II.1 Prasarana Jalan Raya Prasarana jalan raya dipandang sebagai sebuah sistem infrastruktur yang sangat penting dalam sistem sebuah kota. Prasarana jalan adalah modal sosial masyarakat yang mempunyai peran penting dalam membuka daerah terpencil dari dunia luar. Prasarana ini membuka peluang akan pertumbuhan suatu wilayah. Sebagai salah satu media perantara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir, ketersediaan infrastruktur jalan yang memadai sangat diperlukan dalam mendorong berputarnya roda ekonomi. Untuk itu perlu dilakukan pembangunan jalan tol sebagai jalan baru untuk meningkatkan efisiensi jasa transportasi yang memenuhi kebutuhan lalu lintas cepat dan tinggi.
Infrastruktur jalan terdiri dari beberapa jenis atau kelas jalan (Fachrurrozy, 2001). Definisi untuk berbagai jenis jalan raya dipersiapkan pada tahun 1968 oleh AASHO Special Committee on Nomenclature. Beberapa jenis jalan tersebut adalah: jalan ekspres (expressway), jalan bebas hambatan (freeway), jalan dengan median rumput (parkway), dan jalan arteri non-komersil dengan pengendalian jalan masuk sepenuhnya atau sebagian.
Jalan ekspres (expressway), adalah jalan arteri yang lalu-lintasnya bersifat menerus dengan pengendalian jalan masuk sepenuhnya atau sebagian. Biasanya dilengkapi dengan pertemuan tak sebidang pada persimpangan jalan utama.
Jalan bebas hambatan (freeway), adalah jalan ekspres dengan pengendalian jalan masuk sepenuhnya. Sedangkan parkway,adalah jalan arteri yang tidak bersifat komersil dengan pengendalian jalan masuk sepenuhnya atau sebagian. Pengendalian jalan masuk (control of access), adalah kondisi di mana hak pemilik atau penghuni daerah di sekitarnya atas jalan masuk, lampu, udara, atau pemandangan yang berhubungan dengan jalan raya dikendalikan oleh pihak yang berwenang baik sepenuhnya maupun sebagian. 13
Sebuah jalan tol dibangun dengan pertimbangan akan faktor keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dari pengguna jalan 1 .
II.1.1 Komponen Pembentuk Infrastruktur Jalan Tol Komponen pembentuk infrastruktur jalan tol umumnya terdiri dari ; gerbang tol, damija (daerah milik jalan), median jalan, simpang susun.
II.1.1.1 Gerbang Tol Gerbang Tol merupakan salah satu bagian dari lingkungan jalur jalan bebas hambatan yang merupakan tempat untuk mengambil atau mengembalikan tiket dan sebagai tempat pembayaran tiket. Gerbang tol ini juga sebagai titik atau daerah awal maupun akhir dari suatu jalan tol.
II.1.1.2 Damija (Daerah Milik Jalan) Daerah Milik Jalan merupakan dua jalur yang terletak di kiri dan kanan jalan yang dibatasi oleh pagar pengaman jalan. Daerah milik jalan dapat dimanfaatkan sebagai pendukung keselamatan pengendara, peletakkan rambu-rambu lalu-lintas, sebagai tempat tata hijau dengan persyaratan tertentu.
1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Pasal 5 Ayat 1 Gambar II.1 Gerbang Tol Pasteur 14
II.1.1.3 Koridor Ruang Bebas Walaupun pemandangan oleh tanam-tanaman di damija diharapkan dapat memberikan keindahan dan kenyamanan, yaitu dengan penampilan massa tajuk dan warna daun-bunga, tetapi kepentingan fungsi jalan harus didahulukan. Jalan tol menghendaki ruang bebas pohon sepanjang koridor jalan yang diukur dari marka luar ditetapkan sejauh 7.50 meter (AASHTO Roadside Design Guide 1988). Posisi marka tepi dijadikan pedoman bagi jarak penanaman yang dimaksudkan. Jarak tersebut di atas selain berfungsi untuk mendapatkan keselamatan bagi pengemudi yang tiba-tiba keluar dari jalan, juga untuk memperoleh sudut pandang mata yang cukup. Cabang pohon patah atau pohon tumbang ke arah badan jalan, sangat memerlukan keberadaan jarak tersebut. Bagi tanaman perdu di pinggir bahu jalan yang dapat menahan benturan kendaraan, maka jarak tersebut dapat lebih pendek.
II.1.1.4 Median jalan Median Jalan mempakan jalur yang memisahkan dua lajur jalan yang berlawanan, dapat digunakan sebagai peletakkan rambu-rambu lalu lintas, sebagai pendukung keselamatan, atau sebagai tempat tata hijau dengan persyaratan tertentu (Gambar II.2). Penempatan tanaman pengarah, mampu membentuk bidang vertikal yang dapat menciptakan ruang yang memberikan kesan menuntun pemakai jalan. Tanaman yang umunya digunakan sebagai pengarah pada median jalan bebas hambatan adalah bugenvil (Bougainvitlea spectabilis) yang dirambatkan secara vertikal.
Gambar II.2 Median Jalan Tol Pasteur 15
Kurangnya massa tanaman di median jalan mengakibatkan cahaya lampu kendaraan masih menembus tanaman penghalang. Penanaman di jalur median ini hanya dapat ditanami tanaman semak dengan pola memanjang atau linier. Pengaturan irama tanaman dilakukan dengan menanam secara berjajar searah jalan bebas hambatan dengan pola terputus-putus.
II.1.1.5 Simpang Susun Simpang Susun merupakan daerah pertemuan antara dua atau lebih lalu lintas di jalan bebas hambatan yang berguna untuk mempermudah perpindahan jalur dari jalan bebas hambatan ke jalan bebas hambatan atau ke jalan umum atau arteri (Gambar II.3).
II.1.1.6 Kemiringan Melintang (Cross Slope) Kemiringan melintang permukaan jalan diterapkan pada tiap potongan jalan. Kecuali pada suatu tikungan dengan superelevasi yang mengarahkan air ke dalam, landai melintang umumnya mengarah pada kedua sisi jalan dari sumbu jalan pada jalan dua lajur. Tiap setengah bagian tepi luar lebih rendah dari tepi dalam.
Gambar II.3 Simpang Susun 16
II.2 Kegiatan Berkendara di Jalan Raya II.2.1 Karakteristik Pengemudi 2
Di dalam setiap pembahasan mengenai seorang pengemudi sebagai operator kendaraan, harus disadari bahwa tidak ada pengemudi yang sama atau keadaan kendaraan yang sama. Pertama, pengemudi dari satu kelompok umur memiliki kemampuan yang jauh berbeda dalam hal penglihatan, informasi proses, pengambilan keputusan, dan reaksinya. Kemampuan ini dapat berubah akibat kelelahan, frustrasi, dan kebosanan. Kemudian usia pengemudi berkisar 16 tahun sampai 80 tahun ke atas, dan kemampuan akan berubah seiring semakin ber- tambahnya usia. Pengemudi yang sudah lanjut usia akan mengadakan kompensasi atas kekurangannya dengan bertindak lebih berhati-hati. Beberapa perbedaan antara siang, sore, dan malam hari dan antara cuaca baik dan buruk akan membawa komplikasi lebih lanjut.
Pada beberapa tingkatan, karakteristik pengendaraan juga berbeda menurut jenis kelamin. Selain itu juga terdapat bukti yang cukup kuat mengenai adanya korelasi antara tingkat sosial dan perilaku pengemudi. Oleh sebab itu para perencana jalan raya harus memiliki pengetahuan tentang berbagai faktor tersebut apabila akan membuat keputusan yang mempertimbangkan faktor kemampuan dan perilaku pengemudi.
II.2.2 Mekanisme Pandangan Pengamat di Dalam Kendaraan Setelah mata seorang pengamat mendeteksi dan mengenali suatu keadaan, diperlukan waktu beberapa saat sebelum terjadinya reaksi pada otot. Periode ini, yang dinamakan "keputusan dan waktu permulaan reaksi" (decision and response initiation time) dan besarnya berbeda untuk tiap orang. Lamanya periode ini pada seseorang juga bervariasi dan dapat meningkat disebabkan oleh kelelahan, mabuk, dan sebab-sebab lainnya. Waktu rata-rata untuk sebuah reaksi dari mata ke jari kira-kira 3/8 detik. Reaksi dari mata ke kaki yang terjadi saat menginjak pedal rem membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni kira-kira 2/3
2 Oglesby, Clackson H. dan R. Gary Hicks. (1990).Teknik Jalan Raya. Erlangga
17
detik pada rata-rata pengemudi. Pada kenyataannya situasi yang dihadapi pengemudi lebih kompleks daripada sekedar mengatur kemudi atau menginjak rem. Selain hal-hal di atas masih terdapat adanya rangsangan luar, indera pengemudi, perasaan, kecepatan pengambilan keputusan, dan respons kendaraan itu sendiri. Menyadari bahwa suatu proses pengambilan keputusan pada situasi yang kompleks sangat membutuhkan waktu, maka kemudian muncul aksioma di dalam disain jalan raya. Aksioma ini adalah bahwa pengemudi seharusnya hanya mengambil satu keputusan pada satu saat; dan keputusan yang diambil haruslah yang bersifat sederhana. Sebagai contoh lain mengenai waktu dalam mengambil keputusan, keputusan dari seorang pengemudi untuk berjalan pada jalan dua lajur membutuhkan waktu paling sedikit satu detik atau mungkin lebih.
II.2.3 Jarak Pandang (Sight Distance) Untuk suatu operasi kendaraan yang aman, diperlukan suatu jarak pandang yang bebas secukupnya. Pada beberapa situasi, jarak pandang aman minimum dapat dihitung berdasarkan prinsip-prinsip dinamika, dengan menggunakan faktor perkalian atau koefisien untuk menentukan karakteristik pengemudi, kendaraan, jalan atau pengaruh dari kombinasi ketiganya. Dengan demikian, persamaan ini bersifat mendasar walaupun hasil yang diperoleh hanya didasarkan atas pe- nampilan kendaraan, pengemudi, atau jalan yang diukur atau diamati.
II.2.4 Kepekaan akan Gerak (Sense of Motion) Kepekaan akan gerak (sense of motion) merupakan salah satu perasaan primer pada saat berkendara (Appleyard, 1971). Pengemudi dapat menerima beberapa isyarat melalui kontrol akan kendaraannya, tetapi bagi penumpang bila menutup matanya sangat sulit baginya untuk membedakan setiap gerakan, setiap tingkat kecepatan, atau bahkan gerakan menanjak maupun menurun. Para pengendara mobil sangat bergantung terhadap indera penglihatan untuk mengetahui gerakan yang mereka menjalani. Mereka dengan mudah menafsirkan gerakan obyek sekitar yang mereka tahu diam, maupun tidak melalui indera penglihatannya. 18
Terkadang terdapat gerakan dari mobil yang sederhana dan mudah, namun ada juga gerakan yang terlihat seakan mundur dan lanskap sekitarnya seakan terlihat menghilang dari sudut pandang kita. Hal seperti inilah yang menjadi pengalaman akan ruang yang berbeda yang bisa didapat dari jalan raya.
II.2.5 Kepekaan Akan Ruang (Sense of Space) Ruang visual dari pengguna jalan tidak saja berhenti pada serangkaian pemandangan atau objek yang seakan bergerak, namun rangkaian akan pengalaman ruang juga yang tercipta secara visual maupun secara psikologi (Appleyard,1971). Kepekaan akan ruang, sangat berpengaruh dari dimensi besaran dan proporsi dari area sekitar. Contohnya adalah, sebuah ruang di jalan raya dapat dirasakan seakan menyempit maupun melebar. Perasaan tersebut bisa diubah juga melalui faktor kecepatan.
Secara garis besar, Donald Appleyard membagi presepsi kepekaan akan gerak dan ruang dapat dianalisa dengan cara; 1. Gerak semu, yaitu kecepatan, arah, dan perubahan gerakan (seperti berhenti- jalan, dipercepat-diperlambat, kiri-kanan). 2. Gerak semu dari bidang visual, yaitu bidang yang sejajar dengan kita, bidang yang berada di atas di bawah kita, bidang yang memiliki rotasi: bidang yang menyebarkan atau menyusut dari garis atau tekstur; bidang yang berbentuk stabil atau tidak. 3. Ruang Spasial yang memiliki karateristik; Keberadaan dan posisi dari objek-objek yang ada. Proporsi dari ruang yang dibandingkan dengan pengamat dan posisi pengamat. Kualitas dari cahaya yang berpengaruh terhadap arah dan intensitas. Rangkaian dari ruang yang saling berhubungan. Arah dari pemandangan itu sendiri.
19
II.3 Faktor Utama Pembentuk Infrastruktur Jalan Tol Sebuah jalan tol dibangun dengan pertimbangan akan faktor keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dari pengguna jalan 3 . Faktor keamanan dapat diwujudkan dengan terbebasnya sebuah area perancangan dari tindakan kriminalitas. Faktor keselamatan dapat diwujudkan dalam perancangan jalan tol yang mengikuti standar-standar teknis yang sudah ditetapkan. Baik dari pemilihan standar material jalan, standar perhitungan besar derajat alinyemen jalan, hingga standar penggunaan atribut marka jalan. Sedangkan faktor kenyamanan berkendara diwujudkan bagi indera pengguna jalan, khususnya indera penglihatan dan peraba.
II.4 Faktor Keselamatan Berkendara Faktor keselamatan berkendara merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan sistem angkutan jalan, yaitu dalam kelancaran, keamanan, keandalan, efisiensi dan keselarasan dengan lingkungan. Indikator utama keselamatan jalan raya ditentukan oleh tinggi-rendahnya tingkat kecelakaan yang terjadi.
Dalam hal ini kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi pada suatu pergerakan lalu lintas akibat adanya kesalahan pada sistem pembentuk lalu lintas, yaitu antara pengemudi (manusia), kendaraan jalan, dan lingkungan sekitar. Peristiwa kecelakaan dapat dilihat sebagai kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau perawatan yang berlaku maupun kelalaian yang dibuat oleh pengemudi 4 . Faktor manusia memiliki peranan yang besar dalam setiap kecelakaan, peraturan keamanan telah ditentukan oleh pembuat kendaraan, kondisi jalan telah ditingkatkan, namun pengemudi tetap saja melakukan kesalahan (Hakim 2004).
Dalam sistem lalu lintas jalan raya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi keselamatan lalu lintas secara langsung maupun tidak langsung, yaitu faktor
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 Pasal 5 Ayat 1 4 Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang 20
manusia, faktor kendaraan, dan faktor jalan dan/atau lingkungan. Faktor manusia adalah jumlah dan perilaku pengguna jalan, baik sebagai pengemudi atau penumpang yang secara langsung berhubungan dengan jumlah populasi suatu wilayah. Faktor kendaraan adalah jumlah dan properti dari kendaraan bermotor maupun tak bermotor, yang berpengaruh pada jumlah kecelakaan. Faktor jalan mencakup karakteristik geometrik, bangunan fasilitas dan tingkat pelayanan jalan.
II.4.1 Daerah Lokasi Rawan Kecelakaan Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi. Kecelakaan tersebut dapat diidentifikasi pada lokasi-lokasi tertentu pada ruas jalan (black spot) dan juga pada beberapa ruas jalan tertentu (black site) ataupun pada wilayah tertentu (black area).
II.4.3 Metode Penanggulangan Kecelakaan Metode penanggulangan keselamatan secara garis besar meliputi, metode pre- emptif (penangkalan), metode preventif (pencegahan), dan metode represif (penanggulangan). Secara ekskalasi mulai dari tingkatan yang paling dini sampai dengan faktor penyebab terjadinya peristiwa kecelakaan.
II.4.3.1 Metode Pre-emptif Metode pre-emptif adalah upaya penangkalan dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas, pada dasamya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang berkaitan dengan masalah transportasi
II.4.3.2 Metode Preventif Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas, yang dalam bentuk konkretnya berupa kegiatan-kegiatan pengaturan lalu lintas, penjagaan tempat-tempat rawan, patroli, pengawalan dan lain sebagainya.
21
II.4.2.3 Metode Represif Tindakan represif dilakukan terhadap setiap jenis pelanggaran lalu lintas atau bentuk penanganan kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Penegakan hukum yang dilakukan secara efektif dan intensif, pada hakekatnya bukan semata-mata ditujukan untuk memberikan pelajaran secara paksa atau untuk menghukum kepada setiap pelanggar yang bertindak, namun untuk pemahaman bagi yang bersangkutan agar tidak mengulangi pelanggaran.
II.4.3 Tindakan Keselamatan Lalu Lintas Masalah keselamatan lalu lintas menjadi salah satu isu utama di dalam perencanaan transportasi. Tidak efektifnya pengoperasian lalu lintas dapat dilihat dari seberapa jauh tingkat kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di suatu sistem jaringan jalan yang ada. Kecelakaan terjadi pada dasamya merupakan resultan dari: pengemudi, kendaraan, dan lingkungan jalan 5 . Elemen-elemen tersebut baik secara individual maupun kombinasi dapat menyebabkan kecelakaan. Penyebab kecelakaan 90% disebabkan karena faktor manusia (pengemudi), sedangkan faktor kendaraan dan lingkungan jalan masing-masing hanya sekitar 5%.
Terdapat dua istilah di dalam usaha mengurangi tingkat kecelakaan, yaitu: traffic audit, dan traffic calming. Traffic Audit merupakan suatu tindakan mengevaluasi sistem lingkungan jalan (geometrik, perkerasan jalan, rambu dan marka), khususnya pada kawasan rawan kecelakaan agar tidak terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh elemen lingkungan jalan. Sedangkan traffic calming merupakan tindakan untuk melindungi lingkungan sekitar, khususnya kawasan perumahan dari lalu lintas. Di dalam traffic calming, strategi yang digunakan pada umumnya berupa tindakan mengurangi kecepatan kendaraan dengan berbagai instrumen seperti penggunaan polisi tidur (road hump), penyempitan lajur dan lain sebagainya.
5 Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
22
II.4.3.1 Tindakan untuk Mempengaruhi Kecepatan Di dalam perencanaan transportasi terdapat dua kebutuhan yang saling bertentangan. Pertama, kebutuhan untuk lalu lintas menerus dan memungkinkan arus bergerak secepat mungkin. Kedua, kebutuhan untuk penghuni setempat dan bila memungkinkan kecepatan dapat dikurangi sebesar mungkin untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas. Apabila terdapat keinginan untuk mengurangi kecepatan, maka diperlukan suatu instrumen yang bersifat self enforcing sehingga secara otomatis tidak dapat bergerak secara tepat.
II.4.4 Jenis-Jenis Upaya Mengurangi Kecelakaan Jenis-jenis upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan dapat dibagi 2 (dua), yaitu dengan peraturan dan secara fisik 6 . Upaya dalam bentuk peraturan diwujudkan berupa peraturan umum (general mandatory), berupa peraturan berdasarkan arahan petunjuk rambu (advisory). Sedangkan upaya fisik, adalah upaya dengan menggunakan speed bars, road humps, rumble strips, maupun dengan penyempitan jalan atau re-alignment. Batas kecepatan maksimum harus dapat diterima oleh pengemudi, dan selaras dengan topografi. Sebagai contoh kecepatan 50 km/jam tidak dapat diberlakukan pada jalan bebas hambatan saat kondisi kepadatan normal.
II.4.4.1 Speed Bars Penempatan speed bars biasanya dilakukan pada perpindahan dari ruas jalan dengan kecepatan tinggi ke ruas jalan dengan kecepatan yang lebih rendah. Apabila pengguna jalan melaluinya akan menyadari bahwa kecepatan kendaraan harus dikurangi. Sebagai contoh, mengemudikan kendaraan pada jalan bebas hambatan dengan kecepatan tinggi akan tetap merasakan kecepatan yang relatif lambat. Hal ini akan membahayakan pada saat pengguna jalan hendak keluar menuju jalan biasa. Untuk itu penempatan speedbars diperlukan untuk menyadari pengemudi dalam mengurangi kecepatan.
6 Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang 23
Rancangan speedbars dapat berupa cat atau rumblestrip melintang jalan dengan jarak semakin jauh maupun rapat untuk memberi kesan bahwa mereka mengendalikan kendaraan yang semakin cepat.
II.4.4.2 Polisi Tidur (Road Humps) Polisi tidur (Road Humps) perlu dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman apabila pengguna jalan mengemudi terlalu cepat. Tetapi masih dalam batas yang ditoleransi dan tidak merusak kendaraan. Bentuk yang paling ideal adalah berbentuk busur sirkular dengan panjang, L = 3,66 m dan tinggi, H = 0,10 m.
II.4.4.3 Rumble Surface Rumble surface atau permukaan jalan yang terbuat dari tekstur yang kasar dalam upaya menimbulkan ketidaknyamanan mengemudi, dan akan menjadi lebih buruk apabila kecepatan semakin tinggi. Beberapa jenisnya antara lain; 1. Rumble Areas, dibuat menerus sepanjang jarak tertentu. 2. Rumble Strips, dibuat beberapa garis dengan lebar dan 0,5 meter hingga 2,0 meter dan ketinggian 13 mm. 3. Jiggle Bars, dengan lebar yang lebih kecil dan 0,50 meter hingga 150 mm dan garis perkerasan yang kasar dibuat lebih tinggi sekitar 3 mm.
II.4.4.4. Re-alignment Jalan untuk Mengurangi Kecepatan Upaya ini ditempuh dalam melindungi kawasan perumahan atau kawasan yang ramai seperti daerah pertokoan dengan membuat jalan berkelok-kelok dan jalur jalan disempitkan sehingga kendaraan tidak dapat berjalan dengan cepat.
24
II.5 Perencanaan Lanskap Jalan Tol Pertimbangan perencanaan lanskap jalan tol meliputi beberapa pertimbangan, diantaranya pertimbangan akan aspek fungsional, keselamatan, biaya, estetika, teknis, pemeliharaan 7 .
II.5.1 Aspek Fungsional Penentuan jenis tanaman yang dipilih dan lokasi letak titik penanaman dipertimbangkan terhadap kebutuhan pemakai jalan tol. Kenyamanan selama berada dalam area jalan tol dalam berbagai aktivitas (melaju di jalan, berhenti, istirahat, keadaan darurat) perlu ditunjang oleh perencanaan lanskap. Median adalah pembentuk dinding koridor jalur jalan dan berfungsi sebagai pemisah 2 jalur yang berbeda arah. Juga sebagai pengarah kendaraan bagi pengemudi yaitu agar dapat mempertahankan jarak yang tetap bagi kendaraannya terhadap perspektif bidang median (diperoleh arah kendaraan yang sesuai arah alinyemen). Keberadaan median harus tampak jelas secara visual baik siang maupun malam hari oleh pengendara. Sebagai pengarah gerakan kendaraan diperlukan warna yang memperlihatkan kontras terhadap jalan, tetapi sejauh tidak melelahkan mata pengemudi memandang. Dalam keadaan cuaca berkabut/hujan dan jarak pandang relatif pendek, median harus tetap terlihat jelas.
Median berfungsi penahan kesilauan (glare) pada malam hari yang disebabkan pancaran sinar lampu kendaraan dari arah berlawanan. Kesilauan menjadi sangat kuat pada jarak yang semakin dekat/pendek dan pada arah frontal (sudut kecil). Walaupun tinggi lampu kendaraan bervariasi antara 4090 cm (khusus bus dan truk mencapai tinggi 125 cm), tetapi pancaran sinarnya menyebar, sehingga penahan kesilauan dapat berfungsi efektif bila mencapai ketinggian lebih dari 1,50m.
7 Direktorat Jenderal Bina Marga. (1996). Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan
25
II.5.2 Aspek Keselamatan Pengendara Tanaman yang berhadapan langsung ke sisi jalan, memiliki persyaratan yang apabila tertabrak tidak membahayakan pengendara, atau harus dapat meredam benturan yang terjadi. Untuk itu dapat dipilih dari jenis perdu atau pohon berbatang lunak. Sedangkan penanaman pohon besar berbatang keras masih dimungkinkan asal diletakkan di lokasi yang tidak berhadapan langsung atau harus mendapat pengamanan di bagian depannya oleh tanaman lunak, bumper gundukan tanah, parit atau perlindungan guard-rail dsb. Begitu juga bagi pot tanaman yang memiliki kekerasan dan dapat membahayakan pengendara harus dihindarkan dari kemungkinan benturan kendaraan.
Di sekeliling rambu atau sebelum di depan rambu harus dihindarkan dari tanaman-tanaman yang dapat menghalangi pandangan atau mengurangi perhatian bagi pengendara, terutama terhadap rambu peringatan dan rambu larangan. Untuk menghindari kecenderungan masyarakat mengolah/memanfaatkan lahan di dalam damija, maka masyarakat tidak diperkenankan memasuki apalagi memanfaatkan lahan di kiri - kanan jalan tol, antara lain misalnya menanaminya dengan tanaman yang menghasilkan. Adanya pagar damija jelas mempertegas batas lahan yang terlarang tersebut. Penggunaan tanaman yang tidak berbuah atau buahnya tidak dapat dimakan, dapat menghindari masuknya masyarakat ke area damija tsb.
Ruang bebas jalan tol tidak diperkenankan terganggu oleh kehadiran dimensi dan tanaman median. Kecepatan rencana harus dijaga untuk kenyamanan berkendaraan. Hal tersebut di atas tidak saja menyangkut keberadaan median dalam kondisi terpasang, tetapi juga diperlukan kemudahan saat proses pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan di kemudian hari.
Median terbuat dari bahan yang tidak membahayakan pemakai jalan khususnya pada saat tertabrak kendaraan dan mampu mengembalikan kendaraan pada posisi/arah kembali semula. Hal tersebut sangat diperlukan bagi kendaraan dengan kecepatan yang tinggi pada lajur kanan atau bagi kendaraan dalam posisi 26
mendahului. Bila dipergunakan bahan yang keras, maka dipilih bentuk-bentuk yang memiliki sudut tumpul dan harus dihindari yang bersudut runcing.
Apabila dipergunakan tanaman untuk median, maka tanaman tidak boleh melebihi space tersedia (pada kondisi tumbuh tegak, miring ataupun roboh), untuk menjaga keamanan dan keselamatan pemakai jalan. Tinggi tanaman terbatas lebar median atau maksimal sama dengan 1,25 m. Selain itu perlu dipilih yang tidak memiliki nilai jual, agar tidak ada penyeberang jalan yang potensial sebagai pengganggu trafik.
II.5.3 Aspek Biaya Pemilihan jenis-jenis tanaman dipertimbangkan dari beberapa alternatif yang berbiaya sekecil mungkin. Biaya untuk tanaman terdiri dari biaya persiapan (untuk nursery selama 14 hari), biaya penanaman dan biaya pemeliharaan selama 6 bulan dan termasuk penggantian terhadap yang mati. Setiap jenis tanaman yang didatangkan ke lokasi dipertimbangkan terhadap umur (ukuran tinggi-besar), kondisi iklim, spesifikasi tanah daerah asal dan lokasi asal tanaman tumbuh. Hal tersebut untuk menghindari besarnya biaya-biaya bagi pemindahan-pengangkutan, biaya perlakuan khusus/penyesuaian terhadap kondisi baru dsb. Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya penyiraman air, pemupukan, pembasmian hama, penyiangan, penyulaman dan lain-lain.
II.5.4 Aspek Estetika Pemandangan di sepanjang area jalan tol direncanakan menjadi satu kesatuan lanskap jalan yang serasi, indah dan sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Keindahan pemandangan dari lokasi yang satu dengan yang lain secara berurutan dapat dirangkai untuk menghilangkan kejenuhan.
Pemandangan alam di daerah tropis dapat ditampilkan yaitu dengan cara penanaman beberapa jenis tanaman tropis. Tanaman-tanaman setempat diberi lokasi yang baru sesuai alinyemen jalan agar dapat memperkuat identitas dan 27
keberadaannya. Dominasi warna hijau yang penerapannya dalam beberapa gradasi warna hijau daun, penyusunan kombinasi dengan warna lain dari bunga sangat mempengaruhi tampilan keseluruhan suasana dalam perpaduannya dengan beton dan aspal.
Median cukup potensial menjadi atau sebagai tempat menampilkan komponen estetika, walaupun wujudnya selalu tampil menerus di sebelah kanan sepanjang perjalanan. Untuk mengurangi kebosanan mata memandang beton median sepanjang perjalanan yang dapat berakibat kelelahan mata, maka diperlukan komponen pelengkap median. Hal tersebut dapat diselaraskan dengan penciptaan karakter spot dan sekaligus menjadi penanda pada lokasi tertentu agar menjadi tidak serba mirip/tidak monoton.
II.5.5 Aspek Teknis Wujud median harus mudah dipasang dan dirawat. Kuat terhadap cuaca: panas, hujan dan angin. Kuat terhadap benturan kendaraan. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan kendaraan yang melaju dari 2 arah yang berlawanan dapat menyebabkan terjadinya angin yang memuntir tanaman median terutama yang berbidang lebar pada daun atau bunganya.
II.5.6 Aspek Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman yang meliputi wilayah luas sangat memerlukan kemudahan. Tanaman perlu dipilih yang memiliki siklus/periode perawatan berjangka waktu lama/panjang. Kegiatan pemeliharaan tanaman lanskap, misalnya pemangkasan tanaman perdu dan rumput, di usahakan sekecil mungkin. Sedangkan pohon dengan lokasi penanaman yang tepat diharapkan tidak membutuhkan pemangkasan. Pekerjaan penyiraman menggunakan kendaraan yang memiliki pompa air berdaya semprot perlu diusahakan yang dapat menjangkau area terjauh dari bahu jalan.
Pemilihan jenis tanaman terutama perdu dan rumput perlu dipilih dari jenis yang tidak mudah dirusak oleh tanaman liar lain, agar mengurangi proses penyiangan. 28
II.6 Potensi Pemandangan Alam di Koridor Jalan Tol Negara-negara maju seperti, Amerika dan Australia, seringkali menggunakan infrastruktur jalan tol untuk menghubungkan antar kota-kota besar dengan melalui area-area pedalaman (rural), contohnya jalan tol Paris Pike di Amerika dan jalan tol Hume di Australia. Jalan-jalan tol tersebut dirancang dengan ketat memenuhi aspek teknis keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengendara, namun pada saat jalan-jalan tol tersebut dibangun didaerah pedalaman (rural), selain memenuhi standar-standar umum secara teknis, muncul pertimbangan- pertimbangan akan aspek kenyamanan berkendara dari sudut pandang lanskap. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat jalan tol tersebut dibangun melintasi area pedalaman (rural) maka banyak potensi besar akan pemandangan alam di sepanjang koridor jalan tol, yang dapat diolah untuk kenyamanan visual pemakai jalan tersebut.
Donald Appleyard dalam bukunya, The View from the Road, menyatakan terdapat lima buah esensi dalam melihat potensi pemandangan (view) yang baik di jalan tol. Kelima elemen utama tersebut adalah, nodes, landmark, path, district, dan edges (Gambar II.4). 1. Elemen Simpul (Nodes), merupakan sebuah vokal poin dimana kita dapat melihatnya dan dapat melintasi atau memasukinya. 2. Elemen Tengara atau penanda (Landmarks), juga merupakan sebuah vokal poin dibenak pengamat, yang dapat menjadi penanda patokan posisi dia berada, namun vokal poin tersebut tidak dapat dimasuki atau dilintasi 3. Elemen Bidang tepi (Edges), merupakan sebuah bidang yang berperan sebagai penghalang atau pembatas, yang muncul di sepanjang area pengamatan. 4. Elemen Garis edar atau garis rintis (Path), merupakan sebuah bidang jalan yang dapat dilalui atau dilintasi oleh pengamat disekitarnya. 5. Elemen Kawasan atau daerah (District), merupakan sebuah area sekitar pengamat yang dibenaknya bersifat sangat homogenik dan dapat diidentifikasi.
29
Pendekatan konseptual pertama pada area perancangan desain tesis ini, menggunakan pula teori Lynch diatas. Hal ini disebabkan, banyaknya potensi pemandangan (potential views), yang dapat dirangkai dalam upaya menciptakan kenyamanan berkendara bagi pengguna jalan tol. Namun setiap potensi pemandangan (potential views) tersebut, muncul oleh karena adanya faktor-faktor pembentuknya.
II.7 Potensi Morfologi Ruas Jalan (roadform) Selain melalui pendekatan visual (visual approach), lanskap juga dapat berperan melalui pendekatan morfologi ruas jalan (roadform approach). Dengan pendekatan ini lanskap berperan penting memberikan rekomendasi bentuk ruas jalan yang baik dan nyaman bagi pengemudi. Jim McCluskey dalam bukunya, Roadform and Townscape, memberikan beberapa pembahasan tentang morfologi ruas jalan yang sangat berpengaruh terhadap faktor kenyamanan dan keselamatan berkendara di jalan raya dari sudut pandang lanskap. Pembahasan tersebut antara lain adalah; 1. Elemen Roadscape Faktor pembentuknya terdiri dari percabangan (junction), bentuk garis (line), lebar ruas jalan (width), fitur-fitur (features) ruas jalan. 2. Elemen pembentuk ruas jalan yang mengalir (Elements of the Flowing Alignment) Dalam membentuk ruas jalan raya yang menarik, terdapat dua buah elemen kurva (curve), yang sangat penting di ruas jalan. Kedua elemen kurva tersebut, yaitu kurva horisontal dan kurva vertikal. Kurva horisontal adalah kurva ruas jalan yang memiliki pengaruh penting di Gambar II.4 Skema lima elemen utama Lynch Sumber : Donald, Kevin Lynch ,dan John Myer. (1971). The View From The Road 30
ground level yang rata, sedangkan kurva vertikal adalah kurva yang didisain untuk memberikan efek perubahan secara arah vertikal. Kurva horisontal sendiri terdiri dari kurva transisi (transision curve), kurva melingkar (circular curve), dan lurus (straight). Sedangkan kurva vertikal terdiri dari kurva peralihan (gradient curve), kurva lembah (valley curve), dan kurva puncak (summit curve). 3. Elemen dari pemandangan di luar situs ( Element of the external view) Sebuah bentuk ruas jalan yang satu, akan memberikan persepsi yang berbeda dengan bentuk ruas jalan yang lain di mata pengguna jalan. Salah satu elemen pembentuk persepsi pandangan visual dari luar situs (ruas jalan) yang mendukung terciptanya ranngkaian visual yang menarik adalah elemen penanda (landmark). Oleh karena elemen tersebut akan menjadi sebuah orientasi bagi pengamat di sekitarnya, dan menjadi sebuah tujuan (goal) dari perjalanan mereka. Elemen ini merupakan salah satu elemen pembentuk pandangan visual menarik di koridor jalan tol, yang memiliki keterkaitan antara Analisa 1 (Analisa Potensi Pemandangan Alam) dan bentuk dari ruas jalan tol (roadform) tersebut.
II.8 Penanaman Vegetasi dalam Penataan Koridor Jalan Tol Selain kedua pendekatan tersebut, lanskap juga dapat berperan dengan pendekatan fungsi tipe vegetasi (vegetation approach). Sehingga dengan merangkai pemandangan-pemandangan yang ada di sepanjang koridor tersebut menjadi sebuah pengalaman ruang visual yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan (scenic view), serta adanya rekomendasi-rekomendasi bentuk ruas jalan dan fungsi vegetasi yang memadai, maka faktor kecelakaan berkendara di jalan tol bisa direduksi.
Tipe vegetasi yang dapat meningkatkan faktor kenyamanan dan keselamatan berkendara bagi pengguna jalan. Gary Robinette, dalam bukunya, Plants/ People/ and Environmental Quality menyatakan bahwa, fungsi vegetasi tidak 31
hanya sekedar memiliki fungsi estetika semata, namun dalam penggunaannya dapat menyelesaikan beberapa masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam menyelesaikan masalah-masalah lingkungan tersebut, peran vegetasi sangat dapat mencakup beberapa lingkup, seperti lingkup arsitektural, lingkup teknis, hingga lingkup estetika.
Dengan menggunakan teori Gary R. tersebut dan dasar pedoman Spesifikasi Perencanaan Lanskap Jalan Tol 8 , beberapa analisa fungsi tipe vegetasi yang dapat meningkatkan keselamatan dan kenyamanan berkendara sekaligus meningkatkan faktor estetika di area perancangan tesis, dapat dikategorikan sebagai berikut;
1. Tipe Vegetasi Pembatas, Pengarah, dan Pembentuk Pandang 2. Tipe Vegetasi Penghalang Angin 3. Tipe Vegetasi Penyerap Polusi (Suara dan Udara) 4. Tipe Vegetasi Penghalau Silau di Siang dan Malam Hari 5. Tipe Vegetasi di Median Jalan 6. Tipe Vegetasi di Persimpangan
Penggunaan tanaman dapat membuka pemandangan yang baik dan menutupi pemandangan yang kurang menyenangkan. Tanaman yang digunakan sebagai pengarah pada daerah milik jalan harus berciri tanaman tinggi, bermassa daun padat. Pola pertanaman berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanaman yang padat. Tanaman akan efektif dalam mengontrol kesilauan bila dilakukan penanaman pohon berdaun lebar, tebal, rindang dan evergreen.
Tanaman dapat pula difungsikan sebagai penghalang fisik yang bertujuan untuk menahan gerak manusia, kendaraan dari luar jalan serta penahan kecelakaan untuk meminimalisasi kcrusakan yang dapat terjadi. Tanaman yang efektif untuk mengurangi polutan adalah tanaman yang memiliki trikoma tinggi atau memiliki bulu dan bergerigi atau bersisik. Kriteria tanaman yang sesuai untuk konservasi lingkungan adahlah tanaman yang memiliki akar yang mampu mengikat partikel-
8 Pedoman Lanskap Jalan. Direktorat Jendral Bina Marga dan Direktorat Pembinaan Jalan Raya 32
partikel tanah, pertumbuhan cepat dan hidup di tanah yang kurang subur serta menggunakan tanaman konifer. Susunan tanaman sepanjang daerah milik jalan juga relatif didominasi oleh pepohonan berdaun hijau.
II.8.1 Penyesuaian dengan Persyaratan Geometrik Jalan menurut Letak Jalur Tanaman Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan adalah sebagai berikut:
(1). Pada jalur tanaman tepi Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi jalur lintas, yaitu di antara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jaiur ini harus memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan, dengan lebar jalur tanaman.
(2). Pada jalur tengah (median) Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 - 6.00 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan (U-turn"), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan.
(3). Pada daerah tikungan Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan. 33
(4). Pada daerah persimpangan Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lanskap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang.
II.8.2 Penyesuaian dengan Persyaratan Geometrik Jalan menurut Bentuk Tanaman Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat, dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, tanaman dapat merupakan tanaman pohon, tanaman perdu/semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan antara lain adalah : Perakaran tidak merusak konstruksi jalan Mudah dalam perawatan Batang/percabangan tidak mudah patah Daun tidak mudah rontok/gugur.
Contoh pemilihan bentuk tajuk dan ketinggian pohon yang disesuaikan dengan fungsi dan penempatannya : jenis tanaman yang berbentuk pohon dengan tajuk melebar dan berdaun padat dapat berfungsi untuk memberi keteduhan, dalam arti mengurangi sengatan/penahan sinar matahari dan untuk memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki. Penempatannya diletakkan pada jalur tepi kanan/kiri.
34
II.9 Media Informasi di Jalan Tol Pengaruh media komunikasi di sepanjang jalan koridor jalan tol, mempengaruhi kenyamanan visual dari pengguna jalan. Banyak pengalaman visual pada saat mengemudi tersirat dalam pendekatan industri billboard untuk pencetakan ikon di benak publik 9 . Untuk memudahkan pengendaraan pada situasi yang kompleks dan mengurangi bahaya, perencanaan jalan wajib memakai konsep petunjuk positif. Keadaan jalan yang ada di depan disampaikan kepada pengemudi melalui berbagai bentuk informasi seperti alinyemen, jarak pandang, bentuk potongan melintang, marka jalan, rambu-rambu dan lampu lalu-lintas.
Sejak tahun 1920, pencipta billboard telah memperbesar gambar dan menyusutkan teks, sehingga membuat iklan tersebut kurang dibaca dan dampaknya lebih terasa terhadap alam bawah sadar sesaat si pengemudi. Panduan industri menyarankan penggunaan kata yang tidak lebih dari tujuh kata untuk menciptakan profil banner yang kuat dan siluet.
II.10 Rambu dan Marka Jalan II.10.1 Aturan Umum Alat yang dapat mengendalikan lalu lintas, khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan maka marka dan rambu lalu lintas merupakan objek fisik yang dapat menyampaikan informasi (perintah, peringatan, dan petunjuk) kepada pemakai jalan serta dapat mempengaruhi penggunaan jalan. Terdapat 3 jenis informasi yang sering digunakan, antara lain: a) Informasi yang bersifat perintah dan larangan yang harus dipatuhi, b) Peringatan terhadap suatu bahaya, c) Petunjuk, berupa arah, identifikasi tempat, fasilitas-fasilitas.
Apabila alat pengendali lalu lintas itu tidak terlihat atau kurang cukupnya pengetahuan si pengemudi maka alat pengendali lalu lintas tersebut harus:
9 Venturi, Robbert, dan Denise Scott Brown. (1977). Learning From Las Vegas .
35
a) Memenuhi suatu kebutuhan tertentu. b) Dapat terlihat dengan jelas. c) Memaksakan perhatian. d) Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan sederhana. e) Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh para pemakai jalan. f) Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya/bereaksi.
II.10.2 Rambu Lalu Lintas Rambu lalu lintas mengandung berbagai fungsi yang masing-masing memiliki konsekuensi hukum sebagai berikut: a) Perintah Perintah adalah bentuk pengaturan yang jelas dan tegas, tanpa ada interpretasi lain yang wajib dilaksanakan oleh pengguna jalan. Oleh karena sifatnya perintah, maka tidak benar bila ada berbagai tambahan yang membuka peluang munculnya interpretasi lain. Misalnya: rambu belok kiri yang disertai kalimat belok kiri, boleh terus adalah bentuk yang keliru. b) Larangan Larangan yaitu bentuk pengaturan yang dengan tegas melarang para pengguna jalan untuk melakukan hal-hal tertentu, tidak ada pilihan lain kecuali tidak boleh dilakukan. c) Peringatan Peringatan menunjukkan kemungkinan adanya bahaya di jalan yang akan dilalui. d) Anjuran Anjuran adalah bentuk pengaturan yang bersifat mengimbau, boleh dilakukan boleh pula tidak. e) Petunjuk Petunjuk bertujuan memberi petunjuk mengenai jurusan, keadaan jalan, 36
situasi, kota berikutnya, keberadaan fasilitas, dan lain-lain.
II.10.2.1 Persyaratan Bentuk dan Warna Bentuk dan warna digunakan untuk membedakan antara kategori-kategori rambu yang berbeda dan bertujuan sebagai berikut: a) Meningkatkan kemudahan pengenalan bagi pengemudi b) Membuat pengemudi dapat lebih cepat untuk bereaksi c) Menciptakan reaksi-reaksi standar terhadap situasi-situasi yang standar.
Secara khusus bentuk dan wama yang digunakan pada perambuan lalu lintas adalah sebagai berikut: a) Warna: Merah menunjukkan bahaya, Kuning menunjukkan peringatan, Biru menunjukkan aman (perintah), Hijau menunjukkan informasi umum.
b) Bentuk: Bulat menunjukkan larangan, Segi empat pada sumbu diagonal menunjukkan peringatan bahaya dan petunjuk
Gambar II.5 Contoh Rambu Lalu Lintas Sumber : Fachrurrozy.(2001), Keselamatan Lalu Lintas
37
II.10.2.2 Ukuran Huruf Kemudahan membaca ditentukan oleh ukuran huruf, dan lebar dari ketebalan huruf. ratio (perbandingan) tinggi:lebar biasanya antara 1:1 dan 2:1. Rasio tinggi:lebar ketebalan huruf biasanya antara 9:1 dan 5:1. Ukuran huruf dapat dihitung dengan :
H = tinggi huruf yang diperlukan (tinggi huruf besar = 1,33 H) L =Jarak dari titik rambu mulai dibaca sampai ke rambu tersebut 1 = Kemudahan membaca (legibility) V1 = Kecepatan awal S = tinggi rambu A = sudut ketinggian rambu dari titik pembacaan rambu yang paling dekat
II.10.3 Marka Jalan Marka jalan adalah tanda berupa garis, gambar, anak panah, dan lambang pada permukaan jalan yang berfungsi mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Posisi marka jalan adalah membujur, melintang, dan serong.
Fungsi marka jalan adalah untuk mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pengguna jalan dalam berialu lintas di jalan. Marka jalan mengandung pesan perintah, peringatan, maupun larangan.
II.10.3.1 Marka membujur Marka-marka jalan membujur dapat diterapkan berupa: a) Garis utuh, berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan untuk melintasi garis tersebut; b) Garis putus-putus, merupakan pembatas lajur yang berfungsi mengarahkan 38
lalu lintas dan atau memperingatkan akan ada marka membujur yang berupa garis utuh di depan; c) Garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan Garis putus-putus, menyatakan bahwa kendaraan yang berada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut, sedangkan kendaraan yang berada pada sisi garis putus- putus dapat melintasi garis ganda tersebut; d) Garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh, dinyatakan bahwa kendaraan dilarang melintasi garis ganda tersebut.
II.10.3.2 Marka Serong Marka serong berupa garis utuh dan dilarang dilintasi kendaraan. Marka ini bertujuan untuk pemberitahuan awal atau akhir pemisahan jalan, pengarah lalu lintas dan pulau lalu lintas.
II.10.3.3 Marka Lambang Marka lambang berupa panah, segitiga atau tulisan digunakan untuk mengulangi maksud dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberi tahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas.
II.10.3.4 Marka Lainnya Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk penyeberangan pejalan kaki yang dinyatakan dengan zebra cross yaitu marka berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang jalur lalu lintas dan marka berupa dua garis utuh melintang jalur lalu lintas. Fasilitas pendukung marka jalan dibagi menjadi 3 yaitu: a) Paku Jalan (Road Studs) dapat terbuat dari logam plastik atau keramik. Paku jalan terutama digunakan sebagai tanda garis tengah jalan. Alat pemantul (reflector) agar dapat terlihat pada malam hari. Paku jalan ini biasanya digunakan pada marka garis membujur sebagai batas pemisah lajur ataupun sebagai batas kiri dan kanan badan jalan. 39
b) Delineator adalah marka jalan yang terbuat dari bahan plastik atau fiberglass. Marka jalan ini digunakan sebagai tanda pembatas tepi jalan. Biasanya berbentuk lempengan tiang-tiang dan mempergunakan cat berwama merah atau putih yang memantulkan cahaya saat terkena cahaya lampu kendaraan di malam hari. c) Traffic Cones merupakan alat pengendali lalu lintas yang bersifat sementara yang berbentuk kerucut berwama merah dan dilengkapi dengan alat pemantul cahaya (reflector).
II.10.4 Perambuan Perambuan adalah hakekatnya dibuat untuk memberikan instruksi, peringatan akan bahaya dan infomiasi arah bagi pengguna jalan. Perambuan yang baik akan menjadi suatu arahan yang positif bagi pengguna jalan. Prinsip-prinsip bagi pemakai jalan apabila melihat rambu adalah rambu harus terlihat dengan jelas kontras dengan latar belakangnya, tidak ada penghalang seperti tanaman atau rambu lain yang tumpang tindih, di pasang pada jarak yang memadai dan bersifat memantul apabila terkena sinar pada saat gelap.Berdasarkan prinsip di atas, rambu harus memenuhi kondisi sebagai berikut: 1. Harus cukup jauh di muka sehingga memungkinkan pengemudi mema- hami dan bereaksi sesuai arah rambu tersebut. 2. Di lain pihak, rambu jangan dipasang terlalu jauh sehingga pengemudi lupa akan rambu tersebut.