplikasi yang mendapatkan keuntungan dari pengembangan uji coba kewirausahaan dengan menggunakan modul Start Your Business (SYB) dari ILO. Yogyakarta - Yoi menjelaskan bahwa ia pertama kali mendapat ide bisnis ini dengan mengamati ayahnya, yang menjalankan bisnis produksi tas kulit. Berasal dari keluarga yang berorientasi bisnis, Yoi berpikir bahwa kulit-kulit yang terbuang selama produksi di pabrik ayahnya akan lebih berharga dan lebih mudah dipasarkan jika diubah menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi, seperti sepatu.
INOVASI P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 8 Hari Perburuhan Anak Meningkatkan Kesadaran Perlindungan Sosial Jakarta - Jumlah pengungsi, pencari suaka, dan para pengungsi internal di dunia telah, untuk pertama kalinya di era pasca-Perang Dunia II, melebihi 50 juta orang.
Statistik yang mengejutkan ini dimuat dalam sebuah laporan UN High Commission for Refugees (UNHCR) dirilis sebagai bagian dari peringatan Hari Pengungsi Dunia pada tanggal 20 Juni. Diperkirakan 51,2 juta orang mengungsi secara terpaksa pada akhir 2013, sepenuhnya enam juta lebih dari 45,2 juta yang dilaporkan pada tahun 2012.
Peningkatan besar-besaran ini terutama didorong oleh perang di Suriah, namun perpindahan baru yang besar juga terlihat di Afrika - terutama di Republik Afrika Tengah, dan menjelang akhir tahun 2013 di Sudan Selatan. Di Indonesia, sampai dengan akhir Juni 2014, ada 3.830 pengungsi yang diakui berasal dari 22 negara yang terdaftar di UNHCR, dengan jumlah terbesar berasal dari Afghanistan, Myanmar, Sri Lanka dan Somalia. Jumlah pencari suaka terdaftar di Kantor tercatat sebesar 6.286 orang; terutama dari Afghanistan, Iran, Irak dan Pakistan. Museum Nasional di Jakarta, bersama-sama dengan UNHCR, menyelenggarakan acara yang dihadiri oleh lebih dari 200 pengungsi dan pencari suaka yang menunjukkan berbagai pertunjukan budaya dan pameran yang memamerkan karya seni dan kerajinan tangan mereka. Jumlah Pengungsi Dunia Sekarang Melebihi 50 juta Laporan terbaru menunjukkan adanya enam juta pengungsi baru di seluruh dunia Jakar t a- Al i h- al i h ber sekol ah, Tommy Wa h y u d i , y a n g b e r u s i a 1 6 t a h u n menggunakan waktunya untuk melakukan dua pekerjaan: sebagai penyanyi di jalanan Jakarta dan sebagai pekerja di sebuah pabrik plastik. Dia adalah satu dari 3,2 juta anak di antara usia 10 sampai 17 yang terlibat dalam perburuhan anak di Indonesia.
Kehi dupan Tommy berubah keti ka i a bergabung dengan Yayasan Sekar, sebuah program sosial oleh Kementerian Sosial untuk memberikan beasiswa pada anak-anak j al anan, pel at i han ket erampi l an, dan makanan. Melalui program selama satu bulan dari Yayasan Sekar, Tommy mampu melewati transi si yang sul i t untuk kembal i ke p e n d i d i k a n , y a n g mu n g k i n a k a n meningkatkan prospek pekerjaan jangka panjang. Kisahnya adalah salah satu dari banyak kisah yang memberikan inspirasi untuk perayaan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak pada 23 Juni oleh Yayasan Sek ar dan Or gani s as i Per bur uhan I n t e r n a s i o n a l ( I L O) d e n g a n t e ma "Pemberantasan Perburuhan Anak melalui Perlindungan Sosial."
Menurut ILO, Indonesia telah membuat kemajuan yang signikan dalam mencegah perburuhan anak sejak berdirinya Komite Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak di tahun 2001. Lebih dari 16.000 pekerja anak diharapkan untuk berintegrasi kembali dalam sistem pendidikan pada tahun 2014. P B B
D I
I N D O N E S I A
A g u s t u s
2 0 1 4 9 Kalender PBB Pendapat yang dinyatakan di publikasi ini tidak mencerminkan pandangan resmi atau kebijakan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Informasi di sini dapat secara bebas diperbanyak. PBB DI INDONESIA diterbitkan secara elektronik oleh Pusat Informasi PBB, Jakarta.$ e-mail: unic.jakarta@unic.org APAKAH KAMU TAHU? Dari semua kelompok usia, pemuda memiliki tingkat migrasi internal tertinggi di Indonesia dan arus utama dari pedesaan ke perkotaan di mana pendidikan dan kesempatan kerja lebih besar. Pemuda dengan pendidikan tingkat tinggi lebih cenderung untuk pindah ke kabupaten lain daripada mereka yang pendidikannya rendah. (UNFPA) Agustus
19 Pertemuan Koordinasi Donor PBB - LSM 20 Dialog Publik (OCHA, Humanitarian Forum Indonesia, Scout) 20% Peluncuran Studi Terbaru Mengenai Pasar Tenaga Kerja (ILO, Asian % % Development Bank, Jakarta) 20% Peluncuran Platform Minyak Palem Berkelanjutan oleh UNDP 20-21 Pertemuan Agenda Kesehatan Global 21% Pelatihan Media EU-ASEAN Berkelanjutan di Bogor
21-25 Pelatihan Media dan Partisipasi Pemuda Asia-Pasik % Pelatihan ini bertujuan untuk membawa pemuda dari berbagai daerah untuk % berbagi %pengalaman, mempromosikan budaya, % perdamaian, mengembangkan % rencana, dan mencari peluang-peluang % yang diberikan media baru untuk % meningkatkan partisipasi pemuda dan keterlibatan masyarakat %
24% Hari Kemanusiaan Sedunia, OCHA
26-28 % Forum Media Global di Bali - Forum ini akan mempertemukan wartawan dan % praktisi media dari seluruh dunia dan bertujuan untuk menentukan peran media % dalam agenda pembangunan yang akan melanjutkan upaya Tujuan % % Pembangunan Milenium setelah tahun 2015.
28-30 United Nations Alliance of Civilizations di Bali - Dengan tema "Persatuan dalam % Keberagaman: Merayakan Keanekaragaman untuk Nilai-Nilai Bersama", forum % akan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBB, Presiden Indonesia, kepala % % UNESCO, FAO, dan IOM, serta pejabat lainnya.
September 5% Hari Amal Internasional 8 % Hari Aksara Internasional 15% Hari Demokrasi Internasional 16 Hari Internasional untuk Pelestarian Lapisan Ozon 20 President MUN 21 Hari Perdamaian Internasional 23% KTT Iklim di New York 27 Hari Pariwisata Sedunia
October 1-24 Kampanye UN4U 2% Hari Internasional Tanpa Kekerasan 13% Hari Pengurangan Bencana Internasional 16 Hari Pangan Sedunia 20 Bali Democracy Forum (TBC) 22 Peresmian Kabinet Terbaru Jokowi - JK 21-24 Kunjungan UNAIDS Coordinating Board di Jakarta dan Denpasar 24 Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa