You are on page 1of 10

Dampak pelaksanaan sistem manajemen

lingkungan
terhadap kinerja keuangan perusahaan
manufaktur
Arya Hidayat

Magister Manajemen Univesitas Katholik Parahyangan Bandung

Abstrak

Sistem manajemen lingkungan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif


perusahaan terhadap lingkungan dengan mempertimbangkan permasalahan
lingkungan dalam setiap keputusan bisnis dan proses produksi perusahaan.
Perusahaan manufaktur adalah perusahaa yang memiliki potensi besar
untuk memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Dengan
menerapkan sistem manajemen lingkungan diharapkan perusahaan
manufaktur dapat mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan.
Belakangan ini sistem manajemen lingkungan dipercaya dapat memberikan
benefit yang besar kepada perusahaan, khususnya dalam aspek finansial.
Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana dampak penerapan sistem
lingkungan hidup dan biaya penerapan yang dikeluarkan perusahaan untuk
menerapkan sistem manajemen lingkungan mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan manufaktur.

Pengantar

Dua dekade belakangan ini isu lingkungan sudah menjadi perhatian


masyarakat dunia secara luas. Isu lingkungan sudah mulai menjadi perhatian
sejak tahun 70-an dimana dampak dari pemanasan global mulai sangat
terasa. Industri manufaktur merupakan industri yang banyak melakukan
eksplorasi terhadap lingkungan hidup. Eksplorasi lingkungan hidup akan
merusak lingkungan hidup dan memperparah dampak dari pemanasan
global. Perusahaan Manufaktur memerlukan konsumsi energi yang besar
untuk kegiatan operasionalnya, terutama dari pengunaan bahan bakar
minyak. Sampah dan polusi yang merupakan output dari perusahaan dan
konsumsi bahan baku yang terus menerus akan memberikan dampak yang
buruk terhadap lingkungan. Perusahaan manufaktur harus
mempertimbangkan kelangsungan dan kelestarian lingkungan hidup untuk
dapat menjadi perusahaan yang sustainable, ini disebabkan tuntutan
masyarakat dunia dan pemerintah terhadap perusahaan manufaktur untuk
memperhatikan isu lingkungan dalam setiap keputusan bisnisnya.
Perusahaan manufaktur harus beradaptasi dengan tuntutan dari lingkungan
eksternal tersebut dan harus mempertimbangkan dengan serius masalah
lingkungan hidup.

Dengan menerapkan Sistem manajemen lingkungan diharapkan perusahaan


dapat mengurangi dampak negatif yang dapat timbul dari perusahaan,
terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Sistem
Manajemen lingkungan dikembangkan untuk memberikan panduan dasar
agar kegiatan bisnis senantiasa akrab lingkungan. Kondisi lingkungan yang
memburuk akibat kegiatan manusia sudah waktunya untuk dikendalikan.

Sistem manajemen lingkungan

Menurut SNI 19-14001-1997 pengertian lingkungan adalahsekeliling tempat


dimana suatu organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah dan
sumberdaya alam, flora, fauna, manusia dan hubungan diantaranya.

Sedangkan pengertian sistem manajemen lingkungan menurut Pertamina,


dalam situsnya www.pertamina.com adalah suatu sistem manajemen yang
mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan dampak negative
perusahaan terhadap lingkungan hidup.
Sistem manajemen lingkungan menurut FORKOM LK3 PERTAMINA-KPS
adalah suatu bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang mempunyai
standar untuk membuat kebijakan dan tujuan atau objective dengan
memasukan persyaratan hukum dan lainnya dan informasi dampak
lingkungan signifikan.

Dari dua definisi mengenai sistem manajemen lingkungan tersebut, maka


dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem manajemen lingkungan adalah
suatu bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang memiliki standar
untuk membuat kebijakan dan tujuan serta objektif sesuai dengan
persyaratan hukum dan dampak lingkungan yang signifikan, serta
mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan damoak negatif
perusahaan terhadap lingkungan.

Belakangan ini, perusahaan telah tertarik untuk menerapkan system


manajemen lingkungan dikarenakan dampak positif yang akan didapatkan
oleh perusahaan baik dalam aspek lingkungan dan kinerja keuangan. Seperti
yang dinyatakan oleh Stead dan Stead (1992) :

…sistem manajemen lingkungan telah diartikan sebagai maksud bagi perusahaan untuk
mengaplikasikan isu lingkungan terhadap manajemen bisnis secara sistematis untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang dengan membangun proses dan
produk yang secara bersamaan dapat memperkuat daya kompetitif perusahaan dan
meningkatkan kelestarian lingkungan sekitar perusahaan

Struktur biaya penerapan sistem manajemen lingkungan

Untuk dapat melihat struktur biaya penerapan sistem manajemen


lingkungan dengan lebih jelas, maka penulis mengadopsi kerangka kerja
cost of quality, seperti yang dilakukan oleh Watson dan Polito (2002) :

…adaptasi penggunaan kerangka kerja cost of quality untuk menyediakan kerangka kerja
yang dapat menghubungkan antara kualitas lingkungan hidup dengan kinerja keuangan,
environment cost of quality.
Berdasarkan kerangka kerja cost of quality, kita akan dapat mengidentifikasi
struktur biaya penerapan sistem manajemen lingkungan menjadi empat
bagian, yaitu :

1. Internal failure costs

Yaitu biaya yang berkaitan dengan lingkungan internal perusahaan


seperti biaya yang timbul dikarenakan keperluan untuk reklamasi
lingkungan yang terkena dampak dari racun yang dihasilkan produksi,
biaya yang akan dikeluarkan karena timbulnya sampah dan polusi,
biaya yang akan dikeluarkan sebagai kompensasi terhadap karyawan
yang mengalami kecelakaan saat bekerja, dan lain-lain.

2. External failure costs

Yaitu biaya yang berkaitan dengan lingkungan eksternal perusahaan,


seperti hilangnya market share yang diakibatkan sentimen pasar,
biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat dampak buruk dari sampah
atau polusi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan.

3. Appraisal costs

Yaitu biaya yang berkaitan dengan aktifitas monitoring dari penerapan


sistem manajemen lingkungan tersebut.

4. Prevention costs

Yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya untuk


mencegah pengerusakan lingkungan lebih lanjut, seperti desain ulang
produk yang lebih ramah lingkungan, desain ulang kontrol terhadap
penggunaan energy, desain untuk penanggulangan sampah dan
polusi, dan lain-lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan sampah itu sendiri, adalah apapun yang
tidak memiliki nilai terhadap perusahaan (Schonberger, 1982).
Melalui kerangka kerja cost of quality ini, sistem manajemen lingkungan
akan dapat mengidentifikasikan sumber-sumber biaya yang dapat dikurangi
dengan pemberdayaan sumber daya yang lebih efisien. Memberikan
kemungkinan untuk memberdayakan bahan daur ulang ataupun bahan yang
selama ini tidak terberdayakan dengan maksimal. Selanjutnya perusahaan
akan dapat mendesain ulang kerangka kerja yang tidak efisien menjadi lebih
efisien dan ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi dampak negative
perusahaan terhadap lingkungan (Ward, 1994, Borri dan Boccaletti, 1995).

Pengaruh dari penerapan sistem manajemen lingkungan terhadap


biaya operasional perusahaan

Penerapan sistem manajemen lingkungan dipercaya akan memberikan


dampak positif terhadap perusahaan, baik dampak terhadap kualitas
lingkungan hidup maupun terhadap kinerja keuangan. Pengaruhnya
terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat diambil dari keuntungan yang
didapat dari penghematan biaya seperti, penghematan konsumsi energi,
penghematan melalui pengurangan sampah dan polusi, penghematan biaya
produksi dan lain-lain. Ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh
Chattopadhyay, 2001 :

…Keuntungan dalam penerapan sistem manajemen lingkungan terdapat didalam


penghematan biaya melalui konsumsi energy, penggunaan bahan baku dan manajemen
sampah.

Sebagai contoh, berikut adalah pencapaian dalam penghematan biaya, yang


didapatkan beberapa perusahaan manufaktur dunia setelah menerapkan
sistem manajemen lingkungan :

1. Pabrik mesin Ford melakukan efisiensi dalam proses produksinya


sehingga dapat mengurangi konsumsi air sebanyak 2,4 juta gallon
pertahunnya (Moretz,2000)
2. Pabrik Lockhead Martin’s Syracuse mengurangi limbah airnya
sebanyak 86% dan mengurangi limbah padat sebesar 78% (Moretz,
2000)

3. Perusahaan manufaktur di Michigan yang berskala menengah berhasil


menghemat sebanyak $20,000 pertahunnya setelah menerapkan
sistem manajemen lingkungan (Hogarth, 1999)

Perusahaan-perusahaan tersebut dapat menerapkan sistem manajemen


lingkungan secara efektif dan berkesinambungan sehingga tercapai
penghematan biaya yang konsisten dan signifikan. Sistem manajemen
lingkungan itu sendiri menurut McCallum dan fredericks (1996) bukanlah
suatu ramuan ajaib yang akan menyelamatkan dunia maupun perusahaan
ataupun dewan direksi perusahaan tersebut. Sistem manajemen lingkungan
hanyalah sebuah sistem manajemen yang membantu perusahaan untuk
mematuhi peraturan mengenai lingkungan dan membantu perusahaan untuk
mengelola, mengontrol dan meningkatkan kinerja perusahaan terhadap
lingkungan.

Pengaruh penerapan sistem manajemen lingkungan terhadap


kinerja keuangan perusahaan

Penerapan sistem manajemen lingkungan membutuhkan biaya untuk


memastikan sistem tersebut berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
Bagi sebagian besar perusahaan yang belum berpengalaman dalam
menerapkan sistem ini, maka biaya yang diperlukan akan relative lebih
besar dibandingkan perusahaan yang sudah berpengalaman dalam
menerapkan sistem manajemen lingkungan kedalam tubuh perusahaannya.
Hal ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Institut Teknologi Madras
terhadap perusahaan manufaktur di India yang menunjukan bahwa
perusahaan manufaktur yang berpengalaman dan benar-benar mengerti
mengenai sistem manajemen lingkungan akan dapat menerapkan sistem
tersebut dengan lebih efektif dan berkesinambungan sehingga dapat meraih
benefit yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan manufaktur
lain yang kurang berpengalaman.

Yang mejadi permasalahan adalah, selain dapat membantu perusahaan


untuk mencapai penghematan dalam biaya operasional, apakah biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen
lingkungan memiliki hubungan yang negatif terhadap kinerja keuangan
perusahaan?. Dalam riset yang sama, institut teknologi madagaskar meneliti
pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh sepuluh perusahaan manufaktur
untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan secara
berkesinambungan, terhadap kinerja keuangan. Kinerja keuangan tersebut
diwakilkan dengan rasio keuangan yang mengindikasikan kinerja keuangan
perusahaan seperti :

1. Price to earnings ratio

2. Market to book ratio

3. Return on invested capital

4. Return on assets

5. Profit margin

6. Operating margin

7. Beta

Dari hasil riset tersebut diambil kesimpulan bahwa besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur dalam menerapkan sistem
manajemen lingkungan tidak secara signifikan mengganggu profitability
perusahaan tersebut.
Kesimpulan

Penerapan sistem lingkungan hidup akan membantu perusahaan manufaktur


untuk memangkas biaya operasional secara signifikan bila sistem diterapkan
secara efektif dan berkesinambungan. Bagi perusahaan yang belum
berpengalaman dalam menerapkan sistem ini, biaya yang akan dikeluarkan
untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan akan relative lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang sudah lebih berpengalaman dalam
menjalankan programnya. Perusahaan yang baru mengadopsi sistem
manajemen lingkungan akan membuat perubahan-perubahan dalam proses
produksi dan setiap keputusan bisnisnya. Akan tetapi biaya penerapan
sistem lingkungan hidup yang dikeluarkan akan tertutupi dengan
penghematan biaya operasional yang akan dicapai tiap tahunnya. Besarnya
biaya penerapan sistem manajemen lingkungan dinilai tidak mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, sehingga semakin
jelas bahwa benefit yang akan didapat jika perusahaan berhasil menerapkan
sistem lingkungan hidup secara efektif dan berkesinambungan akan lebih
besar dibandingkan dengan biaya penerapan sistem yang dikeluarkan oleh
perusahaan tersebut.
Referensi

Borri, F. and Boccaletti, G. (1995), “From total quality management to total


quality environmental management”, The TQM Magazine, Vol. 7, pp.
38-42.

Chattopadhyay, S.P. (2001), “Improving the speed of ISO 14000


implementation: a framework for increasing productivity”, Managerial
Auditing Journal, Vol. 16 No. 1, pp. 36-9.

Hogarth, S. (1999), “On the horizon: ISO 14000 – EMS standards cover a wide
variety of activities, but they can be implemented successfully”,
Manufacturing Engineering, pp. 118-23.

Moretz, S. (2000), “ISO 14001: Big Mo’ for environmental management”,


Occupational Hazards, Cleveland, Vol. 62 No. 10, pp. 83-5.

Stead, W.E. and Stead, J.G. (1992), Management for a Small Planet: Strategic
Decision Making and the Environment, Sage Publications, Newberry
Park, CA.

Schonberger, R.J. (1982), Japanese Manufacturing Techniques: Nine Hidden


Lessons in Simplicity, Free Press, New York, NY.

Shrivastava, P. and Hart, S. (1992), “Greening organizations – 2000”,


International Journal of Public Administration, Vol. 17, pp. 607-36.
Ward, M. (1994), “Life cycle: the preferred environmental strategy”,
Chemical Week, No. 154, p. 23.

Watson, K. and Polito, T. (2002), “Environmental cost of quality (ECOQ): a


framework for quantifying environmental management systems”, in
Proceedings of the 33rd Annual Meeting of the Decision Sciences
Institute, San Diego, CA.

You might also like